MANAJEMEN PUBLIK
B. PARADIGMA MANAJEMEN
3. Manajemen Stratejik
Pada dasarnya manajemen stratejik merupakan perpaduan antara konsep "manajemen" dan "stratejik". Manajemen dapat diartikan sebagai proses penggerakan orang dan bukan orang untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan stratejik dapat diartikan sebagai kiat, cara dan/ atau taktik yang dirancang secara sistemik dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif.
Nawawi (2003:248), merumuskan empat definisi manajemen stratejik yaitu: (1) Manajemen stratejik adalah "proses atau rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh disertai penetapan melaksanakannya, yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya". (2) Manaje- men stratejik adalah "usaha manajerial menumbuhkembangkan kekuatan organisasi untuk mengeksploitasi peluang yang muncul guna mencapai tujuannya yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang ditentukan. (3) Manajemen stratejik adalah arus keputusan dan tindakan yang mengarah pada pengembangan suatu strategi atau strategi-strategi yang efektif untuk membantu mencapai tujuan. (4) Manajemen stratejik adalah perencanaan berskala jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi), dan ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operasional untuk menghasilkan barang dan/atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan
(disebut Tujuan Strategik) dan berbagai sasaran (tujuan operasional) organisasi. Untuk lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, program dan kegiatan adalah sebagai berikut.
Visi
Visi adalah cita-cita akhir yang diharapkan akan tercapai di masa depan yang jauh, atau pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana suatu organisasi harus diarahkan dan berkarya agar tetap konsisten, eksis, antisipatif, inovatif, serta produktif. Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan berisikan cita-cita dan citra yang ingin diwujudkan oleh suatu organisasi.
Vincent Gaspersz (2004:31), mengemukakan bahwa visi adalah gambaran konseptual tentang keinginan masa mendatang.
Perumusan visi menurut Gaspersz dapat membantu organisasi publik untuk mendefinisikan ulang tentang pelayanan publik yang diberikan dan menyiapkan organisasi untuk memenuhi kebutuhan di masa mendatang. Visi yang baik biasanya dipakai melalui kerjasama antara pimpinan dan semua tingkatan dari organisasi yang akan menerapkan rencana-rencana stratejik untuk mencapai visi dari organisasi publik. Sedangkan Kouzes (2004:15), mengatakan bahwa visi atau mimpi adalah kekuatan yang dapat menciptakan masa depan.
Misi
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh suatu organisasi, sesuai visi yang ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Dengan pernyataan misi tersebut, diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat mengenal organisasi, dan mengetahui peran dan program- programnya serta hasil yang akan dicapai di masa yang akan datang.
Kotler dalam Salusu (1996:121), mengatakan bahwa misi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang dapat ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang dapat diperoleh, serta aspirasi dan cita-cita di masa depan.
Tujuan (Objectives)
Tujuan adalah merupakan penjabaran/implementasi dari pernyataan misi. Tujuan adalah sesuatu (apa) yang akan dicapai atau dihasilkan pada jangka waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahunan.
Vincent Gaspersz (2004:51), mengatakan bahwa tujuan-tujuan adalah merupakan target-target spesifik dan dapat diukur untuk mencapai sasaran-sasaran. Berbeda dengan sasaran, pernyataan tujuan bersifat spesifik, dapat diukur dengan angka (kuantitatif) dan terkait dengan waktu pencapaian hasil-hasil yang diinginkan.
Sasaran (Goals)
Sasaran adalah penjabaran dari tujuan secara terukur, yaitu sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan secara nyata oleh suatu organisasi dalam jangka waktu tahunan, semesteran, triwulanan atau bulanan. Vincent Gaspersz (2004:44), mengatakan bahwa sasaran (goals) adalah merupakan hasil akhir yang diinginkan, pada umumnya setelah 3 (tiga) sampai 5 (lima) tahun. Sasaran memberikan suatu kerangka kerja untuk tingkat perencanaan yang lebih terperinci. Sasaran lebih spesifik daripada pernyataan misi, tetapi masih bersifat umum untuk merangsang kreativitas dan inovasi.
Kebijakan
Kebijakan adalah merupakan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati pihak-pihak terkait dan diterapkan oleh yang berkewenangan untuk dijadikan pedoman. Pegangan atau petunjuk bagi setiap usaha dan kegiatan aparatur pemerintah ataupun masyarakat agar tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam upaya mencapai sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.
Program
Program adalah kumpulan kegiatan-kegiatan nyata, sistematis dan terpadu yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa organisasi pemerintah ataupun dalam rangka kerjasama dengan masyarakat, atau merupakan partisipasi aktif masyarakat guna mencapai sasaran, tujuan yang telah ditetapkan.
Kegiatan
Kegiatan adalah tindakan nyata dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan oleh organisasi dengan memanfaatkan sumber daya untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu sesuai dengan kebijakan dan program yang telah ditetapkan.
Dalam setiap organisasi keputusan stratejik dan rencana stratejik selalu disiapkan kelompok manajemen stratejik. Salusu (1996:490), Tugas utama dari kelompok manajemen stratejik yang lazim disebut manajemen puncak adalah merumuskan misi, tujuan dan sasaran organisasi, keputusan-keputusan stratejik lainnya, rencana stratejik, mengevaluasi keputusan pelaksanaan stratejik atau mengevaluasi implementasi stratejik. Manajemen stratejik bergerak dari awal sampai akhir, sampai menikmati hasil keputusannya, menyesuaikan apakah hasil itu sesuai dengan yang dikehendaki, yaitu apakah hasil itu cukup memberi kepuasan kepada pelanggan.
Dengan kata lain, berhasilkah organisasi memberi pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat.
Manajemen stratejik sebagai pembuat keputusan stratejik dapat mengundang konsultan atau pihak lain untuk memberi masukan dan informasi selama proses itu berlangsung. Tetapi dalam menyusun perencanaan stratejik, manajemen stratejik akan menyerahkan tugas itu kepada kelompok perencanaan, yang berarti CEO pada akhirnya harus memberikan persetujuan dan pengesahan. Perencana stratejik tidak sama dengan pembuat keputusan stratejik, sekalipun dapat saja ada personil yang merangkap sebagai pembuat keputusan stratejik sekaligus sebagai perencana stratejik. Tetapi CEO sebagai kepala dari kelompok manajemen stratejik terlibat dalam pembuat keputusan stratejik dan perencana stratejik. Manajemen stratejik mengangkat para penanggung jawab untuk melaksanakan semua rencana itu dan membentuk berbagai tim untuk menyusun berbagai aturan, prosedur dan yang berkaitan dengan implementasi strategi.
Salah satu tugas lain manajemen stratejik adalah selalu mencari isu-isu stratejik. Isu-isu stratejik menurut Salusu (1996:492), ialah konflik diantara berbagai kekuatan atau konflik antara nilai-nilai yang dapat mempengaruhi kemampuan organisasi mencapai sasaran masa depan yang diinginkan. Manajemen stratejik mengendalikan isu-isu itu melalui manajemen isu stratejik, yaitu
pertama-tama mengidentifikasi isu-isu utama yang krusial, kemudian memutuskan bagaimana suatu kelompok kerja memberikan respon dan sekaligus menyelesaikannya.
Manajemen stratejik bertugas mengendalikan suatu proses yang panjang, mengangkat dan menempatkan orang-orang yang akan terlibat dalam proses itu, menyepakati bagaimana analisis stratejik dilakukan dan apa yang diharapkan dari itu semua. Dengan demikian, manajemen stratejik menurut Salusu (1996:492), adalah manajemen tingkat makro, yaitu yang berurusan dengan peren- canaan stratejik dan pengambilan keputusan stratejik, sedangkan lainnya adalah manajemen tingkat mikro, yaitu yang menangani hal- hal yang berhubungan dengan pelaksanaan.
Manajemen stratejik yang dimaksud adalah dalam pengertian kelompok para eksekutif, kelompok eselon atas, kelompok para manajer stratejik, atau bahkan para manajer stratejik, dan dapat juga dikatakan sebagai kelompok para penanggung jawab tingkat atas.
Salusu (1996:492), mengatakan manajemen stratejik adalah sebagai suatu cara memimpin organisasi untuk mencapai misi, tujuan dan sasarannya. Manajemen stratejik dapat meningkatkan kemampuan manajerial, tanggungjawab organisasional, sistem administrasi yang baik yang dapat menghubungkan pengambilan keputusan stratejik dengan pengambilan keputusan operasional, pada semua tingkatan hirarki organisasi, dan pada semua jajaran kewenangan fungsional organisasi.
Dengan demikian manajemen stratejik adalah suatu cara untuk mengelola organisasi secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan. Donnelly (1984), menegaskan bahwa manajemen stratejik sesungguhnya mencakup dua hal, yaitu perencanaan stratejik dan implementasi strategi. Beliau melihat perencanaan stratejik sama dengan proses perumusan strategi, atau proses manajemen stratejik.
David dalam Salusu (1996:492), sebaliknya membatasi penggunaan perencanaan stratejik sambil menegaskan bahwa manajemen stratejik melalui tiga tahap yaitu: (1) perumusan strategi, (2) implementasi strategi, dan (3) evaluasi strategi. Beliau melihat manajemen stratejik sebagai seni dan ilmu dalam merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan-keputusan lintas
fungsional yang akan meningkatkan kemampuan organisasi mencapai sasarannya.
Jadi konsep manajemen stratejik pada dasarnya berlaku umum, dalam artian bahwa manajemen stratejik dapat diimplementasikan ke dalam bentuk organisasi baik instansi pemerintah maupun swasta.
Manfaat Manajemen Stratejik
Membahas konsep manajemen stratejik berarti membicarakan hubungan antara organisasi dan lingkungannya, lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Konsep itu memberi petunjuk bagaimana menanggulangi perbuatan yang terjadi dalam lingkungan eksternal tersebut. Bahkan manajemen stratejik dapat memberi petunjuk bagi para eksekutif dalam mencoba mempengaruhi dan mengendalikan lingkungan itu sehingga tidak sekedar bersikap memberi reaksi terhadapnya. Dengan begitu, organisasi tetap mampu mengendalikan arah perjalanannya menuju sasaran yang dikehendaki.
Dengan manajemen stratejik, organisasi dimungkinkan mengidentifikasi peluang-peluang dalam lingkungan eksternal dan sekaligus memanfaatkannya ancaman dari lingkungan dan dapat dihindari seminimal mungkin dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki organisasi. Dengan peluang dan kekuatan, organisasi dapat memperbaiki kelemahan-kelemahannya bahkan manajemen stratejik dapat memberi petunjuk bagaimana mengantisipasi perubahan awal dari lingkungan eksternal.
Dalam lingkungan organisasi, manajemen stratejik mampu menciptakan sinergis dan semangat korps yang penuh integritas sehingga dapat melicinkan jalan menuju sasaran organisasi itu diharapkan dapat meningkatkan produktivitas mereka. Dengan begitu organisasi akan mampu bertahan lama, bebas dari perasaan curiga antar-pegawai. Hasilnya, akan lebih mampu memberikan pelayanan terbaik dengan konsumennya, sebaliknya kondisi ini akan memberdayakan organisasi untuk mendapatkan bantuan lebih banyak dari luar lingkungannya.
Para manajer organisasi publik dan non-profit tidak akan pernah lumpuh dari perubahan-perubahan stratejik dalam tubuh organisasinya. Apabila perubahan-perubahan itu mutlak harus dilakukan, mereka perlu menyesuaikan arah perjalanan organisasi dengan misi dan tujuan yang ingin dicapai. Pada saat itulah konsep
manajemen stratejik diperlukan. Perubahan yang dimaksud itu antara lain yang berkaitan dengan kebijakan, tentang prosedur, melayani atau yang berkaitan dengan pelanggan dan konsumen, dan semacamnya yang harus dilaksanakan.
Nut & Backhoff dalam Salusu (1996:496), menampilkan alasan mengapa perubahan stratejik itu diperlukan, sekaligus memberi petunjuk tentang manfaat dari manajemen stratejik bagi organisasi publik dan non-profit tersebut. (1) Suatu organisasi yang baru didirikan atau yang sedang bertumbuh. perlu memikirkan kemana ia hendak pergi dan sasaran apa yang perlu diberi perhatian dilakukan karena tidak mungkin organisasi itu akan tetap seperti sedia kala, (2) Kebutuhan untuk mempertahankan stabilitas pembiayaan. Apabila suatu sumber dana kurang atau habis, untuk mempertahankan roda organisasi diperlukan strategi baru untuk mencari sumber-sumber yang baru. (3) Keinginan untuk mengembangkan pelayanan. Pemerintah pada umumnya mulai dengan pelayanan yang terbatas karena sumber daya dan dana terbatas. Tetapi lama kelamaan, seiring dengan makin tersedianya sumber daya yang memadai, keinginan untuk memperluas pelayanan, mendorong pemerintah untuk melakukan perubahan dalam kebijaksanaan, prosedur, dan bahkan prioritas pelanggan yang dilayani. (4) Perluasan peranan dan desakan pelanggan. Sering kali masyarakat mendesak kepada pemerintah atau organisasi profit untuk menambahkan peranan baru pada organisasinya guna men- jawab kebutuhan mendesak mereka. (5) Perubahan Kepemimpinan.
Munculnya pemimpin baru dalam organisasi menyusul pergantian pejabat, biasanya diikuti dengan memperkenalkan visi baru yang sekaligus menuntut kepada para eksekutif lainnya untuk menyesuaikan diri dan pemahaman tentang kebijaksanaan baru tersebut. (6) Tuntutan yuridis dalam perencanaan. Perubahan prosedur harus dilakukan apabila ada desakan dari pemerintah untuk mengikuti prosedur perencanaan guna memperoleh bantuan yang diperlukan. (7) Tuntutan dan integrasi. Integrasi antar departemen, biro, bidang, bagian, seksi dan sebagainya, sangat sering ditemukan di kalangan pemerintahan. Integrasi ini dianggap memang perlu diadakan menuntut penyesuaian misi, tujuan dan sasaran, serta berbagai prosedur karena harus mengintegrasikan dua atau lebih
tujuan dan sasaran. (8) Koordinasi Tindakan. Koordinasi ini tindakan dalam kalangan organisasi publik sangat lumrah, tetapi sekaligus menuntut adanya perubahan dalam kebijaksanaan internal guna menjamin terlaksananya koordinasi itu dengan baik. (9) Ancaman politik. Pihak-pihak penguasa politik sesekali menuntut kepada para eksekutif untuk menyesuaikan kebijaksanaan organisasinya dengan tuntutan politik.
Y00 & Digman dalam Salusu (1996:498), menyimpulkan manfaat dari penggunaan manajemen stratejik antara lain: (1) Mampu memberikan petunjuk bagaimana mengantisipasi masalah- masalah dan peluang di masa mendatang, (2) Memungkinkan para pegawai memahami tujuan dan sasaran organisasi secara jelas sehingga mereka mengetahui arah perjalanan organisasinya, (3) Meningkatkan kepuasan dan motivasi pegawai, (4) Menyediakan informasi kepada para pengambil keputusan tepat pada waktunya, dan (5) Bisa menghemat biaya.
Jadi dapat dikatakan bahwa manajemen stratejik dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi dalam rangka pencapaian tujuan.