• Tidak ada hasil yang ditemukan

Survei Khusus Sektor Riil (SKSR) yang terdiri dari survei (i) Dampak Covid-19 terhadap

Dalam dokumen Dokumen Tentang Laporan Tahunan 2021 (Halaman 87-93)

Kategori Izin (Kategori Izin 1, Kategori Izin 2 dan Kategori Izin 3) adalah 359 institusi dan PJSP yang ditetapkan menjadi PIP adalah 9 institusi.

3.5.3. Pengelolaan Statistik dan Data Collections

Bank Indonesia memperkuat sinergi dan inovasi dalam pengelolaan dan pengembangan statistik secara komprehensif untuk mendukung pelaksanaan tugas dan perumusan kebijakan. Perumusan kebijakan Bank Indonesia dalam rangka pemulihan ekonomi didukung oleh berbagai asesmen yang komprehensif berdasarkan data dan informasi yang lengkap, akurat, kini dan utuh (LAKU). Untuk itu, penyempurnaan end-to-end data management sebagai bagian transformasi digital dalam pengelolaan statistik dan data collections terus dikembangkan dengan tetap mengacu kepada Rencana Induk Sistem Informasi Bank Indonesia (RISIBI).

a. Pengelolaan Data dan Penyelenggaraan Survei

Di tengah tantangan pandemi Covid-19, proses perolehan, pengolahan hingga diseminasi data dan statistik terus dilakukan secara konsisten dan dengan tata kelola yang baik. Bank Indonesia melakukan adaptasi pengelolaan data melalui penyesuaian batas waktu pelaporan tertentu untuk bank umum pada bulan Agustus 2021. Hal tersebut dilakukan dengan memperhatikan kendala operasional pada bank pelapor akibat peningkatan kasus Covid-19 dan level PPKM. Penyesuaian dilakukan dengan tetap menjaga kualitas input data laporan yang dihasilkan, serta output statistik tetap dapat dihasilkan secara tepat waktu.

Bank Indonesia menyelenggarakan berbagai survei untuk memperoleh data kondisi terkini sektor riil dan sektor keuangan. Hasil survei menjadi bahan asesmen dan perumusan kebijakan untuk kemudian didiseminasikan

terhadap kondisi perekonomian terkini dan ke depan. Untuk mendukung penguatan dan efisiensi proses survei dan liaison, Bank Indonesia melakukan penyempurnaan Aplikasi Integrasi Survei yang dipergunakan dalam pelaksanaan survei rutin untuk memudahkan proses pengumpulan dan pengolahan data.

Bank Indonesia juga melaksanakan survei nonrutin atau topikal sebagai respons terhadap kebutuhan terkini. Sepanjang tahun 2021, Bank Indonesia melaksanakan sejumlah survei topikal, yaitu:

1) Survei Permintaan dan Penawaran

(KIP) yang mewajibkan Bank Indonesia sebagai badan publik untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan stakeholder.

Publikasi statistik dilakukan secara periodik melalui website Bank Indonesia, antara lain berupa (i) Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), (ii) Laporan Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia, (iii) Informasi Cadangan Devisa dan Indikator Moneter, (iv) Perkembangan Uang Beredar, (v) Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI), (vi) Statistik Sistem Keuangan Indonesia (SSKI), (vii) Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA), dan (viii) Indikator Terpilih Moneter dan Sistem Pembayaran (ITEMs). Bank Indonesia juga memublikasikan beberapa Laporan hasil survei seperti (i) Survei Penjualan Eceran (SPE), (ii) Survei Konsumen (SK), (iv) Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), (v) Survei Harga Properti Residensial (SHPR), (vi) Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan, serta (vii) Prompt Manufacturing Index (PMI). Selain itu, Bank Indonesia secara rutin melakukan publikasi data ekonomi sesuai yang dipersyaratkan Special Data Dissemination Standards (SDDS), sebuah standar diseminasi statistik yang terseragam antarnegara yang diterbitkan IMF.

Pada tahun 2021, Bank Indonesia mulai memublikasikan the Redbook Statistics dan Statistik Sistem Pembayaran dan Infrastruktur Pasar Keuangan (SPIP) pada website Bank Indonesia. The Red Book Statistics merupakan dataset payment, clearing, and settlement sesuai standar internasional dari Committee on Payments and Market Infrastuctures (CPMI) pada BIS. SPIP merupakan kumpulan indikator yang menggambarkan perkembangan berbagai indikator terkait sistem pembayaran, termasuk sistem dan infrastruktur pasar keuangan Indonesia.

Selain melalui website Bank Indonesia, publikasi data secara rutin disampaikan kepada lembaga internasional, yakni (i) BIS terkait Credit and Money, Balance of Payments and International Trade, Locational Banking Statistics (LBS) dan the Red Book Statistics; (ii) IMF terkait publikasi Balance of Payments (BOP), Exchange Rates, International Investment Position (IIP), International Reserves and Foreign Currency

Liquidity (IRFCL), Financial Access Survey (FAS), Financial Soundness Indicators (FSI), Money and Banking (SRF), Analytical Accounts of the Banking Sectors, dan Analytical Accounts of the Central Bank, dan (iii) OECD terkait Consumer Opinion Surveys, Interest Rates, dan Monetary Aggregate, (iv) World Bank terkait data Quarterly External Debts Statistic (QEDS), dan (v) ADB terkait Key Indicators Questionnaire (Money and Banking, Goverment Finance, serta Balance of Payments).

c. Pemenuhan Data Sesuai Komitmen Internasional

Dalam lingkup kerja sama internasional di bidang statistik, Bank Indonesia berperan aktif dalam koordinasi antara kementerian dan lembaga terkait pemenuhan berbagai rekomendasi G-20 Data Gap Initiatives (G20 DGI) fase 2 yang berakhir di tahun 2021.

Sehubungan dengan Presidensi Indonesia pada G20 di tahun 2022 dan inisiatif G20 New Data Gap Initiatives (New DGI), Bank Indonesia berkolaborasi dengan lembaga internasional seperti IMF, OECD, BIS, FSB, PBB, Italia sebagai Presidensi G20 pada tahun 2021, sekretariat G20 DGI, serta kementerian dan lembaga terkait seperti Kemenkeu, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Kominfo, BAPPENAS, OJK, dan Badan Pusat Statistik.

d. Pengembangan BI-ANTASENA

Bank Indonesia melakukan transformasi pengelolaan statistik dan data collection untuk mengantisipasi kebutuhan data yang semakin cepat dan meningkat di tengah perkembangan teknologi yang semakin pesat. Hal tersebut dilakukan melalui pengembangan Aplikasi Pelaporan Terintegrasi Berbasis Metadata Nasional (BI-ANTASENA) serta mengoptimalkan pemanfaatan Big Data Analytics untuk mempertajam perumusan bauran kebijakan.

BI-ANTASENA merupakan bagian dari integrasi pelaporan dari industri kepada otoritas. BI-ANTASENA ditujukan untuk mewujudkan mekanisme pelaporan yang lebih efisien agar mengurangi beban yang berlebihan bagi bank pelapor. BI-ANTASENA mengintegrasikan enam laporan bank

umum yang terdiri dari Laporan Harian Bank Umum (LHBU), Laporan Berkala Bank Umum Konvensional (LBBUK), Laporan Berkala Bank Umum Syariah (LBBUS), Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), Laporan Stabilitas Moneter dan Sistem Keuangan BUS UUS (LSMK BUS UUS), dan Laporan Kantor Pusat Bank Umum (LKPBU).

Pengembangan BI-ANTASENA yang berbasis metadata dan didukung oleh teknologi terkini diharapkan dapat mendukung terwujudnya satu data perbankan dan menghasilkan informasi yang konsisten dan berkualitas.

Implementasi BI-ANTASENA pada tahun 2021 berada pada tahap parallel run. Pada tahap ini, Bank Indonesia bersama OJK mendorong kesiapan bank dalam implementasi BI-ANTASENA dengan melaksanakan sosialisasi, coaching clinic, dan asistensi secara intensif kepada seluruh bank umum. Upaya persiapan implementasi BI-ANTASENA diperkuat dengan harmonisasi, kolaborasi dan komunikasi antara Bank Indonesia bersama OJK dalam Forum Koordinasi Pertukaran Informasi dan Sistem Pelaporan (FKPISP). Melalui kerja sama yang erat antarotoritas dan bank, BI-ANTASENA siap diimplementasikan secara penuh pada tahun 2022.

e. Pengelolaan Devisa Hasil Ekspor

Bank Indonesia melakukan pengawasan terhadap kewajiban penerimaan Devisa Hasil Ekspor (DHE). Pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia melalui Sistem Informasi Monitoring Devisa Terintegrasi Seketika (SiMoDIS) ditempuh untuk memastikan bahwa DHE telah diterima melalui bank devisa di dalam negeri. Perkembangan penerimaan DHE secara akumulatif selama tahun 2021 (Januari s.d Oktober 2021) mengalami kenaikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020 (Januari s.d Oktober 2020).

Secara nominal penerimaan DHE melalui bank dalam negeri naik dari 105,2 miliar dolar AS

devisa luar negeri mengalami kenaikan dari 4,3 miliar dolar AS menjadi 6,4 miliar dolar AS dengan proporsi penerimaan DHE oleh bank luar negeri sebesar 3,7%1.

Bank Indonesia senantiasa melakukan pengawasan pemenuhan ketentuan DHE oleh eksportir baik eksportir Non-SDA maupun eksportir SDA, dimana pada tahun 2021 terdapat lima eksportir Non-SDA yang dikenai Sanksi Penangguhan Pelayanan Ekspor (SPE) dan terdapat 66 eksportir SDA yang telah disampaikan hasil pengawasan untuk selanjutnya ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangan pengenaan sanksi oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). Sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia untuk memberikan perpanjangan waktu pembebasan SPE, sampai dengan akhir tahun 2021 terdapat tujuh eksportir Non-SDA telah diberikan pembebasan SPE.

3.5.4. Riset dan Jurnal Bank Indonesia

Pada tahun 2021, penguatan riset strategis Bank Indonesia dilakukan untuk mendukung inovasi kebijakan dan riset pembelajaran, serta mendukung pengembangan modul dan referensi pembelajaran. Tema riset Bank Indonesia pada tahun 2021 adalah “Sinergi Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional Menuju Negara Maju Inklusif”

dengan penguatan dua subtema baru, yaitu

“Menavigasi Digital Ekonomi dan Pandemi Covid-19”

dan “Green Economy”. Jumlah riset frontier yang disusun adalah 16 riset strategis frontier dengan tiga diantaranya dilaksanakan dalam skema research grant dan penulisan 3 manuskrip buku dengan topik geopolitik dan keuangan syariah. Pada triwulan IV 2021 telah diluncurkan empat buku riset/referensi ekonomi dan kebanksentralan dengan topik bauran kebijakan, ekonomi syariah, dan UMKM.

Penguatan publikasi riset peneliti Bank Indonesia di jurnal internasional terus dilakukan dengan hasil 19 publikasi riset di jurnal internasional terindeks

Bank Indonesia-Asian Development Bank Institute- Asia Pacific Applied Economics Association (BI-ADBI- APAEA).

Jurnal akademi yang dikelola oleh Bank Indonesia, yaitu BMEB dan JIMF, terus diperkuat. Pada tahun 2021, BMEB berhasil masuk dalam kuartil 2 SCOPUS yang merupakan capaian terbaik jurnal peer, sementara JIMF berhasil meraih akreditasi Sinta 2 dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan inisiasi untuk menyusun jurnal internasional di area kelembagaan dan hukum.

3.5.5. Layanan Informasi Publik

Akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan tugas Bank Indonesia salah satunya diterapkan melalui penyampaian informasi kepada masyarakat. Hal ini sejalan dengan Undang- Undang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP).

Bank Indonesia senantiasa hadir untuk memberikan pelayanan prima (service excellence) pada publik melalui layanan Contact Center Bank Indonesia Bicara (BI Bicara). Dalam menjaga komitmen untuk selalu memberikan pelayanan prima serta memperkuat komunikasi langsung kepada publik, BI Bicara telah memenuhi standar ISO 9001:2015 mengenai Manajemen Mutu Pemberian Pelayanan Publik dan menjadi contact center lembaga publik pertama di dunia yang tersertifikasi ISO tersebut.

Untuk tetap memberikan pelayanan yang prima kepada publik khususnya di tengah pandemi, Bank Indonesia menerapkan (i) aktivasi pelayanan ‘Agent Anywhere’ yang memungkinkan para agen BI Bicara untuk memberikan layanan informasi dari rumah (menerima dan merespons permohonan informasi melalui telepon, email, dan media sosial), (ii) aktivasi

‘Visitor Center Online’ dengan memberikan layanan konsultansi melalui aplikasi video call, serta (iii) meluncurkan chatbot LISA (Layanan Informasi Bank Indonesia) untuk melayani publik melalui kanal-kanal yang familiar dengan publik, seperti whatsapp, line messenger, dan facebook messenger, yang dapat diakses selama 24 jam.

Selama tahun 2021, pencapaian Stakeholders Satisfaction Index (SSI) BI Bicara adalah sebesar 86,09%, melebihi target 83%. Pencapaian SSI ini konsisten mengalami peningkatan sejak awal tahun 2021.

Dalam rangka mendukung Visi Bank Indonesia

“Menjadi bank sentral digital terdepan yang berkontribusi nyata terhadap perekonomian nasional dan terbaik di antara negara emerging market untuk Indonesia Maju”, BI Bicara secara rutin mengikuti berbagai ajang kompetisi, baik di tingkat nasional, regional, dan internasional. Pada tahun 2021, BI Bicara kembali meraih penghargaan dalam ajang Contact Center World 2020 Global Top Ranking Performers 15th Annual Next Generation Contact Center &

Customer Engagement Conference. BI Bicara meraih penghargaan 3 Emas, 2 Perak, dan 1 Perunggu.

Bank Indonesia juga mendapatkan penghargaan dalam acara Anugerah Humas Indonesia (AHI), sebagai berikut:

a. Emas – Kategori Pelayanan Informasi Publik sub kategori Website.

b. Emas – Kategori Pelayanan Informasi Publik sub kategori Ruang Pelayananan Informasi Publik.

c. Perak – Kategori PPID Terbaik sub kategori Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Utama.

d. Perunggu – Kategori Pelayanan Informasi Publik sub kategori Aplikasi.

Keikutsertaan BI Bicara sebagai perwakilan dari Bank Indonesia dalam ajang tahunan lomba contact center se-Indonesia atau The Best Contact Center Indonesia (TBCCI) 2021 yang diselenggarakan oleh Indonesia Contact Center Association (ICCA) membuahkan hasil yang sangat baik. BI Bicara berhasil menempati posisi runner up 2nd atau peringkat ke-3 dalam ajang The Best Contact Center Indonesia 2021. Adapun detail perolehan penghargaan sebagai berikut:

a. Kategori Program Korporat, mendapatkan 2 platinum, 1 gold dan 3 silver;

b. Kategori Teamwork, berhasil meraih 2 platinum dan 2 bronze; dan

c. Kategori Individu, BI Bicara meraih 3 platinum, 1 gold, 4 silver dan 4 bronze.

Penghargaan yang telah diraih oleh BI Bicara diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan publik (public trust) terhadap eksistensi maupun kualitas pelayanan informasi publik Bank Indonesia.

Wujud implementasi keterbukaan informasi publik tercermin dari pencapaian Bank Indonesia sebagai “Badan Publik Informatif” pada tahun 2021 dengan total nilai akhir 95,75. Kualifikasi “Badan Publik Informatif” ini merupakan kualifikasi tertinggi dalam penganugerahan keterbukaan informasi publik di Indonesia.

3.5.6. Komunikasi Kebijakan

Komunikasi Bank Indonesia merupakan suatu instrumen untuk mengarahkan ekspektasi, meningkatkan kepastian, dan memberikan pemahaman kepada stakeholders atas kebijakan yang ditempuh dalam mencapai sasaran. Pada tahun 2021, Bank Indonesia secara tematik dan terprogram senantiasa menyampaikan komunikasi mengenai (i) langkah bauran kebijakan Bank Indonesia terkait kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran yang akomodatif untuk mendukung PEN serta (ii) koordinasi erat Bank Indonesia dengan Pemerintah dan otoritas lainnya. Selain itu, komunikasi Bank Indonesia juga turut mencakup beberapa topik kebijakan yang mengemuka di tahun 2021, antara lain (i) pengembangan pasar uang, (ii) dukungan Bank Indonesia dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah serta pengembangan UMKM, dan (iii) kerja sama internasional dalam mendukung stabilitas perekonomian.

Penguatan pesan ditempuh melalui berbagai kanal Bank Indonesia, baik secara tidak langsung (above the line) maupun langsung (below the line). Pada kanal above the line, komunikasi dilakukan melalui website dan media sosial Bank Indonesia. Selama tahun 2021, website Bank Indonesia dikunjungi oleh 5.243.437 pengguna.

Sementara itu, topik di tahun 2021 yang memiliki engagement cukup tinggi antara lain mengenai

Syariah (Eksyar), (iii) rangkaian kegiatan Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2021, (iv) Digital Rupiah, dan (v) edukasi Cinta-Bangga-Paham Rupiah. Berbagai kegiatan aktivasi publik juga diselenggarakan untuk mendukung penguatan pesan komunikasi serta meningkatkan literasi publik, antara lain (i) BI-Netifest, (ii) Bank Indonesia Ngobrol dengan Komunitas (BINGO), serta (iii) Festival Edukasi Bank Indonesia atau FesKaBI (sebelumnya dikenal sebagai BI Goes to Campus).

Upaya lainnya dalam meningkatkan literasi publik adalah komitmen Museum Bank Indonesia untuk senantiasa hadir dalam memberikan layanan informasi kepada masyarakat. Untuk memenuhi antusiasme masyarakat yang ingin berkunjung selama masa pandemi, Museum Bank Indonesia memberikan layanan kunjungan virtual sehingga memudahkan masyarakat dalam mempelajari dan memahami perjalanan Bank Indonesia dari waktu ke waktu. Total kunjungan ke Museum Bank Indonesia pada tahun 2021 adalah 122 kunjungan secara daring dengan total peserta sebanyak 7.677 orang.

Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan tugasnya, Bank Indonesia senantiasa melakukan koordinasi dengan stakeholders utama. Hal ini bertujuan untuk (i) mengomunikasikan kebijakan dan isu strategis terkait perkembangan ekonomi, serta upaya Bank Indonesia dalam pemulihan ekonomi nasional, dan (ii) memperoleh masukan, baik dari Anggota Parlemen maupun Alat Kelengkapan Parlemen. Pada tahun 2021, Bank Indonesia telah melaksanakan kegiatan bersama dengan Komisi XI DPR-RI secara daring dan luring yang terdiri atas (i) rapat kerja (raker) dengan Komisi XI DPR-RI, (ii) focus group discussion (FGD) tematik dengan anggota Komisi XI DPR-RI, (iii) kunjungan kerja (kunker) Anggota Komisi XI DPR- RI, dan (iv) FGD topikal dengan Alat Kelengkapan Parlemen. Bank Indonesia juga telah mengundang Anggota Parlemen dan Alat Kelengkapan Parlemen dalam berbagai kegiatan aktivasi publik yang diinisiasi oleh Bank Indonesia, antara lain kegiatan KKI 2021, rangkaian kegiatan ISEF, Event Seru Sriwijaya,

Komunikasi yang terjaga antara Bank Indonesia dengan stakeholders utama berdampak pada pemahaman dan dukungan yang baik terhadap kebijakan Bank Indonesia. Anggota Parlemen dan Alat Kelengkapan Parlemen juga memberikan masukan terhadap beberapa kebijakan yang telah ditempuh, sehingga akan memperkaya pertimbangan Bank Indonesia dalam menerbitkan kebijakan untuk kesejahteraan masyarakat dalam pemulihan ekonomi nasional. Melanjutkan program komunikasi di tahun 2021, fokus komunikasi Bank Indonesia di tahun 2022 adalah kembali untuk memberikan guidance kepada stakeholders di tengah situasi pemulihan perekonomian.

3.5.7. Koordinasi dengan Pemerintah, Otoritas, dan Lembaga Terkait

3.5.7.1. Koordinasi dalam upaya pengendalian inflasi melalui TPI dan TPID

Bank Indonesia memperkuat sinergi dan koordinasi bersama dengan Pemerintah dan instansi terkait dalam upaya pengendalian inflasi baik di tingkat pusat maupun daerah.

Hal ini dilakukan guna menjaga inflasi tahun 2021 sesuai dengan kisaran targetnya sebesar 3,0±1%. Berbagai upaya koordinasi terus dilakukan oleh Bank Indonesia dan Pemerintah dalam pengendalian inflasi.

Pada tahun 2021, koordinasi dilakukan diantaranya melalui high level meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP). HLM bertujuan untuk membahas akuntabilitas pencapaian inflasi 2020, prospek inflasi 2021, usulan sasaran inflasi 2022-2024, dan strategi memperkuat pengendalian inflasi ke depan. HLM TPIP menyepakati lima langkah strategis untuk menjaga inflasi dalam kisaran sasaran 3,0%±1% pada tahun 2021 yang mencakup (i) menjaga inflasi kelompok bahan pangan bergejolak (volatile food) dalam kisaran 3,0% - 5,0%, (ii) memperkuat koordinasi Pemerintah Pusat dan Daerah melalui penyelenggaraan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi 2021, (iii) memperkuat sinergi antar kementerian/lembaga dengan dukungan Pemerintah Daerah dalam rangka menyukseskan program kerja TPIP 2021, (iv) memperkuat ketahanan pangan nasional dengan meningkatkan produksi dan menjaga kelancaran distribusi, dan (v) menjaga ketersediaan Cadangan

Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi tahun 2021 mengangkat tema “Mendorong Peningkatan Peran UMKM Pangan melalui Optimalisasi Digitalisasi untuk Mendukung Pemulihan Ekonomi dan Stabilitas Harga Pangan”.

Beras Pemerintah (CBP) dalam rangka program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) untuk mendukung pelaksanaan PPKM. HLM TPIP juga menyepakati sasaran inflasi tahun 2022, 2023, dan 2024 masing-masing sebesar 3,0%±1%, 3,0%±1%, dan 2,5%±1%.

Koordinasi juga dilakukan melalui penyelenggaraan Rakornas Pengendalian Inflasi.

Penyelenggaraan Rakornas Pengendalian Inflasi pada tahun 2021 menjadi semakin strategis karena upaya stabilisasi harga yang ditempuh perlu disertai langkah konkret untuk meningkatkan produktivitas dan peran UMKM pangan, yang memiliki peran penting dalam pemulihan ekonomi nasional. Dalam kaitan itu, Rakornas Pengendalian Inflasi tahun 2021 mengambil tema “Mendorong Peningkatan Peran UMKM Pangan Melalui Optimalisasi Digitalisasi untuk Mendukung Pemulihan Ekonomi dan Stabilitas Harga Pangan”.

Dalam rangka menjaga stabilitas inflasi di daerah, Bank Indonesia melalui KPwDN, aktif berperan dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Salah satu program strategis Bank Indonesia melalui TPID adalah mendorong sinergi Kerjasama Antar Daerah (KAD) komoditas pangan bersama Pemerintah Daerah. Surplus defisit pangan daerah menjadi dasar kolaborasi antar TPID. Melalui KAD, diharapkan gejolak harga pangan di daerah yang defisit dapat dimitigasi sehingga tidak menyebabkan inflasi yang berlebih. Bagi daerah yang surplus, KAD merupakan bentuk perluasan pasar komoditas unggulannya. Hingga tahun 2021, tercatat lebih dari 50 KAD yang dinisiasi oleh TPID di seluruh Indonesia.

Komoditas pangan yang dikerjasamakan merupakan penyumbang utama inflasi di daerah, antara lain (i) bawang merah, (ii) beras, (iii) cabai merah, (iv) cabai rawit, dan (v) telur ayam ras. Dukungan Bank Indonesia dalam KAD dilakukan melalui sejumlah inisiatif, antara lain (i) pemberian kajian dan rekomendasi komoditas utama penyumbang inflasi di daerah, (ii) sosialisasi kepada Pemda/stakeholders terkait KAD, (iii) fasilitasi pemda untuk penjajakan KAD dengan daerah mitra, serta (iv) pelaksanaan

3.5.7.2. Koordinasi Kebijakan,

Harmonisasi Ketentuan dan Edukasi

Dalam dokumen Dokumen Tentang Laporan Tahunan 2021 (Halaman 87-93)