BAB IV KONSEP KAMPUNG TANGGUH
4.1 Inisiasi dan Praktik Kampung Tangguh
4.1.3 Keterlibatan Masyarakat dalam Pengelolaan
masyarakat khususnya di kawasan perkotaan (kampung kota) dengan infrastruktur yang kurang memadai. Perwujudan ketangguhan pada level unit wilayah terkecil melalui kampung tangguh diharapkan dapat menciptakan kampung yang mampu bertahan, beradaptasi, dan tumbuh dalam menghadapi ancaman dan guncangan (Rahmawati et al., 2021; Kota Kita et al., 2020).
Kota terus tumbuh dengan berbagai permasalahan sebagai pendorong tingginya kondisi kerentanan kota saat ini. Kota dengan kompleksitas permasalahan akibat fenomena urbanisasi terjadi secara masif sejalan dengan semakin biasanya batas wilayah perkotaan dan perdesaan.
Adanya tarikan lapangan pekerjaan membangkitkan pergerakan penduduk perdesaan untuk melakukan aktivitas ekonomi di pusat- pusat kegiatan di wilayah perkotaan. Kota-kota besar memiliki daya tarik karena berkembangnya berbagai aktivitas pembangunan seperti pemerintahan, industri, perdagangan, jasa, serta sektor strategis lainnya dengan rata-rata keunggulan upah minimum yang ditawarkan.
Kampung tangguh dapat berfungsi sebagai wadah bagi masyarakat untuk berbagi pengetahuan, berkomunikasi dan berkoordinasi dalam memperkuat agenda ketangguhan kampung (Kota Kita et al., 2020).
Konsep kampung tangguh dalam Dokumen Pedoman Kampung Tangguh Kota Semarang Tahun 2020, ditekankan sebagai kampung yang tangguh menghadapi berbagai macam ancaman dan guncangan.
Kondisi ini merepresentasikan suatu masyarakat dan sistem yang di dalamnya (lingkungan, fisik, dan infrastruktur) memiliki tiga kemampuan untuk:
1. Beradaptasi (Adapted capacity): suatu kondisi dimana masyarakat mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan yang ada, perubahan yang secara masif terjadi pada kampung perkotaan adalah perubahan iklim.
| 58
2. Meminimalisir risiko (Minimize risk) dan kerugian yang ditim- bulkan akibat bencana, masyarakat sebagai bagian dari kampung harus memiliki kesadaran terhadap risiko iklim sehingga mampu mengantisipasi upaya untuk meminimalkan risiko semak-simal mungkin.
3. Melakukan pemulihan (Recovery) fungsi-fungsi dasar di kampung secara tepat waktu dan efisien. Setelah mengoptimalkan upaya adaptasi dan minimalisir risiko, masyarakat didorong untuk memiliki kemampuan melakukan perbaikan dan pemulihan kondisi hunian, infrastruktur, dan lingkungan pasca bencana terjadi.
Ketangguhan kampung perlu dibangun mengingat masyarakat merupakan motor dalam membangun budaya ketangguhan dan merupakan modalitas awal dalam membentuk ketangguhan kota (Vidianti et al., 2020). Ketangguhan sosial dalam masyarakat dapat terbentuk ketika tersedia jaringan dan kelembagaan masyarakat serta kepemimpinan lokal yang kuat. Oleh karena itu, persiapan sosial dan kelembagaan menjadi aspek yang sangat penting, yang meliputi beberapa hal: peningkatan pengetahuan dan kapasitas masyarakat, pembentukan, penguatan kelembagaan kampung tangguh, dan penyusunan agenda ketangguhan kampung.
Kelompok masyarakat dalam kampung tangguh juga dapat dapat berfungsi sebagai kelompok pengelola aset-aset komunal kampung, oleh karena itu perlu dilakukan pemetaan kondisi sosial masyarakat sebagai modal utama kampung tangguh. Unsur partisipasi masyarakat diketahui dijadikan modal awal dalam proses perencanaan, pembentukan, pengorganisasian, dan implementasi praktik kampung tangguh. Proses pelibatan masyarakat sendiri sudah dilakukan pada tahap awal atau pada pembentukan kelembagaan yang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
| 59
Pengoptimalan Kelompok Masyarakat yang Sudah Ada
Cara pada kategori ini merupakan cara yang paling memungkinkan untuk diimplementasikan dengan ketersediaan sumber daya atau kohesi sosial yang dimiliki oleh masyarakat. Sejauh ini, sudah terdapat banyak kelompok masyarakat yang secara aktif menggerakkan kampung, dimana beberapa diantaranya memiliki fokus pada isu kebencanaan. Identifikasi kelompok- kelompok yang aktif di masyarakat, seperti PKK, Karang Taruna, KSB, BKM, KSM, dan sebagainya, sangat penting sebagai modalitas untuk membentuk ketangguhan kampung yang lebih menyeluruh.
Pembentukan Kelompok Baru
Pada beberapa wilayah, ketersediaan sumber daya berupa kelompok sosial seringkali belum terbentuk. Oleh karena itu untuk wilayah- wilayah yang belum memiliki kelompok masyarakat yang kuat dapat membentuk kelompok baru untuk isu ketangguhan. Hal ini juga dapat dilakukan atau difasilitasi melalui implementasi program-program baru pemerintah kota.
Berdasarkan konsep dan proses dalam kampung tangguh, diketahui bahwa elemen penting didalam kampung tangguh adalah masyarakat atau dalam hal ini adalah kelompok masyarakat. Pemahaman konteks partisipasi masyarakat sebagai bentuk keterlibatan masyarakat dalam pembangunan, yang meliputi kegiatan perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program atau proyek pembangunan (Indarto, 2022).
Partisipasi merupakan proses pembangunan sosial, dimana orang sebagai subjek dalam lingkungan mereka sendiri, mencari cara untuk memenuhi kebutuhan kolektif mereka dan harapan untuk mengatasi masalah umum yang mereka hadapi. Keterlibatan atau partisipasi masyarakat dalam mencapai tujuan dari program-program yang telah dibuat harus melalui empat tahapan, yaitu partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengambilan manfaat (Meyer et al., 2018).
| 60
Interaksi antar pemangku kepentingan dalam jaringan kampung tangguh bervariasi berdasarkan peran dan tanggung jawab masing- masing pemangku kepentingan. Oleh karena itu, identifikasi jenis koneksi sangat penting untuk lebih memahami interaksi antara pemangku kepentingan yang terlibat. Dalam kasus program terkait air di Semarang, empat jenis hubungan antar pemangku kepentingan diidentifikasi sebagai berikut:
a. Berbagi pengetahuan atau transfer informasi (transfer knowledge) Berbagi pengetahuan atau transfer informasi dari dan ke pemang- ku kepentingan melalui semua sarana komunikasi (yaitu, email, panggilan telepon, rapat, platform sosial). Transfer knowledge juga dapat dilakukan dari senior pelaku kampung tangguh kepada generasi penerusnya seperti pemuda di daerah tersebut.
b. Aliran pendanaan
Aliran keuangan dalam pemangku kepentingan dalam mendanai inisiatif terkait program keairan.
c. Bimbingan/Panduan
Pemberian pedoman, kebijakan, aturan yang diberikan oleh pemangku kepentingan dalam pengelolaan air. Bentuk bimbingan ini dapat diberikan melalui proses pembelajaran singkat kepada masyarakat kampung kota baik secara langsung maupun meng- gunakan media pembelajaran lainnya (buku, video, pertemuan virtual).
d. Bantuan Teknis
Selain bantuan sumber ilmu dan pendanaan, bantuan non-finansial, seperti pelatihan, dan peningkatan kapasitas masyarakat juga dibutuhkan. Bantuan teknis diperlukan sebagai subjek dalam mengoptimalkan dan menggerakkan program.
4.2 Praktik Kampung Tangguh di Kota Semarang