• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktik Instrumen CBDRM di Kota Semarang

Dalam dokumen ketahanan iklim berbasis masyarakat (Halaman 97-103)

BAB V KONSEP MANAJEMEN RISIKO BENCANA BERBASIS

5.4 Praktik Instrumen CBDRM di Kota Semarang

| 81 menunjukkan upaya integrasi penanggulangan risiko bencana dengan sektor strategis lainnya.

8. Pengelolaan yang adaptif dan responsif

Akhir dari proses CBDRM tidak hanya berhenti pada rencana aksi saja, melainkan dilanjutkan hingga proses kelembagaan suatu program. Pembentukan CBDRM sebagai sebuah sistem perlu diperkuat dengan kelembagaan untuk meningkatkan ketahanan masyarakat dalam mencegah, mengurangi, dan menanggulangi dampak akibat bencana (Nidn, 2021). CBDRM diharapkan menjadi program berbasis masyarakat yang berkelanjutan. Pengelolaan untuk mengurangi dampak dan risiko bencana yang berbasis pada masyarakat berpotensi besar mencapai keberlanjutan, perluasan, dan pengintegrasian.

Upaya pendampingan dari pemerintah, akademisi, maupun pihak terkait lainnya dalam proses awal pilot-project CBDRM diharapkan dapat memperkaya kapasitas dan kapabilitas masyarakat dalam penanganan risiko bencana. Pada tahap ini pula dibangun mekanisme kolaborasi dan kerjasama dengan aktor lain, seperti akademisi dan pemerintah. CBDRM dapat dilakukan beriringan dengan pengelolaan risiko bencana sesuai dengan program pemerintah, melalui tanggung jawab pokok dan fungsi, baik dalam lingkup nasional, provinsi, hingga kabupaten.

| 82

tinggi. Praktik CBDRM di Kota Semarang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif melibatkan pemangku kepentingan dan masyarakat lokal (IKUPI, 2020).

CBDRM telah dilakukan pada wilayah yang memiliki potensi ancaman dan guncangan bencana. Saat ini CBDRM telah disusun pada beberapa kelurahan salah satunya adalah Kelurahan Bulu Lor. Kelurahan Bulu Lor menjadi salah satu wilayah yang terkena dampak banjir karena lokasinya berhadapan langsung dengan Sungai Kanal Banjir Barat.

Kawasan hunian yang berada di dekat sungai, terendam air hingga satu meter, sehingga warga harus mengungsi ke tempat yang lebih tinggi dan meninggalkan barang-barang mereka di rumah. Belajar dari kejadian tersebut, pemerintah bersama dengan masyarakat perlahan mulai membangun dan memperbaiki kualitas saluran pada lingkungan permukiman, yang dilanjutkan dengan normalisasi Sungai Kanal Banjir Barat.

Melalui kegiatan tersebut, diharapkan Kota Semarang dapat terbebas dari banjir. Dengan normalisasi Sungai Kanal Banjir Barat, intensitas banjir di Kota Semarang berkurang. Secara fisik, wilayah di sekitar Sungai Kanal Banjir Barat menjadi lebih tangguh dalam menghadapi musim penghujan, meskipun masih terdapat beberapa wilayah yang tetap dilanda banjir. Namun, secara non fisik, kesiapan masyarakat dalam menghadapi banjir masih kurang. Hal ini akan berdampak langsung kepada kondisi lingkungan sekitarnya. Kondisi ketidak- pedulian masyarakat terhadap infrastruktur yang telah dibangun dengan baik akan menurunkan fungsi dari infrastruktur tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan rencana kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi banjir.

CBDRM atau Dokumen Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas/masyarakat merupakan perwujudan dari rencana

| 83 kesiapsiagaan masyarakat. Di dalamnya memuat berbagai rencana aksi yang disusun oleh masyarakat kelurahan (dalam hal ini, Kelurahan Bulu Lor) untuk mengurangi risiko dan dampak dari peristiwa banjir.

Penyusunan CBDRM Kelurahan Bulu Lor dilakukan oleh perwakilan masyarakat dari berbagai elemen, seperti BKM, LPMK, Karang Taruna, PKK, serta KSM. Proses penyusunan tersebut difasilitasi oleh IKUPI dan MCI. Dokumen ini berisi sekumpulan aksi yang ditujukan untuk meningkatkan ketahanan banjir masyarakat dengan berbagai skenario pendanaan, dan dapat diusulkan dalam forum Musrenbang.

Praktik CBDRM yang telah diterapkan di Kelurahan Bulu Lor, secara garis besar, dilakukan melalui tiga tahap (Gambar 5.2):

1. Pemetaan jenis bencana dan luas area terdampak

Identifikasi bencana dilakukan pada masing masing ancaman, yaitu ancaman geologi, hidrometeorologi, biologi, kegagalan teknis, ling- kungan, dan sosial. Dari pemetaan ancaman tersebut masyarakat kemudian memetakan lokasi terdampak bencana. Masyarakat di- arahkan dan didampingi untuk mengenali masalah di lingkungan- nya.

2. Identifikasi dampak dan tingkat risiko kejadian bencana

Pada tahap ini masyarakat melakukan proses identifikasi dampak dan tingkat risiko dari kejadian bencana. Proses identifikasi risiko dilakukan pada setiap bencana yang telah ditetapkan pada tahap pertama. Masyarakat diajak untuk mengidentifikasi risiko yang timbul pada masing masing bencana.

3. Penetapan Isu Prioritas

Penentuan isu prioritas dalam penyusunan Dokumen CBDRM dilakukan setelah melalui tahap pemetaan pemangku kepentingan di Kelurahan Bulu Lor. Proses penentuan isu prioritas, meliputi:

a. Pemetaan partisipatif mengenai lokasi banjir di Kelurahan Bulu Lor.

b. Perumuskan prioritas masalah di Kelurahan Bulu Lor berdasarkan aspek ketangguhan (Source of Resilience) yang digunakan dalam ZFRP.

| 84

Gambar 5. 2 Infografis Manajemen Risiko Bencana Berbasis Komunitas di Kelurahan Bulu Lor

Proses penentuan isu prioritas dilakukan melalui pelaksanaan workshop prioritasi masalah. Adapun tahapan dan proses prioritasi masalah dijelaskan pada Gambar 5.3.

| 85

Sumber: Pemerintah Kelurahan Bulu Lor, 2017

Gambar 5. 3 Tahapan Penyusunan Dokumen CBDRM

Metode yang digunakan adalah metode skoring. Metode tersebut dilakukan untuk mengkuantifikasikan kondisi wilayah ke bentuk angka numerik. Hal ini berguna dalam menilai intensitas tingkat kejadian bencana yang terjadi, sehingga dapat diperkirakan dampak serta tingkat kemungkinan terjadinya bencana.

Berdasarkan hasil tersebut, kemudian disusun perumusan rencana aksi. Skor mengindikasikan kondisi aspek ketangguhan di Kelurahan Bulu Lor, sebagai berikut:

a. Skor A: aspek ketangguhan dalam kondisi sangat baik, ada, dan mencukupi

b. Skor B: aspek ketangguhan sudah ada, tetapi masih bisa ditingkatkan

c. Skor C: aspek ketangguhan sudah ada tapi masih kurang dan sangat dibutuhkan

| 86

d. Skor D: aspek ketangguhan belum dimiliki oleh masyarakat atau masih sangat kurang, sehingga dapat menimbulkan risiko yang tinggi

4. Penyusunan rencana aksi berbasis masyarakat

Perumusan aksi perlu mempertimbangkan kearifan lokal masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat diajak langsung untuk menyusun rencana aksi sesuai dengan tipe bencana yang telah diidentifikasi. Pendetailan terhadap aksi yang diusulkan oleh masyarakat, meliputi waktu pelaksanaan, pemangku kepentingan yang terlibat, lokasi, potensi sumber pembiayaan, potensi risiko, dan tingkat partisipasi masyarakat.

5. Pasca CBDRM (monitoring dan evaluasi)

Sejak diinisiasi pada tahun 2017, CBDRM Kelurahan Bulu Lor telah diimplementasikan dan dimasukkan sebagai salah satu komponen yang diusulkan dalam Musrenbang kelurahan, kecamatan, hingga Kota Semarang. Proses aktualisasi CBDRM dapat dilakukan dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki serta dukungan Pemerintah Kota Semarang. Aksi-aksi prioritas pengelolaan risiko bencana di Kelurahan Bulu Lor, meliputi pembuatan KSB, pembuatan alat pengukur ketinggian muka air, mitigasi bencana, pelatihan atau simulasi evakuasi, sosialisasi pengelolaan sampah, sosialisasi larangan pendirian bangunan bantaran sungai, optimalisasi keterlibatan perempuan dalam pengelolaan risiko banjir, dan penyediaan nomor darurat untuk pelaporan gangguan kebencanaan.

Masyarakat dapat mengemukakan apa yang mereka ketahui dan apa yang dibutuhkan. Pada akhirnya, rangkaian proses pelibatan masyarakat memberikan gambaran kondisi terkini, sehingga lebih sesuai dengan realita yang dihadapi. Disisi lain, masyarakat mampu lebih memahami kondisi wilayahnya. Dengan demikian, mereka dapat secara kontinyu mempersiapkan, melakukan, dan merencanakan tindakan proaktif untuk menangani permasalahan di wilayah. Dalam konteks perencanaan dan implementasi lanjut, dokumen rencana aksi

| 87 hasil CBDRM dapat menjadi kerangka acuan proses perencanaan pembangunan melalui musrenbang.

5.5 Faktor Kunci dan Tantangan Operasionalisasi CBDRM

Dalam dokumen ketahanan iklim berbasis masyarakat (Halaman 97-103)