SiNaFi Seminar Nasional Fisika
Seminar Nasional Fisika (SINAFI) 2016 Bandung, 17 Desember 2016
165
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MENGGUNAKAN
A. S. Fauziah, dkk, - Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Menggunakan Model Pogil
166 PENDAHULUAN
Pada kegiatan observasi yang dilakukan peneliti di salah satu kelas XI SMA di Bandung, tampak bahwa pembelajaran masih terpusat pada guru sebagai sumber informasi bukan sebagai fasilitator. Sehingga siswa tidak memiliki keterampilan proses yang memadai.
Hal ini tampak pada hasil pengerjaan LKS kegiatan praktikum saat pembelajaran yang dilakukan peneliti dalam rangka melihat penguasaan keterampilan proses sains siswa.
Lebih dari 50% siswa tidak menguasai aspek- aspek keterampilan proses. Beberapa aspek yang paling kurang adalah kemampuan berhipotesis, merancang percobaan, menginterpretasi data, dan menyimpulkan.
Ketercapaian siswa pada tiap aspek yaitu 52%
pada merumuskan hipotesis, 54% pada merancang percobaan, 48% pada interpretasi data, dan 44% pada menyimpulkan.
Berdasarkan data-data tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa keterampilan proses siswa XI MIA tersebut perlu ditingkatkan untuk mencapai kriteria kompetensi pada point ketiga yang telah disebutkan di atas. Salah satu model pembelajaran yang dprediksikan mampu meningkatkan keterampilan proses adalah Process Oriented Guide Inquiry Learning (POGIL). Pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa ini dikembangkan oleh David Hanson. Tujuan dari penerapan model POGIL menurut Hanson dalam Adelia [1]
adalah: 1) mengembangkan keterampilan proses pad area belajar (learning), berfikir (thinking) dan menyelesaikan massalah (problem solving), 2) membuat siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, 3) meningkatkan interaksi antar siswa dn interaksi antar guru dan siswa, 4) menumbuhkan sikap positif terhadapa sains, 5) mengaitkan pembelajaran dengan teknologi informasi, 6) mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan kinerja dalam kelompok.
David Hanson dalam Rosidah [2]
mengembangkan model pembelajaran POGIL dengan menggabungkan model inkuiri terbimbing dan pembelajaran kooperatif yang dioptimalkan dengan pemberian peran dan kerjasama tim. Model pembelajaran ini menekankan pada pembelajaran kooperatif, mendesain kegiatan untuk membangun kognitif (conceptual understanding), dan
mengembangkan keterampilan proses sains.
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya juga dapat dilihat bahwa model ini berhasil dalam meningkatkan keterampilan proses siswa dalam pembelajaran. Puji Eka Ningsih dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Metode Pogil (Process Oriented Guided Inquiry Learning) Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Suhu Dan Kalor Kelas X SMA” menyimpulkan bahwa metode ini cukup berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan proses siswa.
Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Mendeskripsikan proses pembelajaran dengan menerapkan model Process Oriented Guide Inquiry Learning (POGIL) pada materi Usaha dan Energi di SMA (2) Mendeskripsikan peningkatan keterampilan proses sains pada materi Usaha dan Energi menggunakan model Process Oriented Guide Inquiry Learning (POGIL).
METODE
Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 4 Bandung dilaksanakan daari bulan Juli sampai November 2016. Kelas yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas XI MIA 6 dengaan jumlah siswa 36 orang. Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah: proses pembelajaran yang dilakukan menggunakan model Process Oriented Guide Inquiry Learning (POGIL) pada materi Usaha dan Energi di SMA sehingga dapat meningkatkan keterampilan proses sains.
Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari atas 2 siklus. Model yang digunakan adalah model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Adapun gambaran secara umum mengenai model desain penelitian berdasarkan Kemmis dan Mc.
Taggart dalam Aqib [3] dengan beberapa modifikasi peneliti dapat diamati pada bagan berikut:
Seminar Nasional Fisika (SINAFI) 2016
167 Gambar 1: Diagram Tahap Penelitian Siklus I
Gambar 2: Diagram Tahap Penelitian Siklus II HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterampilan proses sains siswa yang diperoleh dari penilaian observasi dan LKS serta tes akhir tiap siklus dengan model pembelajaran Process Oriented Guide Inquiry Learning (POGIL). Hasilnya dapat dilihat pada diagram berikut.
Gambar 3: Diagram Ketercapaian Keterampilan Proses Siklus I dan II Berdasarkan Penilaian Observasi Dan LKS
Gambar 4: Diagram Ketercapaian Keterampilan Proses Siklus I Dan II
Berdasarkan Hasil Posttest
Berdasarkan gambar 3 dan 4 dapat diketahui bahwa siswa mengalami peningkatan penguasaaan keterampilan proses sains dari siklus I ke siklus II. Salah satu kemungkinan yang menyebabkan peningkatan penguasaan keterampilan proses adalah penerapan pembelajaran dengan model Process Oriented Guide Inquiry Learning (POGIL). Model ini memberikan pengalaman langsung bagi siswa sehingga siswa dituntut untuk aktif dan terlibat langsung dalam pembelajaran. Seperti siswa harus merumuskan hipotesis berdasarkan teori yang mereka pelajari dari sumber kemudian merencanakan percobaan untuk membuktikan hipotesa yang telah dirumuskan dan menginterpretaasi data yang diperoleh untuk kemudian dapat menyimpulkan hasilnya berdasarkan data yang telah diperoleh. Dari keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut secara tidak langsung keterampilan proses sains siswa dapat meningkat. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Usman [4] bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran tergantung pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa, hal ini juga dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam merancang proses pembelajaran sehingga menciptakan kegiatan pembelajaran yang kondusif bagi siswa.
Keterampilan proses sains pada aspek merumuskan hipotesis berdasarkan gambar 3 dan 4 meningkat dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I ketercapaian aspek merumuskan hipotesa berdasakan penilaian observasi dan
Merum uskan Hipotesi
s
Merenc anakan Percoba
an
Mengin terpreta si Data
Menyim pulkan
Siklus I 74% 89% 81% 44%
Siklus II 81% 92% 85% 74%
10%0%
20%30%
40%50%
60%70%
80%90%
100%
Ketercapaian
Ketercapaian siklus I dan II
Merumu skan Hipotesi
s
Merenca nakan Percoba
an
Mengint erpretasi Data
Menyim pulkan
Siklus I 80% 81% 75% 74%
Siklus II 82% 85% 81% 77%
65%
70%
75%
80%
85%
90%
Ketercapaian
Ketercapaian siklus I dan II
A. S. Fauziah, dkk, - Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Menggunakan Model Pogil
168 hasil LKS sebesar 80%, kemudian meningkat
menjadi 82%. Sedangkan berdasarkan hasil posttest pada siklus I ketercapaian aspek merumuskan hipotesa sebasar 74%, kemudian meningkat menjadi 81% pada siklus II. Hal ini sesuai dengan pernyataan David Hanson dalam Rosidah [3] bahwa model Process Oriented Guide Inquiry Learning (POGIL) bertujuan untuk mengembangkan keterampilan proses sains pada area belajar (learning), berfikir (thinking) dan menyelesaikan masalah (problem solving). Keterampilan dalam merumuskan hipotesa berkaitan dengan kemampuan berfikir siswa dalam
mengumpulkan informasi dan
mengeksplorasinya sebagai hipotesa.
Keterampilan merencanakan percobaan pada siklus I berdasarkan penilaian observasi dan LKS sebesar 81%, meningkat menjadi 85%
pada siklus II. Sedangkan berdasarkan hasil posttest pada siklus I ketercapaian aspek merencanakan percobaan sebesar 89%, kemudian meningkat menjadi 92% pada siklus II. Hal ini sejalan dengan pernyataan Suchman dalam Teguh [5] bahwa setelah penerapan model pembelajaran ini siswa akan menyadari tentang proses penyelidikannya dan mereka dapat diajarkan tentang prosedur ilmiah secara langsung. Maka dari itu penguasaan keterampilan merencanakan percobaan siswa meningkat pada siklus II, hal itu karena siswa telah mempelajari bagaimana prosedur ilmiah dilakukan dalam proses penyelidikan.
Keterampilan menginterpretasi data pada siklus I berdasarkan penilaian observasi dan LKS sebesar 75%, meningkat menjadi 81%
pada siklus II. Sedangkan berdasarkan hasil posttest pada siklus I ketercapaian aspek merencanakan percobaan sebesar 81%, kemudian meningkat menjadi 85% pada siklus II. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukankan oleh Ann Brown dalam Mohamad Nur [6] bahwa guru dapat mengajarkan siswa keterampilan-keterampilan dengan menciptakan pengalaman belajar, pada kesempatan itu guru memodelkan perilaku tertentu dan kemudian membantu siswa mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut berkat upaya mereka sendiri dengan pemberian semangat, dukungan, dan suatu sistem scaffolding. Peningkatan penguasaan keterampilan menginterpretasi data pada siswa kemungkinan dapat terjadi karena pemodelan
dari guru pada siklus I mengenai bagaimana penafsiran data yang telah diperoleh.
Keterampilan menyimpulkan pada siklus I berdasarkan penilaian observasi dan LKS sebesar 74%, meningkat menjadi 77% pada siklus II. Sedangkan berdasarkan hasil posttest pada siklus I ketercapaian aspek menyimpulkan sebesar 44%, kemudian meningkat menjadi 74% pada siklus II. Pada siklus I, kemampuan menyimpulkan siswa sangatlah rendah sehingga pada siklus II guru memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada siswa setelah siswa menginterpretasi data serta mengingatkan kembali terkait tujuan percobaan dan permasalahan yang ingin diselesaikan. Oleh kerena itu ketercapaian siswa dalam menyimpulkan meningkat pada siklus II.
Keterampilan proses sains yang dikembangkan pada penelitian ini adalah keterampilan merumuskan hipotesa, merencanakan percobaan, menginterpretasi data, dan menyimpilkan. Dari keempat keterampilan proses sains tersebut, keterampilan proses yang paling sedikit dikuasai oleh siswa adalah keterampilan proses menyimpulkan. Kemampuan menyimpulkan dan menginterpretasi data sangat erat hubungannya sebab definisi kesimpulan secara bahasa menurut Mohammad Nur [6] adalah penjelasan atau interpretasi dari suatu pengamatan atau suatu pernyataan. Hal tersebut kemungkinan karena siswa memiliki kesulitan dalam menemukan pola dalam sebuah pengamatan seperti yang diungkapkan Piaget dalam Rifa’I [7] selama proses pengamatan akan ada kognitif konflik yang perlu adanya proses akomodasi kognitif dalam pikiran siswa
SIMPULAN
Simpulan dari penelitian ini yaitu dalam pelaksanaan pembelajaran model Process Oriented Guide Inquiry Learning (POGIL) proses orientasi yang dilakukan harus lebih real dalam menampilkan suatu permasalahan.
Langkah awal pada model pembelajaran ini adalah dengan menghadirkan suatu fenomena kehidupan sehari-hari melalui video disertai demonstrasi yang dilakukan guru untuk memunculkan suatu permasalahan.
Berdasarkan permaslahan tersebut siswa
Seminar Nasional Fisika (SINAFI) 2016
169 diajak untuk merumuskan hipotesa dari
permasalahan yang muncul. Setelah itu siswa dibimbing untuk melakukan kegiatan eksplorasi dengan merencanakan percobaan dalam menguji hipotesa. Pada kegiatan eksplorasi siswa diajak untuk menginterpretasi data berdasarkan hasil eksperimen sehingga siswa dapat menyimpulkan hasilnya apakah sesuai dengan hipotesa pada kegiatan awal.
Penerapan model Process Oriented Guide Inquiry Learning (POGIL) dapat ,meningkatkan penguasaan keterampilan proses siswa kelas XI SMA Negeri 4 Bandung pada tahun ajar 2016/2017.
DAFTAR PUSTAKA
Adelia Alfama Zamista. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Process Sains Siswa SMA. ( Tesis). Sekolah Pascasarjana UPI. Bandung.
Rosidah. (2013). Keefektifan Model Pembelajaran Pogil Berbantuan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah. Skripsi. FMIPA UNNES.
Semarang
Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama Widya. hal 16
Usman, M. U. dan Setiawati, L. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Teguh. (2014). 41 Macam Model Pembelajaran. (2 Agustus 2014). Citing
Internet sources URL
http://www.teguhtdodo.wordpress.com/2 014/08/02/41-macam-model-metode- pembelajaran-efektif./ hal 107
Mohammad Nur. (1997). Modul Keterampilan- Keterampilan Proses Sains. UNESA:
Surabaya. Hal 49-76
Rifa’i, A. dan C. T. Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press.
SiNaFi Seminar Nasional Fisika
Seminar Nasional Fisika (SINAFI) 2016 Bandung, 17 Desember 2016
170