• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Tugas dan Wewenang untuk Mendukung

Dalam dokumen Dokumen Tentang Laporan Tahunan 2021 (Halaman 69-73)

23) IKU 24: Mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap Laporan

3.2. Pelaksanaan Tugas dan Wewenang untuk Mendukung

Kebijakan Moneter

3.2.1. Pelaksanaan Operasi Moneter

Bank Indonesia berkomitmen untuk memperkuat kebijakan nilai tukar Rupiah dengan tetap berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar yang sejalan dengan fundamental dan mekanisme pasar. Hal ini ditempuh melalui kebijakan triple intervention di pasar spot, DNDF, ataupun pembelian SBN dari pasar sekunder.

Bank Indonesia melakukan sejumlah penguatan kebijakan operasi moneter valas untuk mendukung kebijakan stabilitas nilai tukar Rupiah, antara lain (i) penguatan pricing instrumen operasi moneter valuta asing seiring dengan dilakukannya penguatan JISDOR pada triwulan II 2021 serta (ii) penyempurnaan strategi operasional instrumen DNDF melalui penambahan fitur roll- over DNDF Bank Indonesia untuk memastikan ketersediaan lindung nilai (hedging) yang berkelanjutan bagi pelaku pasar.

Dalam rangka memperkuat market surveillance untuk mendukung stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia melakukan penguatan Sistem Monitoring Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah (SISMONTAVAR). Penguatan dilakukan dengan memperluas cakupan monitoring transaksi secara real time yang sebelumnya hanya mencakup transaksi antarbank menjadi transaksi antara bank dengan nasabah.

Selain itu, Bank Indonesia melanjutkan penguatan strategi operasi moneter untuk memperkuat efektivitas stance kebijakan moneter akomodatif di tengah upaya pemulihan ekonomi nasional.

Bank Indonesia memperluas penggunaan instrumen Sukuk Bank Indonesia (SukBI) pada tenor 1 minggu sampai dengan 12 bulan dalam rangka memperkuat operasi moneter syariah yang mulai berlaku 16

3.2.2. Pendalaman Pasar Uang

Bank Indonesia melanjutkan akselerasi kebijakan pengembangan pasar uang melalui implementasi Blueprint Pengembangan Pasar Uang (BPPU) 2025. Pada tahun 2021, kebijakan pengembangan pasar uang difokuskan pada upaya mempertahankan kredibilitas dan integritas pasar, dengan tetap mendorong inisiatif pengembangan pasar uang, serta mendukung pemulihan ekonomi nasional. Implementasi BPPU 2025 diarahkan pada pengembangan melalui 3 inisiatif utama, yaitu:

a. Mendorong digitalisasi dan penguatan Infrastruktur Pasar Keuangan (IPK) untuk menjamin ketersediaan data pasar keuangan yang granular, real-time, dan aman, serta infrastruktur pasar uang yang andal, efisien, aman, dan terintegrasi. Hal tersebut dilakukan melalui:

1) Implementasi Electronic Trading Platform (ETP) Multimatching System (MMS) sejak akhir Juni 2021 untuk transaksi spot dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah. ETP MMS memberikan pilihan platform baru bagi perbankan domestik dalam melakukan transaksi valas dengan lebih efisien;

2) Penyelesaian tahapan conceptual design BI-Auction Platform System (BI-APS), yang merupakan penyempurnaan dari sistem BI-ETP saat ini. Pengembangan BI-APS bertujuan untuk memperkuat pelaksanaan operasi moneter Bank Indonesia dan lelang Surat Berharga Negara (SBN) pemerintah melalui peningkatan resiliensi sistem dan pelaksanaan transaksi yang bersifat straight through processing, didukung oleh parameter lelang yang lebih variatif;

3) Penerbitan izin prinsip central counterparty suku bunga dan nilai tukar (CCP SBNT).

Upaya percepatan proses pendirian lembaga CCP terus dilakukan melalui koordinasi dan kolaborasi dengan seluruh stakeholder terkait baik lingkup otoritas

5) Penyusunan conceptual design BI-SSSS dan BI-RTGS yang mengutamakan penguatan dan modernisasi penyelesaian transaksi dari sisi surat berharga dan dana, serta conceptual design trade repository sebagai IPK yang melakukan sentralisasi pelaporan transaksi derivatif yang dilaporkan oleh reporting entities tertentu;

6) Penguatan aspek regulasi (soft infrastructure) melalui reformasi regulasi bagi ketentuan terkait pasar uang, yang mencakup pasar uang dan pasar valuta asing;

7) Implementasi aplikasi pelaporan sertifikasi tresuri secara online yang mendukung digitalisasi dan reliabilitas pelaporan dalam rangka monitoring efektivitas implementasi kebijakan sertifikasi tresuri dan kode etik pasar.

b. Memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui pengembangan product yang variatif dan likuid, pricing yang efisien dan transparan, pelaku pasar yang berintegritas, serta infrastruktur yang andal, aman, dan terintegrasi. Pada tahun 2021, upaya pengembangan pasar uang difokuskan pada pengembangan tiga instrumen utama, yaitu (i) repurchase agreement (Repo), (ii) DNDF, dan (iii) LCS yang diwujudkan melalui:

1) Peningkatan likuiditas instrumen di pasar uang, melalui (i) perluasan basis pelaku repo ke Industri Keuangan Non Bank (IKNB), (ii) perluasan pelaku Interest Rate Swap (IRS)/Overnight Index Swap (OIS), (iii) standardisasi transaksi repo dan derivatif suku bunga, (v) perluasan underlying repo, serta (vi) pengembangan repo syariah.

Pada tahun 2021, proporsi transaksi repo terhadap transaksi pasar uang antar bank (PUAB) berada pada kisaran 39% dengan rata-rata volume harian Rp4,31 triliun, meningkat signifikan dari kisaran 5% pada tahun sebelumnya. Dari sisi pelaku, terdapat peningkatan secara akumulatif dari 33 bank pada tahun 2020 menjadi 49 bank pada tahun 2021. Volume akumulatif transaksi IRS dan OIS juga meningkat dari sebelumnya sebesar Rp3,4 triliun di tahun 2020, menjadi

Rp18,8 triliun di tahun 2021. Sedangkan jumlah pelaku IRS dan OIS juga meningkat dari 8 bank di tahun 2020 menjadi 15 bank di tahun 2021;

2) Penguatan kolaborasi dengan otoritas keuangan lain dan asosiasi pelaku pasar, khususnya dalam rangka harmonisasi, pengembangan infrastruktur pasar keuangan, dan penguatan kompetensi pelaku pasar;

3) Pengembangan Transaksi DNDF untuk mendukung pelaksanaan manajemen risiko pelaku pasar. Selama tahun 2021, rata- rata harian (RRH) volume transaksi DNDF mencapai 99 juta dolar AS, atau sedikit mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 131 juta dolar AS. Namun, jumlah pelaku yang melakukan transaksi DNDF di tahun 2021 sebanyak 29 bank, 158 korporasi dan 33 pihak asing, atau meningkat dibandingkan dengan tahun 2020 (22 bank, 106 korporasi, dan 28 pihak asing);

4) Penguatan kerangka LCS sebagai bagian dari bauran kebijakan Bank Indonesia dan dalam rangka mendukung diversifikasi eksposur mata uang utama dunia bagi pelaku usaha. Penguatan dilakukan melalui penerbitan sejumlah ketentuan.

Penguatan kerangka LCS ditujukan untuk memberikan fleksibilitas dan mendukung transaksi pelaku pasar yang meliputi beberapa aspek, di antaranya (i) relaksasi ketentuan threshold (dengan Jepang dan Malaysia), (ii) perluasan instrumen berupa transaksi Cross Currency Swap (CCS) dan DNDF, (iii) penyederhanaan pelaporan, (iv) penambahan Bank ACCD, implementasi LCS Indonesia-Tiongkok pada bulan September 2021, dan (v) perluasan skema pembiayaan/

financing (trade and investment financing).

Secara tahunan, hingga November 2021, volume transaksi LCS per bulan mencapai (i) 48,4 juta dolar AS dengan Malaysia, (ii) 18,5 juta dolar AS dengan Thailand, (iii) 96,4 juta dolar AS dengan Jepang, dan (iv) 118,9 juta dolar AS dengan Tiongkok;

5) Penguatan referensi pricing yang kredibel sejalan dengan visi BPPU 2025 melalui implementasi kurs referensi JISDOR yang membuat JISDOR lebih mencerminkan transaksi spot yang terjadi sepanjang hari;

6) Sinergi pembentukan National Working Group on Benchmark Reform (NWGBR) yang beranggotakan Bank Indonesia, OJK, Kemenkeu, dan Indonesia Foreign Exchange Market Committee (IFEMC). Dalam rangka mendukung berjalannya transisi London Interbank Offered Rate (LIBOR) lancar di pasar domestik, NWGBR menerbitkan

“Panduan Transisi LIBOR untuk pelaku pasar Indonesia”;

7) Sepanjang tahun 2021, Bank Indonesia telah menerbitkan izin kepada (i) 4 penerbit SBK, (ii) 24 penerbit Negotiable Certificate of Deposit (NCD), (iii) 177 lembaga pendukung penerbitan SBK, (iv) 4 lembaga pendukung transaksi SBK, (v) 19 lembaga pendukung penatausahaan dan penyelesaian transaksi SBK, (vi) 23 lembaga perantara NCD, (vii) 23 lembaga kustodian NCD, (viii) 8 Pialang Pasar Uang (PPU), dan (ix) 9 Systematic Internaliser (SI).

c. Mengembangkan Sumber Pembiayaan Ekonomi dan Pengelolaan Risiko melalui sinergi antara Bank Indonesia, Kemenkeu, OJK, dan LPS dalam Forum Koordinasi Pembiayaan Pembangunan melalui Pasar Keuangan (FK-PPPK), di mana Bank Indonesia menjadi sekretariat. FK-PPPK telah melakukan evaluasi dan penyesuaian Strategi Nasional Pengembangan dan Pendalaman Pasar Keuangan (SN-PPPK) agar sejalan dengan dinamika perkembangan ekonomi serta pasar keuangan global dan domestik. Hingga akhir tahun 2021, pencapaian Bank Indonesia bersama dengan otoritas keuangan adalah:

1) Pengembangan instrumen lindung nilai (hedging) jangka panjang, baik hedging suku bunga maupun nilai tukar, di antaranya untuk mendukung pembiayaan

Development Goals/SDGs), serta sesuai kesepakatan Paris Agreement;

3) Pengembangan Sekuritisasi Aset untuk mendorong upaya pendalaman pasar uang dan pertumbuhan ekonomi antara lain melalui pelaksanaan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Potensi Sekuritisasi Aset di Daerah” secara virtual yang merupakan tindak lanjut hasil asesmen Kesiapan Korporasi Potensial di Daerah;

4) Peningkatan basis investor ritel untuk memperkuat ketahanan pasar keuangan domestik dan mendukung pembiayaan pembangunan. Tingginya minat masyarakat dalam mengenal dan berinvestasi di pasar keuangan tampak pada peningkatan jumlah investor ritel yang signifikan, yaitu 7,47 juta investor di tahun 2021 dari sebelumnya 3,87 juta investor di tahun 2020.

3.2.3. Penguatan Kebijakan Internasional dan Hubungan Investor

Bank Indonesia terus memperkuat kerja sama internasional secara terkoordinasi dengan Pemerintah untuk mendukung pemulihan ekonomi serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, baik pada tataran multilateral, regional, maupun bilateral. Strategi diplomasi kebijakan internasional terus dikembangkan dalam bentuk penyampaian posisi (stance), perluasan kerja sama, pengelolaan persepsi mitra, dan penguatan surveilans global untuk mendukung kepentingan Bank Indonesia dan/atau ekonomi Indonesia, termasuk kerja sama dalam penanganan dampak ekonomi dari pandemi Covid-19.

Kerja sama keuangan internasional terus diperluas, khususnya dalam bentuk JPKI dan LCS. Dalam rangka memperkuat JPKI, pada tataran bilateral, Bank Indonesia (i) memperpanjang kerja sama Bilateral Swap Arrangement (BSA) dengan Jepang serta (ii) memperpanjang kerja sama Local

ASEAN+3 lain dalam merumuskan dan menyepakati beberapa langkah penguatan kerja sama Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM) untuk meningkatkan efektivitasnya dalam mendukung ketahanan ekonomi dan keuangan regional. Terkait LCS, Bank Indonesia memperkuat implementasi kerja sama LCS dengan Malaysia dan Jepang serta memulai implementasi kerja sama LCS dengan Tiongkok untuk mendorong penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan dan investasi internasional.

Dengan demikian, saat ini Bank Indonesia telah menjalin kerja sama LCS berbasis ACCD (LCS-ACCD) dengan Jepang, Tiongkok, Malaysia, dan Thailand.

Bank Indonesia turut berperan aktif dalam memperkuat persepsi positif stakeholder internasional terhadap perekonomian Indonesia.

Peran tersebut dilaksanakan melalui komunikasi dan engagement yang intensif dengan lembaga pemeringkat dan investor asing, baik secara regular melalui kegiatan Investor Conference Call (ICC) maupun secara insidental. Engagement juga dilakukan melalui pelaksanaan Bilateral Conference Call (BCC) dengan berbagai investor utama. Sejalan dengan hal tersebut, sepanjang tahun 2021 Indonesia dapat mempertahankan peringkat Investment Grade sebagaimana afirmasi (pengukuhan) Sovereign Credit Rating (SCR) yang diberikan oleh sejumlah lembaga pemeringkat.

Keputusan sejumlah lembaga pemeringkat untuk mempertahankan SCR Indonesia di tengah situasi pandemi yang belum usai mencerminkan keyakinan terhadap creditworthiness dan fundamental ekonomi Indonesia. Pengukuhan SCR Indonesia merupakan bentuk pengakuan atas komitmen otoritas Indonesia dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, melanjutkan reformasi struktural, dan mempertahankan kredibilitas kebijakan.

Bank Indonesia turut aktif memfasilitasi kegiatan promosi investasi dan perdagangan internasional melalui integrasi fungsi Investor Relation Unit (IRU)–Regional Investor Relation Unit (RIRU)–

Global Investor Relation Unit (GIRU) yang bersifat synergized, targeted, dan outcome oriented.

Kegiatan ini dilakukan melalui KPwDN bekerja sama dengan instansi terkait baik di pusat maupun daerah, serta melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Luar Negeri (KPwLN) bekerja sama dengan perwakilan

otoritas di luar negeri dan mitra/stakeholder eksternal lainnya. Promosi perdagangan dan investasi internasional dilakukan secara targeted, baik dari jenis investasi dan produk UMKM yang dipromosikan maupun negara tujuan promosi. Selama tahun 2021, Bank Indonesia telah memfasilitasi pelaksanaan 128 kegiatan promosi perdagangan dan investasi, termasuk rangkaian kegiatan edukasi/diseminasi mengenai potensi investasi/pasar luar negeri, yang diikuti oleh 364 UMKM binaan/mitra dan 100 pemilik proyek dari 13 provinsi.

Kerja sama internasional juga dijalin untuk mendukung kepentingan Indonesia di bidang sistem pembayaran, perdagangan internasional, dan penguatan kapasitas di berbagai area kebanksentralan. Pada tahun 2021, Bank Indonesia telah menyepakati kerja sama di bidang sistem pembayaran dan inovasi keuangan digital dengan dua bank sentral, yaitu Bank Sentral Brunei Darussalam (AMBD) dan Bank Sentral Uni Emirat Arab (CBUAE). Kerja sama ini melengkapi kerja sama serupa yang telah dijalin dengan bank sentral Thailand, Malaysia, dan Filipina. Untuk memperkuat kapasitas di berbagai area kebanksentralan, Bank Indonesia mengimplementasikan dan memperluas kerja sama dalam kerangka Structured Bilateral Cooperation (SBC) dengan sejumlah bank sentral negara mitra, seperti Korea Selatan, Jepang, Inggris, Jerman, dan Turki, serta lembaga internasional seperti BIS. Di sektor perdagangan, Bank Indonesia secara aktif mendukung upaya Pemerintah dalam menginisiasi pasar baru melalui keterlibatan dalam perundingan kerja sama perdagangan dan investasi internasional pada tataran bilateral dan multilateral.

Bank Indonesia sebagai anggota IMF mendukung inisiatif IMF untuk membantu negara-negara yang terlilit utang dan terpapar bencana melalui program pengurangan utang (debt relief).

Sebagai salah satu bentuk implementasi dari inisiatif tersebut, IMF telah mengalokasikan dana sebesar 1.677 juta SDR kepada seluruh negara anggota untuk memfasilitasi negara anggota berkontribusi pada program penghapusan utang Sudan kepada IMF, dimana Indonesia menerima sebesar 52,3 juta SDR. Adapun dana tersebut bersumber dari dana cadangan yang dibentuk oleh IMF untuk memitigasi

risiko kerugian akibat kegagalan negara anggota membayar kewajibannya kepada IMF. Negara- negara anggota IMF telah menyatakan dukungan terhadap inisiatif tersebut dengan mengalokasikan seluruh atau sebagian dari SDR yang diterima dari IMF untuk program penghapusan utang Sudan kepada IMF. Sebagai dukungan dan komitmen Indonesia pada inisiatif IMF, serta sebagai bentuk implementasi kebijakan internasional, Bank Indonesia sebagai wakil Republik Indonesia di IMF telah memberikan persetujuan berkontribusi pada program penghapusan utang Sudan kepada IMF melalui pengalokasian sebagian dari SDR yang diterima Indonesia sesuai proporsi kuota Indonesia di IMF, yaitu sebesar 9,7 juta SDR.

Menandai dimulainya rangkaian Presidensi G20 Indonesia pada jalur keuangan, Bank Indonesia berkontribusi aktif dalam penyelenggaraan pertemuan pertama Finance and Central Bank Deputies Meeting (FCBD) dan kemudian dilanjutkan dengan pertemuan International Financial Architecture Working Group (IFA-WG).

3.3. Pelaksanaan Tugas dan

Dalam dokumen Dokumen Tentang Laporan Tahunan 2021 (Halaman 69-73)