• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Kadar MDA Serum, PGE2 Saraf Tepi, Reseptor P2X4 Mikroglia dan Perilaku Nyeri Neuropatik pada Kedua Kelompok

Dalam dokumen Scanned with CamScanner - Universitas Udayana (Halaman 128-150)

Gambar 5.3

Pengambilan jaringan medula spinalis dengan metode ekstrusi hidrolik

5.2 Perbedaan Kadar MDA Serum, PGE2 Saraf Tepi, Reseptor P2X4 Mikroglia

Hasil uji normalitas data variabel kadar MDA, PGE2 dan ekspresi reseptor P2X4 mikrogliapada kelompok perlakuan dan kontrol disajikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1

Normalitas kadar MDA, PGE2 dan ekspresi reseptor P2X4 mikroglia Variabel Status subyek

penelitian

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

Kadar MDA Perlakuan 0.969 16 0.819*

Kontrol 0.936 16 0.300*

Kadar PGE2 Perlakuan 0.915 16 0.139*

Kontrol 0.939 16 0.342*

Ekspresi Reseptor P2X4

Perlakuan 0.934 16 0.283*

Kontrol 0.934 16 0.279*

MDA: malondialdehyde; PGE2: Prostaglandin E2; Sig: significant;*berdistribusi normal pada p>0,05

Pada Tabel 5.1 ditampilkan uji normalitas variabel berskala numerik. Data kadar MDA serum baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol menunjukkan distribusi data normal. Kadar PGE2 dan ekspresi reseptor P2X4 pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol juga menunjukkan distribusi data normal (p>0.05).

5.2.1 Perbedaan kadar MDA serum pada kedua kelompok

Untuk mengetahui perbedaan efek perlakuan terhadap marker stres oksidatif yaitu MDA setelah 28 hari pengamatan antara subyek yang diberikan terapi ekstrak air umbi ubi jalar ungu dengan subyek yang tidak mendapatkan terapi ekstrak air umbi ubi jalar ungu (kontrol) dilakukan analisis statistik menggunakan uji parametrik yaitu independent t test karena data kadar MDA pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol berdistribusi normal.

Hasil uji analisis statistik perbedaan kadar MDA serum pada kedua kelompok setelah pengamatan disajikan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2

Perbedaan kadar MDA serum pada kedua kelompok setelah pengamatan Kadar MDA Serum (µmol)

IK 95%

(Min-Maks) Kelompok n Rerata±SD Rentang p

(Min-Maks)

Beda Rerata Perlakuan 16 0,291±0,046 0,206-0,365

0,102 0,065-0,140 <0,001*

Kontrol 16 0,394±0,057 0,325-0,515

MDA: malondialdehyde; SD: standard deviation; IK: interval kepercayaan; Min: minimum;

Maks: Maksimum; *signifikan pada p<0,05

Pada Tabel 5.2 dapat dilihat hasil analisis perbedaan rerata kadar MDA serum pada kedua kelompok. Pada kelompok perlakuan diperoleh rerata kadar MDA serum adalah 0,291±0,046 µmol lebih rendah dari pada kelompok kontrol yaitu 0,394±0,057 µmol/l. Terdapat perbedaan rerata kadar MDA sebesar 0,102 µmol yang signifikan pada kedua kelompok (p<0,001).

Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak air umbi ubi jalar ungu menyebabkan stres oksidatif pada kelompok perlakuan lebih rendah dibanding kelompok kontrol pasca cedera saraf tepi.

5.2.2 Perbedaan kadar PGE2 saraf tepi pada kedua kelompok

Untuk mengetahui efek perlakuan terhadap marker inflamasi yaitu PGE2 pada saraf tepi yang diligasi setelah 28 hari pengamatan antara subyek yang diberikan terapi ekstrak air umbi ubi jalar ungu dengan subyek yang tidak mendapatkan terapi ekstrak

air umbi ubi jalar ungu (kontrol) dilakukan analisis statistik menggunakan uji parametrik yaitu independent t test karena data kadar PGE2 pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol berdistribusi normal.

Hasil uji analisis statistik perbedaan kadar PGE2 pada kedua kelompok setelah pengamatan disajikan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3

Perbedaan kadar PGE2 saraf tepi pada kedua kelompok setelah pengamatan Kadar PGE2 saraf tepi (ng/ml)

IK 95%

(Min-Maks) Kelompok n Rerata±SD Rentang p

(Min-Maks) Beda Rerata Perlakuan 16 0,342±0,096 0,141-0,466

0,089 0,031-0,147 0,004*

Kontrol 16 0,431±0,061 0,278-0,528

PGE2: Prostaglandin E2; SD: standard deviation; IK: interval kepercayaan; Min: minimum;

Maks: Maksimum; *signifikan pada p<0,05

Pada Tabel 5.3 dapat dilihat kadar PGE2 pada saraf tepi yang diligasi pada kedua kelompok. Pada kelompok Perlakuan diperoleh rerata kadar PGE2 adalah 0,342±0,096 ng/ml lebih rendah dari pada kelompok kontrol yaitu 0,431±0,061 ng/ml.

Terdapat perbedaan rerata 0,089 ng/ml yang signifikan pada kedua kelompok (p=0,004).

Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak air umbi ubi jalar ungu menyebabkan derajat inflamasi pada kelompok perlakuan lebih rendah dibanding kelompok kontrol pasca cedera saraf tepi.

5.2.3 Perbedaan ekspresi reseptor P2X4 mikroglia pada kedua kelompok

Visualisasi protein reseptor P2X4 dideteksi dengan antibodi reseptor P2X4 pada medulla spinalis L5 dengan analisis imunofloresen menggunakan mikroskop menunjukkan ekspresi reseptor P2X4 mikroglia lebih banyak pada sisi ipsilateral dibanding kontralateral nervus iskhiadikus yang diligasi (Gambar 5.4).

Gambar 5.4

Ekspresi reseptor P2X4 mikroglia pada medula spinalis L5 lebih banyak pada sisi ipsilateral dibanding kontralateral nervus iskhiadikus yang diligasi.

Visualisasi pada kelompok kontrol (K9) (Pembesaran 40x)

Perbedaan visualisasi ekspresi reseptor P2X4 mikroglia pada kedua kelompok dilakukan dengan menghitung jumlah reseptor P2X4 yang tervisualisasi pada pembesaran 400x menggunakan mikroskop imunofloresen. Hasil pemeriksaan

menunjukkan perbedaan ekspresi reseptor P2X4 mikroglia antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol (Gambar 5.5).

A B

Gambar 5.5

Visualisasi protein reseptor P2X4 mikroglia pada kedua kelompok. (A) Kelompok perlakuan (P15) hanya terdapat 3 sel mikroglia yang mengekspresikan reseptor P2X4

pada permukaannya, (B) kelompok kontrol (K1) terdapat 14 sel mikroglia yang mengekspresikan reseptor P2X4 pada permukaannya (pembesaran 400x)

Untuk mengetahui perbedaan efek perlakuan terhadap ekspresi reseptor P2X4 mikroglia setelah 28 hari pengamatan antara subyek yang diberikan terapi ekstrak air umbi ubi jalar ungu dengan subyek yang tidak mendapatkan terapi ekstrak air umbi ubi jalar ungu (kontrol) digunakan analisis uji parametrik yaitu independent t test karena data pada kedua kelompok berdistribusi normal.

Hasil uji analisis statistik perbedaan ekspresi reseptor P2X4 mikroglia pada kedua kelompok setelah pengamatan disajikan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4

Perbedaan ekspresi reseptor P2X4 mikroglia pada kedua kelompok setelah pengamatan

Ekspresi reseptor P2X4 Mikroglia (sel/lp)

IK 95%

(Min-Maks) Kelompok n Rerata±SD Rentang p

(Min-Maks)

Beda Rerata Perlakuan 16 8,50±2,56 3-12

10,53 8.27-12.85 <0,001*

Kontrol 16 19,06±3,66 14-25

lp: lapangan pandang; SD: standard deviation; IK: interval kepercayaan; Min: minimum;

Maks: Maksimum; *signifikan pada p<0,05

Pada Tabel 5.4 dapat dilihat ekspresi reseptor P2X4 mikroglia pada kedua kelompok. Pada kelompok perlakuan diperoleh rerata ekspresi reseptor P2X4 mikroglia adalah 8,50±2,56 sel/lp lebih rendah dari pada kelompok kontrol yaitu 19,06±3,66 sel/lp. Terdapat perbedaan rerata ekspresi reseptor P2X4 mikroglia yang signifikan sebesar 10,53 sel/lp pada kedua kelompok (p<0,001).

Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak air umbi ubi jalar ungu menyebabkan mikroglia yang teraktivasi pada kelompok perlakuan lebih rendah dibanding kelompok kontrol pasca cedera saraf tepi.

5.2.4 Perbedaan perilaku nyeri neuropatik pada kedua kelompok

Perilaku nyeri neuropatik pasca cedera saraf tepi dinilai berdasarkan 3 perilaku yaitu: a) alodinia mekanik; b) hiperalgesia panas; dan c) Alodinia dingin.

Uji normalitas data perilaku nyeri neuropatik ditampilkan pada Tabel 5.2 pada lampiran 10. Dapat dilihat seluruh data variabel alodinia mekanik baik pada kelompok perlakuan maupun kontrol menunjukkan distribusi data tidak normal (p<0,05), sedangkan data variabel hiperalgesia panas dan alodinia dingin pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan distribusi data yang normal (p>0,05).

5.2.4.1 Perilaku alodinia mekanik pada kedua kelompok

Untuk mengetahui perilaku alodinia mekanik pada kedua kelompok dilakukan dengan uji monofilamen von Frey (Gambar 5.6).

Gambar 5.6

Perilaku alodinia mekanik dengan uji monofilamen von Frey

Pengamatan terhadap perilaku alodinia mekanik dilakukan pada saat sebelum operasi, hari 1,7,14,21 dan 28 setelah operasi. Dari hasil uji normalitas data menunjukkan data variabel alodinia mekanik tidak berdistribusi normal sehingga untuk uji bivariat digunakan uji non parametrik yaitu Mann-Withney test. Hasil analisis bivariat pada kedua kelompok disajikan pada Tabel 5.5 dan Gambar 5.7.

Tabel 5.5.

Perbedaan perilaku alodinia mekanik pada kedua kelompok Waktu

Pengamatan

Ukuran monofilament (gram)

Median (Min-Maks) p

Perlakuan Kontrol

Sebelum CCI 26 26 1,000

Pasca CCI Hari ke-1 26(15-26) 26(15-26) 0,453

Pasca CCI Hari ke-7 15(15-26) 10(8-15) <0,001*

Pasca CCI Hari ke-14 15(10-15) 10(8-10) <0,001*

Pasca CCI Hari ke-21 10(10-15) 8(8-10) <0,001*

Pasca CCI Hari ke-28 10(10-15) 6(6-8) <0,001*

CCI: Chronic Constriction Injury; min: minimum; maks: maksimum; *signifikan pada p<0,05

Pada Tabel 5.5 dapat dilihat perilaku alodinia mekanik pada kedua kelompok.

Sebelum dan hari pertama setelah CCI diperoleh median ukuran monofilament von Frey tidak menunjukkan perbedaan signifikan pada kedua kelompok (p>0,05).

Hari ke-7 pasca CCI, pada kelompok perlakuan diperoleh perilaku alodinia mekanik lebih ringan yang ditandai dengan median ukuran monofilamen von Frey yang

lebih besar dibanding kelompok kontrol (15 gram vs 10 gram) dan perbedaan ini bermakna secara statistik (p<0,001).

Pada hari ke-14 juga diperoleh median ukuran monofilamen von frey pada kelompok perlakuan secara signifikan lebih besar dibanding kelompok kontrol (15 gram vs 10 gram) perbedaan ini bermakna secara statistik (p<0,001).

Pada hari ke-21 diperoleh median ukuran monofilamen von Frey pada kelompok perlakuan secara signifikan lebih besar dibanding kelompok kontrol (10 gram vs 8 gram) perbedaan ini bermakna secara statistik (p<0,005).

Pada hari ke-28 juga diperoleh median ukuran monofilamen von frey pada kelompok perlakuan secara signifikan lebih besar dibanding kelompok kontrol (10 gram vs 6 gram) perbedaan ini bermakna secara statistik (p<0,001).

Gambar 5.7

Perbedaan perilaku alodinia mekanik pada kedua kelompok.

0 5 10 15 20 25 30

0 1 7 14 21 28

Ambang  penarikan  kaki  (gram)

Hari  Pasca  CCI

Perlakuan Kontrol

*p<0,001

Berdasarkan Gambar 5.7 dapat dilihat median ukuran monofilamen von Frey sebelum dan hari-1 setelah tindakan CCI tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok.

Pada hari ke-7 pasca tindakan median ukuran monofilamen pada kedua kelompok sama-sama mengalami penurunan, dimana median ukuran monofilament pada kelompok perlakuan secara signifikan lebih besar dibanding kontrol. Hal ini berlanjut sampai hari ke-14 (p<0,001).

Pada hari ke-21, penurunan median ukuran monofilamen masih terjadi pada kedua kelompok dengan perbedaan yang signifikan meskipun perbedaan penurunan rerata ukuran ini tidak sebesar hari ke-7 dan hari ke-14 (p<0,05).

Pada hari ke-28, tidak dijumpai lagi penurunan median ukuran monofilamen pada kelompok perlakuan, sedangkan pada kelompok kontrol masih dijumpai penurunan median ukuran monofilamen dan perbedaan ini signifikan secara statistik (p<0,001).

Hasil ini menunjukkan bahwa perilaku alodinia mekanik telah teramati sejak hari ke-7 dan tetap berlangsung sampai hari ke-28 pasca CCI. Pemberian ekstrak air umbi ubi jalar ungu terbukti menyebabkan perilaku alodinia mekanik lebih ringan yang ditandai dengan median ukuran monofilamen lebih besar dibanding kontrol.

5.2.4.2 Perbedaan perilaku hiperalgesia panas pada kedua kelompok

Untuk mengetahui perbedaan perilaku hiperalgesia panas pada kedua kelompok dilakukan uji lempeng panas (hot plate) (Gambar 5.8).

Gambar 5.8

Perilaku hiperalgesia panas dengan tes hotplate

Pengamatan terhadap perilaku hiperalgesia panas dilakukan pada saat sebelum operasi, hari 1,7,14,21 dan 28 setelah operasi. Hasil analisis disajikan pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6

Perbedaan perilaku hiperalgesia panas pada kedua kelompok Waktu

Pengamatan

Waktu Penarikan kaki (detik)

Rerata±SD p

Perlakuan Kontrol

Sebelum CCI 12,46±0,12 12,46±0,11 0,130

Pasca CCI Hari ke-1 10,42±0,14 10,32±0,17 0,067 Pasca CCI Hari ke-7 8,21±0,22 6,54±0,10 <0,001*

Pasca CCI Hari ke-14 7,13±0,12 4,52±0,13 <0,001*

Pasca CCI Hari ke-21 6,60±0,11 3,39±0,13 <0,001*

Pasca CCI Hari ke-28 8,39±0,12 4,23±0,16 <0,001*

CCI: Chronic Constriction Injury; SD: Standard deviation; *signifikan pada p<0,05

Pada Tabel 5.6 dapat dilihat perilaku hiperalgesia panas pada kedua kelompok.

Sebelum dan hari ke-1 pasca CCI diperoleh rerata waktu penarikan kaki tidak menunjukkan perbedaan signifikan pada kedua kelompok (p>0,05).

Hari ke-7 pasca CCI, pada kelompok perlakuan diperoleh hiperalgesia panas lebih ringan yang ditandai dengan rerata waktu penarikan kakiyang lebih besar dibanding kelompok kontrol (8,21±0,22 vs 6,54±0,10 detik) dan perbedaan ini bermakna secara statistik (p<0,001).

Pada hari ke-14 juga diperoleh rerata waktu penarikan kakipada kelompok perlakuan secara signifikan lebih besar dibanding kelompok kontrol (7,13±0,12 vs 4,52±0,13 detik) perbedaan ini bermakna secara statistik (p<0,001).

Pada hari ke-21 diperoleh rerata waktu penarikan kaki pada kelompok perlakuan secara signifikan lebih besar dibanding kelompok kontrol (6,60±0,11 vs 3,39±0,13 detik) perbedaan ini bermakna secara statistik (p<0,005).

Pada hari ke-28 juga diperoleh rerata waktu penarikan kakipada kelompok perlakuan secara signifikan lebih besar dibanding kelompok kontrol (8,39±0,12 vs 4,23±0,16 detik) perbedaan ini bermakna secara statistik (p<0,001).

Gambar 5.9.

Perbedaan perilaku hiperlagesia panas pada kedua kelompok.

Berdasarkan Gambar 5.9 rerata waktu penarikan kaki sebelum operasi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok. Pada hari-1 setelah tindakan CCI terjadi penurunan rerata waktu penarikan kaki pada kedua kelompok meski penurunan ini tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok.

Pada hari ke-7 pasca tindakan rerata waktu penarikan kaki pada kedua kelompok kembali sama-sama mengalami penurunan, dimana rerata waktu penarikan kaki pada kelompok perlakuan secara signifikan lebih besar dibanding kontrol. Hal ini berlanjut sampai hari ke-21 (p<0,001).

0 2 4 6 8 10 12 14 16

0 1 7 14 21 28

Waktu  penarikan  kaki  (detik)

Hari  pasca  CCI

PERLAKUAN   KONTROL

*p<0,001

Pada hari ke-28 justru dijumpai peningkatan rerata waktu penarikan kaki pada kedua kelompok meskipun belum sama dengan kondisi sebelum tindakan operasi.

Perbedaan peningkatan rerata waktu penarikan kaki pada kedua kelompok menujukkan signifikan secara statistik (p<0,001).

Hasil ini menunjukkan bahwa perilaku hiperalgesia panas telah teramati sejak hari ke-1 pasca CCI dan mengalami penurunan sampai hari ke-21 pasca CCI. Setelah hari ke-28 dijumpai peningkatan rerata waktu penarikan kaki kemungkinan disebabkan mulai membaiknya kondisi inflamasi.

Dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak air umbi ubi jalar ungu terbukti menyebabkan perilaku hiperalgesia panas lebih ringan yang ditandai dengan rerata waktu penarikan kaki lebih besar dibanding kontrol.

5.2.6 Perbedaan Perilaku Alodinia Dingin Pada Kedua Kelompok

Untuk mengetahui perbedaan perilaku alodinia dingin pada kedua kelompok dilakukan dengan uji aceton. Pengamatan dilakukan pada hari 1,7,14,21 dan 28 setelah operasi. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 5.7 dan Gambar 5.10.

Pada Tabel 5.7 dapat dilihat perilaku alodinia dingin pada kedua kelompok.

Sebelum CCI diperoleh rerata waktu penarikan kaki tidak menunjukkan perbedaan signifikan pada kedua kelompok (p>0,05).

Hari ke-1 pasca CCI pada kelompok perlakuan diperoleh alodinia dingin lebih ringan yang ditandai dengan rerata waktu penarikan kakiyang lebih besar dibanding kelompok kontrol (6,51±0,15 vs 6,11±0,18 detik) dan perbedaan ini bermakna secara statistik (p<0,001).

Tabel 5.7

Perbedaan Perilaku Alodinia Dingin pada kedua kelompok Waktu

Pengamatan

Waktu penarikan kaki (detik)

Rerata±SD p

Perlakuan Kontrol

Sebelum CCI 9,31±0,14 9,31±0,17 1,00

Hari ke-1 6,51±0,15 6,11±0,18 <0,001*

Hari ke-7 5,67±0,13 5,11±0,17 <0,001*

Hari ke-14 5,31±0,11 4,81±0,14 <0,001*

Hari ke-21 4,83±0,12 3,74±0,11 <0,001*

Hari ke-28 5,05±0,15 3,92±0,13 <0,001*

CCI: Chronic Constriction Injury; SD: Standard deviation; *signifikan pada p<0,05

Hari ke-7 pasca CCI, pada kelompok perlakuan diperoleh alodinia dingin lebih ringan yang ditandai dengan rerata waktu penarikan kakiyang lebih besar dibanding kelompok kontrol (5,67±0,13 vs 5,11±0,17 detik) dan perbedaan ini bermakna secara statistik (p<0,001).

Pada hari ke-14 juga diperoleh rerata waktu penarikan kakipada kelompok perlakuan secara signifikan lebih besar dibanding kelompok kontrol (5,31±0,11 vs 4,81±0,14 detik) perbedaan ini bermakna secara statistik (p<0,001).

Pada hari ke-21 diperoleh rerata waktu penarikan kakipada kelompok perlakuan secara signifikan lebih besar dibanding kelompok kontrol (4,83±0,12 vs 3,74±0,11 detik) perbedaan ini bermakna secara statistik (p<0,005).

Pada hari ke-28 juga diperoleh rerata waktu penarikan kakipada kelompok perlakuan secara signifikan lebih besar dibanding kelompok kontrol (5,05±0,15 vs 3,92±0,13 detik) perbedaan ini bermakna secara statistik (p<0,001).

Gambar 5.10

Perbedaan perilaku alodinia dingin pada kedua kelompok.

Berdasarkan Gambar 5.10, rerata waktu penarikan kaki pada hari-1 setelah tindakan CCI pada kedua kelompok sama-sama menunjukkan penurunan meskipun rerata waktu penarikan kaki lebih besar pada kelompok perlakuan dibanding kontrol, dan perbedaan rerata waktu penarikan kaki signifikan antara kedua kelompok.

0 2 4 6 8 10 12

0 1 7 14 21 28

Waktu  Penarikan  Kaki  (detik)

Hari  Pasca  CCI

PERLAKUAN   KONTROL

*p<0,001

Pada hari ke-7 pasca tindakan rerata waktu penarikan kaki pada kedua kelompok sama-sama tetap mengalami penurunan, dimana rerata waktu penarikan kaki pada kelompok perlakuan secara signifikan lebih besar dibanding kontrol. Hal ini berlanjut sampai hari ke-14 dan 21 (p<0,001).

Pada hari ke-28, dijumpai peningkatan rerata waktu penarikan kaki pada kedua kelompok dan perbedaan rerata waktu penarikan kaki ini signifikan secara statistik (p<0,001).

Hasil ini menunjukkan bahwa perilaku alodinia dingin telah teramati sejak hari ke-7 dan tetap berlangsung sampai hari ke-28 pasca CCI.

Dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak air umbi ubi jalar ungu terbukti menyebabkan perilaku alodinia dingin lebih ringan yang ditandai dengan rerata waktu penarikan kaki lebih besar dibanding kontrol.

5.3. Analisis Jalur Peran Ubi Ungu terhadap MDA, PGE2, Reseptor P2X4, Alodina Mekanik (AM), Hiperalgesia Panas (HP) dan Alodinia Dingin (AD).

Untuk mengetahui peran ubi ungu terhadap PGE2, P2X4R, MDA, AM, HP dan AD berdasarkan jalur kontribusinya pada masing-masing variabel tersebut maka secara serempak (simultan) dapat digambar dalam analisis jalur sebagai berikut:

  Gambar 5.11

Model Goodness of Fit peran ekstrak air umbi ubi jalar ungu terhadap MDA, PGE2, reseptor P2X4R, AM, HP dan AD berdasarkan analisis jalur.

Model ini fit dengan data empiris mengingat semua syarat dan asumsi dasar yang menjadi persyaratan terpenuhi dengan baik. Hal ini sesuai dengan kriteria Goodness of Fit Index, dimana semua nilai Cut Off Value terpenuhi dalam model tersebut di atas.

Pada model di atas jika diamati, ada enam model utama yang dapat dilaporkan yaitu:

1.   Variabel HP sebagai variabel tergantung maka besar kontribusi dari 2 variabel yaitu ubi ungu dan AD sebesar 99,6%.

2.   Variabel AD sebagai variabel tergantung maka besar kontribusi dari variabel ubi ungu, PGE2, P2X4R, dan MDA adalah sebesar 99,2%.

3.   Variabel AM sebagai variabel tergantung maka besar kontribusi dari variabel bebas ubi ungu adalah sebesar 63,7%.

4.   Variabel P2X4R sebagai variabel tergantung maka besar kontribusi dari variabel bebas ubi ungu adalah sebesar 74,9%.

5.   Variabel MDA sebagai variabel tergantung maka besar kontribusi dari variabel bebas ubi ungu adalah sebesar 51,1%.

6.   Variabel PGE2 sebagai variabel tergantung maka besar kontribusi dari variabel bebas ubi ungu adalah sebesar 24,5%.

Lebih lanjut didapatkan bahwa ubi ungu mempengaruhi AD melalui jalur P2X4R paling tinggi dan dikuti melalui jalur PGE2, namun dihambat melalui jalur MDA. Ubi ungu mempengaruhi HP melalui jalur MDA, sedangkan melalui P2X4R dan PGE2 agak terhambat. Ubi ungu mempengaruhi AM melalui jalur P2X4R dan diikuti jalur MDA, namun terhambat jika melalui jalur PGE2.

Pengaruh satu variabel terhadap variabel lainnya dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Pada tabel 5.8 dapat dilihat bahwa ekstrak air umbi ubi jalar ungu memberikan pengaruh secara langsung terhadap jalur reseptor P2X4 sebesar 86,6%, diikuti jalur MDA sebesar 75,1% dan jalur PGE2 sebesar 49,5%.

Pengaruh MDA, PGE2 dan reseptor P2X4 terhadap perilaku alodinia dingin dan alodinia mekanik melalui jalur langsung, sedangkan terhadap hiperalgesia panas melalui jalur langsung dan tidak langsung. Perilaku alodinia dingin berpengaruh langsung terhadap hiperalgesia panas.

Tabel 5.8

Efek langsung, tidak langsung dan efek total pengaruh satu variabel dengan variabel lainnya

Variabel Pengaruh

Langsung Tidak Langsung Total Ubi ungu terhadap MDA

Ubi ungu terhadap P2X4R Ubi ungu terhadap PGE2 Ubi ungu terhadap AD Ubi ungu terhadap HP Ubi ungu terhadap AM MDA terhadap AD MDA terhadap HP MDA terhadap AM P2X4R terhadap AD P2X4R terhadap HP P2X4R terhadap AM PGE2 terhadap AD PGE2 terhadap HP PGE2 terhadap AM AD terhadap HP

0,751 0,866 0,495 -1,006 -0,712 -0,639 0,032 -0,020 -0,086 -0,013 0,008 -0,129 -0,002 0,003 0,040 0,280

0,000 0,000 0,000 0,010 -0,285 -0,154 0,000 0,009 0,000 0,000 -0,004

0,000 0,000 -0,001

0,000 0,000

0,751 0,866 0,495 -0,996

0,998 -0,793

0,032 -0,011 -0,086 -0,013 0,004 -0,129 -0,002 0,002 0,040 0,280

MDA: Malondyaldehyde; P2X4R: reseptor P2X4; PGE2: Prostaglandin E2; AD: alodinia dingin; HP:

hiperalgesia panas; AM: alodinia mekanik.

Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air umbi ubi jalar ungu memberi pengaruh langsung terhadap jalur stres oksidatif, inflamasi dan aktivasi mikroglia dengan pengaruh langsung terbesar terhadap jalur aktivasi mikroglia dalam mencagah perilaku nyeri neuropatik pasca cedera saraf tepi.

Stres oksidatif, inflamasi dan aktivasi mikroglia memberikan pengaruh secara langsung terhadap perilaku alodinia mekanik dan alodinia dingin, sedangkan untuk hiperalgesia panas pengaruhnya secara langsung dan juga tidak langsung melalui alodinia dingin.

 

130

6.1 Pengaruh pemberian ekstrak air umbi ubi jalar ungu terhadap stres oksidatif

Dalam dokumen Scanned with CamScanner - Universitas Udayana (Halaman 128-150)