• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Pendukung

Dalam dokumen Dokumen Tentang Laporan Tahunan 2021 (Halaman 84-87)

23) IKU 24: Mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap Laporan

3.5. Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Pendukung

3.4.4. Layanan Kepada Pemerintah

Bank Indonesia secara konsisten menjaga dan meningkatkan kualitas layanan kepada Pemerintah. Peningkatan kualitas layanan dimaksud tercermin dari hasil survei indeks kepuasan pada tahun 2021 yang meningkat menjadi 5,8 (skala 1-6) dari 5,45 pada tahun 2020. Berbagai upaya dilakukan oleh Bank Indonesia untuk menjaga dan meningkatkan kualitas layanan kepada Pemerintah, di antaranya melalui perolehan International Organization for Standardization (ISO) 9001:2015 Sistem Manajemen Mutu Layanan Kebanksentralan yang berhasil dipertahankan pada tahun 2021.

Melalui upaya tersebut, layanan kepada Pemerintah dapat dilakukan secara tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran. Layanan yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada Pemerintah meliputi:

a. Layanan Pengelolaan Kas Pemerintah. Sesuai Undang-Undang tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia bertindak sebagai pemegang kas Pemerintah. Sebagai pemegang kas Pemerintah, Bank Indonesia mendukung Pemerintah (yang diwakili Kementerian Keuangan sebagai Bendaharawan Umum Negara) dalam mengelola kas Pemerintah, melalui (i) penyediaan layanan penatausahaan rekening, (ii) layanan perbankan, serta (iii) layanan sub-registry SBN.

Dalam mengelola kas Pemerintah, Bank Indonesia memiliki sejumlah kebijakan, antara lain (i) pemberian jasa giro, (ii) free of charges untuk seluruh transaksi Pemerintah di Bank Indonesia ataupun transaksi Pemerintah yang dilakukan melalui perbankan, (iii) penyediaan kurs untuk transaksi valuta asing Pemerintah, serta (iv) penempatan dan investasi kelebihan kas Pemerintah.

Pada tahun 2021, Bank Indonesia mengimplementasikan aplikasi Core Banking System (CBS) yang terintegrasi dengan aplikasi di Kementerian Keuangan untuk menggantikan Bank Indonesia Government electronic Banking (BIG-eB). Implementasi CBS bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan kepada Pemerintah agar semakin efektif dan efisien.

Bank Indonesia berhasil menjaga 100% tingkat ketersediaan layanan (availability) aplikasi selama tahun 2021.

Sebagai bagian dari sinergi kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah dalam rangka mendukung PEN, juga ditempuh perjanjian kerja sama operasionalisasi Treasury Dealing Room di Kementerian Keuangan serta relaksasi penyampaian dokumen untuk penyelesaian transaksi Pemerintah;

b. Layanan Penatausahaan Utang Pemerintah.

Sesuai Undang-Undang tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia untuk dan atas nama Pemerintah menerima pinjaman luar negeri, menatausahakan, serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan Pemerintah terhadap pihak luar negeri. Sehubungan dengan itu, Bank Indonesia melakukan konsultasi, penarikan, pembayaran, dan penatausahaan pinjaman luar negeri Pemerintah. Bank Indonesia melakukan koordinasi dengan Kemenkeu secara rutin untuk mendukung kinerja penarikan dan pembayaran ULN Pemerintah yang akurat dan tepat waktu serta menjaga akurasi data realisasi penarikan dan pembayaran ULN Pemerintah. Bank Indonesia juga menatausahakan dan melaporkan kegiatan penatausahaan SBN secara berkala kepada Pemerintah sebagai bentuk akuntabilitas.

3.5. Pelaksanaan Tugas

lebih tinggi dibandingkan industri perbankan keseluruhan. Selanjutnya, sektor keuangan sosial termasuk integrasinya dengan keuangan komersial syariah sebagai alternatif sumber pembiayaan, juga turut berperan dalam menopang upaya pemulihan ekonomi. Pangsa pembiayaan syariah pada triwulan II 2021 meningkat menjadi 45,60% dari sebelumnya 42,48% di tahun 2020 pada periode yang sama, dan pangsa aktivitas usaha syariah menjadi 44,26% dari sebelumnya 41,25% di tahun 2020. Perkembangan tersebut didukung dengan peningkatan pemahaman masyarakat terkait ekonomi syariah yang tercermin dari peningkatan indeks literasi ekonomi syariah Indonesia menjadi 20,01% dari 16,28% di tahun 2019.

Sebagai bagian dari sinergi kebijakan nasional tahun 2021, Bank Indonesia melakukan penguatan implementasi tiga pilar strategi utama Blueprint Kebijakan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah, yaitu:

a. Pemberdayaan Ekonomi Syariah. Penguatan implementasi strategi pemberdayaan ekonomi syariah tercermin dari peningkatan jumlah dan kapasitas pelaku usaha syariah serta penguatan kelembagaan dan infrastruktur. Hingga tahun 2021, terdapat 894 implementasi program pengembangan usaha syariah berbasis pesantren, yang terdiri atas (i) pengembangan pesantren baru, (ii) peningkatan kapasitas pesantren existing, serta (iii) pengembangan ekosistem HVC sektor pertanian terintegrasi berbasis pesantren melalui program Integrated Farming with Technology and Information (INFRATANI) dan Juara Ekspor. Penguatan usaha syariah di pesantren dalam rangka penguatan kemandirian ekonomi pesantren juga didukung dengan perluasan implementasi Sistem Akuntansi Pesantren Indonesia (SANTRI) dan virtual market pesantren. Bank Indonesia juga mendorong sinergi dan kolaborasi antar pesantren melalui Program Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (HEBITREN). Program ini dilakukan untuk membangun ekonomi bisnis pesantren dan umat untuk menjadikan

Program pemberdayaan pelaku usaha syariah nonpesantren diimplementasikan melalui pengembangan IKRA Indonesia yang sampai dengan tahun 2021 telah mencapai total 529 pelaku usaha syariah dari sektor modest fashion dan makanan-minuman halal.

Peningkatan kapasitas anggota IKRA dilakukan melalui pelaksanaan bootcamp pelatihan dan pendampingan, termasuk dalam rangka menembus pasar ekspor.

Upaya perluasan akses pemasaran dan akses pembiayaan, baik komersial maupun sosial, juga terus didorong melalui promosi dan business matching/linkage, serta perluasan sertifikasi halal. Selain itu, Bank Indonesia juga secara intensif berkolaborasi dengan kementerian dan lembaga terkait dalam upaya pengembangan kawasan industri halal.

b. Pendalaman pasar keuangan syariah.

Upaya pendalaman pasar keuangan syariah menunjukkan hasil positif. Hal ini tercermin dari (i) RRH transaksi pasar uang syariah yang terus tumbuh, (ii) pembiayaan syariah yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan total pembiayaan keseluruhan, (iii) perluasan penerbit dan basis investor, (iv) pangsa pembiayaan syariah meningkat terhadap total pembiayaan domestik, dan (v) Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) Ritel SWR002 yang menghasilkan nilai lebih tinggi dibandingkan seri sebelumnya. Penggunaan Sukuk Bank Indonesia (SUKBI) sebagai instrumen moneter syariah juga meningkat di tahun 2021.

Dari sisi peningkatan kompetensi dan integritas pelaku pasar, tingkat kelulusan sertifikasi tresuri syariah melampaui target yang ditetapkan.

Pada sektor keuangan sosial syariah, Bank Indonesia melakukan penguatan tata kelola dan kelembagaan. Hal ini di antaranya dilakukan melalui pelaksanaan pilot project implementasi Zakat Core Principles (ZCP) di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Jawa Barat serta melanjutkan implementasi Waqf Core Principles

c. Penguatan Riset Asesmen dan Edukasi. Pilar ini mencakup kegiatan edukasi, sosialisasi dan komunikasi yang menyeluruh dan terintegrasi baik melalui jalur formal (akademik) maupun nonformal, termasuk penyelenggaraan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) yang berskala regional- nasional dan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang berskala internasional.

Penyelenggaraan ISEF ke-8 pada tahun 2021 yang dilakukan secara hybrid mengangkat tema

“Magnifying Halal Industries Through Food and Fashion Market for Economic Recovery”.

Rangkaian kegiatan ISEF 2021 terdiri dari (i) road to ISEF 2021, (ii) Festival Ekonomi Syariah (FeSyar) di 3 wilayah, dan (iii) agenda utama ISEF 2021. Rangkaian kegiatan ISEF 2021 setidaknya diikuti oleh 970 pelaku usaha, 420 desainer, 4.451 peserta kompetisi, 82,7 ribu pengunjung platform dan 293 ribu peserta dari 119 negara.

Penyelenggaraan ISEF dan FESyar 2021 berhasil mendorong tercapainya (i) kesepakatan pembiayaan, (ii) komitmen transaksi business to business, (iii) transaksi ritel business to consumer senilai total Rp25,8 triliun melalui bulan pembiayaan syariah berkolaborasi dengan OJK dan KNEKS, serta (iv) pengumpulan ZISWAF total senilai Rp669 miliar. Rangkaian kegiatan tersebut menghasilkan outcome utama diantaranya (i) pencanangan bulan Oktober sebagai Bulan Ekonomi Syariah, (ii) akselerasi sertifikasi halal, (iii) pengembangan ekonomi syariah berbasis masjid, (iv) akselerasi pembiayaan syariah, (v) akselerasi pengumpulan wakaf dan zakat, (vi) penguatan ekosistem riset dan edukasi, dan (vii) penguatan kompetensi pelaku di sektor fesyen dan makanan halal.

Pada tahun 2021, Bank Indonesia bersama KNEKS, IAEI dan berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta telah menerbitkan lima buku ekonomi syariah yang komprehensif dan menjadi standar yang dapat digunakan oleh seluruh perguruan tinggi di Indonesia yang mengampu Program Studi S1 Ekonomi Syariah. Beberapa riset dan asesmen juga terus dikembangkan sebagai rujukan pengambilan kebijakan.

3.5.2. Perizinan

Bank Indonesia mengimplementasikan perizinan terpadu melalui front office perizinan untuk memberikan service excellence (efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas) kepada seluruh stakeholders dalam layanan perizinan.

Implementasi perizinan terpadu didukung dengan Aplikasi Perizinan Bank Indonesia (e-Licensing) sejak 1 Mei 2020 dan Aplikasi Layanan Bank Indonesia (e-banking CBS) sejak 13 September 2021. Kedua aplikasi tersebut saat ini telah menyediakan 89 jenis perizinan yang mencakup pendaftaran/

perizinan, persetujuan, perubahan, dan penutupan izin. Selama tahun 2021, Bank Indonesia menerima 256 permohonan perizinan dan 81 penyampaian informasi Pelayanan Perizinan Terpadu terkait Hubungan Operasional Bank dengan Bank Indonesia (PPTBU) melalui e-Licensing, Aplikasi Layanan Bank Indonesia (e-banking CBS), serta permohonan manual yang belum diakomodir dalam kedua aplikasi.

Front office perizinan Bank Indonesia juga telah menerima konsultasi secara virtual sebanyak 167 kali.

Bank Indonesia melakukan penguatan terkait perizinan sistem pembayaran sebagai tindak lanjut dari penerbitan PBI SP, PBI PJP, dan PBI PIP.

Penguatan tersebut antara lain berupa (i) penguatan dalam tahapan proses perizinan, (ii) pemberlakuan jangka waktu pemrosesan atau Service Level Agreement (SLA) baik di sisi Bank Indonesia maupun di sisi pemohon, (iii) penguatan terhadap persyaratan perizinan PJP ataupun penetapan PIP, serta (iv) penyempurnaan sistem e-Licensing.

Sebagai tindak lanjut dari pemberlakuan ketentuan tersebut, Bank Indonesia melakukan asesmen dan reklasifikasi terhadap PJSP yang telah memperoleh izin sebelum ketentuan tersebut berlaku serta memastikan kesanggupan pemenuhan persyaratan perizinan PJP dan/atau PIP sebagaimana diatur dalam PBI SP.

Berdasarkan asesmen dan reklasifikasi tersebut, Bank Indonesia telah melakukan konversi atas izin PJSP. Hingga dengan Desember 2021, jumlah PJSP yang dikonversi izinnya menjadi PJP sesuai dengan

Kategori Izin (Kategori Izin 1, Kategori Izin 2 dan Kategori Izin 3) adalah 359 institusi dan PJSP yang ditetapkan menjadi PIP adalah 9 institusi.

3.5.3. Pengelolaan Statistik dan Data Collections

Bank Indonesia memperkuat sinergi dan inovasi dalam pengelolaan dan pengembangan statistik secara komprehensif untuk mendukung pelaksanaan tugas dan perumusan kebijakan. Perumusan kebijakan Bank Indonesia dalam rangka pemulihan ekonomi didukung oleh berbagai asesmen yang komprehensif berdasarkan data dan informasi yang lengkap, akurat, kini dan utuh (LAKU). Untuk itu, penyempurnaan end-to-end data management sebagai bagian transformasi digital dalam pengelolaan statistik dan data collections terus dikembangkan dengan tetap mengacu kepada Rencana Induk Sistem Informasi Bank Indonesia (RISIBI).

a. Pengelolaan Data dan Penyelenggaraan Survei

Di tengah tantangan pandemi Covid-19, proses perolehan, pengolahan hingga diseminasi data dan statistik terus dilakukan secara konsisten dan dengan tata kelola yang baik. Bank Indonesia melakukan adaptasi pengelolaan data melalui penyesuaian batas waktu pelaporan tertentu untuk bank umum pada bulan Agustus 2021. Hal tersebut dilakukan dengan memperhatikan kendala operasional pada bank pelapor akibat peningkatan kasus Covid-19 dan level PPKM. Penyesuaian dilakukan dengan tetap menjaga kualitas input data laporan yang dihasilkan, serta output statistik tetap dapat dihasilkan secara tepat waktu.

Bank Indonesia menyelenggarakan berbagai survei untuk memperoleh data kondisi terkini sektor riil dan sektor keuangan. Hasil survei menjadi bahan asesmen dan perumusan kebijakan untuk kemudian didiseminasikan

terhadap kondisi perekonomian terkini dan ke depan. Untuk mendukung penguatan dan efisiensi proses survei dan liaison, Bank Indonesia melakukan penyempurnaan Aplikasi Integrasi Survei yang dipergunakan dalam pelaksanaan survei rutin untuk memudahkan proses pengumpulan dan pengolahan data.

Bank Indonesia juga melaksanakan survei nonrutin atau topikal sebagai respons terhadap kebutuhan terkini. Sepanjang tahun 2021, Bank Indonesia melaksanakan sejumlah survei topikal, yaitu:

1) Survei Permintaan dan Penawaran

Dalam dokumen Dokumen Tentang Laporan Tahunan 2021 (Halaman 84-87)