• Tidak ada hasil yang ditemukan

Para Pihak Terkait dalam Pengadaan Barang/Jasa 118

Dalam dokumen pengadaan barang (Halaman 131-135)

BAB 2 LANDASAN TEORI

D. Pengadaan Barang dan Jasa

3. Para Pihak Terkait dalam Pengadaan Barang/Jasa 118

Bila transaksi penerimaan barang semuanya sudah selesai, selanjutnya bagian keuangan akan melakukan pembayaran kepada rekanan, dan pengelola gudang akan menyimpan barang yang diserahkan di gudang, yang tentunya diperiksa terlebih dahulu apakah barang yang diserahkan sesuai dengan kualifikasi dan kontrak. Pengelola gudang akan mengisi kartu stok agar penambahan barang dan status pengadaan tercatat sebagaimana mestinya. Bagian gudang bertanggung jawab atas barang yang ada di dalam gudang.

Kegiatan ini merupakan bagian akhir dari kegiatan pengadaan, dan di sinilah terjadi interaksi antara pengelola dengan pengguna. Interaksi peng­

gunaan barang dimulai dengan adanya permintaan barang dari pengguna yang ditandai dengan adanya nota permintaan barang (order dari pengguna).

Berdasarkan nota ini, bagian gudang akan memverifikasi apakah barang yang diminta pengguna dapat dipenuhi atau tidak. Jika tidak, proses pembelian perlu dilakukan. Jika barang tersedia, akan dilakukan transaksi pengeluaran barang dari gudang.

Pengeluaran barang dari gudang harus ada nota permintaan barang yang berasal dari pengguna, dan transaksi pengeluaran barang harus ditandatangani bersama antara penerima dan pemberi barang. Setiap transaksi pengeluaran barang dicatat pada kartu stok barang. Untuk barang modal (kapital), maka akan dilakukan pencatatan barang sebagai aset.

Dalam praktiknya, aspek operasional sangat terkait dengan kelancaran dan keefisienan sistem pengadaan, bahkan kinerja sistem pengadaan sangat bergantung pada kinerja aspek operasional ini. Kebijakan pengadaan yang optimal tidak mungkin bisa dicapai tanpa didukung oleh berjalannya aspek operasional ini dengan baik. Oleh sebab itu, perlu kiranya untuk memahami dan mengelola pengadaan sesuai dengan urutan siklus pengadaannya.

Bab 2 Landasan Teori 119 menyalahgunakan kewenangan yang dimiliki masing­masing dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan yang dapat merugikan keuangan negara.

Aktivitas pengadaan dilakukan oleh berbagai pihak terkait yang dapat diklasifikasikan atas tiga pelaku utama, yaitu pengguna/pengusul, penyedia barang/jasa, dan pelaksana pengadaan. Pengguna/pengusul pengadaan barang/jasa adalah individu (pejabat) atau unit organisasi yang diberikan kewenangan untuk mengusulkan pengadaan barang/jasa.82

Pengusul atau pengguna barang merupakan unit organisasi yang merepre sen­

tasikan pengguna dan mempunyai kewenangan untuk mengusulkan pengadaan barang/jasa. Penyedia barang/jasa adalah individu atau badan usaha yang menjadi peserta penyedia barang/jasa dan pihak lain yang secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengadakan ikatan perjanjian. Penyedia barang/jasa harus profesional, mempunyai kemampuan teknis dan manajerial, berpengalaman, SDM yang memadai, modal yang cukup, peralatan, dan fasilitas lain yang memenuhi persyaratan yang diajukan oleh panitia pengadaan. Pelaksana pengadaan adalah pihak yang melakukan pengadaan yang dimulai dari proses permintaan barang/

jasa sampai dengan penunjukan pemenang pengadaan dan tersedianya barang/jasa siap digunakan oleh penggunanya.

Beberapa pihak yang terkait dengan pengadaan, yaitu sebagai berikut.

a. PA (Pengguna Anggaran) dan KPA (Kuasa Pengguna Anggaran).

b. PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).

c. ULP (Unit Layanan Pengadaan).

d. Panitia atau pejabat penerima hasil pekerjaan.

e. Penyedia barang dan/atau jasa (rekanan/kontraktor).

Pengadaan barang/jasa pemerintah harus dilaksanakan sesuai prinsip­

prinsip dasar pengadaan, yakni efektif, efisien, transparan, kompetitif, adil, dan akuntabel.

4. Prinsip dan Etika Pengadaan Barang/Jasa

Agar pengadaan barang/jasa mencapai tujuan sesuai dengan kriteria kinerja yang diharapkan, maka pengadaan barang/jasa pemerintah harus sesuai dengan prinsip dasar, etika pengadaan, dan ketentuan umum pengadaan barang/jasa berikut ini.

82 Ibid., hlm. 21.

a. Prinsip Dasar Pengadaan

Pengadaan barang/jasa dilaksanakan dengan menggunakan prinsip dasar sebagai berikut.83

1) Transparan.

2) Adil.

3) Bertanggung jawab.

4) Efektif.

5) Efisien.

6) Kehati­hatian.

7) Kemandirian.

8) Integritas.

9) Good corporate governance.

Untuk menjamin terselenggaranya akuntabilitas terhadap kegiatan peng­

adaan barang/jasa pemerintah disyaratkan adanya keterbukaan dengan mem­

berikan perlakuan yang sama terhadap semua penyedia barang/jasa sebagai bentuk kesungguhan dan tanggung jawab panitia dalam melaksanakan kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah agar dapat berjalan efektif dan efisien.

Untuk mencegah adanya permasalahan hukum di kemudian hari, maka panitia wajib menggunakan prinsip kehati­hatian, memperteguh kemandirian dengan cara menghindari adanya upaya­upaya pihak lain untuk memengaruhi arah keputusan panitia dalam memutuskan pemenang lelang. Hal ini sebagai wujud adanya integritas panitia selaku aparat birokrat dalam menciptakan suasana good corporate governance.

Untuk melaksanakan sembilan prinsip yang disebutkan di atas, bila kita kaitkan dengan regulasi Perpres tentang pengadaan barang/jasa pemerintah yang ada saat ini tampaknya masih mengalami kendala­kendala yang cukup signifikan, karena di dalam Perpres tersebut ditemukan adanya masalah­

masalah yuridis diikuti dengan masalah struktur dan masalah budaya. Oleh karena itu, penulis memandang perlu dilakukan reformasi kebijakan hukum birokrasi pengadaan barang/jasa pemerintah dengan menawarkan tiga model ideal pengadaan barang/jasa pemerintah, yaitu model ideal kebijakan dalam substansi hukum, model ideal dalam struktur hukum, dan model ideal dalam budaya hukum.

83 Ibid., hlm. 22–23.

Bab 2 Landasan Teori 121 Pelaksana pengadaan barang atau jasa harus berkomitmen penuh untuk meme nuhi etika pengadaan dengan cara memenuhi prinsip­prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).

b. Etika Pengadaan

Bicara tentang etika dalam kegiatan pengadaan barang/jasa, pemerintah tentu harus didekatkan dengan prinsip­prinsip yang wajib diperhatikan dan dilak­

sanakan agar tidak terjadi permasalahan hukum di kemudian hari, baik yang berkaitan dengan kepentingan pengguna barang/jasa maupun yang berkaitan dengan kepentingan penyedia barang/jasa pemerintah. Oleh karena itu, panitia pengadaan barang/jasa pemerintah dalam melaksanakan kegiatannya perlu memerhatikan langkah­langkah yang uraikan di bawah ini.

Hal berikut akan membantu dalam mencapai tujuan pengadaan barang/

jasa, di antaranya adalah:84

1) memastikan bahwa proses pengadaan barang/jasa dilaksanakan dengan mengikuti prinsip dasar dan etika pengadaan barang/jasa;

2) memastikan bahwa proses pengadaan barang/jasa mengikuti pedoman kebijakan dan prosedur pengadaan barang/jasa dan tidak bertentangan dengan ketentuan lainnya yang lebih tinggi;

3) memastikan bahwa pengadaan barang/jasa oleh penyedia barang/jasa telah dilakukan peninjauan secara administratif, teknikal, dan finansial serta dapat dipertanggungjawabkan dalam hal biaya dan kualitas;

4) memastikan proses pengadaan barang/jasa dilaksanakan secara kompetitif dengan tetap memerhatikan aspek perekonomian dan efisiensi pelaksanaannya;

5) menggunakan standar kontrak (term and condition) yang telah ditetapkan;

6) memastikan pengadaan barang/jasa dilaksanakan sesuai dengan perjanjian (kontrak/PO) yang disetujui antara pelaksana pengadaan dengan penyedia barang/jasa;

7) dilarang melakukan pengadaan barang/jasa yang bertentangan dengan ketentuan hukum dan peraturan perundang­undangan yang berlaku.

Jika pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah dalam setiap tahap prosesnya mengikuti aturan yang telah ditetapkan, disertai dengan sikap

84 Ibid., hlm. 24–25.

yang konsisten dalam melaksanakan prinsip dan etika pengadaan, alhasil penyimpangan yang terjadi dalam pengadaan barang/jasa pemerintah tidak akan terjadi.

E. TINDAK PIDANA KORUPSI

Dalam dokumen pengadaan barang (Halaman 131-135)