• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Implementasi Kampung Tangguh di Kota

Dalam dokumen ketahanan iklim berbasis masyarakat (Halaman 81-86)

BAB IV KONSEP KAMPUNG TANGGUH

4.2 Praktik Kampung Tangguh di Kota Semarang

4.2.3 Rencana Implementasi Kampung Tangguh di Kota

tipologi kampung (lihat Gambar 4.3). Dalam mengelompokkan peluang dan tantangan pada tahap implementasi program, perlu disesuaikan dengan kondisi fisik dan masyarakat yang tinggal di dalamnya. Secara umum, kampung di Kota Semarang dikategorikan ke dalam empat tipologi utama sebagai berikut:

1. Kampung Pesisir (Coastal Kampung)

Terletak di pesisir pantai dengan tingkat kepadatan tinggi atau sedang dengan risiko rob kenaikan muka air laut. Pada tipologi ini juga dicirikan dengan kondisi kelangkaan air bersih, penurunan muka tanah, permasalahan drainase, dan tekanan pembangunan proyek pelabuhan.

2. Kampung Bantaran Sungai (Riverine Kampung)

Terletak di sekitar bantaran sungai dengan risiko banjir fluvial yang memiliki permasalahan kompleks kelangkaan air bersih (tidak semua lokasi), permasalahan polusi air akibat kegiatan industri dan buangan rumah tangga, dan beberapa memiliki risiko tanah longsor.

| 66

Sumber: Kota Kita et al., 2020

Gambar 4. 3 Tipologi Kampung Kota Semarang dan Permasalahan Utama yang Dihadapi

3. Kampung Padat Perkotaan (Dense Urban Kampung)

Tipologi kampung padat perkotaan merupakan tipe umum yang ada di Kota Semarang, mayoritas memiliki kondisi kampung perkampungan padat baik di kawasan dataran rendah maupun di dataran perbukitan. Sesuai dengan kondisi geografis dan topografinya, pada tipologi kampung padat perkotaan permasalahan genangan dan banjir pluvial seringkali terjadi akibat sistem drainase buruk, kondisi diperburuk dengan kelangkaan air bersih, dan permasalahan polusi serta kualitas air yang buruk.

4. Kampung Desa-Kota (Rural-Urban Kampung)

Terletak di daerah perbatasan atau pinggiran kota dengan beberapa karakteristik pedesaan dengan aktivitas utama kegiatan pertanian.

Kawasan ini di dominasi oleh kampung di Kota Semarang bagian Selatan dengan permasalahan risiko banjir fluvial, kelangkaan air

| 67 bersih, kekeringan, kerusakan mata air alami, dan tantangan urbanisasi di kawasan pinggiran.

Berdasarkan kondisi serta ciri-ciri dari masing-masing tipologi kampung Kota Semarang, terlihat bahwa masing-masing tipologi memiliki ciri dan identitas permasalahan yang dipengaruhi oleh letak geografisnya. Kampung tangguh merupakan representasi dari masya- rakat kampung yang memiliki kemampuan adaptif terhadap ancaman dan guncangan (bencana akibat perubahan iklim) sehingga mampu meminimalisir risiko bahaya dan kerugian materi yang ditimbulkan.

Dalam konteks Kota Semarang, berbagai macam bencana yang diakibatkan oleh perubahan iklim seperti kenaikan muka air laut, banjir, dan tanah longsor menjadi kejadian tahunan yang dialami oleh masyarakat, khususnya masyarakat Kampung Pesisir (Coastal Kampung) dimana permasalahan rob masih menjadi isu utama yang harus mereka hadapi. Kampung tangguh berarti melibatkan komponen masyarakat sebagai pemegang kendali upaya pengurangan dampak dan pemulihan pasca bencana terjadi, pelibatan masyarakat secara proaktif diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas saat menghadapi bencana. Pelibatan masyarakat dalam kampung tangguh dilakukan dengan pembekalan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap risiko-risiko iklim dan upaya antisipasi pengurangan kerugian, dan upaya pemulihan kondisi wilayah setempat.

Konsep kampung tangguh meliputi beberapa komponen berdasarkan urgensi permasalahan air perkotaan yang berkaitan dengan penyediaan bersih, pengelolaan air hujan, pengelolaan limbah, lingkungan, dan peningkatan kesadaran masyarakat. Komponen- komponen tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.4.

| 68

Sumber: Kota Kita et al., 2020

Gambar 4. 4 Komponen dalam Inisiasi Kampung Tangguh Kota Semarang

1. Komponen pertama

Komponen yang bertujuan untuk mengoptimalkan penyerapan air hujan, sehingga mampu mengurangi volume limpasan air hujan yang berpotensi menimbulkan banjir. Kegiatan atau program dilakukan melalui optimalisasi peresapan, penampungan, dan pemanfaatan air.

2. Komponen kedua

Komponen yang menekankan pada penyediaan akses air bersih alternatif langkah mengurangi pengambilan air tanah. Komponen ini sangat penting dan memiliki urgensi tinggi, mengingat saat ini di Kota Semarang, khususnya bagian utara (kawasan pesisir), masih terus mengalami penurunan permukaan tanah yang ditandai dengan meluasnya daerah terdampak rob dan intensitas kejadian banjir. Program pemanenan air hujan atau kolam retensi bertujuan untuk mengurangi limpasan air hujan, selain itu juga memiliki fungsi ganda sebagai alternatif penyediaan air bersih bagi masyarakat.

3. Komponen ketiga

Komponen penting lain kawasan perkotaan adalah keberadaan limbah sebagai implikasi dari kegiatan industri dan rumah tangga.

| 69 Pengelolaan limbah cair diharapkan dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat. Inovasi kedepannya diharapkan limbah cair dapat ditingkatkan kebermanfaatannya sebagai salah satu sumber air alternatif. dan kesehatan warga, maupun untuk pemanfaatan kembali air limbah sebagai sumber air alternatif.

4. Komponen keempat

Komponen penting lainnya dalam perwujudan kampung tangguh adalah pengelolaan limbah padat, limbah padat merupakan limbah yang dapat berdampak besar pada penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat. Selain itu, limbah padat juga berpotensi untuk menghambat saluran drainase dan pembuangan jika tidak diolah dengan baik. Keberadaan limbah padat dapat mencemari ekosistem.

5. Komponen kelima

Komponen kelima, berkaitan dengan pemanfaatan energi. Dewasa ini, penggunaan energi non-terbarukan masih dilakukan oleh sebagian besar industri. Kaitannya dengan konteks pembangunan berkelanjutan penting untuk mulai meningkatkan efisiensi penggunaan energi non-terbarukan atau beralih ke energi terbaru- kan. Seperti yang diketahui bahwa penggunaan energi non- terbarukan lebih bersifat polutif dan berkontribusi besar terjadinya pemanasan global.

6. Komponen keenam

Komponen keenam menjadi komponen vital dalam proses implementasi kampung tangguh. Output utama pada komponen ini adalah timbulnya upaya kesiapsiagaan kampung saat pra, proses, dan pasca ancaman atau guncangan (bencana), untuk memini- malisir dampak buruk dan kerugian yang dihadapi oleh masyarakat.

Konsep kampung tangguh merepresentasikan bentuk pendayagunaan masyarakat untuk meningkatkan ketangguhan pada level individu, rumah tangga, RT/RW, dan kelurahan. Melalui konsep tersebut, upaya

| 70

meningkatkan ketangguhan diharapkan dapat berjalan secara komprehensif, serta menyasar seluruh elemen masyarakat. Dengan demikian, pembangunan tidak hanya berfokus pada konstruksi fisik dan infrastruktur saja, namun juga peningkatan kapasitas SDM serta penguatan komunitas sebagai subjek dan generator pembentuk ketangguhan.

Penguatan komunitas menjadi penting karena dapat membentuk modal sosial. Bentuk keterikatan relasi masing-masing individu di dalam satu komunitas atau kelompok masyarakat memungkinkan kelompok tersebut berfungsi secara efektif. Misalnya, ketika terjadi bencana, kelompok masyarakat yang memiliki rasa keterikatan yang tinggi akan dengan sukarela bekerjasama dan “saling menjaga” dalam mengatasi bencana tersebut.

Pada akhirnya, ketangguhan sosial dapat terbentuk ketika koneksi antar pemangku kepentingan (masyarakat, pemerintah, dan lain-lain) telah terjalin dengan baik dan berkelanjutan. Persiapan SDM dan kelembagaan menjadi aspek yang sangat penting. Persiapan SDM dapat dilakukan melalui peningkatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat, penguatan kelembagaan, serta penyusunan agenda kampung tangguh yang disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat.

4.3 Tindak Lanjut dan Tantangan Implementasi Kampung

Dalam dokumen ketahanan iklim berbasis masyarakat (Halaman 81-86)