Istilah ketahanan iklim muncul setidaknya selama satu dekade terakhir sebagai respons terhadap kekhawatiran yang muncul di berbagai wilayah perkotaan dan pedesaan akibat perubahan iklim. Akhir kata, kami berharap buku ini dapat memberikan manfaat dan menjadi referensi bagi masyarakat, akademisi dan pengambil kebijakan mengenai perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan, khususnya untuk mendorong praktik ketahanan iklim berbasis masyarakat di Indonesia.
Konsep dan Urgensi Ketahanan Iklim
Fenomena dan Dampak Perubahan Iklim
Risiko ini diperkirakan akan semakin meningkat di masa depan seiring dengan terus terjadinya perubahan iklim. Adaptasi diperlukan untuk menyikapi berbagai dampak yang timbul akibat berbagai fenomena perubahan iklim.
Definisi dan Konsep Ketahanan dalam Konteks
Alexander (2013) menggambarkan konsep ketahanan dalam konteks perubahan iklim dan bencana sebagai konsep multidimensi dan multisektoral yang mencakup empat aspek yaitu sosial, psikologis, fisik, dan teknis. Menyikapi fenomena perubahan iklim di perkotaan dan pedesaan, diperlukan upaya adaptasi yang luas untuk memitigasi dan mencegah dampak perubahan iklim yang lebih luas.
Resilience From Below: Membangun Ketahanan Iklim Berbasis
Ketahanan pada Tataran Komunitas: Definisi dan
Urbanisasi yang relatif cepat meningkatkan risiko di banyak wilayah yang terkena dampak parah perubahan iklim. Perubahan iklim dan upaya membangun ketahanan terhadap perubahan iklim mempunyai karakteristik multidimensi dan multisektoral.
Peran Komunitas dalam Membangun Ketahanan
Oleh karena itu, ciri terpenting dari ketahanan komunitas adalah proses pengorganisasian mandiri dan proses kelembagaan suatu komunitas untuk mampu mengembangkan konsep ketahanan komunitas yang terintegrasi. Terkait dengan perubahan iklim, setidaknya ada 10 kemampuan utama yang harus diperhatikan dalam membangun ketahanan masyarakat yang harus dilakukan secara sinergis antara masyarakat dan lembaga di sekitarnya (Fazey et al., 2018 dalam Carmen et al., 2022) .
KETAHANAN IKLIM PERKOTAAN
Urbanisasi dan Dampak Perubahan Iklim
Fenomena perubahan iklim memperburuk kondisi lingkungan di banyak wilayah perkotaan yang cenderung berkembang pesat di wilayah pesisir tersebut. Kota dengan aktivitas yang kompleks cenderung lebih rentan terhadap isu perubahan iklim (Chelleri et al., 2014).
Pendekatan Ketahanan Iklim Perkotaan
- Definisi dan Konsep Ketahanan Iklim Perkotaan
- Kualitas Ketahanan Perkotaan
Kota sebagai wadah kegiatan adaptasi iklim (transformasional) melalui inovasi dan solusi yang dapat membangun ketahanan. Pemahaman terhadap ketiga komponen kerentanan dapat dijadikan tolak ukur dalam membangun ketahanan perkotaan melalui berbagai upaya adaptasi iklim.
Partisipasi Masyarakat dalam Meningkatkan Ketahanan
Inisiatif masyarakat muncul secara kolektif dan alami sebagai akibat dari kepekaan masyarakat terhadap fenomena perubahan iklim yang berbentuk program atau kegiatan rutin di masyarakat. Inisiatif masyarakat yang muncul sebagai hasil dorongan dari pemangku kepentingan lokal atau tokoh lokal yang memobilisasi sumber daya masyarakat untuk melakukan perubahan.
Mendorong Ketahanan melalui Strategi Adaptasi di
- Kebijakan PBI dalam Membangun Ketahanan
- Dokumen ENDC dalam Membangun Ketahanan
Sinergi peningkatan ketahanan perkotaan dan upaya adaptasi terhadap perubahan iklim diharapkan dapat mendorong tercapainya tujuan pengembangan ketahanan iklim secara keseluruhan. 37 Ketiga fokus ketahanan dalam ENDC (air, pangan, energi) harus didorong untuk mengoptimalkan aksi adaptasi perubahan iklim di berbagai wilayah di Indonesia.
Tantangan Pencapaian Ketahanan Iklim Perkotaan
Indonesia diharapkan dapat terus berkontribusi dalam mengurangi dampak perubahan iklim di tingkat nasional dan meningkatkan kontribusinya di tingkat global. Tantangan perubahan iklim di perkotaan merupakan isu strategis yang harus diinternalisasikan dalam kebijakan pembangunan (Ru Minta & Handoko, 2016; Friend et al., 2014).
KETAHANAN IKLIM PERDESAAN
Implikasi Perubahan Iklim terhadap Ketahanan Perdesaan
Konsep dan Komponen Ketahanan Iklim Perdesaan
- Konsep Ketahanan Iklim Perdesaan
- Komponen Ketahanan Iklim Perdesaan
Sebagai pendekatan multidimensi, ketahanan pedesaan berperan penting dalam menjaga stabilitas pedesaan dan taraf hidup masyarakat dalam menghadapi risiko dan tantangan yang tidak terduga (Insani et al., 2022). Ketahanan pedesaan dicapai melalui perwujudan ketahanan yang mencakup tiga komponen (lihat Gambar 3.1), yaitu ketahanan ekologi, ketahanan ekonomi, dan ketahanan budaya (Meerow et al., 2016; Heijman et al., 2007). Ketahanan ekologis: kemampuan suatu ekosistem untuk mempertahankan fungsi dan siklus normalnya dan kemudian pulih dari kerusakan yang disebabkan oleh gangguan lingkungan (Folke et al., 2004).
Konsep dan Penilaian Ketahanan Penghidupan
- Konsep Ketahanan Penghidupan
- Penilaian Ketahanan Penghidupan
- Perhitungan Penilaian Ketahanan Penghidupan
Desa berketahanan di Kota Semarang diharapkan dapat memenuhi indikator ketahanan masyarakat pada setiap tahapannya. Pengelolaan bank sampah di kota semarang merupakan bagian dari proses pengelolaan sampah yang melibatkan masyarakat secara langsung. Penerapan Sistem Peringatan Dini Banjir atau FEWS diawali dengan keterlibatan Kota Semarang dalam program ACCCRN.
KONSEP KAMPUNG TANGGUH
Inisiasi dan Praktik Kampung Tangguh
- Mengapa Kampung Tangguh?
- Terminologi Kampung Tangguh dan
- Keterlibatan Masyarakat dalam Pengelolaan
Kampung Tangguh (Resilient Village) merupakan inisiatif untuk meningkatkan ketahanan masyarakat kelurahan dalam menghadapi ancaman dan guncangan. Sedangkan 'tangguh' dalam 'desa tangguh' diartikan sebagai kata yang menggambarkan fitur yang kuat, andal, dan kokoh. Istilah “desa tangguh” di Indonesia telah diadopsi oleh beberapa lembaga sebagai program utama masing-masing lembaga dalam menciptakan ketahanan di tingkat desa.
Praktik Kampung Tangguh di Kota Semarang
- Inisiasi Kampung Tangguh Kota Semarang
- Kebijakan dan Peraturan Terkait Pengelolaan
- Rencana Implementasi Kampung Tangguh di Kota
Interaksi antar pemangku kepentingan dalam jaringan desa berketahanan berbeda-beda berdasarkan peran dan tanggung jawab masing-masing aktor. Implementasi desa berketahanan dapat dilakukan melalui beberapa sumber pendanaan seperti APBD (program desa keras), musrenbang hijau (APBD) dan kerjasama dengan pihak swasta. Konsep desa kasar pada dasarnya cukup aplikatif untuk diterapkan di kota-kota lain di Indonesia.
Tindak Lanjut dan Tantangan Implementasi Kampung
Ke depan, bank sampah diharapkan menjadi gerakan masyarakat yang masif dalam pengelolaan sampah (Wijayanti & Suryani, 2015). 97 6.3 Pengelolaan sampah dan bank sampah di Kota Semarang Sampah di Kota Semarang saat ini menjadi salah satu penyumbang Sampah di Kota Semarang saat ini menjadi salah satu penyumbang pencemaran lingkungan. Penyelenggaraan bank sampah di Kota Semarang telah menunjukkan dampak positif terhadap peningkatan perekonomian masyarakat dan perbaikan lingkungan tempat tinggal masyarakat.
KONSEP MANAJEMEN RISIKO BENCANA BERBASIS
Pentingnya Keterlibatan Masyarakat dalam Pengelolaan
Akademisi, praktisi dan pihak berwenang secara aktif mempromosikan metode partisipatif sebagai alat yang efektif untuk memperkuat dan membangun kapasitas masyarakat dalam pengurangan risiko bencana (Dash, 2016; Lassa et al., 2009). Konsep inilah yang memunculkan gagasan penanggulangan bencana berbasis komunitas yang menempatkan masyarakat sebagai garda terdepan (Bhadra et al., 2012). Masukan masyarakat lokal diperlukan untuk menganalisis bahaya, kerentanan dan kapasitas mereka (Bhadra et al., 2012).
Keterlibatan Masyarakat dan Pemangku Kepentingan
Adanya inisiatif kelompok percontohan masyarakat akan memfasilitasi pengakuan dan penerapan CBDRM di masyarakat. Dalam hal ini pemberian edukasi kepada masyarakat setempat diprioritaskan pada wilayah pemukiman yang berada di daerah rawan bencana. Setiap tahapan dan proses PRBBK harus diinformasikan kepada masyarakat sebagai subjek program ini.
Tahapan CBDRM
Investigasi kolaboratif dan partisipatif terhadap tingkat keterpaparan masyarakat dan kemampuan masyarakat dalam mengatasi risiko bencana. Fase ini dilakukan untuk memastikan kesepakatan perencanaan aksi partisipatif yang telah dirumuskan konsisten dengan tujuan awal pembuatan dokumen manajemen risiko bencana berbasis masyarakat untuk mengurangi risiko. Pengelolaan berbasis masyarakat untuk mengurangi dampak dan risiko bencana mempunyai potensi besar untuk mencapai keberlanjutan, perluasan dan integrasi.
Praktik Instrumen CBDRM di Kota Semarang
Desa Bulu Lor menjadi salah satu wilayah yang terdampak banjir karena letaknya tepat di seberang Sungai Banjir Kanal Barat. Penentuan isu prioritas dalam penyusunan dokumen PRBBK dilakukan setelah melalui tahap pemetaan pemangku kepentingan di Desa Bulu Lor. Perumusan prioritas permasalahan di Desa Bulu Lor berdasarkan aspek ketahanan (Source of Resilience) yang digunakan dalam ZFRP.
Faktor Kunci dan Tantangan Operasionalisasi CBDRM
Penguatan CBDRM melalui regulasi merupakan langkah konkrit yang dapat dilakukan dari atas ke bawah dan lebih mengikat. 89 melalui kegiatan rutin, kampanye, kemitraan, kerjasama organik yang dapat dianggap sebagai bentuk organisasi non-struktural oleh masyarakat setempat. Pengelolaan PRBBK dapat diperkuat melalui kerja sama, koordinasi, dan kolaborasi pentahelix multisektoral untuk memastikan setiap komponen PRBBK dapat dilaksanakan sesuai rencana aksi yang telah disusun bersama masyarakat.
Penguatan Ketahanan Komunitas melalui Bank Sampah
Bank sampah merupakan penjabaran instrumen ekonomi, pendidikan, sosial dan teknologi dalam pemberdayaan masyarakat dan perwujudan partisipasi aktif masyarakat dalam tata kelola lingkungan hidup (Wijayanti & Suryani, 2015). Kondisi dan praktik bank sampah secara nyata mewakili upaya membangun ketahanan masyarakat dalam menghadapi permasalahan lingkungan. Dalam konteks ketahanan, bank sampah dapat dikategorikan sebagai wujud keterlibatan individu, keluarga, dan komunitas dalam upaya memperbaiki permasalahan lingkungan hidup.
Kebijakan Pengelolaan Sampah dan Bank Sampah
Bank Sampah merupakan program di lingkungan Dinas Lingkungan Hidup yang bertujuan untuk bertambah jumlah (satuannya) setiap tahunnya. Hingga saat ini belum ada peraturan yang menjelaskan konsep pengelolaan bank sampah secara terstruktur mulai dari proses perumusan kelembagaan, tahapan hingga jaminan perlindungan nasabah di Kota Semarang. 97 6.3 Pengelolaan Sampah dan Bank Sampah di Kota Semarang Sampah di Kota Semarang saat ini menjadi salah satu penyumbangnya.
Pengelolaan Sampah dan Bank Sampah di Kota Semarang
Yang dimaksud dengan proses penerapan bank sampah secara langsung kepada penghasil sampah yaitu rumah tangga. Di kawasan pemukiman Kota Semarang, upaya pengurangan sampah dilakukan melalui bank sampah dan TPS3R dengan kapasitas pengumpulan bahan daur ulang masih kurang dari 1% (Bintari, 2020). Pada akhir tahun 2021, tercatat Kota Semarang memiliki total 116 bank sampah yang berkontribusi signifikan terhadap pengurangan sampah secara nasional.
Pembelajaran dan Tantangan ke Depan
Namun demikian, masih terdapat kendala yang harus diperhatikan dalam setiap proses dan tahapan pelaksanaan bank sampah. Dalam praktiknya, dukungan sektor pemerintah diperlukan untuk memastikan tersedianya kebijakan yang beradaptasi dengan keseluruhan proses pengumpulan sampah. Hal ini dapat berupa standar operasional prosedur (SOP), suatu program terpadu antara bank sampah dan koperasi atau bank umum.
IMPLEMENTASI SISTEM PERINGATAN DINI BANJIR
- Penguatan Ketahanan Komunitas melalui Sistem
- Kebijakan Terkait Sistem Peringatan Dini Banjir
- Penerapan Sistem Peringatan Dini Banjir di Kota Semarang
- Latar Belakang Pengembangan Sistem Peringatan
- Implementasi Program Sistem Peringatan Dini
- Tantangan dan Peluang Pengembangan Sistem
Pengembangan Flood Early Warning System (FEWS) terlibat dalam kegiatan respon ketika terjadi bencana. Dalam implementasi program Flood Early Warning System atau FEWS, peran kelompok siaga bencana sangat penting. Kelompok siaga bencana di hulu menerima informasi dari alat Sistem Peringatan Dini Banjir.
RESTORASI EKOSISTEM PESISIR BERBASIS
Dampak Perubahan Iklim bagi Penghidupan Masyarakat
- Dampak Perubahan Iklim di Kabupaten Pekalongan
- Dampak Perubahan Iklim di Desa Api-api
Kondisi ini membuat masyarakat Desa Api-api harus mampu beradaptasi dengan banjir rob. Dampak banjir rob berdampak pada efektivitas dan produktivitas pengelolaan tambak yang umumnya menjadi sumber penghidupan utama masyarakat Desa Api-api. Upaya adaptasi yang dilakukan untuk mengatasi banjir rob di Desa Api-api terutama melalui pembangunan infrastruktur fisik.
Restorasi Ekosistem sebagai Wujud Partisipasi Masyarakat
Membangun keterlibatan dan partisipasi masyarakat merupakan salah satu pendekatan adaptasi non fisik yang dapat dilakukan masyarakat Desa Api-api dalam menghadapi banjir rob dan permasalahan selanjutnya. Proses pengembangan kesiapsiagaan dan ketahanan masyarakat Desa Api-api terhadap banjir rob dan permasalahan selanjutnya diwujudkan melalui pemulihan ekosistem dan lingkungan untuk menunjang penghidupan mereka. Proses restorasi ekosistem dan lingkungan ini merupakan inisiatif yang lahir dari kerjasama masyarakat Desa Api-api dengan lembaga swadaya masyarakat Bintari.
Praktik CAP di Desa Api-api
- Prinsip Dasar CAP
Hasil akhir dari fase ini adalah berkembangnya prioritas aksi yang menjadi komitmen bersama dan disepakati oleh masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya. Pada fase ini masyarakat memulai proses membangun impian bersama melalui penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan sesuai dengan prioritas tindakan yang menjadi komitmen bersama. Penentuan aktor, waktu dan jangka waktu pelaksanaan serta bagaimana aksi masyarakat akan dilakukan dilakukan pada tahap ini.
Hasil Restorasi Ekosistem Pesisir di Desa Api-api
Contribution of Working Group I to the Sixth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Climate change adaptation and mainstreaming disaster risk reduction: Strategies, policies and plans in three Australian local governments. Impacts of urbanization and climate change on urban flooding and urban water quality: A review of the UK-related evidence.