• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA KEGAWATDARURATAN

Dalam dokumen EIMED PAPDI pdf text (Halaman 72-77)

T PENILAIAN DAN PENATALAKSANAAN AWAL KEGAWATDARURATAN

VI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA KEGAWATDARURATAN

TOPIK : 3 PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA KEGAWATDARURATAN -

penyusun” Bambang Setyohadi

LAJU ENDAP DARAH (LED) HEMATOLOGI RUTIN

Laju endap darah (LED) adalah kecepatan darah mengendap setelah diberi anti koagulans dan diletakkan pada suatu tabung yang berdiri tegak dan diukur tinggi plasma pada waktu tertentu (misalnya 60 menit atau 120 menit). Laju endap darah dapat diukur dengan 2 cara, yaitu cara Westergren dan Wintrobe. Pada cara Westergren, digunakan antikoagulans Natrium sitrat 3,8 96, sedangkan pada cara Wintrobe, digunakan antikoagulans oksalat seimbang. Pada.cara Westergren digunakan tabung berdiameter 2,5 mm dengan panjang 300 mm, sedangkan pada cara Wintrobe digunakan tabung berdiameter 2,5 mm dengan panjang 110 mm. Nilai normal LED pada laki-laki adalah 0-10 mm/jam, sedangkan pada perempuan 0-15 mm/jam (cara Westergren) atau 0-20 mm/jam (cara Wintrobe).

HEMOGLOBIN (Hb)

Hemoglobin (Hb), merupakan pigmen eritrosit yang terdiri dari heme dan globin. Heme tersusun atas 4 cincin pirol dengan atom Fe bervalensi 2 ditengahnya yang berfungsi untuk mengikat oksigen.

Sedangkan globin terdiri dari 4 rantai polipeptida yang dapat terdiri dari rantai a, B, y dan &. Normal kadar Hb pada laki-laki adalah 14-18 gr/di, pada wanita 12-16 gr/dl: pada anak-anak 10-16 gr/dl, dan pada bayi baru lahir 12-24 gr/dl.

HEMATOKRIT (Ht)

Hematokrit (Ht) adalah volume semua eritrosit di dalam 100 ml darah dan dinyatakan dalam X volume darah tersebut. Pemeriksaan ini dapat menggunakan darah kapiler yang dimasukkan ke dalam tabung kapiler atau darah vena yang dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe, kemudian dilakukan pemusingan dengan menggunakan alat sentrifuge. Nilai normal Ht pada laki-laki adalah 40-48 vol?6, sedangkan pada perempuan adalah 37-43 vol?4. Bila pemeriksaan Ht menggunakan darah vena dan tabung Wintrobe, maka diantara endapan eritrosit dan plasma didapatkan lapisan buffy coat yang merupakan lapisan leukosit |

31

dan trombosit: tiap 1 mm buffy coat setara dengan 10.000 leukosit/ul darah. Bila digunakan darah kapiler dan tabung kapiler, maka buffy coat ini akan sulit dinilai.

NILAI ERITROSIT RATA-RATA

Nilai eritrosit rata-rata menunjukkan ukuran rata-rata eritrosit dan banyaknya hemoglobin pada setiap eritrosit.

Ada beberapa macam nilai eritrosit rata-rata, yaitu :

1. Mean Corpuscular Volume (MCV) - Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dalam satuan femtoliter dan dapat dihitung dengan rumus :

VER — 10 x Ht : E (fl) (femtoliter) dimana Ht - nilai hematokrit dalam Xx,

Hb - nilai hemoglobin dalam gr/dl E - jumlah dalam juta/ul:

normal VER adalah 82-92 femioliter.

2. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) - Hemoglobin Eri- trosit Rata-rata (HER), yaitu banyaknya hemoglobin pada setiap eritrosit dengan satuan pikogram dan dapat dihitung dengan rumus :

HER — 10x Hb: E (pg) (pikogram) Normal HER adalah 27-31 pikogram.

3. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) - Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin pada setiap eritrosit yang dinyatakan dalam

”o (gram Hb/dl eritrosit) dan dapat dihitung dengan rumus : KHER - 100 x Hb : Ht (96)

Ncrmal KHER adalah 32-37 &.

Berdasarkan volume eritrosit rata-rata (MCV), maka anemia (kadar Hb rendah) dapat dibagi 3 kelompok, yaitu :

1. Anemia mikrositik (MCV«80 fl), misalnya anemia defisiensi besi, talasemia, anemia akibat penyakit kronik, anemia sidero- blastik,

2. Anemia normositik (MCV 80-100 fl), misalnya anemia akibat penyakit kronik, anemia pada penyakit ginjal kronik, anemia hemolitik, anemia defisiensi besi stadium awal,

3. Anemia makrositik (MCV » 100 fl), misalnya anemia defisiensi asam folat (anemia megaloblastik), anemia

58 |Eimeo PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in Internal Medicine)

-

be n—

defisiensi vitamin B,, (anemia pernisiosa), sindrom mielodisplastik (MDS), anemia pada penyakit hati kronik, hipotiroidisme.

JUMLAH SEL DARAH

a. Jumlah leukosit, dihitung secara manual, dengan mengencer- kan darah 20 kali dengan larutan Turk didalam pipet leukosit, kemudian dimasukkan ke dalam kamar hitung dan sel dihitung pada ruangan seluas 4 mm? dengan tinggi 0,1 mm sehingga didapatkan faktor konversi :

1 mm?/volume kamar x pengenceran

—S1 mm?/0,4 mm? x 20 - 50

Jadi bila pada penghitungan didapatkan N sel, berarti jumlah leukosit adalah 50 N sel/mm?. Normal jumlah leukosit adalah 5.000 — 10.000 sel/mm? darah. Bila jumlah leukosit meningkat, disebut leukositosis dan bila jumlah leukosit menurun disebut leukopenia.

b. Jumlah eritrosit, dihitung secara manual dengan menegencerkan darah 200 kali dengan larutan Hayem di dalam pipet eritrosit, kemudian dimasukkan ke dalam kamar hitung pada bidang seluas 0,2 mm? dengan tinggi 0,1 mm, sehingga didapatkan faktor konversi :

1 mm?/0,02 mm? x 200 — 10.000

Normal jumlah eritrosit adalah 4-5 juta sel/mm? darah. Jumlah eritrosit menurun terdapat pada anemia, sedangkan bila jumlah eritrosit meningkat disebut polisitemia.

C. Jumlah trombosit, dihitung secara manual, dengan cara mengencerkan darah 200 kali dengan larutan Rees & Ecker didalam pipet eritrosit, kemudian dimasukkan kedalam kamar hitung pada bidang seluas 1 mm? dan tinggi 0,1 mm, sehingga didapatkan nilai konversi 2.000 kali. Normal jumlah trombosit adalah 200.000 — 500.000 sel/mm? darah. Bila jumtah trombosit meningkat, disebut trombositosis, dan bila jumlah trombosit menurun disebut trombositopenia.

HITUNG JENIS

a. Basofil. Nama ini digunakan untuk menyebut seluruh stadium basofil mulai dari mielosit sampai segmen. Ukuran selnya ter- gantung pada tingkat maturasinya: demikian pula bentuk

intinya sesuai dengan stadium-stadium neutrofil. Sitoplasmanya mempunyai granula yang besar yang tidak sama ukurannya yang bewarna biru yang tersebar merata di seluruh sitoplasmanya, termasuk diatas inti. sel.

b. Eosinofil. Nama ini digunakan untuk menyebut seluruh stadium eosinofil mulai dari mielosit sampai segmen. Ukuran selnya ter- gantung pada tingkat maturasinya: demikian pula bentuk intinya sesuai dengan stadium-stadium neutrofil. Sitoplasmanya mem- punyai granula yang besar-besar yang bewarna merah jingga yang tersebar merata di seluruh sitoplasmanya, kecuali diatas inti sel. Eosinofil juga dapat ditemukan di dalam jaringan dan berbeda dengan eosinofil di dalam darah, granula sitoplasma pada eosinofil jaringan akan menutupi inti sel. Jumlah eosinofil akan meningkat (eosinofilia) akan didapatkan pada reaksi alergi, infeksi jamur dan investasi parasit (misalnya cacing).

c. (Neutrofil) batang. Selnya lebih kecil daripada metamielosit.

Intinya melekuk dengan lekukan lebih besar dari setengah diameter inti sel. Inti sel bewarna biru kemerahan dengan kromatin yang lebvih padat. Sitoplasmanya merah kebiruan dengan granula kecil-kecil tersebar merata dengan warna merah lebih dominan daripada warna biru.

d. (Neutrofil) segmen. Selnya lebih kecil dari sel batang dengan inti yang terbagi dalam lobus-lobus yang satu sama lain di- hubungkan oleh filamen. Warna inti sel biru kemerahan dengan kromatin yang lebih padat. Sitoplasmanya merah muda dengan granula-granula merah muda yang kecil tersebar merata. Fungsi neutrofil adalah untuk pertahanan tubuh terhadap serangan mikroorganisme dengan cara fagositosis dan perusakan mikro- organisme oleh enzim-enzim yang dilepaskan oleh granula- granula sitoplasmanya. Fungsi neutrofil ini berlangsung di luar pembuluh darah (ekstravaskular) karena neutrofil memiliki ke- mampuan menembus dinding pembuluh darah (diapedesis).

e. Limfosit. Dibentuk di dalam jaringan limfoid, limpa dan sumsum tulang. Ukurannya 6-9 um sampai 20-30 um. Bentuknya bulat atau seperti kumparan. Inti sel relatif lebih besar daripada sito- plasmanya, bentuknya bulat, kadang-kadang berlekuk dengan warna merah kebiruan dengan kromatin padat. Sitoplasmanya biru, berisi granula azurofil yang mengambil warna biru atau ungu.

f. Monosit. Sel ini lebih besar dari neutrofil, berbentuk bulat dan memiliki pseudopodia. Mempunyai inti yang besar, bulat seperti.

60 |emeo PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in Internal Medicine)

ginjal dan mempunyai lipatan-lipatan seperti girus-girus otak Ukuran inti sel lebih kecil daripada sitoplasma.Warna inti biru merah dengan kromatin kasar. Sitoplasmanya bergranula halus, sama besar dan merata, tidak ada granula azurofil. Berfungsi sebagai makrofag.

HEMOSTASIS MASA PERDARAHAN

Pemeriksaan masa perdarahan menilai proses hemostasis primer dan fungsi trombosit in vivo. Nilai normal « 7 menit. Dikatakan memanjang bila masa perdarahan » 9 menit. Pada wanita, masa perdarahan lebih panjang dibandingkan laki-laki.

Penyebab masa perdarahan memanjang : - Jumlah trombosit rendah

- Defek fungsi trombosit (aspirin, MDS, paraproteinemia) - Penyakit von Willebrand

- Kelainan vaskuler - FV atau FXI rendah - Afibrinogenemia

MASA PROTROMBIN (PT)

Tes ini menguji jalur ekstrinsik proses koagulasi, terutama protrombin, FV, FVII, FX: dan berguna untuk menilai defisiensi faktor pembekuan, penyakit hati kronik, DIC, dan efek warfarin.

PT memanjang pada :

- Terapi anti koagulan oral (antagonis vitamin K) - Defisiensi fibrinogen (FI)

- Defisiensi protrombin (F II) - Defisiensi FV, F Vil atau FX

- Penyakit hati, terumata penyakit hati obstruktif - Defisiensi vitamin K

- DIC

ACTIVATED PARTIAL THROMBOPLASTIN TIME (APTT)

APTT merupakan tes sistem koagulasi jalur intrinsik, dan tergantung pada faktor kontak 4 F VIII, F IX dan reaksi dengan FX, FV, F II dan F I. APTT merupakan tes yang sensitif untuk menilai antikoagulan di dalam sirkulasi (misalnya antikoagulan lupus) dan heparin. Nilai normal 26,0-33,5 detik.

Penggunaan APTT di dalam klinik :

- Pengawasan terhadap terapi heparin, - Penapisan untuk hemofilia A dan B, - Penapisan untuk inhibitor koagulasi.

APTT memanjang pada : - DIC

- Penyakit hati

- Transfusi darah masif - Terapi heparin

- Antikoagulan di dalam sirkulasi - Terapi anti koagulan oral - Hemofilia

Bila didapatkan APTT yang memanjang dan diduga terdapat inhibitor koagulasi, dapat dilanjutkan dengan mencampur plasma darah pasien dengan plasma normai kontrol, kemudian APTT diulang. Bila peman- jangan APTT akibat adanya inhibitor koagulasi, maka APTT kedua tetap memanjang, sedangkan bila pemanjangan APTT akibat defisiensi faktor pembekuan, maka APTT kedua akan terkoreksi.

THROMBIN CLOTTING TIME

Tes ini dipengaruhi oleh F1 dan adanya fibrin atau produk degradasi fibrin dan heparin.

Thrombin clotting time akan memanjang pada : - Kadar fibrinogen yang rendah, misalnya DIC - Peningkatan produk degradasi fibrin atau D-dimers - Heparin

- Disfibrinogenemia.

Dalam dokumen EIMED PAPDI pdf text (Halaman 72-77)