• Tidak ada hasil yang ditemukan

PADA KEGAWATDARURATAN

Dalam dokumen EIMED PAPDI pdf text (Halaman 102-119)

VII. OBAT-OBAT PADA KEGAWATDARURATAN

menit. kontinu dengan kecepatan 100 mcg/

menit.

2. Henti jantung: 1-2 ampul IV, dapat diulang tiap 3-5 menit. Kadang-kadang diberikan intrakardial.

3. Asma bronkial: 0,3—-0,5 mg SC atau IM (cara ini sudah tidak dianjurkan). Dapat diberikan secara inhalasi menggunakan spray atau aerosol.

Kl/perhatian Hati-hati pada orang tua, penderita hipertensi, takikardi, atau aritmia.

Efek Samping KV: Takikardi, tremor, pusing, lemas, rasa dingin di ekstremitas. GI: mual, nyeri ulu hati.

Sediaan Ampul 1 mg/ml.

Indeks kehamilan | C

SYOK KARDIOGENIK Syok kardiogenik sering terjadi sebagai kelanjutan dari gagal jantung berat atau kelanjutan dari infark miokard yang luas. Dalam keadaan ini diperlukan obat-obat inotropik antara lain dopamine, dobutamin, dan vasokonstriktor norepinefrin.

Obat DOPAMIN

Indikasi Syok ardiogenik, 2. Terapi tambahan pada syok jenis lain setelah koreksi faktor penyebab syok.

Mekanisme | Dopamin merupakan prekursor katekolamin. Bekerja sebagai agonis reseptor P-1 dan menyebabkan peningkatan frekwensi denyut jantung dan kontrak- tilitas miokard dengan hasil akhir peningkatan curah jantung dan tekanan darah. Pada dosis rendah « 3

mcg/kg/menit, dopamin juga mengaktifkan reseptor dopaminergik di mesenterium dan arteri renalis dengan efek vasodilatasi, dan diharapkan dapat memperbaiki fungsi ginjal pada penderita syok. Namun pada dosis yang lebih tinggi dopamin meningkatkan produksi katekolamin dan merangsang reseptor alfa adrenergik dan menyebabkan vasokonstriksi, termasuk di ginjal, sehingga efek proteksi ginjal akan hilang.

Indikasi Syok kardiogenik, kondisi-kondisi dengan hipotensi berat atau kecendrungan syok, setelah terapi resusitasi cairan.

88 |EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in Internal Medicine)

Cara/dosis | Drip : 1-5 mcg/kg/min, dapat ditingkatkan sampai 5-10 mcg/kg/min. Untuk syok berat dapat diberikan sampai dosis 20, bahkan 50 mcg/kg/menit .

KI Hipertiroidisme, feokromositoma, takiaritmia, fibrilasi ventrikel, glaukoma sudut sempit, adenoma prostat.

ES Hipertnsi, aritmia, pelebaran komplek ORS, azotemia, iskemia miokard.

IO Potensiasi efek dengan penghambat MAO, fenotiazin, butirofenon. Antagonistik dengan pnghamnbat reseptor

b-adrenergi. |

Ampul 200 mg/10 mL

Indeks ke- | C hamilan

Obat DOBUTAMIN

Indikasi Syok ardiogenik, 2. Terapi tambahan pada syok jenis lain setelah koreksi faktor penyebab syok.

Mekanisme | Dobutamin merupakan agonis reseptor B-2 adren- ergik dengan efek farmakodinamik mirip dengan dopamin. Berbeda dengan dopamin, dobutamin tidak memperlihatkan efek vasodilatasi pada vaskularisasi mesenterium dan ginjal. Efek takikardi lebih ringan dibanding dengan dopamin. Obat ini sering diguna- kan bersama dopamin untuk mengatasi syok kardio- genik. Dosis dopamin dipertahankan rendah untuk mendapatkan efek renal (vasodilatasi arteri renalis), sedangkan dosis dobutamin ditingkatkan bertahap untuk mencapai kestabilan hemodinamik. Bila ini ga- gal, maka dosis dopamin terpaksa juga ditingkatkan dengan mengorbankan efek renal.

Cara/dosis Drip 2-15 mcg/kg/min, dalam keadaan berat dapat

Na

KI Idiopathic hypertrophic subaortic stenosis, riwayat Takikardi, palpitasi, hipertensi, aritmia ventrikel ektopik, mual, sakit kepala, angina pektoris, napas pendek.

B-blockers, nitroprusside

Dobutamin HCL 250 mg/20 mL : Category B

Sediaan Indeks kehamilan

| Obat — | NOREPINEFRIN

Indikasi Hipotensi dan syok, sebagai obat tambahan pada henti jantung

Mekanisme | NE disintesis dari dopamin oleh enzim dopamin b- hidroksilase dan dirilis dari medulla adrenal ke dalam sirkulasi. Di perifer berperan sebagai neurotransmitor sistem adrenergik sebagai agonis reseptor &-1. Akti- vasi reseptor a adrenergik menyebabkan vasokonstrik- si dan meningkatkan tekanan darah. Frekwensi denyut jantung umumnya turun sebagai refleks kompensasi terhadap peningkatan tekanan darah.

Cara/dosis | 1 ampul 4 mg dilarutkan dalam 1000 mJ| dekstrose Ba 596. Infus 0,5-1 m!/menit.

KI Hipertensi, kehamilan, laktasi. Hipotensi akibat defisit volume sirkulasi.

ES Bradikardi, iskemia serebral dan kardiak, aritmia, ansietas, sakit kepala, nekrosis bila terjadi ekstravasasi infus,

Io MAOJLs, antidepresan trisiklik.

Sediaan Ampul 4 mg/4m!

Indeks Category C kehamilan

Bradiaritmia adalah keadaan dimana frekwensi denyut jantung kurang dari 50/menit. Bila disertai gangguan hemodinamik, maka keadaan ini harus segera diatasi. Obat yang sering digunakan dan cukup efektif pada bradiaritmia adalah atropine sulfat. Bila respons kurang memadai dapat ditambahkan isoproterenol, atau pemaikaian alat pacu jantung.

Pada henti jantung, atropine sulfat diberikan sebagai tambahan selain pemberian adrenalin.

Atropin sulfat juga merupakan obat utama pada keracunan organofosfat.

| Obat —— | ATROPIN SULFAT

1. Intoksikasi organofosfat, 2. Bradikardi, 3. Adjuvan pada henti jantung, 4. Premedikasi anestetik

Mekanisme | Atropin merupakan golongan antikolinergik yang bekerja dengan menghambat reseptor muskarinik di berbagai organ. Pada jantung hambatan reseptor muskarinik menyebabkan takikardi dan mencegah BRADIARITMIA

90 | EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in Internal Medicine)

—————

Cara/dosis

KI

ES

henti jantung akibat reflek vagal. Pada pembuluh darah menyebabkan flushing/ kemerahan di sekitar wajah. Obat ini juga mengurangi sekresi berbagai kelenjer eksokrin, di mulut, bronkus, lambung/usus dan kelenjer keringat. Pada keracunan organofosfat, atropin bekerja spesifik menghambat kerja asetilkolin di berbagai organ, sehinga mencegah aktivasi organ secara berlebihan akibat peningkatan kadar asetilkolin. Kelumpuhan otot rangka dan otot diafragma tidak dapat diatasi oleh atropin, karena diperantarai oleh reseptor nikotinik.

Pada mata menimbulkan midriasis, gangguan akomodasi lensa mata, dan peningkatan tekanan intraokuler.

Atropin diabsorpsi dengan mudah dari saluran cerna, membran mukosa, mata, dan bahkan melalui kulit.

Dapat melewati sawar darah otak sehingga dapat menimbulkan efek sentral berupa halusinasi, dan bingung.

Atropin dimetabolisme tidak komplit oleh hati.

Bantuk utuh dapat dijumpai dalam urin. Waktu paruh 4 4jam.

1. Bradiaritmia0,5 - 1 mg 92 sampai 4 ampul) IV, dapat diulangi tiap 3-5 menit dengan dosis total tidak melebihi 3 mg.

2. Keracunan Organofosfat: 2 mg IV, setiap 10-30 menit sampai gejala muskarinik berkurang atau sampai terjadi atropinisasi berupa takikardi, mid- riasis, dan kulit kering. Gejala atropinisasi perlu dipertahankan selama paling kurang 2 x 24 jam.

Glaukoma sudut sempit, sick sinus syndrome, tirotok- sikosis, gagal jantung, hipertrofi prostat, obstruksi pilorus.

Mulut kering, kesulitan bicara dan menelan, konstipasi, retensi urin, midriasis, fotopobia, fotopobi, peningkatan tekanan intraokuler, halusinasi, bingung, delirium, takikardi, palpitasi, dan aritmia.

Efek antikolinergik bersifat aditif dengan kuinidin, anti depresan, dan beberapa antihistamin.

Ampul 0,25 mg/ml.

Indeks Cc

kehamilan

SINDROM KORONER AKUT Sindrom koroner akut meliputi angina pektoris rtidak stabil, infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) dan infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI). Obat-obatan yang digunakan pada SKA antara lain aspirin, clopidogrel, heparin, tromboliti (streptokinase). Selain itu juga digunakan nitrat organic, beta bloker, dan analgesic narkotik (morfin).

Indikasi sindrom koroner akut (angina tidak stabil, infark miokard akut), 2. iskemi serebral.

Farmakologi | Pada sindrom koroner akut terjadi ruptur plak aterosklerosis yang memicu adesi dan agregasi trombosit, dan selanjutnya mengaktifkan kaskade koagulasi sehingga terbentuk sumbatan bekuan darah dalam waktu singkat. Agregasi trombosit ini harus dihambat secepat mungkin agar proses pem- bentukan trombus tidak berlanjut.

Aspirin atau asam asetil salisilat (asetosal) meng- hambat sintesis prostaglandin melalui hambatan enzim siklooksigenase (COX-1) dengan efek analgesik dan anti inflamasi. Selain itu, pada sel trombosit aspirin menghambat sintesis tromboksan A2 secara ireversibel, sehingga menghambat agregasi trombosit yang efeknya bertahan sepanjang umur tombosit (8-10 hari). Efek terakhir ini terjadi pada dosis yang jauh lebih rendah dari dosis anti inflamasi dan analgesik. Asam asetil salisilat diabsorpsi dengan baik melalui saluran cerna, efek puncak ter- capai dalam 1 jam. Obat ini dimetabolisme dengan capat menjadi asam salisilat yang masih aktif dengan waktu paruh sekitar 6 jam.

Dosis awal untuk SKA, 160-300 mg per oral (sebaik- nya menggunakan tablet non enteric coated dan pemberian sebaiknya dikunyah), dilajutkan dengan dosis pemeliharaan 80-160 mg/hari.

Cara/dosis

92 |EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in Internal Medicine)

Hipersensitif & alergi, tukak lambung, pernah atau sering mengalami pendarahan dibawah kulit.

Penderita hemophilia & trombositopenia. Penderita varicella/cacar air/ chicken pox & gejala flu.

Hati-hati pada penderita gangguan fungsi hati, kehamilan, wanita menyusui, dehidrasi. Jangan Perhatian

digunakan pada trimester terakhir kehamilan.

Hati-hati pada pasien yang mendapat antikoagulan.

Hentikan penggunaan bila terjadi tinnitus, gangguan pendengaran, pusing.

Iritasi lambung, mual, muntah. Pemakaian lama menyebabkan pendarahan lambung, tukak lambung.

Reaksi hipersensitif. Dapat terjadi ttombositopenia.

Dengan alkohol meningkatkan resiko pendarahan lambung. Hati-hati pada penggunaan bersama anti- koagulan oral karena meningkatkan risiko perdarahan.

Tab 80 mg dan 160 mg, dan 500 mg. Tersedia juga dalam bentuk tablet enterik 80 dan 160 mg.

Indeks Cc

kehamilan D (pada trimester 3)

Obat —— | clopIDOGREL

Indikasi I sindrom koroner akut, iskemi serebral, dan trombosis Sediaan

vaskuler perifer. Digunakan bersama-sama dengan aspirin. Pada pasien yang intoleran terhadap aspirin, diajurkan menggunakan klopidogrel sebagai alternatif.

Merupakan obat golongan tienopiridin yang secara kimiawi mirip dengan tiklopidin. Obat ini bekerja meng- hambat agregasi trombosit melalui penghambatan reseptor ADP (subtype P2Y,,) di permukaan platelet yang penting dalam agregasi platelet dan cross linking fibrin. Hambatan agregasi platelet terjadi secara ireversibel sepanjang usia platelet. Obat ini diabsorpsi dengan cepat melalui saluran cerna dan mencapai kadar puncak dalam waktu 1 jam. Clopidogrel merupakan prodrug yang dalam tubuh mengalami aktivasi menjadi bentuk akttif terutama oleh enzim CYP3A4 dan CYP2C19.

Efek hambatan agregasi mulai terlihat setelah 2 jam dan mencapai optimal setelah 3-7 hari. Ikatan protein plasma tinggi (9896), waktu paruh dalam plasma 8 jam.

Farmakologi

Cara/dosis Untuk SKA diberikan loading dose 300 mg,

Perhatian

ES

Indeks kehamilan

Indikasi

Farmakologi

dilanjutkan 75 mg 1 x/hr. Untuk indikasi lain seperti iskemi serebral dan aterosklerosis tidak diperlukan loading dose.

Perdarahan patologis aktif (tukak lambung atau perdarahan intrakranial).

Pasien dengan peningkatan risiko perdarahan karena trauma, operasi atau kondisi patologis lainnya.

Kerusakan ginjal, penyakit hati dengan perdarahan diatesis. Kehamilan.

perdarahan lambung, serebral, trombositopenia, Sakit kepala, pusing, parestesia, gangguan pencernaan & hematologis, ruam, pruritus.

Penggunaan penghambat pompa proton dapat mengurangi risiko perdarahan lambung, namun mengurangi efektivitas klopidogrel.

Penggunaan bersama Aspirin, AINS, dan warfarin, trombolitik, meningkatkan risiko perdarahan.

Tablet 75 mg B

Obat HEPARIN

Kardiologi: Sindrom koroner akut (UAP, NSTEMI, STEMI), fibrilasi atrial, riwayat emboli, pencegahan dan pengobatan trombosis vena dan emboli paru, pengobatan emboli arterial

Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID).

Pencegahan trombus pada pembedahan arteri dan jantung: trombosis serebral.

Antikoagulan pada tranfusi darah, sirkulasi ek- strakorporeal, prosedur dialisis & untuk tujuan laboratorium.

Heparin merupakan antikoagulan yang bekerja menghambat faktor Xa dan menghambat konversi protrombin menjadi trombin. Heparin dan turunannya tidak menembus sawar plasenta, sehingga aman untuk wanita hamil, kecuali bila ada risiko perdarahan.

94 | EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in Internal Medicine)

1. Sindrom koroner akut: heparin 5000 Unit bolus IV, dilanjutkan dengan drip 1000 U/jam. Trget aPTT 1,5 sampai 2 kali nilai kontrol.

2. Koagulasi intravaskulere diseminata (KID): Heparin bolus IV 5000 U tiap 6 jam, target aPTT 1,5-2,5 kali nilai kontrol. Evaluasi aPTT pada jam kedua dan keempat:

Bila pada jam kedua:

aPtt « 1,5 x nialai kontrol, heparin dinaikkan menjadi 7500 U.

aPTT 1,5-2,5 x kontrol, dosis heparin tetap.

aPTT » 2,5 x kontrol, evaluasi aPTT pada jam Cara/dosis

Heparin

keempat, bila:

aPTT « 1,5 x kontrol, heparin dinaikkan men-

jadi 7500 U.

aPTT » 2,5 x kontrol, heparin dikurangi men-

jadi 2500 U.

Stroke hemoragik, perdarahan aktif saluran cerna, trombositopenia, hemofilia, tukak peptik, hipertensi, jaundice, aborsi iminen, dan pembedahan besar pada

bagian otak, sumsum tulang belakang serta mata.

Hati-hati pada pasien lesi ulseratif, menstruasi, penyakit hati dengan gangguan hemostatis, usia lanjut.

Perdarahan, iritasi lokal, hipersensitivitas, trom- bositopenia, osteoporosis pada pemakaian jangka panjang, peningkatan kadar SGOT dan SGPT.

Antikoagulan oral, NSAID, dipiridamol, meningkat- kan risiko perdarahan. Digitalis, tetracycline, nikotin, atau antihistamin dapat mengurangi aktivitas anti- Perhatian

koagulan Na heparin.

Heparin sodium: Vial 5000IU/mL 5 mL

Enoxaparine: Pre-filled syringe 20 mg/0,2 mL (2000 anti-Xa): 40 mg/0,4 mL (4000 anti-Xa): 60 mg/0,6 mL (6000 anti-Xa)

Fondaparinux: Pre-filled syringe 2,5 mg/0,5mL.

Sediaan

Enoxaparin: Dosis:

Angina tidak stabil dan infark miokard non-O wave 1 mg/

kg SK tiap 12 jam. Terapi minimal 2 hr sampai stabilitas klinis tercapai (biasanya 2-8 hr).

Pencegahan tromboemboli: 20 mg SK 1x/hr pada pasien risiko sedang & 40 mg 1 x/hr pada pasien risiko tinggi.

Terapi trombosis vena dalam 1 mg/kg SK 2 x/hr.

Fondaparinux: Dosis: 2,5 mg Ix/hr diberikan secara injeksi SK

Obat Indikasi

Farmakologi | Streptokinase bekerja sebagai plasminogen activator

pada STEMI 1,5 juta unit diinfuskan dalam 1 jam KI

ES

STREPTOKINASE

1. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (STEMI) yang kurang dari 12 jam,

2. Trombosis vena dalam. Trombosis arteri akut atau subakut, penyakit arteri oklusif kronik 3. Emboli paru.

4. Oklusi arteri atau vena sentral.

yang mengubah plasminogen menjadi plasmin. Plas- min selanjutnya akan melisis fibrin. Obat ini cepat die- liminasi dari plasma sehingga harus diberikan dalam bentuk infus kontinu. Streptokinase digunakan pada STEMI baru « 12 jam yang tidak menjalani PCI.

» Perdarahan aktif

» Riwayat stroke hemoragik

“ Stroke non hemoragik (riwayat) dalam waktu 1 tahun terakhir

» Riwayat perdarahan internal dalam 6 bulan terakhir.

»- Hipertensi (»180/110), kehamilan,

« Riwayat pemakaian streptokinase satu tahun terakhir

« Trauma, bedah mayor.

» endokarditis bakteri sub akut.

- gangguan fungsi hati atau ginjal berat,

s- usia lanjut dengan kecenderungan degenerasi arteriosklerosis

Perdarahan, reaksi alergi dan demam.

IO Sediaan

Antikoagulan, antiplatelet meningkatkan risiko perdarahan.

Vial 1.500.000 IU

96 EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in Internal Medicine)

Obat

AMIODARON 01

Indikasi Aritmia supraventrikular, nodal, dan ventrikular.

Aritmia pada sindroma Wolff-Parkinson-White.

Farmakologi Amiodaron merupakan antiaritmia golongan III yang terutama bekerja menghambat kanal K4 dengan efek perpanjangan masa potencial aksi dan repolarisasi. Amiodaron bersifat unik karena juga memiliki sifat antiarimia golongan lain: meng- hambat kanal natrium, menghambat reseptor beta adrenergik, dan menghambat kanal kalsium. Oleh karena itu amiodaron dapat digunakan untuk ber- bagai keadaan arritmia supraventrikel dan arritmia ventrikel. Amiodaron meiliki waktui paruh di jaringan yang panjang sekali (25-100 hari) dan potensil dideposit di berbagai jaringan seperti, paru, hati, kornea, dan lain-lain. Srtruktur kimia amiodaron mengandung molekul Iodine, dan pemakaian jangka panjang dapat menghambat konversi T4 menjadi T3, sehingga kadar T4 meningkat dan T3 menurun.

Cara/dosis IV: dosis awal 150 mg drip selama 1jam, diikuti infus kontinu 1 mg/menit selama 6 jam, selanjutnya 0,5 mg/menit selama 18 jam. Pada ACLS, VF/ Pulsless:

300 mg IV setelah pemberian epinefrin.

Oral: Dosis umum: 600 mg/hr selama 8-10 hr.

Pemeliharaan: 100-400 mg/hr.

KI/perhatian Blok AV atau SA, sinus bradikardi, sindroma sick sinus kecuali jika sedang dibantu dengan alat pacu jantung: gangguan konduksi tingkat tinggi, dis- fungsi thyroid: intoleransi iodine, terapi kombinasi dengan obat penginduksi torsade de pointes.

ES Mikrodeposit kornea, fotosensitif & pigmen- tasi. Hiperatau hipotiroidisme. Gangguan neurologi, bradikardi: mual, muntah, disgeusia, alopesia.

Antiaritmia termasuk bepridil, guinidine, sotalol, disopyramide,

Sediaan Amp 150 mg/3 mt, Tab 200 mg.

Indikasi

NITROGLISERIN

Angina tidak stabil yang tidak dapat diatasi dengan terapi penyekat beta & nitrat sublingual. Gagal jantung kongestif yang tidak responsif yang disebab-

kan oleh infark miokard akut.

Nitrogliserin dan nitrat organik lainnya seperti ISDN, ISMO, dil bekerja sebagai donor NO (nitric axide). NO selanjutnya berikatan dengan Farmakologi

guanilat siklase di otot polos pembuluh darah dan menyebabkan vasodilatasi di vena dan arterial. Vasodilatasi pembuluh darah koroner akan memperbaiki suplai oksigen untuk otot jantung.

Venodilatasi perifer akan mengurangi arus balik vena dan beban hulu jantung (preload) sehingga mengu- rangi konsumsi oksigen di miokard.

Iskemia miokard: dosis awal 15-20 mcg/menit dengan peningkatan sebanyak 10-15 mcg/menit Cara/dosis

hingga tercapai efek yang diinginkan.

Gagal jantung kongestif yang tidak responsif:

dosis awal 20-25 mcg/menit, dosis dapat diturunkan sampai 10 mcg/menit atau ditingkatkan secara ber- tahap menjadi 20-25 mcg/menit setiap 15-30 menit hingga tercapai efek yang diinginkan.

Angina tidak stabil: dosis awal 10 mcg/menit dengan peningkatan sebanyak 10 mcg/

menit, dengan interval 30 menit tergantung pada besarnya kebutuhan.

Kl/perhatian | KI: Anemia, perdarahan serebral yang berat, hipovolemia yang tidak dapat diatasi atau hipotensi berat. Pasien dengan predisposisi glaukoma sudut tertutup.

P: Hipotiroidisme, hipotermia, malnutrisi, penyakit hati/ginjal berat. Perlu pengawasan ketat terhadap TD & denyut nadi

Sakit kepala, mual, hipotensi, takikardi, muntah, diaforesis, ketakutan, gelisah, kedutan otot, rasa tidak enak pada daerah retrosternal, palpitasi, mengantuk, nyeri abdomen, angina paradoksal Alkohol, sildenofil, tadalafil, & vardenafil dapat meningkatkan efek hipotensi

Amp 10 mg/10 mL

98 | EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in Internal Medicine)

GAGAL JANTUNG Obat utama pada gagal jantung kongestif adalah diuretik. Dalam fase akut diperlukan diuretik yang bekerja cepat, yaitu furosemid, sedangkan pada gagal jantung kronik dapat diberikan diuretic tiazid. Penghambat reseptor beta (Carvedilol, bisoprolol, atau metoprolcl) diberikan bila keadaan sudah stabil. Penghambat aldosteron (spironolakton) diberi- kan dalam dosis kecil jangka panjang dengan tujuan untuk mencegah remodeling dan fibrosis miokard.

|Obat ”— | FUROSEMID

Indikasi gagal jantung kongestif, gagal ginjal, edema paru akut, edema karena sebab lain

Furosemid bekerja di Ansa Henle asenden meng- hambat kotransport/ reabsorpsi Na,K,CI. Ekskresi NA, K, CI ini diikuti oleh air dan berbagai elektrolit lain. Pada pemberian IV efek dieresis terjadi da- Farmakologi

lam 30 menit dan mencapai puncak setelah 2-4 jam. Furosemid menurunkan beban hulu (preload) sehingga meringankan kerja jantung. Obat ini diberikan untuk mencapai kondisi euvolemia, selanjutnya dosisnya diturunkan.

Dosis awal bolus 20-40 mg IV atau IM. Dosis dapat ditingkatkan 20 mg, paling cepat setelah kira kira 2 jam setelah dosis awal sampai tercapai diuresis yang diharapkan. Dapat juga diberikan per drip 5-10 mg/jam.

Edema paru 40 mg dapat diberikan IV(1-2 menit), bila perlu dapat diulang setelah kira-kira 1 jam dengan dosis sampai 80 mg.

Sebagai force diuresis pada gagal ginjal sebelum hemodialisis, dapat diberikan sampai 250 mg/hari.

Kl/perhatian Hipersensitif terhadap Furosemide atau sulfonamid, hipotensi

ES Hipokalemia, hiponatremia, hipokalsemia, hipomag- nesemia. hiperglikemia, hiperurisemia. mual, diare, Cara/dosis

nefritis interstitial, tinitus & gangguan pendengaran, parestesia, vertigo, dizziness, & sakit kepala. hipotensi Ortostatik.

IO Antibiotika aminoglikosida, probenecid, salisilat &

lithium, meningkatkan risiko nefrotoksisitas.

Hipokalemia akibat furosemid meningkatkan risiko aritmia pada pemberian digoksin.

Ampul 20 mg/2ml, tablet 40 mg

Fibrilasi atrium dengan respons ventrikel cepat, 2. Takikardi supraventrikuler, 3. Gagal jantung dengan takikardi atau dengan fibrilasi atrium, diberikan bersama diuretik dan ACE-inhibitor.

Digoksin merupakan golongan digitalis yang masih digunakan untuk pemakaian klinis. Obat Indikasi

Farmakologi

ini bekerja menghambat enzim Na/K-ATPase (pompa natrium) di membrane sel miosit jantung. Hambatan ini menimbulkan peningkatan Na intrasel dan depolarisasi membran yang diikuti oleh terbukanya kanal kalsium sehingga terjadi influx kalsium. Peningkatan kalsium intra- sel berperan penting pada efek inotropik positif (meningkatkan kontraktilitas miokard). Selain itu terjadi efek kronotropik dan dromotropik negatif, yaitu menurunkan frekwensi denyut jantung dan kecepatan hantaran impuls terutama di nodus AV. Digoksin menunjukkan indeks terapi yang sempit. Efek samping, terutama aritmia, mudah terjadi bila dosis ditingkatkan.

Digoksin diberikan pada gagal jantung yang disertai fibrilasi atrium, atau gagal jantung dengan takikardi. Digoksin dieliminasi melalui ginjal, sehingga dosis perlu disesuaikan pada

KI/perhatian

gangguan fungsi ginjal, atau dihentikan sama sekali. Pada gangguan fungsi hati tidak di- perlukan penyesuaian dosis.

Fibrilasi atrium: 0,125 mg IV pelan-pelan, dapat diulangi setelah 6 jam dengan target HR « 100/

menit, selanjutnya diberikan dosis pemeliharaan secara oral . gagal jantung: 0,125-0,25 mg/hari per oral, diberikan bersama diuretik dan ACE- inhibitor.

Blokade AV, bradikardi, aritmia ventrikel (VES, V, VF), hipokalemia, Wolff Parkinson White syndrome , sick sinus syndrome, gagal ginjal, hipotiroidisme.

Mual, muntah, pusing, chromatopsia, gelisah, bingung. Bradikardi, blok AV, pulsus bigeminus, trigeminus. Pada keracunan dapat terjadi ekstrasistol sampai fibrilasi ventrikel.

100 | EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in Internal Medicine)

Pe —8.::tt-. it:

Sediaan

Kuinidin, verapamil, amiodaron meningkatkan kadar piasma digoksin

Rifampisin menginduksi transporter P-glikoprotein di usus dan menurunkan kadar plasma digoksin.

aminoglikosida, siklosporin, amfoterisin B meng- ganggu fungsi ginjal, meningkatkan kadar plasma digoksin.

diuretik tiazid, furosemid, meningkatkan toksisitas digoksin karena efek hipokalemia

b-bloker, verapamil, diltiazem meningkatkan risiko blok AV.

Tablet 0,25 mg, ampul 0,25 mg/ml.

Obat CARVEDILOL

Indikasi Farmakologi

Cara/dosis

Gagal jantung kongestif yang sudah stabil

Carvedilol merupakan penghambat reseptor beta adrenergic (beta bloker) yang sekaligus meiliki efek alfa bloker. Efek beta bloker akan melindungi jantung dari rangsangan adrenergic yang berlebihan, sedang- kan efek alfa bloker menurunkan resistensi perifer.

Gagal jantung kongestif: awal 3,125 mg 2 kali sehari selama 2 minggu. Dapat ditingkatkan pada interval

»2 minggu menjadi 6,25 mg 2 kali sehari, lalu 12,5 mg 2 kali sehari hingga 25 mg 2 kali sehari

Hipertensi esensial: awal 12,5 mg sehari selama 2 hr, kemudian 1 tab 25 mg dosis tunggal per hari.

Dapat ditingkatkan hingga maksimal 1 tab 25 mg 2 kali per hari

KI/perhatian Naa ANE SAN

Gangguan konduksi (sinoatrial blok, AV blok tingkat 2 dan 3), sinus bradikardia parah atau sick sinus syndrome, gagal jantung yang disertai penyakit paru. Asma bronkial, bronkitis kronik, emfisema paru- paru, hipersensitif terhadap carvedilol.

Pusing, sakit kepala, rasa lelah, bradikardi.

Antihipertensi lain, rifampisin, klonidin, nifedipin, pe- nyekat saluran kalsium, glikosida jantung, antidiabe- tes oral, sedatif, antidepresan trisiklik, anestetik.

Tab 6,25 mg, 25 mg

A6

Dalam dokumen EIMED PAPDI pdf text (Halaman 102-119)