• Tidak ada hasil yang ditemukan

PADA MATERI GERAK LURUS

Dalam dokumen SEMINAR NASIONAL FISIKA (SiNaFi) - ADOC.PUB (Halaman 182-189)

SiNaFi Seminar Nasional Fisika

Seminar Nasional Fisika (SINAFI) 2016 Bandung, 17 Desember 2016

170

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUASAAN KONSEP DENGAN

Seminar Nasional Fisika (SINAFI) 2016

171 PENDAHULUAN

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk memajukan dan meningkatkan sistem pendidikan di Indonesia, perubahan kurikulumpun sering mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Sejarah mencatat bahwa kurikulum yang pernah digunakan diantaranya adalah kurikulum 1947 sampai dengan kurikulum 2016 revisi. Dengan perubahan kurikulum ini tentunya akan mempengaruhi skenario pembelajaran baik dari sudut pandang guru maupun siswa. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk mempunyai kreativitas serta kemampuan mengemas materi pembelajaran dengan baik agar tercipta suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru. Setelah melakukan observasi awal dan wawancara pada salah satu guru fisika SMA Negeri di Bandung kelas X MIA. Ditemukan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa masih dibawah rata-rata KKM yaitu 75 dan presentase keberhasilan siswa dalam kelas hanya 20 %. Hal ini menunjukan bahwa di dalam kelas siswa belum terlibat secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan siswa. Selain itu, guru selama pembelajaran lebih banyak memberikan ceramah yang hanya menyampaikan isi materi saja sehingga menyebabkan siswa kurang menguasai konsep materi yang disampaikan.

Model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan siswa sehari-hari. Konsep ini pertama kali dikenalkan oleh Jhon Dewey tahun 1916 yang mengetengahkan kurikulum dan metodologi pengajaran sangat erat hubungannnya dengan minat dan pengalaman

siswa. Proses belajar akan efektif apabila pengetahuan baru diberikan berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya (pengalaman nyata).

Selanjutnya pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) ini diikuti oleh Katz tahun 1981 dan Howey dengan Zipher tahun 1989. Ketiga pakar ini menyatakan bahwa program pembelajaran bukanlah sekedar deretan satuan pembelajaran. Agar pembelajaran menjadi efektif, guru harus menjelaskan dan mempunyai pandangan yang sama tentang beberapa konsep dasar yang akan disampaikan.

Rusman (2014, hlm. 38) mengatakan bahwa pengajaran dan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) tidak sekedar dilihat dari produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses.

Dengan kata lain pengajaran dan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) memiliki keunggulan yang dapat dilihat dari meningkatnya pengetahuan siswa yang ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Disamping tiga aspek tersebut, otomatis hasil belajar siswapun akan meningkat.

Metode REACT (Relating, Expenriencing, Applying, Cooperating, and Transferring) merupakan bentuk pembelajaran dalam metode kontektual. Kelebihan dan kelemahan metedo tersebut antara lain siswa mampu menghubungkan terori dengan kondisi di lapangan yang sebenarnya, siswa dilatih agar tidak tergantung pada menghapal materi, melatih siswa untuk berpikir kritis dalam menghadapi suatu masalah, melatih siswa untuk berani menyampaikan argumen, bertanya, serta menyampaikan hasil pemikiran dan melatih kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Kelemahan metode ini adalah membutuhkan waktu lama dalam pelaksanaannya serta membutuhkan banyak biaya.

Alasan peneliti menggunakan metode REACT dalam proses pembelajaran dikarenakan metode ini dapat membantu guru untuk mengaitkan konsep baru sesuai dengan pengalaman yang telah dialami oleh siswa, siswa dapat lebih aktif dalam memanfaatkan alat dan bahan yang digunakan untuk menunjang proses pembelajaran sehingga siswa mampu untuk memecahkan masalah

Nurhidayah, dkk, - Upaya Meningkatkan Kemampuan Penguasaan Konsep Dengan

172 misalnya dalam hal melakukan demonstrasi

dan percobaan.

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengetahui upaya meningkatkan kemampuan penguasaan konsep dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual pada pokok bahasan gerak lurus SMA kelas X (2) Mengetahui peningkatan kemampuan penguasaan konsep dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual pada pokok bahasan gerak lurus SMA kelas X.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) pada salah satu SMA Negeri di kota Bandung. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 7 yang berjumlah 36 siswa. faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah kemampuan penguasaan konsep dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan menggunakan metode REACT. Kemampuan penguasaan konsep siswa dilihat dari hasil belajar kognitif siswa dengan memberikan tes tertulis berupa soal pilihan ganda.

Metode pengumpulan data berupa:

Sumber data penelitian adalah siswa kelas X MIA 7 SMA Negeri Bandung. Jenis data yang diperoleh terdiri dari hasil belajar kognitif siswa berupa nilai 0 – 100.

Teknik pengambilan data untuk mengatahui kemampuan penguasaan konsep

berupa data hasil belajar kognitif melalui tes setiap akhir siklus, sedangkan keterlaksanaan model pembelajaran kontekstual dengan menggunakan lembar observasi setiap siklus.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Data-data tersebut dianalisis mulai dari tindakan kondisi awal sampai siklus II untuk dibandingkan dengan teknik deskriptif presentase ketercapaian. Hasil observasi dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif yang digambarkan dengan tabel atau kalimat berdasarkan kategori untuk memperoleh kesimpulan. Tolak ukur keberhasilan penelitian ini, apabila 75 % dari seluruh siswa telah mencapai peningkatan kemampuan penguasaan konsep dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Hal ini ditandai dengan meningkatnya prestasi belajar minimal mendekati nilai KKM yaitu 75.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kontekstual

Hasil penggunaan model pembelajaran kontekstual yang diperoleh melalui lembar observasi keterlaksanaan RPP dan aktivitas kegiatan siswa ditunjukan pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil penggunaan model pembelajaran kontekstual dengan metode REACT Tindakan Subjek Pengamatan (Guru) Subjek Pengamatan (Siswa)

Presentase Keterlaksanaan

(%)

Interpretasi Presentase Keterlaksanaan

(%)

Interpretasi

Kondisi awal 73 % Sebagian kegiatan tidak terlaksana

83,3 % Sebagian kegiatan tidak terlaksana Siklus I 100 % Seluruh

kegiatan terlaksana

89 % Hampir seluruh kegiatan terlaksana Siklus II 100 % Seluruh

kegiatan terlaksana

100 % Seluruh kegiatan terlaksana Pada kondisi awal, model pembelajaran

kontekstual tidak berjalan sepenuhnya. Pada

tahap ini, siswa belum bisa menyesuaikan materi yang diberikan dengan pengalaman

Seminar Nasional Fisika (SINAFI) 2016

173 siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga

presentase keterlaksanaan pebelajaran yang dilakukan guru hanya mencapai 73 % dan presentase aktivitas siswa 83,3 dengan interpretasi sebagian kegiatan tidak terlaksana.

Pada tindakan siklus I menunjukan bahwa presentase keterlaksanaan RPP 100 % dengan interpretasi seluruh kegiatan terlaksana. Sedangkan presentase keterlaksanaan aktivitas kegiatan siswa menunjukan 89 % dengan interpretasi hampir seluruh kegiatan terlaksana kecuali pada aktivitas menganalisis hasil penyelidikan (Kurang dari 3 orang siswa dalam kelompok menganalisis hasil penyelidikan), dan aktivitas tanya jawab guru dan siswa terkait aplikasi konsep pembelajaran secara keseluruhan (kurang dari 3 orang perwakilan siswa terlibat dalam tanya jawab guru dan siswa terkait

aplikasi konsep pembelajaran. Keterlaksanaan model pembelajaran pada tindakan siklus II menunjukan bahwa presentase keterlaksanaan RPP 100 % dengan interpretasi seluruh kegiatan terlaksana. Sedangkan presentase keterlaksanaan aktivitas siswa menunjukan 100 % dengan interpretasi seluruh kegiatan terlaksana.

Peningkatan Kemampuan Penguasaan Konsep Siswa

a. Secara Keseluruhan

Hasil peningkatan kemampuan penguasaan konsep siswa secara keseluruhan dilihat dari ketercapain prestasi belajar ditunjukan pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Kemampuan Penguasaan Konsep Siswa setiap Siklus Tindakan Nilai

Tertinggi

Nilai Terendah

Rata- rata

Kriteria Ketuntasan

Capaian (%)

Keterangan

Kondisi awal 88 20 62 75 % 33,3 % -

Siklus I 100 48 77 75 % 63,9 % Belum

berhasil

Siklus II 100 56 85 75 % 88,9 % Berhasil

Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada kondisi awal adalah 88, nilai terendah 20 dengan rata- rata perolehan keseluruhan 62 dan ketercapaiannya hanya 33,3 %. Hal ini disebabkan karena siswa belum sepenuhnya memahami konsep materi yang diberikan.

Pada siklus I, nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100, nilai terendah 48 dengan rata-rata perolehan keseluruhan 77 dan ketercapaiannya hanya 63,9 %. Untuk penguasaan konsep siswa pada siklus I ini mengalami peningkatan tetapi belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti. Sedangkan pada siklus II, kemampuan penguasaan konsep siswa mengalami peningkatan dengan nilai tertinggi 100, nilai terendah 56 dengan rata-rata perolehan keseluruhan 85 dan ketercapain 88,9 %. Pada siklus II ini, siswa sudah mulai menerapkan metode REACT dan mengaitkan materi yang disampaikan berdasarkan pengalaman sehari- hari siswa dalam kehidupan nyata.

Presentase ketercapaian kemampuan penguasaan konsep setiap siklus ini, ditunjukan pada gambar 1.

Dari gambar 1 diatas dapat dilihat bahwa presentase peningkatan kemampuan penguasaan konsep siswa berdasarkan ketuntasan belajar siswa menunjukan bahwa pada kondisi awal ketuntasan yang dicapai siswa 33 %, siklus I ketuntasan yang dicapai 64 % sedangkan pada siklus II ketuntasan yang dicapai 89 %. Untuk jenjang peningkatan kemampuan penguasaan konsep siswa tiap siklus mendandakan bahwa siswa mampu mengaitkan materi yang disampaikan dengan kehidupan nyata siswa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga guru dituntut untuk aktiv dan kreativ untuk menyiapkan sarana dan prasana yang menunjuang kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa.

Nurhidayah, dkk, - Upaya Meningkatkan Kemampuan Penguasaan Konsep Dengan

174 Gambar 1: Perbandingan Presentase Ketercapain Peningkatan Kemampuan

Penguasaan Konsep Siswa Berdasarkan Ketuntasan Belajar b. Peningkatan Kemampuan Penguasaan

Konsep Siswa pada Setiap Aspek Kognitif.

Hasil kemampuan penguasaan konsep siswa pada setiap aspek kognitif berdasarkan skor

perolehan siswa setiap siklus ditunjukan pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Kemampuan Penguasaan Konsep Siswa pada Setiap Aspek Kognitif Aspek

Kognitif Nomor Soal

Kondisi awal Siklus I Siklus II Ʃ

Soal

Total Benar

Benar (%)

Total Benar

Benar (%)

Total Benar

Benar (%)

C1 1, 8, 25 3 70 64,8 92 85,2 96 88,9

C2 2, 17, 19, 24 4 94 65,3 132 91,7 135 93,8

C3

3, 5, 6, 7, 11, 12, 14, 15, 16, 21, 22

11 247 62,4 292 73,7 331 83,6

C4 4, 9, 10, 13,

15, 18, 20 7 142 56,3 174 69,0 209 82,9

Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukan bahwa adanya peningkatan kemampuan penguasaan konsep siswa tiap aspek kognitif.

Hal ini ditandai dengan meningkatnya total jawaban benar siswa tiap aspek kognitif yang dites yaitu pada aspek C1, C2, C3, dan C4 setiap tindakan yang diberikan. Pada kondisi awal, 3 soal tes aspek kognitif C1 yang diberikan mendapatkan total benar 70 dari 108 dengan presentase 64,8 % benar. Aspek kognitif C2 dengan jumlah 4 soal tes, total benar yang diperoleh 94 dari 144 dengan presentase 65,3 % benar. Selanjutnya pada aspek kognitif C3 dengan jumlah 11 soal tes,

total benar yang diperoleh 240 dari 396 dengan presentase 62,4 benar. Sedangkan pada aspek kognitf C4 dengan jumlah 7 soal tes, total benar yang diperoleh 142 dari 252 dengan presentase 56,3 %.

Setelah melakukan refleksi dari hasil pembelajaran pada kondisi awal, kemampuan penguasaan konsep siswa mengalami peningkatan pada siklus I mulai dari aspek kognitif C1, C2, C3 dan C4 dengan jumlah soal tes yang sama pada kondisi awal. Total benar pada aspek kognitif C1 92 dari 108 dengan presentase 85,2 % benar, C2 132 dari 144 dengan presentase 91,7 % benar, C3 292 dari 396 dengan presentase 73,3 % benar, Presentase Ketercapaian Peningkatan Kemampuan

Penguasaan Konsep berdasarkan Ketuntasan Belajar

Seminar Nasional Fisika (SINAFI) 2016

175 sedangkan pada aspek kognitif C4 total benar

174 dari 252 dengan presentase 69,0 % benar.

Pada siklus I ini, kemampuan penguasaan konsep setiap aspek konitif yang diujikan mengalami peningkatan, namun belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh peniliti yaitu 75 %. Aspek kognitif yang belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan pada siklus I ini diantaranya pada aspek kognitif C3 dan C4.

Kemampuan penguasaan konsep siswa pada setiap aspek kognitif di siklus II ini mengalami peningkatan dan sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Aspek kognitif C1 total benar 96 dari 108 dengan presentase 88,9 % benar, C2 total benar 135 dari 144 dengan presentase 93,8 % benar, C3 total benar 331 dari 396 dengan presentase benar 83,6 % benar, sedangkan C4 total benar 209 dari 252 dengan presentase 82,9 % benar.

SIMPULAN

Simpulan dari penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran kontektual dengan metode REACT dapat mengajak siswa untuk belajar melalui gambar, demonstrasi serta percobaan langsung dengan mengaitkan materi yang disampaikan, serta menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan. Peningkatan penguasaan konsep siswa pada materi gerak lurus ditandai dengan dua hal yaitu (a) meningkatnya rata-rata hasil ketuntasan belajar siswa secara klasikal dalam setiap siklus: kondisi awal (Rerata = 62 dengan presentase ketercapaian 33,3 %), siklus I (Rerata = 77 dengan presentase ketercapaian 63,9 %), dan siklus II (Rerata = 85 dengan presentase ketercapaian 88,9 %). Sedangkan penggunaan model pembelajaran kontekstual presentase keterlaksaan pembelajaran pada kondisi awal yaitu 70 % dengan interpretasi sebagian kegiatan tidak terlaksana dan aktivitas kegiatan siswa mencapai 83,3 % dengan interpretasi sebagian kegiatan tidak terlaksana. Pada siklus I presentase keterlaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual yaitu 100 % dengan interpretasi seluruh kegiatan terlaksana dan aktivitas kegiatan siswa 89 % dengan interpretasi hampir seluruh

kegiatan terlaksana. Pada siklus II keterlaksanaan RPP dan aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan secara signifikan yaitu 100 % dengan interpretasi seluruh kegiatan terlaksana dan aktivitas kegiatan siswa 100 % dengan interpretasi seluruh kegiatan terlaksana.

Berdasarkan kesimpulan tersebut, upaya meningkatkan kemampuan penguasaan konsep dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual pada materi gerak lurus kelas X MIA 7 di SMA Negeri Bandung sangat bagus diterapkan didalam pembelajaran. Karena model pembelajaran kontekstual memberikan strategi pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa, siswa lebih kooperatif dalam melakukan interaksi belajar.

Disamping hal tersebut, model pembelajaran kontekstuan memberikan kontribusi langsung kepada siswa, karena materi yang disampaikan dan disajikan berdasarkan pengalaman-pengalaman pribadi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga guru hanya mengarahkan siswa untuk menemukan kebenaran konsep materi pelajaran dengan pengalaman tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Eric. 1998. Contextual Teaching and Learning:

Preparing Teachers to Enhance Student Success in and Beyond School. Washington : The ohio Satte University College of Education in partnership with Bowling Green State University.

Fakhruddin dkk. 2009. Hasil belajar Kognitif Fisika Siswa Melalui MODEL PEMBELAJARAN Contextual Teaching and Learning ( CTL ) Pada Materi Usaha dan Energi di Kelas X SMAN 1 UKUI. FKIP Fisika Universitas Riau: Jurnal

Huda, M. 2015. Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktik. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Johnson, Elaine.B., 2008, Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna (terjemahan), Mizan Learning Center, Bandung. Hal 14-15

Nurhidayah, dkk, - Upaya Meningkatkan Kemampuan Penguasaan Konsep Dengan

176 Muslich, M., 2007, KTSP Pembelajaran

Berbasis Kompetensi dan Konstektual. Jakarta :Bumi Akasara Musliman, A. 2015. Pengembangan Program

Pembelajaran “GenDerAng” untuk Meningkatkan Minat dan Pemahaman Konsep Siswa Perempuan pada Pelajaran Fisika. UPI: Disertasi Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Naim, M. 2014, Efektivitas MODEL PEMBELAJARAN CTL untuk Meningkatkan Hasil Belajar Penguasaan Konsep dan Inkuiri dalam Pembelajaran. Tesis Online.

Nur, M. 2001. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual. UNESA.

Nuryanti, D. 2013. Penerapan Model Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMP. UPI. Skripsi

University of Washington College of Education.

2001. Training for Indonesian Educational Team in Contextual Teaching and Learning. Seattle.

Washington, USA.

Sanjaya, W. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta : Kencana

____________. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana

SiNaFi Seminar Nasional Fisika

Seminar Nasional Fisika (SINAFI) 2016 Bandung, 17 Desember 2016

177

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI

Dalam dokumen SEMINAR NASIONAL FISIKA (SiNaFi) - ADOC.PUB (Halaman 182-189)

Garis besar

Dokumen terkait