• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kendala dalam Implementasi Pembelajaran Online Mata Pelajaran Akidah

Dalam dokumen Lailannisa 170101053.pdf - etheses UIN Mataram (Halaman 105-111)

BAB III PEMBAHASAN

B. Kendala dalam Implementasi Pembelajaran Online Mata Pelajaran Akidah

B. Kendala dalam Implementasi Pembelajaran Online Mata Pelajaran

melakukan pembelajaran online mereka harus rela pergi ke kampong tetangganya terlebih dahulu yang letaknya sangat jauh dari tempat tinggal mereka dan membutuhkan waktu berjam-jam perjalanan untuk bisa sampai ke tempat tersebut.89

Selain jaringan internet, hal lain yang menjadi kendala banyak orang tua yang belum mampu menyediakan sarana prasarana bagi anak- anak mereka karena pembeljaran online ini membutuhkan Handphone maupun laptop.

2. Kuota internet

Kendala selanjutnya adalah masalah kuota internet. Pembelajaran online membutuhkan kuota internet yang cukup besar dan ini sangat membebeni guru, santri ataupun orang tua. Terlebih lagi pada masa pandemi covid-19 ini juga berdampak besar bagi sendi-sendi kehidupan termasuk ekonomi.

3. Aplikasi pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran online yang dinilai mendadak akibat pandemi yang melanda hampir lebih dari 200 negara. Mau tidak mau memaksa guru untuk beralih menggunakan Aplikasi internet sebagai satu-satunya sarana yang memungkinkan untuk penyampaian materi pembelajaran. Hal ini yang menjadi kendala, karena guru yang masih gagap teknologi dan kurang mahir teknologi. Tidak bisa dipungkiri bahwa tidak semua pendidik mahir dalam menggunakan aplikasi.

89 Irhamni, Dilema pendidikan Daring Selama Covid-19, Dalam Sulisworo D, Inovasi Pembelajaran Era Covid-19, (Yogyakarta:Markumi Press 2020), hlm.77.

Berbagai aplikasi yang ditawarkan menjadi permasalahan utama bagi guru. Selain itu guru belum memiliki kesiapan dari pembelajaran tatap muka ke pembelajaran online. Baik dari sekolah atau dinas pendidikan belum memberikan pelatihan tentang penggunaan aplikasi pendukung pembelajaran online.

Yang menjadi kendala oleh guru yang tingkat pemahaman IT (Information Technology) masih rendah adalah tidak tahu bagaimana cara memindahkan soal atau materi yang sudah diketik dari laptop ke handphone. Hal itu sangat dirasakan oleh guru-guru senior.

Sebelum menentukan aplikasi yang digunakan, guru berdiskusi dengan walimurid untuk menentukan aplikasi yang akan digunakan.

Untuk memantau perkembangan belajar siswa, setiap guru memiliki grup kelas yang digunakan untuk melaksanakan dan memantau pembelajaran daring. Melalui penggunaan aplikasi Whatsapp Group guru dapat mengirimkan berbagai macam tugas, dengan berbagai format dokumen, mulai dari Ms. Word, Ms. Power point, Link Video, Pesan suara, dan lain sebagainya.

4. Pengelolaan Pembelajaran

Berdasarkan UU No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menjelaskan bahwa salah satu kemampuan yang harus dikuasai bagi guru yaitu kemampuan pedagogik.90 Kemampuan ini memungkinkan guru untuk mengelola, mengorganisasikan pembelajaran. Kemampuan

90 UU No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

pengorganisasian mempersyaratkan seorang guru agar dapat mengurutkan materi yang disampaikan secara logis sehingga keterkaitan antara topik satu dengan yang lain jelas.

Menurut Mulyasa, kemampuan mengorganisasikan materi terdiri dari dua tahap, yaitu memilih materi pembelajaran dan menyusun materi pembelajaran. Ketika pembelajaran berlangsung secara tatap muka, guru sudah terbiasa untuk melakukan pengorganisasian pembelajaran.Namun, hal yang menjadi kendala ketika pembelajaran berlangsung secara online, guru harus memilih materi pembelajaran dengan ekstra agar tidak terjadi miskonsepsi antara guru dan walimurid atau siswa ketika mempelajari materi. Disisi lain, guru juga harus melihat ketercapaian kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.

Sehingga pembuatan materi ketika pembelajaran dilakukan secara daring harus dilakukan dengan maksimal.91

5. Penilaian Pembelajaran

Kegiatan penilaian merupakan hal yang penting dan merupakan satu kesatuan dalam kegiatan belajar mengajar.Guna mendapatkan informasi mengenai pencapaian kompetensi siswa, maka dibutuhkan penilaian.

Pelaksanaan pembelajaran online menimbulkan masalah baru dalam penilaian siswa. Berdasarkan kurikulum 2013, penilaian kegiatan pembelajaran meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotor. Selain

91 Mulyasa,Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT.Remaja Rosda karya), hlm.139.

itu, partisipasi pada kegiatan kelas secara online ini sulit untuk mendeteksi apakah peserta didik selalu mengikuti pembelajaran meski ada pertanyaan maka jawabannya panjang akan tetapi kebanyakan mirip dengan informasi yang ada di internet. Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan mengenal peserta didik lebih jauh lagi dan berupaya meningkatkan kompetensinya secara terukur dan valid dengan bukti. Secara keseluruhan, dengan berbagai kegiatan yang diterapkan dalam pembelajaran online ini dari beberapa aspek, dapat menjadi bahan pendidik untuk menilai kompetensi peserta didik.92

Menurut Anderson terdapat tiga prinsip dalam penilaian pembelajaran, yaitu bermakna, transparansi, dan adil. Ketiga prinsip tersebut tidak dapat dipenuhi secara maksimal oleh guru.Terutama prinsip adil.

Adil dalam penilaian mempunyai makna bahwa setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama dalam sistem penilain, bukan berarti bahwa setiap siswa mendapatkan nilai yang sama, tetapi siswa mendapatkan nilai yang sesuai dengan kemampuan belajar masing- masing.

Fakta di lapangan, menunjukkan bahwa semua siswa memperoleh nilai maksimal ketika diberi soal. Hal tersebut menjadi pertanyaan bagi guru, apakah siswa benar-benar memahami materi atau siswa

92 Adevia Indah Kusuma, Menyiasati cara penilaian baru kompetensi peserta didik, Dalam Sulisworo D, Praktik Pembelajaran Online Era Covid-19, (Yogyakarta:Markumi Press 2020), hlm.57-59.

mendapat bantuan dari orang dewasa ketika mengerjakan tugas, sehingga yang terjadi adalah guru tidak dapat menilai ketercapaian pembelajaran secara obyektif sesuai dengan kemampuan siswa. Adanya pembelajaran online, menghilangkan sosialisasi siswa dengan siswa yang lain sehingga menjadi kendala bagi guru dalam melakukan penilaian afektif.

6. Kurangnya pengawasan

Kegiatan pembelajaran online akan berjalan dengan lancar, jika siswa senantiasa mendapat pengawasan, baik dari guru maupun orangtua. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pada minggu awal kegiatan pembelajaran online, orang tua memberikan perhatian penuh terhadap anaknya. Namun pada minggu kedua dan seterusnya, pengawasan dari orang tua mulai berkurang. Hal ini terjadi karena pada saat yang sama, orang tua siswa juga harus membagi waktu untuk bekerja, mengurus rumah dan mengawasi anak belajar. Sehingga yang terjadi adalah guru mengirimkan tugas dan orang tua mengirimkan hasil pekerjaan anak, tanpa adanya pengawasan dalam belajarnya.

Para orang tua berpendapat jika tugas sudah dikirimkan kepada guru, maka selesai kegiatan belajar pada hari itu.Hal ini mengakibatkan terjadinya komunikasi searah, tanpa adanya pengawasan dalam belajar.

C. Upaya Dalam Mengatasi Implementasi Pembelajaran Online Mata

Dalam dokumen Lailannisa 170101053.pdf - etheses UIN Mataram (Halaman 105-111)