• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN POE (Predict-Observe-Explain) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMA

Dalam dokumen SEMINAR NASIONAL FISIKA (SiNaFi) - ADOC.PUB (Halaman 86-93)

SiNaFi Seminar Nasional Fisika

Seminar Nasional Fisika (SINAFI) 2016 Bandung, 17 Desember 2016

74

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN POE (Predict-Observe-Explain)

Seminar Nasional Fisika (SINAFI) 2016

75 belum sepenuhnya sesuai dengan tuntutan

Permendikbud di atas.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan cara observasi kegiatan pembelajaran dan angket yang diberikan pada 35 siswa di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung, ditemukan bahwa secara umum pembelajaran fisika di sekolah belum mampu membuat siswa berpartisipasi aktif dan proses pembelajaran yang terlaksana pun masih terpusat pada guru.

Hal ini terlihat dari hasil observasi proses pembelajaran di kelas yang menunjukkan bahwa siswa cenderung pasif ketika belajar, siswa lebih banyak mendengar dan menulis apa yang diinformasikan oleh guru, mengerjakan soal latihan berdasarkan contoh soal yang diberikan guru.

Hal ini diperkuat dengan adanya hasil angket yang dilakukan terhadap siswa mengenai respon siswa terhadap pembelajaran fisika, bahwa sebanyak 80% siswa tidak menyukai mata pelajaran fisika, 71% siswa merasa fisika merupakan mata pelajaran yang sulit, hal ini disebabkan oleh cara pembelajaran yang guru terapkan karena 77% siswa merasa tidak menyukai cara pembelajaran yang biasa guru terapkan di kelas. Sehingga, berdampak pada rendahnya nilai kognitif siswa, didapatkan bahwa sebanyak 83% siswa rata-rata nilai ulangan hariannya masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dengan nilai KKM 75.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut, dapat diketahui bahwa salah satu hasil belajar yaitu kemampuan kognitif siswa masih rendah, hal ini tidak terlepas dari rendahnya keterlibatan siswa selama proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada guru, sehingga berdampak pada siswa yang menjadi cenderung pasif, siswa tidak menyukai pelajaran fisika, dan menganggap fisika itu sulit. Pembelajaran seperti itu juga menjadikan tipe hasil belajar ranah kognitif siswa rendah.

Oleh karena itu, diharapkan suatu kegiatan pembelajaran yang bisa membuat siswa berpartisipasi aktif ketika di kelas sehingga tujuan pembelajaran fisika pada ranah kognitif dapat tercapai.

Untuk menanggulangi masalah tersebut, diperlukan suatu model pembelajaran yang bisa membuat siswa berpartisipasi aktif ketika di kelas, serta dapat meningkatkan kemampuan dalam ranah kognitif,. Adapun

alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain). Liew (2004, hlm. 3) mengemukakan bahwa POE (Predict-Observe- Explain) pertama kali dikembangkan oleh White dan Gunston (1992). Dalam kegiatan pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) awalnya siswa ditunjukkan mengenai suatu fenomena atau demonstrasi, lalu siswa diminta untuk memberikan prediksinya (respon siswa) mengenai apa yang akan terjadi dari fenomena atau demonstrasi disertai alasan mengapa ia memprediksi tersebut. Selanjutnya untuk membuktikan prediksinya, siswa melakukan pengamatan melalui demonstrasi atau eksperimen. Akhirnya siswa akan menjelaskan hasil pengamatannya kemudian dibandingkan dengan prediksi awal apakah sama atau berbeda. Melalui langkah-langkah kegiatan pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) tersebut siswa dituntut berpartisipasi aktif dan mengeluarkan pendapatnya berdasarkan apa yang mereka ketahui dan akhirnya mereka dapat mengkonstruksi pengetahuan baru yang mereka dapatkan dari hasil kegiatan observasi, sehingga siswa lebih memahami dan menguasai konsep yang dipelajarinya.

Mathembu (2001, hlm. 8) menyatakan bahwa dari hasil penelitiannya POE (Predict- Observe-Explain) dapat digunakan oleh guru untuk merancang kegiatan pembelajaran yang dimulai dengan titik pandang siswa bukan guru atau ilmuwan. Sejalan dengan itu Palmer (1995, hlm.323) dalam penelitian pada mata pelaaran kimia mengemukakan bahwa POE (Predict-Observe-Explain) juga dapat membuat pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga siswa dapat memiliki rasa ingin tahu, mandiri, dan kreatif. Liew (2004, hlm. 21) mengemukakan bahwa POE (Predict-Observe- Explain) memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan perubahan dalam prestasinya dari waktu ke waktu, dan juga memberikan kesempatan baginya untuk mendokumentasikan cara dia mengembangkan ide-idenya.

Penelitian lain tentang penerapan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) diantaranya dilakukan oleh Puriyandari, Saputro dan Masykuri (2014, hlm. 29) hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran POE (Predict-Observe- Explain) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi kelarutan baik dalam aspek kognitif maupun aspek afektif . Yulianto,

U. H. Nufus, dkk, - Penerapan Model Pembelajaran POE

76 Sopyan dan Yulianto (2014, hlm. 5) hasil

penelitiannya menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran POE (Predict-Observe- Explain) dapat meningkatkan kemampuan kognitif fisika siswa SMP, dan Farikha, Redjeki dan Utomo (2015, hlm.101) hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) dapat meningkatkan proses belajar siswa serta prestasi belajar siswa yang terdiri dari aspek pengetahuan, aspek sikap sosial, dan aspek keterampilan pada materi hidrolisis garam.

Ketiga penelitian di atas menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran POE (Predict- Observe-Explain) dapat meningkatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang serupa yaitu menerapkan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain), namun materi penelitian yang akan diambil adalah Getaran Harmonis Sederhana.

Salah satu materi fisika yang harus dikuasai di tingkat SMA kelas XI adalah materi Getaran Harmonis Sederhana. Materi ini merupakan materi yang sesuai dan menarik untuk dijadikan materi penelitian model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain), melalui materi ini banyak hal yang bisa dilakukan siswa misalnya berkaitan dengan arah gaya pemulih pada pegas dan bandul, faktor-faktor yang berpengaruh pada periode getaran pegas, dan faktor-faktor yang berpengaruh pada periode getaran bandul. Hal- hal tersebut dapat dilakukan siswa melalui kegiatan predict, observe, dan explain. Dengan demikian model pembelajaran POE (Predict-

Observe-Explain) ini dapat diterapkan untuk memenuhi tuntutan proses pembelajaran yang diungkapkan dalam permendikbud No. 65 tahun 2013. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah menerapkan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain), untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa SMA.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-experimental design.

Menggunakan metode pre-experimental design karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pendekatan one- group pre-test-post-test, desain ini merupakan desain yang sampel penelitiannya menggunakan satu kelompok saja, kelompok tersebut diberikan pre-test (tes awal) untuk mengukur kondisi awal keadaan responden, setelah itu diberi treatment (perlakuan) dengan menggunakan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) dalam pembelajaran.

Terakhir, responden diberi post-test (tes akhir) untuk mengetahui keadaan terakhir responden setelah diberikan treatment. Adapun pola yang digunakan dapat digambarkan pada Gambar 2.

Gambar 2. 1 Desain Penelitian One-Group Pre-test-Post-test Design

Sugiyono (2013, hlm. 111)

Keterangan:

X :Treatment (penerapan model pembelajaran POE (Predict-Observe- Explain).

O1 : Pre-test sebelum treatment O2 : Post-test sesudah treatment.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI di salah satu SMA di Kota Bandung. Dari populasi tersebut, diambil sampel penelitian yaitu salah satu kelas XI MIA Tahun pelajaran 2016-2017. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik convenience sampling karena peneliti menentukan sampel atas dasar rekomendasi langsung dari guru mata pelajaran fisika dengan pertimbangan kelas yang homogen dan sesuai dengan tujuan penelitian serta perlakuan yang akan diterapkan dalam Pre-Test Treatment Post-

Test

O1 X O2

Seminar Nasional Fisika (SINAFI) 2016

77 pembelajaran. Data yang dikumpulkan berupa

data hasil tes kemampuan kognitif yang dilakukan ketika siswa melakukan pre-test (tes awal) dan post-test (tes akhir).Tuuan dari tes kemampuan kognitif ini adalah untuk melihat peningkatan kemampuan kognitif siswa setelah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain).

Teknik pengumpulan data menggunakan instrument tes kemampuan kognitif dalam bentuk pilihan ganda. Teknik pengembangan instrument tes kognitif yang dilakukan sebelum proses pembelajaran adalah validitas isi oleh ahli, kemudian di uji cobakan kepada siswa yang sudah pernah mendapatkan materi getaran harmonis sederhana, selanjutnya dianalisis daya pembeda, tingkat kesukaran, uji validitas dan uji reliabilitas. Teknik analisis data

dilakukan dengan cara melihat perubahan positif dari hasil pre-test dan post-test yang dinyatakan dengan rata-rata nilai Gain yang dinormalisasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peningkatan kemampuan kognitif siswa diidentifikasi dari hasil pretest- dan post-test siswa setelah pembelajaran dengan model pembelajaran POE dengan menggunakan perhitungan rata-rata gain yang dinormalisasi

<g>.

Berdasarkan data skor hasil pre-test dan post-test siswa pada ranah kognitif, diperoleh rekapitulasi skor tes hasil belajar siswa seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3. 1 Rekapitulasi Skor Tes Hasil Belajar Siswa pada Ranah Kognitif Test Xideal Xmin Xmax š‘æĢ… Gain <g> Kategori

Pre-test 100 10 40 21,14

40,88 0,52 Sedang Post-test 100 43,33 80 62,02

Tabel 3.1 memperliatkan bahwa adanya peningkatan rata-rata skor tes siswa. Sebelum dilakukan treatment rata-rata skor pre-test siswa sebesar 21,14 dan setelah dilakukan treatment rata-rata skor post-test sebesar 62,02. Dari peningkatan rata-rata skor tes siswa ini didapatkan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi sebesar 0,52 dan masuk ke dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa setelah diterapkan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) dalam pembelajaran.

Berdasarkan Tabel 3.1 terlihat bahwa skor rata-rata pre-test siswa masih rendah yaitu 21,14 ini menunjukkan bahwa sebelum pembelajaran siswa belum memahami materi pelajaran, namun setelah diberi perlakuan (treatment) skor rata-rata post-test siswa meningkat menjadi 62,02. Setelah dianalisis diperoleh nilai gain yang dinormalisasi sebesar 0,52 dan masuk kedalam kategori sedang.

Artinya ada peningkatan hasil belajar peserta didik pada ranah kognitif setelah diterapkan model pembelajaran POE (Predict-Observe- Explain) dalam pembelajaran dengan kriteria peningkatan aspek kognitif berada pada kriteria sedang.

Senada dengan hasil penelitian Yulianto, Sopyan dan Yulianto (2014. hlm. 5) hasil belajar kognitif siswa menunjukkan gain sebesar 0,55 dengan kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model POE dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Faktor gain menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model POE memberikan dampak positif terhadap hasil belajar kognitif siswa.

Peningkatan hasil belajar aspek kognitif ini dapat dianalisis dari peningkatan tiap jenjang kognitif yang dibatasi yaitu jenjang kognitif C1, C2, C3, dan C4. Untuk lebih jelasnya, peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa untuk setiap aspek yang diteliti dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Yang menunjukkan peningkatan hasil belajar ranah kognitif disetiap aspek C1, C2, C3, dan C4 setelah diterapkan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain). Untuk aspek C1 nilai siswa meningkat sebesar 0,7 termasuk ke dalam kategori tinggi, aspek C2 meningkat sebesar 0,62 termasuk kategori sedang, aspek C3 meningkat sebesar 0,46 masuk pada kategori sedang, dan aspek yang terakhir yang diteliti yaitu C4 meningkat sebesar 0,42 dan masuk pada kategori sedang.

U. H. Nufus, dkk, - Penerapan Model Pembelajaran POE

78 Gambar 3.1 Diagram Peningkatan Setiap Aspek Kognitif Siswa

Peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif ini dapat dianalisis dari peningkatan tiap jenjang kognitif yang diteliti seperti yang telah tertuang pada Gambar 3.1 dapat dilihat peningkatan hasil belajar aspek kognitif untuk masing-masing jenjang baik C1, C2, C3, dan C4 berdasarkan rata-rata skor pre-test dan post- test.. Berikut analisis hasil belajar siswa untuk setiap aspek kognitif yang diujikan yaitu diantaranya:

a. Aspek kognitif C1

Berdasarkan Gambar 3. 1 di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar ranah kognitif pada jenjang C1 mengalami peningkatan. Diperoleh gain yang dinormalisasi yaitu sebesar 0,71 maka peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa yang terjadi pada jenjang ini termasuk pada kategori tinggi. Peningkatan hasil belajar ranah kognitif pada jenjang C1 ini merupakan peningkatan terbesar diantara jenjang kognitif yang diukur. Peningkatan hasil belajar ranah kognitif pada jenjang C1 menunjukkan bahwa siswa memiliki kemampuan mengingat apa yang telah dipelajari ketika di dalam kelas tanpa harus memahami atau dapat menggunakannya.

Aspek C1 ini merupakan aspek yang paling rendah dari keempat aspek kognitif yang diteliti, dan aspek ini juga menjadi prasyarat untuk aspek-aspek di atasnya. Maka peningkatan hasil belajar ranah kognitif pada aspek C1 sudah seharusnya mengalami peningkatan yang paling tinggi dibandingkan aspek yang lainnya. Hasil dari penelitian ini aspek C1 masuk dalam kategori tinggi, hal ini disebabkan kemampuan siswa pada aspek ini dilatihkan dengan menampilkan fenomena yang nyata, seperti ketika mendefinisikan konsep getaran harmonis sederhana, guru mendemonstrasikan secara langsung dan

merangsang siswa dengan pertanyaan- pertanyaan agar siswa dapat medefinisikan konsep tersebut. Selain itu pada tahap observe siswa melakukan langsung percobaan sehingga siswa dapat menyelesaikan masalah yang ada dengan cara mengidentifikasi langsung melalui kegiatan observasi, sehingga siswa tidak hanya menghafal tetapi dapat mengingatnya secara terintegrasi.

b. Aspek Kognitif C2

Berdasarkan Gambar 3. 1 di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar ranah kognitif pada aspek C2 mengalami peningkatan. Diperoleh gain yang dinormalisasi yaitu sebesar 0,62 maka peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa yang terjadi pada aspek ini termasuk pada kategori sedang. Hal ini disebabkan pada tahap predict guru memberikan demonstrasi dan mengarahkan siswa untuk dapat memprediksi jawaban dari pertanyaan yang guru ajukan, sehingga pada tahap ini siswa sudah diajak untuk menggunakan pengetahuan mereka sebelumnya dan menghubungkan ke pengetahuan yang akan diajarkan atau pengetahuan baru untuk dapat menjawab prediksi . Kemudian pada tahap observe siswa melakukan pengamatan dan juga terjadi diskusi dalam kelompok, selain itu guru pun ikut membantu berkeliling untuk membantu siswa apabila ada sesuatu yang kurang di mengerti siswa. Pada saat tahap explain setiap kelompok di perintakan untuk menjelaskan hasil observasinya apakah sesuai atau tidak dengan prediksi mereka sebelumnya, dan kelompok lainnya memperhatikan serta ikut berdiskusi apabila tidak sesuai dengan hasil mereka maka tahap ini terjadi diskusi interaktif di dalam kelas. Sehingga dengan tahap-tahap ini siswa dapat memahami materi yang sedang mereka pelajari.. Hasil ini sejalan dengan hasil 0

0.2 0.4 0.6 0.8

C1 C2 C3 C4

<g>

Aspek Kognitif

<g>

Seminar Nasional Fisika (SINAFI) 2016

79 penelitian yang dilakukan oleh Liew (2004, hlm.

20) mengemukakan bahwa POE (Predict- Observe-Explain) efektif dalam mengdiagnosis kemampuan pemahaman siswa untuk menjelaskan peristiwa dan fenomena tertentu.

c. Aspek Kognitif C3

Berdasarkan Gambar 3. 1 di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar ranah kognitif pada aspek C3 mengalami peningkatan. Diperoleh gain yang dinormalisasi yaitu sebesar 0,46 maka peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa yang teradi pada jenjang ini termasuk pada kategori sedang. Aspek ini di latihkan saat tahap observe siswa difasilitasi melalui pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS untuk melatih kemampuan mengaplikasikan yang melibatkan penggunaan prosedur- prosedur tertentu. Selain itu dilatihkan pada saat pemberian tes formatif, namun pada saat siswa diberikan soal penerapan berupa matematis terlihat ketika guru berkeliling untuk memperhatikan jawaban siswa beberapa siswa telah mampu mengerjakan soal penerapan, siswa mampu menentukan apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu untuk menyelesaikannya dengan tepat, namun ada juga sebagian siswa yang belum dapat menyelesaikan soal penerapan yang guru berikan. Sehingga dari hasil analisis jawaban tes formatif siswa, sebagian siswa tidak mengisi soal penerapan tersebut. Selain itu pada saat tes formatif ini sedikit sekali waktu untuk siswa bertanya, oleh karena itu aspek C3 ini peningkatannya masih rendah.

Untuk mengatasi hal tersbut, maka sebaiknya untuk menyelesaikan soal maupun penerapanya, seseorang sering dilatihkan dan melakukan sendiri dengan menggunakan pengetahuannya sehingga dia tahu kapan dan dimana harus menggunakannya.

d. Aspek Kognitif C4

Berdasarkan Gambar 3. 1 di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar ranah kognitif pada aspek C4 mengalami peningkatan. Diperoleh gain yang dinormalisasi yaitu sebesar 0,42 maka peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa yang teradi pada aspek ini termasuk pada kategori sedang. Aspek kognitif C4ini walaupun masuk pada kategori sedang tetapi memiliki gain yang dinormalisasi paling rendah dari aspek kognitif yang diteliti. Hal ini disebabkan karena dalam kegiatan pembelajaran ini guru kurang memberikan arahan dalam membangun pertanyaan analisis baik ketika diskusi, maupun saat menampilkan

fenomena dan demonstrasi. Selain itu ketika siswa melakukan diskusi pada tahap observe guru kurang memantau dengan baik. Akibatnya kemampuan C4siswa masih kurang, dan belum dapat ditingkatkan dengan baik.

Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya pada proses pembelajaran lebih dilatihkan kemampuan siswa dalam komunikasi aktif menggabungkan pengetahuannya untuk menyelesaikan permasalahan, guru sebagai fasilitator memberikan arahan berupa pertanyaan-pertanyaan bimbingan agar siswa dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan baik dan terlatih.

Hasil peningkatan yang didapatkan ini sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Liew (2004, hlm. 21) mengemukakan bahwa POE memberikan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan perubahan dalam prestasinya dari waktu ke waktu, dan juga memberikan kesempatan baginya untuk mendokumentasikan cara dia mengembangkan ide-idenya.

SIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ppenerapan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa SMA. Hal ini ditunjukkan dari skor gain yang dinormalisasi sebesar 0,52 dengan kategori sedang. Ranah kognitif paling rendah adalah pada aspek C4 yaitu menganalisis dan ranah kognitif yang paling tinggi adalah padaaspek C1yaitu mengingat.

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan perlu adanya kelas kontrol atau pembanding untuk melihat efektivitas dari model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain), selain itu dalam penelitian ini kemampuan kognitif C3 dan C4 paling rendah dari kemampuan kognitif yang lain, sebaiknya untuk penelitian selanjutnya aspek menerapkan dan menganalisis lebih dilatihkan ketika proses pembelajaran agar kemampuan C3 dan C4 siswa lebih baik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasihh kepada dosen pembimbing yang telah memberikan masukan berupa saran yang membangun, dan kepada seluruh pihak yang telah membantu.

U. H. Nufus, dkk, - Penerapan Model Pembelajaran POE

80 DAFTAR PUSTAKA

[1] Farikha, L; Redjeki, T; dan Utomo, S,B.

(2015). Penerapan Model Pembelajaran Predict Observe Explain (POE) Disertasi Eksperimen pada Materi Pokok Hidrolisis Garam untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI MIA 3 SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. Surakarta: Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), 4 (4), hlm.95-102.

[2] Kemendikbud (2013). Permendikbud No.65 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta: Kementerian Pendidikan dan KebudayaanRI.

[3] Liew, C, H. (2004). The Effectiveness of Predict-Observe-Explain Techniquein Diagnosing Students’ Understanding of Science and Identifying their Level of Achievement. Perth: Curtin’s institutional research repository, hlm. 1-11.

[4] Palmer, D. (1995). The POE in the Primary School: An Evaluation. Brisbane:

Research in Science Education, 25(3), hlm.323-332

[5] Puriyandari, D; Saputro, A; dan Masykuri, M. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Predict, Observe, Explain (POE) Dilengkapi Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Prestasi Belajar Materi Kelarutan dan Hasil kali Kelarutan Siswa Kelas XI IPA, Semester Genap SMA 1 Nemplak Tahun Pelajaran 2012/2013. Surakarta: Jurnal Pendidikan Kimia (JPK),3 (1), hlm. 24- 30.← Journal.

[6] Sugiyono. (2013). Metode penelitian manajemen. Bandung: Alfabeta.← Book.

[7] Yulianto, E; Sopyan, A; dan Yulianto, A.

(2014) Penerapan Model pembelajaran POE (Predict-Obsere-Explain) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kognitif isika SMP. Semarang: Unnes Physics Education Journal, 3 (3), hlm. 1-6

SiNaFi Seminar Nasional Fisika

Seminar Nasional Fisika (SINAFI) 2016 Bandung, 17 Desember 2016

81

IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI INTERAKTIF UNTUK

Dalam dokumen SEMINAR NASIONAL FISIKA (SiNaFi) - ADOC.PUB (Halaman 86-93)

Garis besar

Dokumen terkait