• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam Hubungan Desentralisasi Fiskal

PERANAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM MENOPANG DESENTRALISASI FISKAL

4.4. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam Hubungan Desentralisasi Fiskal

Mencermati pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia erat kaitannya dengan pengelolaan sumber-sumber Keuangan Daerah antara lain yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) baik berupa Pajak Daerah maupun Retribusi Daerah. Dengan adanya hak dan kewajiban Daerah Otonom

sudah barang tentu membawa konsekuensi terhadap pelaksanaan kewenangan dan urusan pemerintahan untuk Provinsi maupun Kabupaten/ Kota yang secara karakteristik memiliki kekhasan spesifik baik dari sumber daya maupun faktor geografis Daerah masing-masing yang perlu diberdayakan seoptimal mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat.

Keberadaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana diatur dalam UU No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang berfungsi sebagai regulerend dan budgetair, adalah sebagai landasan yuridis yang memberikan kewenangan kepada Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota melakukan pemungutan sumber penerimaan Daerah sesuai dengan jenis-jenisnya dalam kaitan pelaksanaan desentralisasi fiskal. Hal ini sebagai bagian dalam upaya mendukung sumber dana keuangan Daerah, di mana pada hakekatnya sebagai implementasi untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu juga untuk menghindari adanya pungutan Daerah yang membebani masyarakat tanpa memperhatikan peraturan perundangan yang lebih tinggi dan keharusan beradaptasi dengan kebijakan perpajakan nasional antara lain menghindari adanya beban biaya ekonomi tinggi (high cost). Untuk itu maka Pemerintah Pusat melalui Departemen Keuangan Republik Indonesia yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang kebijakan fiskal di Indonesia bekerjasama dengan Departemen Dalam Negeri senantiasa melakukan pembinaan dan evaluasi serta monitoring terhadap setiap produk hukum Daerah baik berupa Peraturan Daerah (Perda) maupun dalam petunjuk pelaksanaan diatur Peraturan Kepala Daerah yang mengatur pengelolaan pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Peran lain yang muncul adalah untuk mencegah agar tidak terjadi adanya ketimpangan/kesenjangan antara Keuangan Pemerintah Pusat dan Keuangan Pemerintah Daerah, demikian juga antara Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota serta sebaliknya, maka pengelolaan Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah memiliki peran ganda dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal yang juga berfungsi sebagai katalisator, stabilisator dan dinamisator untuk mendukung sumber-sumber dana keuangan dalam APBD baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Peran ganda tersebut dapat dilihat bahwa dengan adanya sumber penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah selain sebagai sumber dana Keuangan Daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan tugas-tugas pelayanan kepada masyarakat juga berperan untuk mengurangi ketergantungan bagi Daerah kepada Pemerintah Pusat maka kebijakan desentralisasi fiskal antara lain diberikan kepada Daerah berupa Dana Perimbangan dari penerimaan-penerimaan Pemerintah Pusat yang bersumber dari Pajak Pusat dan lainnya dianggarkan alokasinya sebagian sebagai sumber penerimaan Daerah dalam APBN pada setiap tahun anggaran.

Bahwa dengan adanya kewenangan Daerah dalam pengelolaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sesuai dengan potensi yang ada pada Daerah masing-masing baik untuk sumber pendapatan Provinsi maupun Kabupaten/Kota, maka sesuai ketentuan harus ditetapkan dan diberlakukan pemungutan dari masing-masing jenis pungutan tersebut dengan menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) baik untuk Provinsi demikian juga untuk Kabupaten/Kota. Dengan demikian, dalam melaksanakan kewenangan pemungutan perpajakan dan retribusi dimaksud harus memperhatikan kriteria yang ditetapkan dalam ketentuan-ketentuan peraturan yang terkait, sehingga peran Pajak Daerah dan Retribusi Daerah selain memberikan keleluasaan untuk melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi sebagai basis sumber Pendapatan Daerah, juga membatasi kewenangan-kewenangan pungutan agar tidak terjadi duplikasi (overlapping) terhadap objek-objek pungutan yang telah ditetapkan sebagai pajak atau pungutan Pemerintah Pusat.

Diharapkan dengan adanya pemahaman terhadap pengelolaan perpajakan dan Retribusi Daerah sangat erat hubungannya dengan kebijakan desentralisasi fiskal, yang dalam implementasi secara sinergi saling mendukung implikasi penyelenggaraan Otonomi Daerah dalam pemanfaatan sumber dana yang berasal dari perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah khususnya di bidang kebijakan desentralisasi fiskal di Indonesia.

BAB V P E N U T U P

Prinsip-prinsip dasar perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dijiwai dan diwarnai azas-azas yang terkandung dalam Kebijakan desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Hal ini merupakan konsekwensi penyelenggaraan otonomi daerah yang harus dibarengi pemberian kewenangan kepada Daerah otonom yang luas, nyata, dinamis dan bertanggung jawab dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Dalam implikasi dan eksistensinya, penyelenggaraan otonomi daerah mutlak di landasi terhadap prinsip-prinsip demokratisasi, partisipasi masyarakat, aspek pemerataan dan keadilan serta akuntabilitas dan transparansi dengan mempertimbangkan aspek potensi dan keragaman berbagai daerah otonom baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota di Indonesia. Dengan memaknai hal tersebut di atas, maka salah satu potensi daerah sebagai penopang sumber pembiayaan dalam pelaksanaan APBD diantaranya adalah berasal dari pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang masuk dalam komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagaimana tercantum dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Dalam kedua Undang-Undang tersebut mengamanatkan adanya korelasi dalam pemberian sumber-sumber pendanaan daerah otonom, yaitu dalam komponen PAD dan komponen pendapatan daerah terkait dengan Kebijakan desentralisasi fiskal, yang bertujuan untuk menopang sumber keuangan daerah dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan tugas-tugas pelayanan untuk kesejahteraan masyarakat pada daerah otonom masing-masing.

Dengan terbitnya buku yang berjudul “Peran Ganda Perpajakan Daerah dan Retribusi Daerah dalam Menopang Desentralisasi Fiskal di Indonesia”, diharapkan dapat memberikan wawasan dan sekedar menambah referensi pemahaman bahwa betapa pentingnya keberadaan dan kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah bagi daerah otonom yang secara signifikan saling mendukung pelaksanaan desentralisasi fiskal itu sendiri.

Banyak Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota mengharapkan agar kebijakan desentralisasi fiskal formulanya benar-benar dapat dan mampu menyikapi secara arif dan bijaksana terhadap aspirasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan kewenangan urusan Pemerintahan Provinsi dan Pemerintahan Kabupaten/Kota sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah, Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

Dalam pelaksanaan program kegiatan Pemerintahan Daerah harus dibarengi dengan sumber pembiayaan baik yang berasal dari PAD maupun Dana Perimbangan, yang semestinya basis pajak dapat diperluas kewenangannya kepada daerah sehingga jenis-jenis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang dinilai potensial dan relatif besar kontribusinya, sedangkan objek pajak yang relatif kecil dan kurang potensial dapat ditinjau kembali untuk tidak menjadi objek pungutan daerah. Hal ini untuk memberikan kekuatan bagi daerah dalam mengoptimalkan penerimaan objek-objek pajak daerah dan retribusi daerah yang kontribusinya memiliki peran dalam penggunaannya bagi daerah itu sendiri dalam hubungan menopang pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia, untuk meningkatkan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

Peran Ganda Perpajakan Daerah dan Retribusi Daerah dalam 153

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2004. Pegangan Memahami Desentralisasi (Beberapa Pengertian tentang Desentralisasi). Penerbit Pembaruan (Program Penguatan Prakarsa Pembaruan Kabupaten). Yogyakarta.

________. 2005. Evaluasi Pelaksanaan UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pusat Pengkajian Ekonomi dan Keuangan Badan Pengkajian Ekonomi, Keuangan dan Kerjasama Internasional Departemen Keuangan RI. Jakarta.

Bahl, Roy and Linn, Johannes. 1994. Fiscal Decentralization and Intergovernmental Transfer in Less Developed Countries. Publius: The Journal of Federalism.

Bastian, Indra. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Edisi Pertama, PPA – FE UGM. Yogyakarta.

Bird, Richard M. 1993. Threading the Fiscal Labyrinth: Some Issues in Fiscal Decentralization. National Tax Journal.

_______ and Francois Vaillancourt. 2000. Desentralisasi Fiskal di Negara-negara Berkembang. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Booth, Anne. 2000. Upaya-upaya untuk Mendesentralisasikan Kebijaksanaan Perpajakan: Masalah Kemampuan Perpajakan, Usaha Perpajakan dan Perimbangan Keuangan. Hubungan Pusat dan Daerah dalam

Peran Ganda Perpajakan Daerah dan Retribusi Daerah dalam 154

Pembangunan. Editor: Colin Mac Andrews dan Ichlasul Amal. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Bowman, M and Hampton, W (1983). Local Democracies: A Study in Comparative Local Government. Longman. Melbourne.

Bryant, Coralie dan Louise G. White. 1982. Managing Development in The Third World. Westview Press Inc.

Darussalam dan Danny Septriadi. 2006. Membatasi Kekuasaan untuk Mengenakan Pajak. Penerbit Grasindo. Jakarta.

Departemen Keuangan. “Kapasitas Pendapatan dari Pemerintah Provinsi Tahun Fiskal 1999/2000”, seperti dikutip dalam Ehtisham Ahmad & Bert Hoffman. Indonesia: Decentralisation – Opportunities and Risks (World Bank Paper, Juni 1999).

Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori dan Isu.

Cetakan Pertama. Penerbit Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Devas, Nick, et.al. 1989. Financing Local Government in Indonesia. Ohio University Center for International Studies Monograph in International Studies. Southeast Asia Series Number 84. Athen. Ohio.

Effendi, Muhammad Bakhrun. 2006. Kebijakan Perpajakan di Indonesia, dari Era Kolonial Sampai Era Orde Baru. Penerbit Alinea Pustaka. Yogyakarta.

Hill, Hall. 2000. Intra-Country Regional Disparities. The Second Asian Development Forum. Singapore.

Peran Ganda Perpajakan Daerah dan Retribusi Daerah dalam 155 Hidayat, Syarif. 2000. Prospek Desentralisasi di Indonesia Ditinjau dari Segi Pemerataan Antar Daerah dan Peningkatan Efisiensi.

CSIS. Jakarta.

Hubungan Keuangan Pusat – Daerah, Studi Empiris dan Rekomendasi Kebijakan Bagi Indonesia.

Ismail, Tjip. 12 Mei 2006. Pemberdayaan Sumber-sumber Pendapatan Daerah dalam Rangka Memperkuat Kapasitas Fiskal Daerah. Disampaikan pada Kuliah Umum S2 Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran. Bandung.

Joeniarto. 1967. Pemerintahan Lokal (Asas Negara Kesatuan dengan Otonomi yang Seluas-luasnya dan Perkembangannya Serta Pokok-pokok Pemerintahan Lokal). Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada. Yogyakarta.

Kaho, H. 1988. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia.

Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Kumorotomo, Wahyudi. 2008. Desentralisasi Fiskal Politik dan Perubahan Kebijakan 1974-2004. Penerbit Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Kustiawan, Memen dan Ikin Solikin. Upaya Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Asli Daerah Melalui Peningkatan Kualitas Aparatur Pemerintahan Daerah dalam Jurnal Ilmu Administrasi, Vol. 2 No. 1 Tahun 2005. Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara.

Bandung.

Liang Gie, The. 1968. Pertumbuhan Pemerintahan Daerah di Negara Republik Indonesia. Jilid II. Penerbit Liberty. Yogyakarta.

Peran Ganda Perpajakan Daerah dan Retribusi Daerah dalam 156

Lukman, Marcus. 1997. Eksistensi Peraturan Kebijaksanaan dalam Bidang Perencanaan dan Pelaksanaan Rencana Pembangunan di Daerah serta Dampaknya terhadap Pembangunan Materi Hukum Tertulis Nasional.

Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Bandung.

LPEM Universitas Indonesia bekerjasama dengan Clean Urban Project, RTI4.

1999. Laporan Studi Dampak Krisis Ekonomi terhadap Keuangan Daerah di Indonesia. Jakarta.

Mardiasmo. 1999. The Impact of Central and Provincial Government Intervention on Local Government Budgetary Management: The Case of Indonesia.

Ph.D Thesis (Unpublished).

_______. 2004. Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit Andi.

Yogyakarta.

Mariun. 1975. Asas-asas Ilmu Pemerintahan. Fisipol UGM. Yogyakarta.

Muslimin, Amrah. 1978. Aspek-aspek Hukum Otonomi Daerah. Alumni. Bandung.

Ndraha. 2003. Kronologi (Ilmu Pemerintahan Baru). Rineka Cipta. Jakarta.

Nurmantu, Safri. 2005. Pengantar Perpajakan. Penerbit Granit. Jakarta.

Pamudji. 1985. Pembinaan Perkotaan di Indonesia. Penerbit Bina Aksara.

Jakarta.

Piliang, Indra J, Dendi Ramdani dan Agung Pribadi. 2003. Otonomi Daerah:

Evaluasi dan Proyeksi. Penerbit Divisi Kajian Demokrasi Lokal. Jakarta.

Peran Ganda Perpajakan Daerah dan Retribusi Daerah dalam 157 Prud’homme, Remy, ed. 1995. The Dangers of Decentralization. World Bank

Research Observer.

Riwu Kaho, Josef. 1982. Otonomi Daerah yang Titik Beratnya Diletakkan pada Daerah Tingkat II. (Resume Laporan Penelitian Tahap I, II, III, Kerjasama Fisipol UGM dan Depdagri. Yogyakarta.

_________. 1991. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia.

Penerbit CV. Rajawali. Jakarta.

Rondinelli, D and Cheema, S. 1983. Implementing Decentralisation Policies.

Sage. London.

Salam, Dharma Setywan. 2004. Otonomi Daerah dalam Perspektif Lingkungan, Nilai dan Sumber Daya. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Schwarz, Adam A and Jonathan Paris. 1999. The Politics of Post-Soeharto Indonesia. Council on Foreign Relations Press. New York.

Shah, Anwar, et.al. 1994. Intergovernmental Fiscal Relations in Indonesia. World Bank Discussion Paper No. 239. World Bank. Washington DC.

_______. 1997. Balance, Accountability and Responsiveness, Lesson about Decentralization. World Bank. Washington DC.

Sidik, Machfud. September 2001. Studi Empiris Desentralisasi Fiskal: Kebijakan Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah di Era Otonomi Daerah.

Disampaikan pada Guest Lecture – Magister Management, Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Peran Ganda Perpajakan Daerah dan Retribusi Daerah dalam 158

Siregar, Doli D. 2004. Manajemen Aset: Strategi Penataan Konsep Pembangunan Berkelanjutan secara Nasional dalam Konteks Kepala Daerah sebagai CEO’S pada Era Globalisasi & Otonomi Daerah. PT.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

SM, Oentarto, I Made Suwandi dan Dodi Riyadmadji. 2004. Menggagas Format Otonomi Daerah Masa Depan. Penerbit Samitra Media Utama. Jakarta.

Soejito, Irawan. 1981. Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Bina Aksara. Jakarta.

Sondakh, Lucky W. 2003. Globalisasi & Desentralisasi, Perspektif Ekonomi Lokal.

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta.

Sumaryadi, I Nyoman. 2005. Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah. Penerbit Citra Utama. Jakarta.

Syafrudin, Ateng. 1985. Pasang Surut Otonomi Daerah. Penerbit Bina Citra.

Bandung.

_______. 2006. Kapita Selekta: Hakikat Otonomi & Desentralisasi dalam Pembangunan Daerah. Citra Media. Yogyakarta.

Suryadiningrat, Bayu. 1980. Desentralisasi dan Dekonsentrasi Pemerintahan di Indonesia, Suatu Analisa. Penerbit Dewa Ruci Press. Jakarta.

Umar, Asri. 2000. Dampak UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah terhadap Sistem Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Makalah bagi

Peran Ganda Perpajakan Daerah dan Retribusi Daerah dalam 159 Seminar Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Daerah. Hotel Acacia. Jakarta.

Wayong, J. 1975. Administrasi Keuangan Daerah. Penerbit Ichtiar. Yakarta.

Wijaya, HAW. 2002. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Penerbit PT.

RajaGrafindo Persada. Jakarta.

World Bank. 1997. World Development Report 1997 – The State in a Changing World. World Bank. Washington DC.

Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Peran Ganda Perpajakan Daerah dan Retribusi Daerah dalam 160

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.