• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Contextual Teaching Learning (CTL)

B. Strategi Pembelajaran

1. Model Contextual Teaching Learning (CTL)

Model CTL merupakan suatu konsep pembelajaran yang menekankan pada pendekatan kontekstual atau pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Menurut Johnson (Rusman, 2012:187) mendefinisikan CTL atau pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Model CTL diinspirasi oleh filsafat kontruktivisme yaitu pengalaman-pengalaman kehidupan sehari- hari siswa dikontruksikan dalam suatu pembelajaran agar dapat memiliki makna dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.

Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Karenanya Contextual Teaching and Learning (CTL) ialah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Hal itu sejalan dengan Nurhadi (2002) bahwa pembelajaran kontekstul (CTL) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Rusman, 2012:189).

Menurut Dewey (1974), tugas sekolah adalah memberi pengalaman belajar yang tepat bagi siswa dan tugas guru adalah membantu siswa menjalin pengalaman belajar yang satu dengan yang lain, termasuk yang baru dengan yang lama. Pengalaman baru dengan pengalaman belajar yang lama akan melekat pada struktur kognitif siswa dan menjadi pengetahuan baru bagi siswa. Pembelajaran model CTL bersifat alamiah

Model dan Strategi Pembelajaran Matematika SD| 55 dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, serta menggunakan benda-benda, ataupun sesuatu yang dekat dengan kehidupan siswa.

Misalnya pada pembelajaran matematika, guru dapat meminta siswa untuk menghitung jumlah alat-alat permainan yang dimiliki, atau juga menghitung hewan peliharaan di rumah. Misalnya menghitung jumlah kelinci yang dimiliki seperti terlihat di bawah ini:

= 1 = 2 = 3 = 4

Gambar diatas menunjukkan pembelajaran tentang bilangan yang dikorelasikan dengan banyak kelinci, mulai dari 1 sampai dengan 4, perlahan-perlahan siswa akan mengalami pembentuk konsep tentang bilangan 1, 2, 3, dan 4 atau seterusnya sehingga mampu menulis dan menyebutkan bilangan itu sendiri.

Pembelajaran Model CTL ini juga menekankan pada proses yang dialami oleh siswa melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran seperti mengeksplorasi alam nyata, serta mampu membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan sosial dan interaksi dengan lingkungan alamnya. Alam dan lingkungan memberikan makna pembelajaran bagi siswa yang kemudian dikontruksikan dan adaptasikan dengan konteks pembelajaran di kelas. Peran guru adalah memberikan arahan, memotivasi serta membimbing siswa agar dapat mengkontrusikan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya dengan pengetahuan baru diperolehnya di dalam kelas. Pengetahuan tidak dapat dipisahkan-pisahkan menjadi fakta-fakta, tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan. Belajar merupakan proses seseorang dalam hidupnya untuk menemukan, memahami hal-hal yang baru maupun lama baik yang berkaitan dengan lingkungan sekitar dirinya maupun di luar lingkungan dirinya agar memiliki makna dan manfaat bagi hidupnya. Pemerolehan pengetahuan melalui mengeksplorasi lingkungan dan alam mencerminkan scemata otak seseorang telah bekerja, karena ia mampu untuk mengaitkan materi pelajaran di kelas dengan dunia nyata. Dalam konteks pembelajaran

56 | Muh. Hayyun

matematika, model CTL didekatkan dengan model pembelajaran matematika realistik (RME) yang merupakan model pembelajaran matematika yang menghubungan dunia nyata siswa dengan konteks pebelajaran matematika di kelas.

Model CTL menuntut siswa untuk dapat memecahkan masalah-masalah pembelajaran menggunakan pemahaman dan kemampuan akademik yang dimilikinya baik masalah yang bersifat simulatif ataupun dunia nyata baik sendiri maupun secara bersama-sama. Pembiasaan dalam memecahkan masalah akan memudahkan bagi siswa kelak dalam menghadapi tantangan dan masalah kehidupannya,sehingga ia menjadi mandiri, teguh berprinsip, suka tantangan dan berpikir maju. Dalam beberapa contoh soal atau kasus-kasus yang ada pada pembelajaran matematika, konteks kehidupan sehari-hari sebagian besar dibahas baik pada jenjang pendidikan yang paling rendah maupun tinggi, hal itu penggunaan model CTL dalam pembelajaran Matematika sangat membantu guru dan siswa dalam memahami masalah-masalah matematika termasuk masalah- masalah kehidupan sosial ekonomi yang harus dipecahkan dengan ilmu matematika. Selain itu siswa diberikan kesempatan yang luas untuk bereksplorasi, mengalami sendiri (learning to do), serta menemukan makna dari proses yang dilakukannya. Pendekatan pembelajaran bersama (learning comunity) antar siswa, siswa dengan lingkungan masyarakat adalah hal diinginkan pada model CTL agar siswa dapat memahami makna-makna dalam berinteraksi serta memiliki pengetahuan dasar sehingga dapat dikontruksikan pada pembelajaran di sekolah. Misalnya dalam pokok bahasan nilai mata uang dan jual beli, siswa yang sering dan pernah melakukan transaksi jual beli di lingkungan masyaraat dan memahami perbedaan nilai mata uang, maka akan sangat mudah memahami apa yang di ajarkan guru di sekolah, karena pengalaman- pengalaman lapangan sudah diperolehnya.

Model dan Strategi Pembelajaran Matematika SD| 57 Perhatikan gambar rumah di bawah ini:

Gambar rumah 1 (sumber google.com)

Gambar rumah 2 (sumber google.com)

Pada gambar dua rumah diatas guru dapat mengaitkan dengan materi pelajaran matematika dengan pokok bahasan tentang bangun datar (bidang). Siswa diminta menuliskan atau menyebutkan nama-nama bidang yang ada pada gambar kedua rumah diatas.

58 | Muh. Hayyun

Oleh karenanya ada beberapa hal penting yang mendasari mengapa model CTL ini urgens digunakan oleh guru (Sihono, 2004: 70-71) diantaranya adalah

a. Prose belajar

Belajar tidak sekedar menghafal, tetapi siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Anak belajar dari mengalami.

Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru. Para ahli berpendapat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan ( subject matter ). Pengetahuan tidak dapat dipisahkan-pisahkan menjadi fakta-fakta, tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan. Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak berjalan seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan ketrampilan seseorang. Maka perlu dipahami strategi belajar yang salah dan yang terus-menerus dijalankan (dibiarkan terbuka) akan mempengaruhi struktur otak, yang pada akhirnya mempengaruhi cara seseorang berperilaku.

b. Transfer Belajar

Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.

Ketrampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sempit), sedikit-demi sedikit. Selain itu penting bagi siswa tahu untuk apa ia belajar, dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan ketrampilan itu.

c. Siswa Belajar

Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam hal tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat tentang hal-hal baru. Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru, akan tetapi untuk hal-hal yang

Model dan Strategi Pembelajaran Matematika SD| 59 sulit, strategi belajar sangatlah penting. Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui. Tugas guru memfasilitasi, agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri. Pentingnya lingkungan belajar.

Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton, ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan. Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan barunya.

Strategi belajar lebih dipentingkan dibanding hasilnya. Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian ( assessment ) yang benar. Pentingnya menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok.

Dengan demikian model CTL, mengajar bukan mentransformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep- konsep dan teori-teori yang tidak relevans dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan hidup (life skill) dari apa yang dipelajarinya. Pembelajaran kontekstual berupaya untuk menemukan makna pembelajaran bagi siswa, menemukan life skill yang dapat berguna bagi lingkungan masyarakat sekitar atau berguna bagi dirinya.

Oleh karenanya ada beberap ciri khas atau prinsip-prinsip CTL (Hamdayama, 2014, Rusman, 2004) ditandai oleh tujuh komponen utama, yaitu a) contructivism (kontruktivime); b) inquiry (penemuan); c) questioning (bertaya), d) learning comunity (masyarakat belajar); e) Modelling (pemodelan); f) reflection (refleksi) ; dan g) Authentic Assesment (Penilaian Autentik). Dari ketujuh prinsip CTL tersebut di bawah ini akan dijelaskan masing-masing:

a. Kontruktivisme yaitu suatu aliran pembelajaran yang menghendaki siswa membangun sendiri pengetahuannya melalui keterlibatan aktif

60 | Muh. Hayyun

proses belajar mengajar. Kontruktivisme ini sebagai landasan dari pembelajaran model CTL. Pendekatan kontruktivisme dalam pembelajaran membantu siswa memahami makna pembelajaran serta dapat mengkorelasikan dan mengkontruksikan dengan fenomena lingkungan, alam dan sosial tempat siswa hidup dalam materi pelajaran yang dipelajarinya di kelas. Model CTL menekankan pada proses, keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran, serta kreatif di dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran. Karenanya lima elemen penting yang harus dipahami dalam CTL yaitu 1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, 2) Perolehan pengetahuan baru dari keseluruhan kemudian ke detailnya, 3) Pemahaman pengetahuan dengan cara, 4) Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman, 5) Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan.

b. Inquiry yaitu pendekatan yang dilakukan siswa dalam belajar dengan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan baru. Ada beberapa siklus inquiry yaitu; 1). Observasi, 2). Bertanya, 3). Mengajukan dugaan (Hypotesis), 4). Pengumpulan data, 5). Penyimpulan.

c. Bertanya (Questioning) yaitu pendekatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa dengan tujuan siswa berperan aktif dan mampu menyampaikan gagasannya. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.

d. Masyarakat belajar yaitu konsep yang menghendaki agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.

e. Pemodelan (modeling) yaitu pendekatan pembelajaran dengan memberikan peragaan, baik berupa makhluk hidup maupun benda mati.

f. Refleksi yaitu melakukan perenungan kembali (evaluasi) tentang apa yang sudah dipelajari, dan apa yang sudah dilakukannya dimasa yang lalu.

Model dan Strategi Pembelajaran Matematika SD| 61 Dari uraian di atas, kesuksesan suatu model yang digunakan tergantung dari desain dan sintaks yang dilakukan di lapangan. Ada beberapa model yang sintaksnya bisa fleksibel, tetapi juga ada model yang sintaksnya sudah pakem, hal itu bisa memberikan pilihan bagi pengguna di lapangan terutama calon guru dan guru untuk mengaplikasikan beberapa model yang ingin digunakan di kelas.

Untuk sintaks dan desain dari model CTL diantaranya:

a. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna.

b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.

c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.

d. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya.

e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya (Rusman, 2004:199).

Pendekatan model pembelajaran CTL dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan pembelajaran yang selama ini sering digunakan yaitu pendekatan CBSA (cara belajar siswa aktif), Pembelajaran proses, LSE, probelm based instruction (PBI), dan Service Learning.

2. Model Pembelajaran Kooperatif