• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. Mahasiswa

3. Perkembangan kognitif

Piaget (dalam Santrock, 2011) berpendapat pemikiran orang dewasa secara kuantitatif berbeda dengan pemikiran seorang remaja.

Artinya, orang dewasa memiliki pengetahuan lebih banyak dibandingkan remaja.

Papalia, Old dan Feldman, (2008) menjelaskan pada masa dewasa awal tahap kognisi pada masa dewasa awal disebut pemikiran postformal yaitu cenderung fleksibel, terbuka, adaptif, dan individualistik.

Papalia, Old & Feldman (2008) lebih lanjut menjelaskan hal tersebut ditandai dengan kemampuan berhadapan dengan ketidakpastian, ketidakkonsistenan, kontradiksi, ketidaksempurnaan dan kompromi.

Jan Sinnott (dalam Papalia, Old & Feldman, 2008) mengemukakan beberapa kriteria pemikiran postformal, diantaranya:

a. Fleksibel merupakan kemampuan untuk maju dan mundur antara pemikiran abstrak dan pertimbangan praktis dan nyata

b. Multikausalitas, multisolusi merupakan kesadaran bahwa sebagian besar masalah memiliki lebih dari satu penyebab dan lebih dari satu

solusi, dan sebagian solusi cenderung lebih besar untuk berhasil dibandingkan yang lain.

c. Pragmatisme merupakan kemampuan untuk memilih yang terbaik dari beberapa kemungkinan solusi dan menyadari kriteria pemilihan tersebut.

d. Kesadaran akan paradoks merupakan kemampuan menyadari masalah atau solusi mengandung konflik inheren. Artinya saat melakukan sesuatu akan memberikan apa yang diinginkan tapi akhirnya akan membuatnya bersedih

E. Persepsi Perilaku Sehat sebagai Prediktor terhadap Pengambilan Keputusan Hidup Sehat dengan Kesadaran Diri (Self-Awareness) sebagai Moderator

Gaya dan pola hidup sehat sehari-hari tanpa disadari mengundang penyakit, seringkali penyakit datang karena kelalaian seseorang dalam menjaga kesehatan. Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar yakni meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) pada tahun 2015 seperti stroke, penyakit jantung koroner (PJK), kanker dan diabetes justru menduduki peringkat tertinggi. Di duga salah satu penyebab terjadinya penyakit tidak menular tersebut terkait perubahan gaya hidup masyarakat. Meningkatnya PTM dapat menurunkan produktivitas sumber daya manusia, bahkan kualitas generasi bangsa, dan akan menambah beban pemerintah karena penanganan PTM membutuhkan biaya yang besar (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

Dalam mengambil keputusan untuk hidup sehat, keputusan seseorang terkait kesehatan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan seseorang untuk menilai risiko (Rice

& Dolgin, 2008). Menurut Sarwono (2014) penilaian individu berdasarkan stimulus dari dunia luar yang diterima melalui alat indra yang kemudian masuk ke dalam otak dinamakan persepsi. Senada dengan pendapat tersebut Weinstein (dalam Ogden, 2007) mengemukakan bahwa salah satu alasan mengapa orang terus mempraktikkan perilaku tidak sehat adalah karena persepsi resiko dan optimisme yang tidak realistis. Pernyataan ini diperkuat oleh temuan hasil penelitian Yohana, Nuridja, dan Indrayani (2014) bahwa persepsi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan seseorang sebesar 0,478 atau 47,8 %.

Selain penelitian yang dilakukan Yohana, Nuridja, dan Indrayani, sebuah penelitian mengenai persepsi juga dilakukan oleh Nusawakan, Messakh, & Jambormias (2017) bahwa persepsi menjadi salah satu dari beberapa faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan. Rowe dan Boulgarides (dalam Sarwono & Meinarno, 2009) memaparkan persepsi dapat dikatakan merupakan unsur yang penting sebagai gerbang awal masuknya informasi dari lingkungan atau situasi dari luar. Berangkat dari stimulus, individu pengambil keputusan akan menggunakan frame reference- nya dalam bereaksi terhadap informasi yang diamatinya, di mana hal ini merupakan fungsi dari pengalaman dan kompleksitas kognitif. Di sini persepsi berlaku sebagai filter atau tanda-tanda yang dianggapnya penting.

Hops, dkk (dalam Taylor, 2006) menjelaskan masa remaja merupakan masa dimana kadang-kadang mengabaikan pelatihan awal yang

diterima terkait kebiasaan sehat dari orang tua, karena sering melihat sedikit efek nyata pada kesehatan atau fungsi fisik terkait perilaku yang dilakukan, sehingga yakin tidak akan terkena penyakit. Sedangkan Haris dkk (dalam Santrock, 2011) menjelaskan bahwa kebiasaan yang terbentuk pada masa remaja akan semakin melekat dan memburuk pada masa beranjak dewasa termasuk kebiasaan yang merugikan kesehatan seperti penyalahgunaan obat terlarang, kurang gerak, diet, dll.

Hal tersebut dapat terjadi jika seseorang dari awal memilih perilaku yang bisa merusak tubuh. Ogden (2007) memaparkan perilaku yang dilakukan berulang-ulang dapat menjadi kebiasaan seperti perilaku tidak sehat dapat menjadi kebiasaan tidak sehat. Begitu kebiasaan buruk mendarah daging, banyak orang merasa terlalu sulit untuk mengubah

kebiasaan tersebut dan seseorang tidak selalu termotivasi untuk mengubahnya (Taylor, 2006).

Papalia, Old dan Feldman (2008) memaparkan apa yang diketahui tentang kesehatan memengaruhi tindakan seseorang, akan tetapi pengetahuan tentang kebiasaan yang sehat saja tidak cukup sedangkan Notoatmodjo (2007) menjelaskan jika perilaku didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap positif maka perilaku tersebut akan bertahan lama, sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka perilaku tersebut hanya akan bersifat sementara.

Gambar 2.2. Kerangka Pikir

Fenomena

Dassein - Kebiasaan merokok - Kuantitas tidur yang buruk - Pola makan yang tidak teratur - Olahraga yang kurang

Dassolen - Mengonsumsi makanan

yang sehat dan bergizi - Olahraga yang teratur - Menghindari zat yang

berbahaya seperti tembakau, alkohol, dan narkotika

- Tidur yang cukup

Wawancara awal : Terdapat variasi dalam hal pengambilan keputusan terkait hidup sehat

Diduga : Bervariasinya pengambilan keputusan hidup sehat disebabkan oleh bervariasinya persepsi mereka tentang hidup sehat

Namun, persepsi tentang hidup sehat tidak cukup untuk menjadi prediktor bervariasinya pengambilan keputusan hidup sehat secara langsung, melainkan ada variasi kesadaran diri yang menjadi moderator antara keduanya

Dimensi: Persepsi

Memiliki Pengaruh

Pengambilan Elemen:

- persepsi terhadap terhadap keputusan - Choice

sakit dan penyakit perilaku hidup sehat - Comprehension

- persepsi terhadap sehat - Creativity

- Compromise

sistem pelayanan

Moderator

kesehatan - Consequentiality

- persepsi terhadap - Correctness

makanan Kesadaran - Credibility

- Consistency

- persepsi terhadap Diri - Commitment

lingkungan kesehatan

Komponen:

- Cognitive Self

- Emotive Self

- Behavioral Sel

: Fenomena : Pengaruh

: Batasan Penelitian : Terkait

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual, dirumuskan hipotesis penelitian, Persepsi perilaku sehat dapat memprediksi pengambilan keputusan hidup sehat dengan kesadaran diri (self awareness) sebagai moderator pada mahasiswa di makassar.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa angka-angka pada populasi/sampel guna menguji hipotesis yang ditetapkan sebelumnya (Sugiyono, 2014).

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang bervariasi baik itu sifat, objek atau kegiatan (Sugiyono, 2013). Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang ditetapkan peneliti untuk dikumpulkan datanya dan kemudian menarik kesimpulan berdasarkan data tersebut (Sugiyono, 2014). Berikut variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini:

Variabel Dependen (Y) : Pengambilan Keputusan Hidup Sehat.

Variabel Independen (X) : Persepsi Perilaku Sehat

Variabel Moderator (M) : Kesadaran Diri (Self-Awareness).

Kesadaran Diri (Self Awareness)

Persepsi Perilaku Sehat Pengambilan Keputusan

Hidup Sehat

C. Definisi Variabel

1. Definisi Konseptual Variabel

a) Pengambilan Keputusan Hidup Sehat

Mann dkk (Baron & Brown, 2009) memaparkan sosial dan emosional memiliki efek pada pengambilan keputusan karena suatu tindakan dapat dihasilkan dari pengaruh sosial dan kewaspadaan yang berlebihan yang timbul dari rasa takut. Lebih lanjut Mann dkk menjelaskan bahwa ketika membuat keputusan perlu mempertimbangkan tujuan, pilihan (opsi), fakta, efek dan ulasan.

b) Persepsi Terhadap Perilaku Sehat

Goldstein (2014) memaparkan persepsi terjadi di mulai dari luar dengan rangsangan (stimulus) dari lingkungan dan diakhiri dengan respon perilaku dalam memahami, mengenali, dan mengambil tindakan.

Notoatmodjo (2007) memaparkan perilaku sehat pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.

c) Kesadaran Diri (Self Awareness)

Rungapadiachy (2008) menyatakan kesadaran berarti tahu, mengenali dan menerima. Sedangkan Rawlins, Williams dan Beck (Rungapadiachy,2008) menjelaskan kesadaran merupakan saat individu dapat memusatkan perhatian pada hal atau pengalaman tertentu.

2. Definisi Operasional Variabel

Azwar (2017) memaparkan definisi operasional merupakan penjelasan mengenai variabel yang diteliti dan dirumuskan berdasarkan ciri atau karakteristik variabel yang dapat diamati. Hal ini dilakukan untuk memperjelas mengenai data yang akan digunakan dalam penelitian.

Adapun definisi operasional variabel-variabel yang akan diteliti yaitu:

a) Pengambilan keputusan hidup sehat yaitu suatu proses memilih individu untuk menerapkan atau tidak menerapkan pola hidup sehat.

Pengambilan keputusan hidup sehat ini dilihat dari skor yang diperoleh dari skala pengambilan keputusan yang mencakup 9 elemen yaitu choice, comprehension, creativity, compromise, consequentiality, correctness, credibility, consistency, commitment pada individu.

b) Persepsi terhadap perilaku sehat merupakan proses penerimaan stimulus dalam hal ini stimulus yang datang berupa informasi mengenai perilaku sehat, stimulus tersebut kemudian diterjemahkan dalam otak, yang selanjutnya dari proses tersebut akan diwujudkan dalam bentuk sikap atau perilaku seseorang. Persepsi perilaku sehat ini berupa interpretasi atau cara pandang seseorang mengenai sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan lingkungan kesehatan.

c) Kesadaran Diri (Self Awareness) merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali dirinya sendiri, peka terhadap lingkungan sekitar dan mampu mengarahkan dan mengendalikan diri dan mampu mengenali kemampuan yang ada pada dirinya. Self Awareness yang dimaksud

adalah skor yang diperoleh berdasarkan tiga komponen kesadaran diri yaitu cognitive self, emotive self, dan behavioral self.

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama (Hadi, 2016). Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan populasi yaitu kumpulan dari sejumlah individu yang memiliki karakteristik sama. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua mahasiswa di Kota Makassar. Dari Badan Pusat Statistik Kota Makassar (2018), peneliti menemukan bahwa jumlah mahasiswa di kota makassar sebanyak 36.986 orang, diantaranya merupakan 15.153 laki-laki, dan diantaranya 21,833 perempuan.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel dilakukan jika jumlah populasi yang terlalu besar sehingga tidak memungkinkan untuk mengambil data semua anggota populasi. Sehingga dipilih sampel yang dapat mewakili populasi, dengan demikian dapat dilakukan generalisasi.

Sampel dalam penelitian ini yaitu mahasiswa yang menjalani perkuliahan, baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta, dengan rentang usia 18-25 tahun. Menurut Abdullah dan Susanto (2015), Penentuan jumlah sampel dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan n ≥ , dimana α yang digunakan adalah 0,05. Jadi Jumlah sampel yang akan diambil datanya pada penelitian ini minimal 400 responden.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Pendekatan pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini bersifat non-probability sampling, di mana tidak memberi peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Hal ini disebabkan banyaknya jumlah perguruan tinggi dan mahasiswa yang ada di Makassar, sehingga tidak memungkinkan peneliti untuk memiliki daftar dari seluruh anggota populasi yang akurat.

Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampling accidental.

Sampling accidental merupakan teknik penentuan sampel dari populasi yang berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang bertemu dengan peneliti dapat dijadikan sebagai anggota sampel apabila responden tersebut mempunyai ciri-ciri atau karakteristik yang sesuai dengan populasi (Sugiyono, 2013). Adapun karakteristik subjek penelitian ini yaitu:

a. Mahasiswa aktif yang sedang menempuh kuliah strata 1 (S1) baik di perguruan tinggi negeri maupun di perguruan tinggi swasta di Makassar

b. Usia 18-25 Tahun

c. Bersedia menjadi responden

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data adalah skala sikap model likert. Metode skala adalah suatu metode yang berisi pernyataan-pernyataan sikap. Pernyataan sikap terdiri dari dua macam pernyataan favorable yaitu berisi konsep keperilakuan yang sesuai

atau mendukung atribut yang diukur dan pernyataan yang unfavorable yang isinya bertentangan atau tidak mendukung (Azwar, 2017). Penelitian ini

menggunakan tiga skala untuk mengumpulkan data.

Berikut penjelasan ketiga skala yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Skala Pengambilan Keputusan Hidup Sehat

Pengambilan keputusan hidup sehat diungkap dengan skala pengambilan keputusan hidup sehat yang disusun berdasarkan sembilan elemen yang dikemukakan oleh Mann, dkk (Rice & Dolgin, 2008). Kesembilan elemen tersebut yaitu (1) choice, (2) comprehension, (3) creativity, (4) compromise, (5) consequentiality, (6) correctness, (7) credibility, (8) consistency, (9) commitment.

Skala pengambilan keputusan hidup sehat ini menggunakan lima alternatif jawaban, yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), N (Netral), S (Setuju), dan SS (Sangat Setuju). Jenis pernyataan terdiri

dari dua jenis, yaitu favorable dan unfavorable. Skor aitem yang digunakan adalah 1, 2, 3, 4, 5. Pemberian skor untuk pernyataan favorable untuk jawaban STS diberi skor 1 sampai jawaban SS dengan skor 5. Sebaliknya untuk pernyataan unfavorable. Jawaban STS diberi skor 5 sampai pada jawaban SS diberi skor 1.

Tabel 3.1. Blue Print Skala Pengambilan Keputusan Hidup Sehat Elemen

Indikator Aitem Total

Fav Unfav Aitem

Pengambilan keputusan

1,15,

mengenai kesehatan berada -

29,43

di dalam diri sendiri

Choice

Pengambilan keputusan 8 yang dilakukan berasal dari 2,16,

-

lingkungan atau dari luar 30,44

individu

kemampuan untuk

3, 17, 55, Comprehension memikirkan dan memahami 63, 8

31, 45

mengenai hidup sehat 68, 73

Gagasan menarik 4, 18,

46

32

Creativity Berpikir kritis 5, 19,

33 12

75

Mengaplikasikan atau 6, 20,

-

tindakan kreatif 34, 47

Mendengarkan dan

mempertimbangkan 7, 21,

-

pendapat orang lain sebelum 35, 48

Compromise keputusan diambil 8

Negosiasi untuk

mendapatkan keputusan 8, 22 36, 56

yang lebih baik

Kemauan untuk memikirkan

9, 23, 64, Consequentiality konsekuensi dari memilih 69, 8

37, 49

tindakan 74, 76

Kemauan untuk memperbaiki 10, Correctness keputusan saat membuat 24, 57,

8

pilihan yang tidak tepat 38, 65, 70

50, 60

Elemen

Indikator Aitem Total

Fav Unfav Aitem

Memeriksa informasi yang 11,

51

diterimanya 25, 39

Credibility Membandingkan informasi

8

baru dengan pengetahuan 12,

52

yang telah dimiliki individu 26, 40

mengenai hidup sehat

Kemauan untuk terus 13,

58,

menerus berusaha sampai 27,

Consistency 66, 8

hal yang diinginkan dapat 41,

71

tercapai 53, 61

Memilih menekuni, 14, Commitment memelihara keputusan yang 28, 42,

8

telah diambil terkait 59, 54,62

kesehatan 67, 72

Jumlah 54 22 76

2. Skala Persepsi Terhadap Perilaku Sehat

Pada penelitian ini, persepsi terhadap perilaku sehat diungkap menggunakan skala persepsi perilaku sehat yang disusun berdasarkan empat dimensi yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007). Keempat dimensi tersebut yaitu (1) sakit dan penyakit, (2) sistem pelayanan kesehatan, (3) makanan, dan (4) lingkungan kesehatan.

Skala ini menggunakan lima alternatif jawaban, yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju ), N (Netral), S (Setuju), dan SS (Sangat Setuju). Jenis pernyataan terdiri dari dua jenis, yaitu favorable dan unfavorable. Skor aitem yang digunakan adalah 1, 2, 3, 4, 5 Pemberian skor untuk pernyataan favorable untuk jawaban STS diberi skor 1 sampai jawaban SS dengan skor 5. Sebaliknya untuk pernyataan unfavorable. Jawaban STS diberi skor 5 sampai pada jawaban SS diberi skor 1.

Tabel 3.2. Blue Print Skala Persepsi Terhadap Perilaku Sehat

Dimensi Indikator Aitem Total

Fav Unfav Aitem Persepsi 1. Peningkatan dan

1,18 12,29 pemeliharaan kesehatan

terhadap

2. Pencegahan penyakit 2,19 13 14 sakit dan

3. Pencarian pengobatan 3,20,31 - penyakit

4. Pemulihan kesehatan 4,21,32 39 Persepsi

Respon terhadap fasilitas terhadap

pelayanan, cara pelayanan, 5,22, 23, 6,34,

sistem 8

petugas kesehatan, serta 33,40 41 pelayanan

obat-obatannya kesehatan

1. Pengetahuan yang

Persepsi berkaitan dengan 7,24,35 14 makanan

terhadap 12

2. Pemahaman terhadap

makanan 8,25,36 15

makanan

3. Sikap dan praktik 9,26 16,30

Persepsi

Pemahaman mengenai 10,27,28

terhadap 11,17,

lingkungan lingkungan kesehatan yang ,37,42, 38,43 10

baik 44

kesehatan

Jumlah 36 8 44

3. Skala Kesadaran Diri (Self Awareness)

Kesadaran Diri (Self Awareness) diungkap dengan skala kesadaran diri yang disusun berdasarkan tiga komponen yang dikemukakan oleh Rungapadiachy (2008). Ketiga komponen tersebut yaitu Cognitive Self, Emotive Self, dan Behavioral Self.

Skala ini menggunakan lima alternatif jawaban, yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju ), N (Netral), S (Setuju), dan SS (Sangat Setuju). Jenis pernyataan terdiri dari dua jenis, yaitu favorable dan unfavorable. Skor aitem yang digunakan adalah 1, 2, 3, 4, 5 Pemberian skor untuk pernyataan favorable untuk jawaban STS diberi

skor 1 sampai jawaban SS dengan skor 5. Sebaliknya untuk pernyataan unfavorable. Jawaban STS diberi skor 5 sampai pada jawaban SS diberi skor 1.

Tabel 3.3. Blue Print Skala Kesadaran Diri (Self Awareness)

Komponen Indikator Aitem Total

Fav Unfav Aitem

Kemampuan memberi

1,4,7,10,

keyakinan atau pemahaman

Cognitive tentang segala sesuatu 13,16,19 24,28 12 Self mengenai kesehatan yang ,22,27,3

1

ada dalam diri

Melibatkan emosi atau

25,29,

Emotive perasaan baik positif 2,5,8,11, 32,34, 12 Self maupun negatif berpotensi 14,17,20

36

memicu kesadaran diri

Tindakan yang dilakukan

berdasarkan hasil pemikiran

Behavioral (kognitif) dan aspek 3,6,9,12,

26,30,

pengalaman emosi 15,18,21 12

Self (perasaan) yang berupa , 23 33,35

perhatian dan kesadaran

individu mengenai suatu hal.

Jumlah 25 11 36

F. Uji Instrumen

Instrumen penelitian yang baik yaitu yang memenuhi kriteria valid dan reliabel. Oleh karena itu sebelum digunakan sebagai alat pengumpulan data, instrumen atau skala, diuji dulu validitas dan reliabilitasnya.

1. Uji Validitas

Validitas merupakan karakteristik yang harus dimiliki alat ukur, karena validitas menunjuk sejauh mana alat ukur mampu mengukur apa yang hendak diukur dan menentukan suatu skala berguna atau tidak (Azwar, 2016). Pengujian validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: validitas isi (content validity) dan validitas konstruk (construck validity).

a. Validitas Isi

Validitas isi merupakan validitas untuk menguji relevansi aitem dengan indikator perilaku dan dengan tujuan ukur (Azwar, 2016). Validitas isi terbagi menjadi 2 validitas yaitu validitas tampang dan validitas logis.

1) Validitas Logis

Validitas logis pada penelitian ini dianalisis menggunakan Rasio-Lawshe’ CVR dengan mencari Expert Judgements (penilai yang kompeten) untuk menilai skala yang telah dibuat.

Untuk maksud tersebut, peneliti meminta bantuan dari dosen untuk memberikan penilaian apakah aitem yang telah dibuat sesuai dengan aspek yang akan diukur. Penilaian tersebut dilakukan dengan cara para penilai yang kompeten (Expert Judgement) diminta untuk menyatakan apakah aitem dalam skala sifatnya esensial, atau tidak esensial. Suatu aitem dikatakan esensial jika aitem tersebut mencerminkan tingkat kompetensi yang harus diungkapnya atau sesuai dengan aspek yang akan diukur.

Selain memberikan penilaian esensial pada seluruh aitem, panel expert juga memberikan beberapa revisi terkait tampilan, instruksi yang ada. Hasil tersebut kemudian dikumpulkan dan selanjutnya melakukan revisi hingga jadilah skala akhir yang telah siap sebar yang dapat dilihat pada lampiran. Panel expert dalam penelitian ini yakni tiga orang dosen Fakultas Psikologi yang dinilai berkompeten untuk

menilai konstrak yang akan digunakan peneliti untuk penelitian.

Dosen yang menjadi panel expert yaitu Bapak Musawwir, S.Psi., M.Pd, Ibu Hasniar A. Radde, S.Psi., M.Si, dan Ibu Sri Hayati, M.Psi., Psikolog.

Hasil validitas logis menunjukkan bahwa keseluruhan aitem skala pengambilan keputusan hidup sehat dan skala kesadaran diri (self awareness) dinyatakan sudah sesuai dengan fungsi ukurnya menurut SME. Sebaliknya pada skala persepsi perilaku sehat terdapat 6 aitem yang tidak sesuai fungsi ukurnya (tidak esensial) yaitu aitem 6, 20, 23, 31, 34, 39.

Aitem yang tidak esensial tersebut kemudian diperbaiki kembali oleh peneliti berdasarkan saran yang diberikan oleh panel expert .

2) Validitas Tampang

Validitas tampang yaitu menguji keterbacaan skala terhadap beberapa orang yang karakteristiknya sama dengan responden penelitian. Apabila penampilan tes telah meyakinkan maka dapat dikatakan validitas tampang telah terpenuhi (Azwar, 2015).

Peneliti melakukan uji keterbacaan kepada lima orang mahasiswa fakultas psikologi dengan memberikan lembar penilaian terhadap skala penelitian yang telah dibuat dengan melihat tampilan keseluruhan skala yang telah dibuat.

Pada awalnya peneliti meminta kesediaan mahasiswa tersebut, kemudian peneliti memberikan skala dan sebuah

format penilaian validitas tampang. Format penilaian ini menilai beberapa hal seperti pengantar skala, ukuran huruf yang digunakan, model pencetakan skala, instruksi skala, dan lain- lain. Secara keseluruhan partisipan menyatakan bahwa aitem yang disajikan jelas dan mudah dimengerti, akan tetapi ada beberapa bagian tabel yang harus dirapikan.

b. Validitas konstrak

Allen & Yen (Azwar, 2015) mengemukakan validitas Konstrak adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauhmana tes mengungkap suatu konstrak teoritik yang hendak diukur. Prosedur validitas konstrak pada penelitian ini menggunakan teknik analisis faktor. Analisis faktor merupakan sekumpulan prosedur matematik yang kompleks guna menganalisis saling hubungan di antara variabel-variabel (Azwar, 2015).

Pada tahap ini, skala pengambilan keputusan hidup sehat, skala persepsi terhadap perilaku sehat dan skala kesadaran diri (self awareness) akan dianalisis validitas konstraknya menggunakan aplikasi Lisrel 8.70. Proses analisis faktor terdapat dua tahap, tahap pertama yaitu memastikan data yang diperoleh di lapangan fit dengan model. Kriteria data fit ketika nilai p-value lebih besar dari 0,05 dan nilai root mean square approximation (RMSEA) lebih kecil dari 0,05 dan tidak memiliki aitem yang saling berkorelasi selain faktor yang hendak diukur. Namun dalam proses untuk membuat data fit dengan model, seringkali membiarkan aitem-aitem untuk saling berkorelasi, tidak dapat dihindari. Asalkan setiap aitem

tidak banyak berkorelasi dengan aitem lainnya, maka hal ini masih bisa ditolerir.

Untuk kepentingan uji instrumen, skala penelitian disebar kepada 150 mahasiswa di Makassar. hal ini dilakukan karena ketiga skala yang digunakan merupakan skala yang dibuat sendiri oleh peneliti, sehingga terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian skala.

Dari 150 Mahasiswa terdapat 109 perempuan dan 41 laki-laki, berusia antara 18-25 Tahun. Hasil uji validitas konstrak dapat di lihat pada lampiran halaman ...

Skala pengambilan keputusan hidup sehat yang disusun oleh peneliti yang berjumlah 76 aitem pernyataan. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengujian konstrak menggunakan Lisrel 8.70 diperoleh 64 aitem yang valid dan 12 aitem yang gugur. Jumlah aitem yang gugur tersebut didapatkan dari 2 tahap analisis faktor yang dilakukan. Aitem 4, 6, 19, 32, 46 dibuang pada tahap pertama karena aitem tersebut memiliki korelasi dengan aitem yang lain (berserabut) sehingga memiliki potensi untuk membuat model menjadi tidak bagus. Aitem 3, 29, 33, 42, 44, 51, 59 gugur pada tahap kedua karena aitem tersebut tidak memenuhi ketentuan factor loading bernilai positif dan nilai T-Value lebih besar dari 1,96.

Skala persepsi terhadap perilaku sehat yang disusun oleh peneliti yang berjumlah 44 aitem pernyataan. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengujian konstrak menggunakan Lisrel 8.70 diperoleh 27 aitem yang valid dan 17 aitem yang gugur. Jumlah aitem yang gugur tersebut didapatkan dari 2 tahap analisis faktor