• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA

3.1. Latar Belakang Lahirnya Desentralisasi

3.1.2. Permasalahan dalam Desentralisasi

pemerintahan, akan makin besar juga tuntutan akan kualitas dan kuantitas pelayanan yang dituntut mereka selaku pembayar pajak (SM, et.al, 2004: 50).

mengonsolidasikan demokrasi dan sekaligus mencegah pelbagai bentuk ancaman. Pemerintah Pusat tidak mungkin lagi menunda-nunda kerangka kebijakan desentralisasi. Ini sangat penting mengingat tuntutan otonomi daerah yang semakin kuat di masa kini dan masa-masa mendatang.

Dapat dikemukakan di bawah ini yang menjadi masalah seputar pelaksanaan desentralisasi, adalah:

1. Wilayah

Wilayah Pemerintahan Daerah dalam satu segi harus cukup besar untuk berdiri sendiri; dalam arti kata harus mempunyai jumlah penduduk yang cukup besar untuk membayar Pajak Daerah yang akan memberikan pada pemerintahan setempat pendapatan yang memadai agar dapat memberikan pelayanan yang diperlukan. Latar belakang sejarah atau perasaan satu suku bangsa sering pula merupakan dasar pemilihan wilayah Pemerintahan Daerah yang mungkin tidak merupakan hal yang paling sesuai atau menguntungkan dilihat dari segi kepentingan pemerintahan. Bila halnya demikian, Daerah yang luas harus dibagi lagi, atau beberapa Daerah Pemerintahan yang kecil digabungkan baik secara sukarela maupun secara paksa.

2. Beberapa Fungsi

Ukuran fisik dan ekonomi dari Pemerintahan Daerah akan merupakan bahan penetapan bagi pemberian pelayanan yang harus diberikan, demikian pula halnya dengan kemampuan dan keahlian penyelenggaraan administrasinya, tersedianya sumber-sumber tenaga kerja dan modal, dan sejauhmana tingkat kepentingan dan keinginan Daerah. Misalnya kebanyakan penguasa daerah yang dipilih dapat diandalkan untuk memberikan sumbangan dari berbagai sumber untuk kepentingan penyelenggaraan klinik-klinik dan sekolah-sekolah dasar, tetapi mungkin mereka kurang berminat menyediakan dana serta tenaga bagi usaha pemeliharaan kesehatan atau kelestarian hutan. Oleh karena itu

fungsi-fungsi demikian sebaiknya diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat melalui perwakilannya di lapangan. Kebutuhan di daerah perKotaan sering kelihatan lebih mendesak dan lebih tampak; oleh karena itu Pemerintah Pusat harus menjamin meratanya penyebaran tenaga kerja yang jarang.

Berbagai teknologi yang pelik bisa menyebabkan beberapa persoalan, seperti kesehatan dan penanggulangan polusi, terlalu sulit bagi petugas- petugas daerah yang kurang terampil untuk mengawasinya; karenanya fungsi-fungsi demikian mungkin harus dialihkan kepada badan-badan khusus atau kepada Pemerintah Pusat.

3. Masalah Struktur

Hal yang perlu diperhatikan di setiap negara adalah apakah merupakan hal yang terbaik bila mereka memiliki berbagai tipe pemerintahan pada tingkat Pemerintah Daerah, atau hanya memiliki jenis pemerintahan yang sama, apapun keadaan wilayah yang menjadi daerah garapannya, sehingga Daerah yang luas dengan penduduk yang banyak diperintah dengan cara yang sama seperti memerintah daerah yang wilayah dan jumlah penduduknya kecil.

4. Masalah Manajemen

Beberapa sistim Pemerintahan Daerah mempercayakan pengawasan pelaksanaan administrasi pada DPRD; beberapa lagi menggunakan "Dewan Penasihat", yang lainnya lagi menggunakan seorang WaliKota yang cukup kuat sebagai pelaksana atau petugas provinsi dengan kewenangannya mengawasi dan mengkoordinasikan semua departemen, ada pula pimpinan- pimpinan departemen yang mempunyai otonomi dan bertanggung jawab langsung pada DPRD.

5. Kewenangan Umum dan Hukum

Pemerintah Pusat mungkin memberi kesempatan pada inisiatif Daerah dengan memberikan kepada penguasa di Daerah kewenangan umum untuk melakukan segala sesuatu sepanjang tidak merupakan hal-hal yang tegas-- tegas dilarang. Sebaliknya penguasa di Daerah mungkin tidak diperbolehkan

melakukan sesuatu kecuali bila mereka tegas-tegas diinstruksikan untuk melakukannya (itulah apa yang dinamakan sistim Ultravires). Badan-badan Pemerintah Daerah bisa pula diawasi langsung oleh pengadilan administrasi yang khusus, atau bisa pula mereka harus tunduk kepada pengadilan umum sebagaimana halnya perusahaan swasta atau warga negara lainnya.

Penguasa-penguasa daerah biasanya dapat membuat hukum atau peraturan intern yang mengatur warga masyarakat di Daerahnya, dan badan perwakilan Pemerintah Pusat di lapangan bisa pula mempunyai wewenang demikian; tetapi semua wewenang untuk membuat aturan sejenis ini biasanya dilakukan oleh Pemerintah Pusat.

6. Sumber-Sumber Keuangan

Keefektifan Pemerintah Daerah tergantung pada pajak dan pendapatan yang mereka peroleh, bagaimana potensi dari sumber pendapatan ini, sejauhmana kebebasan atau wewenang menggunakan uang serta untuk memberikan pinjaman, dan sebagainya.

7. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah:

Ikatan keuangan merupakan masalah berkenaan dengan wewenang Pemerintah Pusat dalam hal pemeriksaan dan pengawasan. Bila terdapat sumber pendapatan daerah yang cukup besar dan Pemerintah Daerah dapat membelanjakannya tanpa harus menyerahkan pada Pemerintah Pusat, ada kemungkinan wewenangnya akan menghambat kebijaksanaan Pemerintah Pusat. Sebaliknya, bila badan-badan Pemerintah Daerah terlalu tergantung pada pemberian Pemerintah Pusat, atau diawasi secara ketat dan kaku oleh pemeriksaan dari Pemerintah Pusat sampai pada masalah-masalah detail, mereka akan tidak banyak berbeda daripada sebuah cabang dari Pemerintah Pusat dan mereka akan kehilangan inisiatif dan semangat kerja.

8. Masalah Politik

Suatu hal yang tak dapat dihindari, bahwa politik nasional akan mencampuri Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, merupakan hal yang

penting untuk mengusahakan jaminan bahwa masalah-masalah Daerah turut pula diperhatikan demi kepentingan Daerah itu sendiri dan para penasihat daerah dan staf daerah cukup mendapat perlindungan dari tekanan-tekanan pihak luar yang menyalahi ketentuan.

Selain permasalahan di atas, ada juga permasalahan program otonomi yang dijalankan saat ini tidak berarti semua Daerah dapat secara cepat mendorong pembangunan Daerahnya dan mengurangi kesenjangan antar Daerah di Nusantara. Hanya Daerah-Daerah yang kaya sumber daya alam, sumber daya manusia, infrastruktur yang baik dan tingkat industrialisasi yang sudah cukup matang saja yang dapat memanfaatkan peluang-peluang yang ditawarkan program otonomi daerah. Sementara bagi Daerah-Daerah yang miskin sumber daya alam, kurang sumber daya manusia berkualitas dan miskin infrastruktur, kemungkinan justru akan mengalami kesulitan mempercepat pembangunan di Daerahnya (Piliang, et.al, 2003: 83-84).

Maka yang perlu diperhatikan selanjutnya, apakah setelah dilaksanakannya otonomi daerah, terlihat kecenderungan berkurangnya disparitas pendapatan antar Daerah dan terjadi peningkatan pembangunan di Daerah. Atau justru sebaliknya, di mana terjadi penurunan pembangunan dan memperbesar kesenjangan. Dengan demikian diperlukan evaluasi terhadap pelaksanaan otonomi daerah, khususnya mengenai keuangan daerah, bagaimana desentralisasi fiskal mengatasi masalah kesenjangan antar Daerah ini dan menjadi stimulus bagi pembangunan ekonomi di Daerah (Piliang, et.al, 2003: 84).

3.2. Ruang Lingkup Desentralisasi