• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transformasi di Bidang Sistem Pembayaran

Dalam dokumen Dokumen Tentang Laporan Tahunan 2021 (Halaman 104-109)

MODEL BIPOLMIX

Skema 3.2. Integrasi Kebijakan dalam BIPOLMIX

3.6.1.3. Transformasi di Bidang Sistem Pembayaran

Bank Indonesia melakukan transformasi kebijakan sistem pembayaran melalui implementasi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025 untuk mendorong akselerasi dan integrasi ekonomi dan keuangan digital sebagai sumber pertumbuhan ekonomi nasional.

a. Restrukturisasi Industri Sistem Pembayaran:

Reformasi Regulasi Sistem Pembayaran Bank Indonesia melakukan reformasi regulasi sistem pembayaran secara terintegrasi.

Reformasi regulasi sistem pembayaran menjadi salah satu pondasi kebijakan reformasi dalam rangka menciptakan industri sistem pembayaran yang sehat, kompetitif dan inovatif. Sejumlah reformasi regulasi yang telah diterbitkan Bank Indonesia adalah (i) PBI Sistem Pembayaran (PBI

SP), (ii) PBI Penyedia Jasa Pembayaran (PBI PJP), (iii) PBI Penyelenggaran Infrastruktur Pembayaran (PBI PIP), serta (iv) PBI Standar Nasional Sistem Pembayaran. Dalam implementasinya, Bank Indonesia terus melakukan kolaborasi dan komunikasi dengan pemangku kepentingan secara intensif guna memastikan reformasi pengaturan sistem pembayaran berjalan lancar.

Reformasi regulasi sistem pembayaran yang diatur dalam PBI SP mencakup lima besaran, yaitu (i) reformasi kebijakan akses ke penyelenggaraan sistem pembayaran (access policy) dengan pengelompokkan aktivitas menjadi PJP dan PIP, (ii) aspek komposisi kepemilikan saham dan pengendalian domestik untuk memperkuat kelembagaan penyelenggara sistem pembayaran, (iii) reformasi pengaturan dan pengawasan penyelenggara sistem pembayaran berbasis risiko, (iv) perluasan fungsi uji coba teknologi sistem pembayaran (sandboxing) menjadi tiga bentuk, yakni regulatory sandbox, innovation lab, dan industrial sandbox, serta (v) reformasi pengelolaan data dan/atau informasi sistem pembayaran yang terintegrasi.

PBI PJP dan PBI PIP diterbitkan untuk memastikan efektivitas implementasi PBI SP. Kedua regulasi tersebut mengusung tiga pokok reformasi, yakni (i) simplifikasi dan efisiensi perizinan/persetujuan, (ii) restrukturisasi penyelenggara dan industri sistem pembayaran, serta (iii) optimalisasi pengawasan sistem pembayaran.

b. Implementasi BI-FAST Tahap I

Bank Indonesia meluncurkan Bank Indonesia Fast Payment (BI-FAST) sebagai bentuk transformasi digital sistem pembayaran untuk akselerasi pemulihan ekonomi negeri.

BI-FAST adalah infrastruktur sistem pembayaran yang disediakan Bank Indonesia dan dapat diakses melalui aplikasi yang disediakan industri sistem pembayaran dalam memfasilitasi transaksi pembayaran ritel bagi masyarakat. Pengembangan BI-FAST merupakan inisiatif nasional (national driven) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bertransaksi, memperkuat konsolidasi industri sistem pembayaran nasional, dan membangun ekonomi-keuangan digital yang integrated, interoperable dan interconnected.

1 2 3 4 5

SPI 2025 mendukung Integrasi ekonomi-keuangan digital nasional sehingga menjamin fungsi bank sentral dalam proses pengedaran uang, kebijakan moneter, dan stabilitas sistem keuangan, serta mendorong inklusi keuangan

SPI 2025 mendukung digitalisasi perbankan sebagai lembaga utama dalam ekonomi keuangan digital melalui open banking maupun pemanfaatan teknologi digital dan data dalam bisnis keuangan

SPI 2025 menjamin interlink antara fintech dengan perbankan untuk menghindari risiko shadow-banking melalui pengaturan teknologi digital (seperti API), kerja sama bisnis, maupun kepemilikan perusahaan

SPI 2025 menjamin keseimbangan antara inovasi dengan consumers protection, integritas dan stabilitas serta persaingan usaha yang sehat melalui penerapan KYC&AML-CFT, kewajiban keterbukaan data/informasi/bisnis publik, dan penerapan regtech dan suptech dalam kewajiban pelaporan, regulasi, dan pengawasan

SPI 2025 menjamin kepentingan nasional dalam ekonomi-keuangan digital antar negara melalui kewajiban

Visi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025

BI-FAST akan menjadi backbone infrastruktur sistem pembayaran ritel masa depan, yang mengakselerasi pembayaran menggunakan berbagai instrumen dan kanal secara real time, aman, mudah, dan beroperasi 24/7 untuk mewujudkan terciptanya layanan sistem pembayaran yang CEMUMUAH. Implementasi BI-FAST merupakan salah satu upaya Bank Indonesia untuk terus mendorong akselerasi digitalisasi ekonomi dan keuangan nasional melalui infrastruktur fast payment yang akan menjadi game changer dalam mengantisipasi perkembangan transaksi digital ke depan termasuk transaksi cross-border.

Pada tahap awal di Desember 2021, implementasi BI-FAST fokus pada layanan transfer kredit individual dengan 21 peserta Batch 1 yang telah go live. Calon peserta lainnya yang belum masuk sebagai peserta Batch 1, akan menjadi peserta BI-FAST pada gelombang-gelombang berikutnya. Selanjutnya, layanan BI-FAST diperluas secara bertahap mencakup layanan bulk credit, direct debit, dan request for payment. Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan dan implementasi BI-FAST dengan pelaku industri, dalam rangka mengintegrasikan EKD nasional. Dengan adanya BI-FAST, diharapkan pelaku industri akan terus berinovasi dengan mengoptimalkan value added layanan BI-FAST yang consumer centric sebagai pembuka jalan bagi inklusi keuangan dan pemulihan ekonomi melalui efisiensi transaksi.

c. Scaling up QR Code Indonesian Standard (QRIS)

Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan QRIS sebagai sistem pembayaran yang mampu mengakselerasi ekonomi keuangan digital, khususnya UMKM dan perdagangan ritel. Hingga akhir tahun 2021, jumlah merchant QRIS telah mencapai 14,7 juta. Dengan demikian, capaian jumlah merchant QRIS telah mencapai 123% dari target. Sebagai upaya untuk mendorong lebih banyak lagi penggunaan QRIS di kalangan masyarakat dan di berbagai sektor,

Bank Indonesia menetapkan standar QRIS Consumer Presented Mode (CPM). Bank Indonesia juga terus mendorong penggunaan QRIS sebagai sistem pembayaran lintas negara. Sebagai langkah awal, Bank Indonesia dan Bank of Thailand telah meluncurkan piloting QR Code Antarnegara. Ke depan, kerjasama QR Code Antarnegara akan diperluas ke berbagai negara, seperti Malaysia yang saat ini dalam tahap production validation test (PVT) dan akan segera memasuki tahap uji coba.

d. Pengembangan Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP)

Bank Indonesia meluncurkan Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP) sebagai salah satu tahapan penting dalam rangka mengakselerasi open banking di area sistem pembayaran. Strategi layanan open banking ini memungkinkan terjadinya pertukaran data dan informasi keuangan nasabah terkait sistem pembayaran antara perbankan dan fintech sehingga akan semakin mendorong interlink dan membuka ruang kompetisi dan kolaborasi.

SNAP bertujuan untuk menciptakan industri sistem pembayaran yang sehat, kompetitif, dan inovatif sehingga dapat menyediakan layanan sistem pembayaran kepada masyarakat secara lebih efisien, aman, dan andal. Penerapan SNAP diharapkan dapat menciptakan integrasi, interkoneksi, dan interoperabilitas antarpenyelenggara Application Programming Interface (API) sehingga mendorong efisiensi sistem pembayaran. Sejalan dengan praktik di beberapa negara, standardisasi Open API Pembayaran diharapkan akan mengurangi fragmentasi industri serta mendorong akselerasi digitalisasi ekonomi dan keuangan di Indonesia.

Implementasi SNAP akan dilakukan melalui dua tahap, yaitu First Mover dan Next Mover. Bagi First Mover PJP dan non-PJP yang terlibat dalam penyusunan SNAP, Bank Indonesia menetapkan penerapan SNAP paling lambat pada 30 Juni 2022.

Sementara itu, bagi PJP lainnya diberikan waktu paling lambat 31 Desember 2022. Proses ini akan

terus diperkuat sampai dengan milestone akhir di tahun 2025 berupa integrasi seluruh pengguna layanan yang merupakan usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah serta lembaga nirlaba yang bekerja sama dengan penyedia layanan.

Dalam rangka implementasi, Bank Indonesia menyediakan developer site SNAP sebagai sarana bagi pelaku industri untuk melakukan uji coba kesesuaian API yang disusun berdasarkan standar dan spesifikasi teknis SNAP dalam suatu ekosistem yang terkendali.

Implementasi SNAP didukung oleh penerbitan PBI Standar Nasional Sistem Pembayaran (PBI SNAP). PBI SNAP mencakup empat pokok pengaturan, yaitu (i) standar teknis dan keamanan, (ii) standar data, (iii) spesifikasi teknis, dan (iv) pedoman tata kelola. Penerapan SNAP akan disertai dengan penerapan standar teknis dan keamanan yang mencakup protokol komunikasi, tipe arsitektur, dan format data.

e. Implementasi Sandbox 2.0

Untuk mengeksplorasi peluang inovasi digital, khususnya bagi inklusi ekonomi dan keuangan digital, Bank Indonesia merevitalisasi konsep sandbox ke arah development. Sandbox 2.0 merupakan penyempurnaan dari regulatory sandbox, dimana Sandbox 2.0 kini mencakup tiga fungsi, yaitu (i) innovation lab, (ii) industrial sandbox, dan (iii) regulatory sandbox. Sandbox 2.0 akan memiliki fungsi strategis sebagai agent of change melalui uji coba pemanfaatan teknologi.

Selain itu, Bank Indonesia akan memperkuat fungsi perlindungan konsumen di sektor sistem pembayaran melalui empat strategic actions, yaitu (i) pengaturan/kebijakan, (ii) pengawasan perlindungan konsumen dengan pendekatan market conduct, (iii) penanganan pengaduan konsumen yang efektif, dan (iv) edukasi guna meningkatkan literasi. Hingga tahun 2021, telah terdapat empat pengguna sandbox yang siap melakukan uji coba pemanfaatan teknologi.

Peluncuran (Grand Launching) Sandbox 2.0 dalam Rangkaian Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia Tahun 2021.

f. Peran dalam Pembentukan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) pada 542 Pemda di Indonesia

Sebagai upaya percepatan implementasi elektronifikasi transaksi pemerintah daerah, Bank Indonesia turut mendorong pembentukan TP2DD. Menindaklanjuti penerbitan Keputusan Presiden tentang Satuan Tugas Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (Satgas P2DD), telah dilakukan berbagai upaya untuk mendorong percepatan dan perluasan digitalisasi daerah, antara lain melalui pembentukan TP2DD di seluruh daerah. Bank Indonesia melakukan fasilitasi koordinasi dalam rangka mendorong percepatan pembentukan TP2DD. Hingga akhir tahun 2021, telah terbentuk TP2DD di total 542 pemda (100%), yang terdiri dari (i) 34 pemerintah tingkat provinsi, (ii) 419 pemerintah tingkat kabupaten, dan (iii) 89 pemerintah tingkat kota. Setelah pembentukan TP2DD, pemerintah daerah selanjutnya akan didorong untuk menyusun peta jalan (roadmap) yang memuat asesmen dan program kerja dalam mendorong perluasan elektronifikasi transaksi pemerintah daerah sekaligus mengatasi kendala yang terjadi di daerahnya. Bank Indonesia telah menyiapkan pedoman model bisnis elektronifikasi transaksi pemerintah daerah dalam penyusunan peta jalan tersebut.

g. Digitalisasi Pengelolaan Uang Rupiah

Bank Indonesia mengimplementasikan digitalisasi pada seluruh tahapan pengelolaan uang Rupiah (PUR) dari perencanaan hingga pemusnahan selaras dengan key milestones digitalisasi dan otomatisasi yang dituangkan dalam Blueprint PUR 2025. Blueprint PUR 2025 memiliki 3 key milestones, yaitu (i) sentralisasi distribusi, (ii) digitalisasi, dan (iii) efisiensi.

Digitalisasi PUR dilakukan melalui pengembangan Sentra Pengelolaan Uang (SPU), Depot Kas Utama Wilayah Timur (DKUT), dan warehouse

management system. Pada tahun 2021, Bank Indonesia mengimplementasikan modul cash management pada aplikasi Core Banking System (CBS) untuk mengintegrasikan seluruh aplikasi layanan perkasan kepada perbankan dan masyarakat secara end-to-end untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam mendukung perumusan kebijakan Bank Indonesia ke depan. Bank Indonesia juga mengimplementasikan digitalisasi pada peralatan dan infrastruktur perkasan di seluruh KPwDN agar pengolahan uang semakin terintegrasi, efisien dan aman dengan pengurangan penggunaan SDM dalam proses perkasan (less human intervention). Digitalisasi infrastruktur perkasan dilakukan secara bertahap memperhatikan kebutuhan dan kondisi pengolahan uang di wilayah tersebut selaras dengan konsep Front Office Middle Office Back Office (FOMOBO) key milestones sentralisasi distribusi.

Untuk memperkuat tata kelola pelaksanaan tugas PUR, Bank Indonesia pada tahun 2021 melakukan reformasi regulasi PUR sebagai bagian dari transformasi kebijakan Bank Indonesia. Reformasi regulasi PUR dilakukan melalui kodifikasi dan harmonisasi ketentuan yang dilakukan secara bertahap agar pelaksanaan tugas PUR menjadi semakin bertata-kelola.

Pada tahun 2021, Bank Indonesia melakukan penajaman program edukasi dan komunikasi Rupiah. Hal ini dilakukan melalui penajaman fokus edukasi dari sebelumnya terbatas pada edukasi mengenali dan merawat uang Rupiah, menjadi edukasi Cinta-Bangga-Paham (CBP) Rupiah. Edukasi ini juga menjadi lebih komprehensif dengan target stakeholder yang spesifik. Bank Indonesia juga meluncurkan aplikasi Augmented Reality (AR) Rupiah sebagai media edukasi interaktif Rupiah berbasis digital yang mengedepankan learning experience yang menarik, yang aplikasinya dapat diunduh melalui Appstore atau Playstore pada smartphone.

3.6.1.4. Transformasi di Bidang

Dalam dokumen Dokumen Tentang Laporan Tahunan 2021 (Halaman 104-109)