• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kendala Dalam Implementasi Pembelajaran Online Dalam Mata Pelajaran

Kelas IX MTs Putri Al-Ishlahuddiny Tahun 2020/2021

C. Kendala Dalam Implementasi Pembelajaran Online Dalam Mata Pelajaran

Tahun 2020/2021.

Setelah mengumpulkan data terdapat beberapa faktor yang menjadi kendala dalam implementasi pembelajaran online dalam mata pelajaran akidah akhlak di kelas IX MTs putri al-ishlahuddiny. Data yang diperoleh akan dipaparkan saat pengamatan di lapangan serta kutipan hasil wawancara dan jawaban dari informan. Dari data yang didapatkan melalui observasi dan wawancara, ditemukan beberapa kendala dalam implementasi pembelajaran online dalam mata pelajaran akidah akhlak di kelas IX MTs putri al-ishlahuddiny. Adapun hal-hal yang menjadi kendalanya sebagai berikut:

1. Kendala dalam implementasi pembelajaran online dalam mata pelajaran akidah akhlak di kelas IX MTs putri al-ishlahuddiny.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdapat beberapa kendala dalam mengimplementasikan pembelajaran online di kelas IX MTs putri al-ishlahuddiny, sebagai seberikut:

a. Jaringan Internet dan Gawai

Kondisi jaringan internet yang tidak stabil, tentunya akan menghambat proses belajar. Terutama saat guru sedang menyampaikan materi pembelajaran. Karena banyak santri yang berada di daerah yang dimana jaringan internet sangat susah didapat. Selain jaringan internet, kendala yang dihadapi adalah

tidak punya gawai. Sehingga santri kesulitan untuk mengikuti pembelajaran online. Hal tersebut seperti yang telah diungkapkan oleh Ustadz Muhammad Arfian Hasan:

“Keluhan yang sering ditemui adalah kurangnya jaringan internet,akses internet sangat dibutuhkan karena sekitar 95% media yang digunakan untuk belajar online adalah aplikasi Whatssap Group. Dalam menjalankan aktivitas pembelajaran online, teknis menjadi hambatan mendasar selama melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar online. Hal ini terjadi karena tidak semua santri memiliki gawai yang mumpuni untuk melaksanakan pembelajaran online.”73

b. Kuota Internet yang Tidak Memadai

Berbagai kendala yang dihadapi telah menjadi bagian proses pembelajaran online. Proses belajar mengajar yang dilakukan secara online menuntut setiap pihak yang terlibat di dalamnya untuk menghabiskan kuota internet agar tetap bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Belum lagi durasi waktu pelajaran yang dibilang cukup panjang, yakni bisa mencapai 1 jam bahkan lebih. Mau tidak mau, baik guru maupun santri harus menghabiskan kuota beberapa gigabytes demi mengikuti materi pelajaran yang disampaikan. Hal tersebut sebagaimana telah disampaikan oleh Ustadzah Sa’adah:

“Kebutuhan kuota internet tentunya menjadi tambahan biaya dikeluarkan orang tua untuk belajar anaknya. Dalam pembelajaran online ini, terkadang sedikit santri yang dapat mengikuti pembelajaran. Dikarenakan keterbatasan kuota, apa lagi santri yang tingkat ekonomi orang tuanya

73 Muhammad Arfian Hasan, Waka Kesiswaan, Kediri Lombok Barat, Wawancara, 3 Desember 2020.

masih rendah. Hal ini menjadi kendala bagi orang tua.

Karena wali murid tidak hanya punya anak 1, tapi ada yang punya anak 2,3, gitu. Saya juga tidak bisa memaksakan santri untuk tetap mengikuti pembelajaran kalau diantara mereka ada yang tidak punya kuota.”74 Hal tersebut juga relevan saat santri yang bernama Nurmiatin Hadi telat mengumpulkan tugas, lalu berkata:

“Saya mau mengumpulkan tugas akidah akhlak yang ke tiga, maaf telat mengumpulkan soalnya baru ada kuota sekarang”.75

c. Aplikasi Pembelajaran

Kendala yang dialami oleh guru yang berkemampuan IT (Information Technology) rendah adalah lemahnya pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengatasi IT (Information Technology) atau aplikasi-aplikasi untuk kegiatan pembelajaran, tidak maksimalnya dalam penyampaian materi, kurangnya komunikasi dan sosialisasi dengan peserta didik. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ustadzah Sa’adah selaku guru akidah akhlak di kelas IX MTs Putri Al-Ishlahuddiny:

“Selama masa pandemi ini, aplikasi yang saya gunakan saat pembelajaran online adalah aplikasi Whatsapp.

Karena lemahnya IT saya, saya tidak bisa menggunakan aplikasi-aplikasi yang biasanya digunakan oleh guru- guru untuk melaksanakan pembelajaran online, sehingga saya merasa kebingungan ketika saya akan menyampaikan materi kepada santri, akhirnya saya

74Sa’adah Maryam, Guru Akidah Akhlak Kelas IX , Kediri Lombok Barat, Wawancara, 15 Desember 2020.

75 Nurmiatin Hadi, Santri Kelas IX C,Kediri Lombok Barat, Dokumentasi Chat WA, 22 November 2020.

hanya menggunakan Whatsapp group untuk pembelajaran online. 76

d. Pengelolaan Pembelajaran

Pengelolaan pembelajaran merupakan proses untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru, selain mempelajari teknologi yang baru, guru juga harus bisa memberikan materi yang bermanfaat yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari atau dunia pekerjaan nantinya. Guru dapat memilih materi esensial bagi siswa, dari pada guru hanya memenuhi kurikulum semua materi tetapi goal-nya tidak dapat. Pada awalnya guru-guru kesulitan dalam memberikan materi dengan aplikasi. Seperti yang telah disampaikan oleh Ustadzah Sa’adah:

“Terlalu banyak kendala sebenarnya yang kita temui dalam pembelajaran online ini. Saya pun percaya orang tua dimanapun mempunyai keluhan tentang pembelajaran online. Keterbatasan infrastruktur ini menjadikan pembelajaran online tidak dapat optimal. Ketidakyakinan pada pembelajaran online bisa jadi merupakan sebab lain mengapa pembelajaran ini belum direspon dengan baik oleh guru dan orang tua. “77

e. Kurangnya Pengawasan

Orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya dalam memperoleh pendidikan dalam kehidupan. Semenjak pertengahan semester ganjil tahun ajaran 2019/2020, kebiajakan baru sebagai salah satu dampak dari pandemi itu dirasakan dalam kalangan

76Sa’adah Maryam, Guru Akidah Akhlak Kelas IX , Kediri Lombok Barat, Wawancara, 15 Desember 2020.

77 Sa’adah Maryam, Guru Akidah Akhlak Kelas IX , Kediri Lombok Barat, Wawancara, 15 Desember 2020.

pendidik, yaitu berpindahnya kegiatan di lembaga pendidikan formal ke lembaga informal. Oleh sebab itu, agar pembelajaran online yang dilakukan anak dapat bermakna maka diperlukan pengawasan. Karena pengawasan sudah pasti ada pada keluarga dengan pelaksana utamanya adalah orang tua. Pembelajaran anak di rumah dilaksanakan dalam berbagai metode, tergantung intruksi yang diberikan guru di sekolah, juga berdasarkan tingakat pendidikan masing-masing anak. Semua ini harus diterima dan dilaksanakan oleh orang tua sebagai babak baru dalam rangka melanjutkan pendidikan anak-anaknya.

Tugas mendampingi anak di rumah bagi orang tua sebenarnya tidaklah sulit, hanya saja karena belum terbiasa, sehingga butuh waktu untuk menyesuaikan diri. Apalagi bagi orang tua yang memiliki beberapa orang anak yang sedang menempuh pendidikan dalam jenjang pendidikan yang berbeda- beda, sehingga orang tua merasa kesulitan dalam memahami materi. Sehingga tatkala berkumpul di rumah, berbagai drama pun tidak bisa dihindari. Setiap anak dalam fase tumbuh dan berkembangnya masing-masing, dalam kondisi emosional yang berbeda-beda, dan tingkat kecerdasan yang tidak sama. Hal inilah sebetulnya yang membuat banyak orang tua dilema dalam melaksanakan pembelajaran online, terkadang cukup sulit untuk

diatasi dan mengawasi anaknya. Hal tersebut sebagaimana telah disampaikan oleh Ustadzah Sa’adah:

“Kalau sekedar mendampingi anak dalam belajar saja, barangkali tidaklah akan membuat orang tua begitu kesulitan. Hal tersebut berlaku untuk anak-anak MTs, orang tua perlu mengawasi penggunaan gawai bagi anak- anak mereka, agar tidak salah dalam memanfaatkannya setelah jam belajar selesai. Hal ini membuat orang tua tidak bisa melaksanakan tugas mengajar sesuai jadwal yang telah direncanakan dari awal, dan juga berdampak terhadap berantakannya kegiatan rutin di rumah. Bagi orang tua yang tidak siap secara mental menghadapi berbagai perubahan ini, tentu menjadi beban tersendiri.

Hal lain yang membuat orang tua merasa kesulitan mengajarkan anak belajar di rumah adalah tingkat kesulitan materi belajar anak-anak mereka dirasa cukup tinggi, sedangkan latar belakang pendidikan dan pengetahuan orang tua tidak semuanya mampu untuk menguasai berbagai materi belajar anak-anak tersebut, maka kegiatan belajar mengajar anak tidak berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya. Meskipun komunikasi dengan guru bisa dilakukan secara online, tapi tentu tidak bisa maksimal dalam setiap pembelajaran.

Alhasil, selama satu semester ini, peningkatan pembelajaran anak tidak mengalami kenaikan sebagaimana yang diharapkan, hanya bisa terlaksana sesuai kemampuan mengajar orang tua masing-masing.”78 f. Penilaian Pembelajaran

Selain kendala peserta didik dalam pembelajaran online, guru juga mengalami kesulitan dalam penilaian. Hal ini dapat dilihat dalam keaktivan peserta didik dalam pembelajaran media whatsapp yang kurang dari 50%. Selain keaktivan peserta didik dalam proses pembelajaran online, estimasi waktu belajar yang

78Sa’adah Maryam, Guru Akidah Akhlak Kelas IX , Kediri Lombok Barat, Wawancara, 15 Desember 2020.

tidak efektif dalam pengumpulan tugas. Peserta didik lambat dalam merespon tugas. Dalam memberikan penilaian guru memilki toleransi nilai yang sangat tinggi. Peserta didik yang tidak disiplin cendrung mengabaikan jam permbelajaran online, tidak mengikuti pembelajaran online, tidak mengumpulkan tugas, dan tidak merespon setiap penjelasan materi. Sikap peserta didik ini yang memperumit penilaian guru.

Namun, ada yang mengganjal pada saat penggunaan WA sebagai media pembelajan online, yaitu perihal penilaian yang dilakukan seperti kita ketahui, bahwa kurikulum 2013, yang saat ini digunakan memilki banyak penilaian. Penilaian yang dimaksud merupakan penilaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Hal tersebut sebagaimana telah disampaikan oleh Ustadzah Sa’adah:

“Hal lain yang penting dan diabaikan pembelajaran online adalah penilaian dalam pembelajaran. Seperti yang telah disebutkan bahwa penilaian dalam kurikulum 2013, memilki tiga aspek penilaian yaitu, penilaian sikap, keterampilan, dan juga pengetahuan. Dari ketiga penilaian tersebut aspek penilaian sikaplah yang hampir tidak dapat dilaksanakan dengan maksimal.

Ketidakmaksimalan ini dikarenakan tidak adanya tatap muka antara guru dan peserta didik, begitupun sebaliknya. Padahal penilaian aspek penting dimana dilakukan untuk menilai perilaku peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dan di luar pembelajaran.

Bagaimana pendidik dapat menilai sikap spiritual serta sikap sosial jika tidak adanya tatap muka. Tidak mudah untuk dapat mengukur semua keterampilan belajar sesuai dengan amanah kurikulum 2013. Ada beberapa hal yang

perlu dimodifikasi agar capaian tersebut dapat diperoleh para peserta didik selama pembelajaran online.79

D. Upaya mengatasi kendala dalam Implementasi Pembelajaran