• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Perilaku Nyeri Neuropatik

masa penelitian. Prosedur eksperimental ini dapat menunjukkan gejala alodinia dengan stimulasi filamen von Frey dan hiperalgesia termal dan mekanis, gejala dapat berlangsung lebih dari 7 bulan. model binatang juga akan menunjukkan gejala nyeri spontan seperti gejala menjaga dan menjilat cakar ditempat perlukaan (Wang

& Wang, 2003).

2.7.3 Model L5/L6 spinal nerve ligation (SNL)

Kim dan Chung pertama kali melaporkan pada tahun 1992 model lain eksperimen mononeuropati yang mensimulasikan kausalgia pada manusia. Pada model ini, nervus spinalis L5 dan L6 secara unilateral diikat secara ketat pada daerah distal ganglion kornu dorsalis (gambar 2.11).

Alodinia dan hiperalgesia muncul secara cepat setelah pengikatan dan berlangsung selama lebih dari 4 bulan. Gejala perilaku nyeri neuropatik akan muncul tanpa diikuti gejala autonomi. Jika dibandingkan dengan CCI dan PSL, tempat pengikatan lebih konsisten dan juga mampu memisahkan segmen spinalis yang mengalami perlukaan dan yang intak. SNL di lain pihak membutuhkan prosedur operasi yang lebih ekstensif dari model lainnya. (Wang & Wang, 2003).

nyeri neuropatik hewan coba (Wang&Wang, 2003). Penilaian perilaku nyeri neuropatik dapat dilihat pada tabel 2.4 (Wang&Wang, 2003).

Tabel 2.4

Penilaian perilaku nyeri kronis Nyeri spontan

Postur

Menghindari berat tubuh pada sisi yang mengalami cedera Gaya jalan

Pincang pada anggota tubuh yang terkena Tanda Nosifensif

Menjilat cakar

Perilaku eksploratif berlebih

Menjaga anggota tubuh yang terkena Autonomi

Mutilasi diri sendiri dan menyerang area yang mengalami denervasi Alodinia

Alodinia taktil (contoh filamen von Frey) Alodinia dingin

Hiperalgesia

Hiperalgesia termal

Radiant Heat Test (contoh tes Hargreaves's) hot plate

Hiperalgesia mekanik

(contoh Randall-Selito paw pressure device dan Filamen von Frey)

Penentuan adanya nyeri neuropatik pada hewan dinilai dengan evoked pain.

Penilaian evoked pain hewan coba yang diinduksi nyeri neuropatik dengan cara diberikan stimulus mekanik maupun suhu pada area denervasi. Tanda tingkah laku yang dihasilkan dari hipersensitivitas stimulus ini telah banyak diteliti pada model nyeri neuropatik hewan coba (Wang&Wang, 2003).

Hipersensitifitas mekanik atau mechanical hyperalgesia-like behaviour biasanya dinilai dengan filamen von Frey, yang dinilai adalah besarnya tekanan yang diperlukan untuk dapat merangsang penarikan kaki hewan coba. Sedangkan pada hipersensitivitas terhadap termal (thermal hyperalgesia-like behaviour dan

cold allodynia-like behaviour) biasanya diukur dengan menilai waktu laten yang diperlukan untuk penarikan kaki dan durasi reaksi terhadap stimulus hewan coba setelah diberikan rangsangan panas maupun dingin (Decosterd & Berta, 2009;

Persson, 2009).

Mechanical hyperalgesia-like behaviour dapat juga ditimbulkan dengan tes tusuk jarum (pinprick test). Pada hewan coba normal, tes ini akan merangsang refleks penarikan yang cepat dan kecil (small brisk withdrawal reflex) sedangkan pada model hewan coba nyeri neuropatik akan membangkitkan respon abnormal.

Cold allodynia-like behaviour dapat dinilai dengan meletakkan aseton pada daerah yang diinginkan pada tubuh hewan coba, tipe dan durasi respon yang ditimbulkan digunakan sebagai skor cold allodynia. Cara lain yang juga sering digunakan adalah dengan menggunakan lantai metal yang dingin sehingga mencapai suhu yang merangsang hewan coba (Decosterd & Berta, 2009).

Evoked pain juga dapat dinilai dengan tingkah laku alodinia dengan menggunakan monofilamen von Frey (Bennett, 2001). Monofilamen dapat diletakkan pada berbagai tempat pada tubuh hewan coba, yang dinilai adalah waktu yang diperlukan oleh hewan coba untuk memberikan respon seperti penarikan, pergerakan dan vokalisasi (Decosterd & Berta, 2009).

Perangkat filamen von Frey terdiri dari nilon monofilamen dengan diameter yang berbeda (dikenal dengan serial Semmes-Weinstein) yang menentukan kekuatan alat jika ditekan ke kulit hewan coba. Serial Semmes-Weinstein terdiri dari 20 filamen dengan karakteristik berbeda. Label yang terdapat di filamen menunjukkan kekuatan dalam unit log10 0,1 mg, dimana filamen akan membengkok

ketika ditekan ke kulit hewan coba. Kekuatan (tekanan) yang dihasilkan saat filamen membengkok ketika ditekan dengan pan balance. Nilai yang diberikan di sini berupa nominal dan akan berubah sesuai dengan kelembaban (Bennette et al., 2003).

Beberapa kriteria dari filamen von Frey yaitu: a) Nilon monofilamen bersifat hidrofilik sehingga akan dipengaruhi oleh kelembaban, sehingga sebaiknya penilaian terhadap hewan coba dilakukan pada hari yang sama dengan kelompok yang ingin dibandingkan, selain itu kelembaban udara sebaiknya diukur ketika hendak melakukan pengukuran atau dilakukan kalibrasi terlebih dahulu dengan menekan filamen pada pan balance. b) Perlu diperhatikan apakah ujung monofilamen sumbing atau terdapat kerusakan oleh karena itu dapat dilakukan pemotongan. c) Monofilamen ordinal 18 sampai 20 biasanya tidak digunakan karena terlalu kaku sedangkan ordinal 1 sampai 3 sangat lemah sehingga hewan coba model alodinia jarang memberi respon. Pada penelitian hewan coba biasanya digunakan filamen von Frey nomor 4 sampai 17 (Bennette et al., 2003).

83 3.1  Kerangka Berfikir

Nyeri neuropatik dapat diakibatkan oleh berbagai macam penyebab. Salah satunya adalah cedera saraf tepi. Nyeri neuropatik merupakan manifestasi adanya plastisitas neural yang dapat disebabkan oleh proses sensitisasi perifer atau sensitisasi sentral yang menyebabkan terbentuk dan terpeliharanya nyeri neuropatik.

Penelitian pada model binatang menunjukkan proses sensitisasi perifer melibatkan aktivasi nosiseptor saraf perifer dan sel glia dalam ganglion radiks dorsalis dan perubahan fenotipik pada neuron sensoris primer. Cedera saraf akan memicu berbagai proses seperti inflamasi, stres oksidatif dan aktivasi sel-sel glia yang apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan kondisi nyeri neuropatik. Akibat cedera saraf akan terjadi pembentukan ROS, NOS dan radikal bebas yang memicu stres oksidatif yang menyebabkan kerusakan DNA, protein dan lipid. Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak jenuh (asam linoleat, linolenat, arakidonat) sangat rawan terhadap serangan radikal hidroksil, yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai peroksidasi lipid. Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel, antara lain berbagai macam aldehid seperti MDA. Adanya peningkatan kadar MDA merupakan salah satu marker terjadinya stres oksidatif.

Pada hari pertama setelah terjadi cedera saraf akan terjadi aktivasi dan peningkatan mikroglia pada area yang mengalami denervasi, puncaknya pada hari ketiga pasca lesi dan kembali normal pada hari ke-8. Pasca aktivasi mikroglia, selanjutnya astrosit akan teraktivasi, puncaknya pada hari ke-4, dan tetap aktif sampai sekitar 2 minggu. Selain sitokin, sel glial teraktivasi juga melepaskan NO dan produk COX seperti PGE2. Keduanya berperan sebagai induktor poten pada nyeri neuropatik. Akibat kerusakan selubung myelin maupun akson akan terjadi peningkatan pelepasan ATP ekstraseluler. ATP ekstraseluler akan mengaktivasi mikroglia. Mikroglia yang teraktivasi menunjukkan peningkatan ekspresi dari reseptor P2X4 dan P2X7 pasca cedera saraf tepi. Upregulasi ekspresi reseptor P2X4 mikroglia melibatkan sinyal oleh fibronektin dan CCL21 yang pada akhirnya menyebabkan kenaikan kadar kalsium intraseluler dan aktivasi kaskade p38 MAPK. Aktivasi reseptor P2X4 menyebabkan pelepasan faktor disfussible bioactive seperti BDNF. BDNF menyebabkan peningkatan pelepasan neurotransmiter glutamat, penurunan GABA dan glisin, penghambatan pelepasan klorida intraseluler sehingga terjadi proses hipereksitabilitas yang bertanggungjawab terhadap kejadian nyeri neuropatik.

Pemberian Antosianin menghambat peroksidasi lipid dan jalur siklooksigenase (yang berperanan pada proses inflamasi) yang pada akhirnya dapat mencegah bertambahnya mikroglia yang teraktivasi yang berakibat proses modulasi nyeri terhambat sehingga perilaku nyeri neuropatik dapat ditekan (Gambar 3.1).

Gambar 3.1

Kerangka berfikir penelitian Cedera Saraf

Aktivasi Nosiseptor

Peningkatan ekspresi reseptor P2X4 dan P2X7

Peningkatan PGE2 Peningkatan

MDA

Peningkatan Kalsium Intraseluler

Peningkatan BDNF

Aktivasi P38MAPK Pelepasan

Sitokin

Hipereksitabilitas Peningkatan pelepasan

glutamat

Nyeri Neuropatik

Peningkatan ATP Ekstraseluler Kerusakan myelin

                     Merangsang                        Menghambat   Penurunan GABA

dan glisin stres oksidatif inflamasi

Peningkatan metabolisme asam

arakidonat Peningkatan

peroksidasi lipid

ANTOSIANIN