BAB V PENUTUP
C. Saran
Dengan bekal dan kemampuan yang sangat terbatas ini penulis mencoba untuk memberikan saran-saran dengan harapan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum terutama hukum keluarga (Ah}wa>l Al- Syakhs}iyyah) dan bagi pelaksanaan hukum dalam masyarakat, adapun saran- saran tersebut adalah:
1. Mengingat kehidupan rumah tangga penuh dengan problematika, maka disarankan pada calon suami istri yang hendak melaksanakan pernikahan benar-benar mempersiapkan secara matang, bukan hanya sekedar menuruti hawa nafsu belaka. Dalam memasuki kehidupan rumah tangga perlu persiapan mental yang kuat, sehingga problem yang ada dalam rumah tangga dapat diatasi dengan baik dan suami istri berhasil dengan baik dalam rangka membangun keluarga bahagia sesuai dengan syari’at Islam.
2. Keberadaan taklik talak merupakan salah satu bentuk jaminan perlindungan hukum bagi istri dari tindakan kesewenang-wenangan suami.
Oleh karena itu maka perlu payung hukum yang kuat dan jelas. Pengaturan taklik talak diharapkan tidak hanya diatur dalam Kompilasi Hukum Islam dan Peraturan Menteri Agama saja, melainkan harus juga diatur secara tegas dalam Undang-undang Perkawinan yang menyatakan bahwa taklik talak merupakan perjanjian dalam perkawinan.
3. Mengingat implikasi hukum yang terjadi sangat besar dalam pelanggaran terhadap taklik talak, maka diharapkan kepada para suami benar-benar memahami isi dari taklik talak dan tidak hanya sekedar diucapkan demi formalitas dalam rangkaian acara ijab kabul suatu perkawinan. Begitu juga kepada para wali atau pegawai pencatat perkawinan atau pembantu pegawai pencatat perkawinan (penghulu) harus lebih memberikan pemahaman yang jelas saat penyampaian nasehat atau tausyiah setelah pembacaan sighat taklik.
4. Dalam memeriksa perkara perceraian karena pelanggaran taklik talak, Pengadilan Agama diharapkan melakukan pemeriksaan dengan adil dan tidak memihak sesuai dengan fakta-fakta dan dengan menerapkan prinsip- prinsip hukum yang baik dan benar, serta menjadi gambaran bagi Peradilan Agama lain agar senantiasa menjalankan aturan yang telah diberikan oleh Instansi Peradilan Tertinggi Negara dalam pemeriksaan terhadap masyarakat pencari keadilan.
5. Semua hakim Pengadilan Agama sebagai penegak hukum yang berbasis Islam seharusnya dalam memutuskan perkara memperhatikan wawasan dari al-Qur’an, hadis atau sumber rujukan hukum Islam lainnya. Hal ini untuk menjadikan Pengadilan Agama tidak hanya berpedoman pada undang-undang yang berlaku seperti di Pengadilan Negeri dan hal ini menambah kewibawaan putusan, juga lebih dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Boedi, Beni Ahmad Saebani. Perkawinan dan Perceraian Keluarga Muslim. Bandung: Pustaka Setia, 2013.
Abu> Da>wud. Sunan Abi Da>wud, Juz II. Beirut: al-Maktabah al-‘Asriyyah, t.t.
Afandi, Yazid. Fiqh Muamalah dan Implementasinya dalam Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009.
al-Afriqi, Ibn Mansur. Lisan al-‘Arab, cet. VIII. Beirut: Dar al-Shadr, t.th.
Alam, Andi Syamsu. “Peningkatan Kualitas Putusan Hakim Peradilan Agama Tingkat Pertama dan Tingkat Banding”, Majalah Varia Peradilan, Tahun Ke-XX No. 239. Jakarta: IKAHI, 2005.
Ali, Zainudin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2014.
__________. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2014.
Ali, Achmad. Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis.
Jakarta: Chandra Pratama, Cet.I, 1996.
Ali, Mohammad Daud. Hukum Islam dan Peradilan Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, cet. ke-2, 2002.
Arifin, E. Zaenal. Dasar-dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, 1998.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Bineka Cipta, 1998.
Asshofa, Burhan. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Ash-Shieddieqy, T.M. Hasbi. Pengantar Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1984.
Ayyub, Syaikh Hasan. Fikih Keluarga : Panduan Membangun Keluarga Sakinah Sesuai Syariat. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015.
Azizy, Qodri. Reformasi Bermazhab: Sebuah Ikhtiar Menuju Ijtihad Saintifik- Modern. Jakarta: Teraju, cet. II, 2003.
al-Barudi, Syaikh Imad Zaki. Tafsir Wanita, terj. Samson Rahman. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2003.
Bisri, Cik Hasan. Peradilan Islam dalam Tatanan Masyarakat Indonesia.
Bandung: Rosda Karya , 1997.
_________. Peradilan Agama di Indoensia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.
__________. Pilar-Pilar Penelitian Hukum Islam dan Pranata Sosial. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, cet. 1, 2004.
al-Bukhari, Muhammad ibn Isma’il. S}ahi>h al-Bukha>ri, Juz III. Beirut: Dar al- Kutub al-’Ilmiyyah, 1992.
Dally, Peunoh. Talak, Rujuk, Hadhonah dan Nafkah Kerabat dalam Naskah Mir’at al-Thullab: Suatu Studi Perbandingan Hukum Isteri Menurut Ahlussunnah, Disertasi Provendus Doctor. Jakarta: Perpustakaan Syari’ah UIN Syarif Hidayatullah, 1983.
__________. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1988.
Dahlan, Abdul Aziz, dkk. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeva, 2001.
Djamil, Fathurrahman. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2007.
Djazuli, A. “Beberapa Aspek Pengembangan Hukum Islam di Indonesia”, dalam Tjun Surjaman, ed., Hukum Islam di Indonesia: Pemikiran dan Praktek.
Bandung: Rosdakarya, cet. I, 1991.
__________. Kaidah-Kaidah Fikih; Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-masalah yang Praktis. Jakarta : Kencana, 2006.
Djuwaini, Dimyauddin. Pengantar Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Departemen Agama, Ilmu Fiqh, Jilid II. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1985.
Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Bahan Penyuluhan Hukum, Departemen Agama RI. Jakarta: 2010.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, Edisi ke-4, 2008.
Fauza, Nilna. Perjanjian Perkawinan Menjamin Hak-Hak Perempuan.
http://zuhalfais.blogspot.com/2011/02/perjanjian-perkawinan-menjamin- hak-hak.html.
Fauzi, Muhammad Latif. “Islam, Adat dan Politik: Perkembangan Taklik Talak dan Pelembagaannya Pada Era Kolonial”, Istinbath, Jurnal of Islamic
Law, Vol. 16 No. 2 (Desember 2017),
http://ejurnal.uinmataram.ac.id/index.php/istinbath.
al-Farran, Syaikh Ahmad bin Mustafa. Tafsir Imam Syafi’i, Jilid 1, terj. Febrian Hasmand dkk. Jakarta: Almahira, 2008.
al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad. Al-Mustasyfa min ‘Ilm al -Ushul: Tahqiq wa Ta’liq Muhammad Sulaiman al-Asyqar, Juz 1. Beirut: Mu’assasat al- Risalah, 1417 H/1997M.
Giling, Mustamin. “Kedudukan Maqashid al-Syari’ah Dalam Agama”, Stadium:
Kajian Sosial, Agama, Hukum, dan Pendidikan. Vol. 1. No. 2, 2003.
Hadikusuma, Hilman. Hukum Perkawinan Indonesia. Bandung: Masdar Maju, 1990.
Hakim, Rahmat. Hukum Perkawinan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2000.
Hakim, Nurul. Taklik Talak dan Pengaruhnya terhadap Kedudukan Wanita dalam Rumah Tangga, dalam http://nurel-hakim.blogspot.com/2011/04/taklik- talak-dan-pengaruhnya-terhadap.html.
Hamidy, Mu’ammal dan Imron A. Manan, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash- Shabuni I. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2003.
Hamka. Tafsir al-Azhar Juz V. Jakarta: Panji Masyarakat, 1981.
Harahap, M. Yahya. “Materi KHI” dalam Moh. Mahfud (ed). Peradilan Agama dan KHI dan Tata Hukum Indonesia. Yogyakarta: UII Press, 1993.
Haris, Syaefuddin. “Kedudukan Taklik Talak dalam Perkawinan Islam Ditinjau dari Hukum Perjanjian”, Arena Hukum, Vol. 6 No. 3, Desember 2013.
Hasan, Husein Hamid. Nazariah al-Maslahah fi al-Fiqh al-Islami. Kairo: Dar an-Nahdah al-Arabiyah, 1971.
Hasan, Jasri. Analisis Yuridis Putusan Hakim Terhadap Perkara Perceraian Akibat Murtad di Pengadilan Agama Mataram dan Pengadilan Agama Giri Menang. Tesis Program Pascasarjana IAIN Mataram, 2016.
Hasanudin. “Kedudukan Taklik Talak dalam Perkawinan Ditinjau dari Hukum Islam dan Hukum Positif”, Medina-Te, Jurnal Studi Islam, Vol. 14 No. 1
(Juni 2016),
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/medinate/article/view/1145/963.
HS, H. Salim dan Erlies Soetiana Nurbani. Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan Disertasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.
Ibnu Rusyd. Bidayatul Mujtahid, terj. M.A. Abdurrahman dan A. Haris Abdullah.
Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1990.
Ichtianto. Tanggung Jawab Hakim. Jakarta: Mimbar Hukum, No. 47, tahun XI, 2000.
al-Jawziyah, Shams al-Di>n Abi> ‘Abd Alla>h Muh}ammad ibn Abi> Bakr al- Ma’ru>f bi Ibn Qayyim. I’la>m al-Muwaqqi’i>n ‘an Rabb al-
‘A>lami>n, Juz III. Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, cet. II, 1993 M/1414 H.
Jumanto, Totok dan Samsul Munir Amin. Kamus Istilah Ushul Fikih. Jakarta:
Amzah, 2005.
Kamil, Ahmad. Filsafat Kebebasan Hakim. Jakarta: Kencana, 2012.
Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Sygma Publishing, 2011.
Khallaf, Abdul Wahab. Ilmu Ushul Fiqh. Kairo: Dar al-Kawatiyyah, 1998.
Kurdianto. Sistem Pembuktian Hukum Acara Perdata. Surabaya: Usaha Nasional, 1991.
Lev, Daniel S. Islamic Court in Indonesia, terj. H. Zaini Ahmad Noeh, Peradilan Agama Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Intermasa, 1986.
Lubis, Sulaikan. Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia. Jakarta:
Kencana, 2006.
Lukito, Ratno. Pergumulan Antara Hukum Islam dan Adat di Indonesia. Jakarta:
Inis, 2008.
Ma’arif, Samsul. Ka’idah-Ka’idah Fiqih. Bandung: Pustaka Ramadhan, 2005.
Manan, Bagir. “Penegakkan Hukum yang Berkeadilan”, Majalah Hukum Varia Peradilan, Tahun Ke-XX No. 241. Jakarta: IKAHI, 2005.
Manan, Abdul. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama. Jakarta: Kencana, 2006.
al-Maraghi, Ahmad Mustafa.“Tafsir Al-Maraghi”, terj. Bahrun Abu Bakar dkk.
Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Juz VI. Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2003.
Mas’udi, Masdar F. “Meletakkan Kembali Mas}lah}ah sebagai Acuan Syari’ah”, dalam ‘Ulu>m al-Qur’a>n, No. 3, Vol. VI, 1995.
Muhtar, Kamal. Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan. Jakarta: Bulan Bintang, 2010.
Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.
Muslim, Abu Husain bin al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisabury. Shahih Muslim, Juz II. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1412H/1991M.
Muthahhari, Murtadha. The Rights of Women in Islam, terj. M. Hashem. Bandung:
Penerbit Pustaka, 1997.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI-Press, 1984.
Nasution, Bahder Joha. Metode Penelitian Ilmu Hukum. Bandung: Mandar Maju, 2008.
Nasution, Khoiruddin. “Menjamin Hak Perempuan dengan Taklik Talak dan Perjanjian Perkawinan”, Jurnal Unisia, Vol. XXXI No. 70 (Desember 2008), http:// jurnal.uii.ac.id/Unisia/article/view/2700/2487.
ND., Mukti Fajar dan Yulianto Ahmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Ngariono, Yon. Pernikahan Yang Dimurka: Keseleo Lidah, Haramkan Hubungan Seks, posmo, III, 118, 23-29 Juni 2001.
Noeh, Zaini Ahmad. Pembacaan Shigat Taklik Talak Sesudah Akad Nikah, Mimbar Hukum. Jakarta: Ditbinbapera No. 30 Th. VII, 1997.
Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal. Hukum Perdata Islam Di Indonesia: Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam. Jakarta: Kencana, 2006.
Pasha, Mustafa Kamal. Fikih Sunnah. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003.
Patrik, Purwahid. Dasar-Dasar Hukum Perikatan. Bandung: Mandar Maju, 1999.
Rahman, Abdur. Perkawinan dalam Syari’at Islam. Jakarta: Rineka Cipta, 1996.
Rasyid, Royhan A. Hukum Acara Perdata. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.
Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam. Jakarta: Attahriyah, 2010.
al-Raysuni, Ahmad. Nadzariyat al-Maqashid ‘inda al-Imam asy-Syathibi. Beirut:
International Islamic Publishing House, 1995.
Rid}wa>n, Fath}i>. Min Falsafat al-Tashri>’ al-Isla>mi>. Beirut: Da>r al- Kita>b al-Bunani>, cet. II, 1975.
Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah, Juz II. Kairo: al-Fath Lil I’la>m al-Arobi, t.t.
Saebani, Beni Ahmad. Fiqh Munakahat 2. Bandung: Pustaka Setia, Cet. VI, 2010.
Said, Umar. Hukum Islam di Indonesia. Surabaya: CV. Cempaka, 1997.
al-Sha>t}ibi>, Al-Muwa>faqa>t fi> Us}u>l al-Shari>’ah, di-tah}qiq oleh Muh}ammad ‘Abd al-Qadi>r al-Fa>dili>, Jilid I, Juz II. Beirut: al- Maktabah al-‘As}riyyah, t.th.
Soemiyati. Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan.
Yogyakarta: Liberty, 1997.
Soeroso, Murti Hadiati. Kekerasan dalam Rumah Tangga dalam Perspektif Yuridis Viktimologis. Jakarta: Sinar Grafika, cet. 3, 2012.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, Cet. 22, 2015.
al-Suyut}i, Ima>m Abd al-Rah}ma>n Jala>l al-Di>n. al-Ashbah wa al-Naz}a>’ir.
Riyad: Maktabah Nazlr Mustafa al-Bazi, 1418 H/ 1997 M.
Suyuthi, Wildan. "Etika Profesi, Kode Etik, dan Hakim dalam Pandangan Agama"
dalam Pedoman Perilaku Hakim (Code of Conduct), Kode Etik Hakim dan Makalah Berkaitan. Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2006.
Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan. Jakarta: Prenada Media, 2006.
Thalib, Sayuti. Hukum Keluarga Di Indonesia. Jakarta: UI Press, Cet. 5, 1986.
Tutik, Titik Triwulan. Pengantar Hukum Perdata di Indonesia. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2006.
Umar, Hasbi. Nalar Fiqih Kontemporer. Jakarta: Gaung Persada Press, 2007.
Usman, Sayyid. Qawanin al-Syari’ah, Salinan Nabhan. Surabaya: t.th.
Wehr, Hans. A Dictionary of Modern Written Arabic. London: McDonald & Evan Ltd., 1980.
Yunus, Mahmud. Hukum Perkawinan dalam Islam Menurut Madzhab Syafi’i, Hanafi, Maliki, dan Hambali. Jakarta: Hida Karya Agung, 1990.
__________. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Hidakarya Agung, 1996.
__________. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemahan atau Penafsiran al-Qur’an, t.th.
Yusuf, Sofyan. “Taklik Talak Perspektif Ulama dan Pengaruhnya dalam Berumah Tangga”, Anil Islam, Vol. 10 No. 2 (Desember 2017), http://jurnal.instika.ac.id/index.php/AnilIslam/article/download/65/41.
Zaid, Mustafa. Al-Maslahah fi at-Tasyri’ al-Islami wa Najmuddin at-Tufi. Beirut:
Dar al-Fikr, 1954.
Zahrah, Muhammad Abu. Us}u>l al- Fiqh. Beirut: Da>r al-Fikr al-Arabi, 1958.
Zuhaili, Wahbah. al-Fiqh al-Isla>mi> wa Adillatuh, Juz VI. Damsyik: Da>r al- Fikr, cet.2, 1405 H/1985 M.
__________. Us}u>l al-Fiqh al-Isla>my, Juz II. Damsyik: Da>r al-Fikr, 1986.
PEDOMAN WAWANCARA
“Pelanggaran Taklik Talak Sebagai Alasan Perceraian Di Pengadilan Agama Giri Menang (Studi Putusan Perkara Nomor 080/Pdt.G/2013/PA.GM)”
A. Identitas Narasumber
Nama : ...
Tempat/Tgl. Lahir : ...
Jabatan : Hakim Pengadilan Agama Giri Menang
Lokasi & Waktu : ...
B. Pertanyaan
1. Bagaimana pendapat Bapak tentang taklik talak, apakah taklik talak dapat dijadikan sebagai alasan mengajukan perceraian?
2. Apa saja bentuk-bentuk/model pelanggaran taklik talak yang dijadikan sebagai alasan mengajukan perceraian di Pengadilan Agama Giri Menang?
3. Biasanya dalam kasus pelanggaran taklik talak, pihak yang dirugikan adalah istri kemudian dengan alasan pelanggaran taklik talak tersebut pihak istri mengajukan gugatan perceraian. Namun dalam perkara No.
080/Pdt.G/2013/PA.GM, yang melanggar taklik talak adalah suami dan pihak suami sendiri yang mengajukan perceraian. Bagaimana pandangan bapak terhadap kasus tersebut?
4. Menurut Bapak, jika terjadi pelanggaran taklik talak, siapa seharusnya yang mengajukan gugatan perceraian?
5. Dalam memutuskan perkara perceraian dengan alasan pelanggaran taklik talak, apakah hakim mendasarkan pada undang-undang saja atau merujuk pada sumber-sumber lain?
6. Mana yang lebih dominan yang digunakan sebagai pertimbangan dalam memutus cerai perkara pelanggaran taklik talak ini? apakah dari ijtihad sendiri atau semata-mata bersandar pada undang-undang yang berlaku?
7. Bagaimana hakim membuktikan adanya pelanggaran taklik talak dan bagaimana cara menyelesaikannya?
8. Bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara perceraian dengan alasan pelanggaran taklik talak?
HASIL WAWANCARA
Nama : H. ADI IRFAN JAUHARI, Lc.,M.A
Tempat Tanggal Lahir : BEKASI, 10 NOVEMBER 1978
Jabatan :HAKIM PENGADILAN AGAMA GIRI
MENANG
Lokasi dan Waktu : SENIN, 26 NOVEMBER 2018
1. Taklik talak boleh atau jaiz” dan bukan keharusan dalam perkawinan.
Taklik talak dapat dijadikan dasar untuk mengajukan gugatan perceraian 2. Selama tugas di Pengadilan Agama Giri Menang belum pernah
menyidangkan cerai dengan alasan taklik talak.
3. Belum sempat baca putusan tsb,,….
4. Pada umumnya (taklik pada buku nikah) yang di persyaratkan salah satunya adalah ketidak ridhoan istri terhadap kondisi/keadaan yang disebut dalam sighat, maka dalam hal ini istri yang mengajukan atas pelanggaran taklik dari suami.
5. Secara azas hakim wajib memedomani UU dan sumber hokum lain yang dibenarkan dalam hokum acara.
6. Saya berpendapat bahwa ijtihad dan undang-undang bukan dalam hal yang vis a vis karena ijtihad adalah proses pengambilan kesimpulan hokum yang tentu dapat juga didasarkan dari UU atau sumber hokum lainnya.
7. Sederhana saja, pelajari sighat taklik, lalu gunakan hokum pembuktian dalam menentukan apakah taklik itu sudah dilanggar atau belum.
8. Hakim harus menimbang sejauh mana bentuk sighat dan pelanggaran yang dijadikan alasan apakah benar terdapat korelasai dan akibat yang menjadi syarat dalam jatuhnya taklik. Jika yam aka telah terbukti bahwa taklik telah dilanggar.
HASIL WAWANCARA
Nama : MUH. SAFRANI HIDAYATULLAH
Tempat Tanggal Lahir : MATARAM, 19 FEBRUARI 1977
Jabatan :HAKIM PENGADILAN AGAMA GIRI
MENANG
Lokasi dan Waktu : KAMIS, 22 NOVEMBER 2018
1. Taklik talak dapat dijadikan alasan perceraian kerena bentuk perjanjian antara suami ddan istri selama substansi taklik talaknya tidak bertentangan dengan hukum islam. Akan tetapi, jika keadaan yang diisyaratkan dalam taklik talak betul-betul terjadi, namun talak ini tidak dengan sendirinya talak jatuh. Supaya talak sungguh-sungguhjatuh, istri harus mengajukan persoalannya ke Pengadilan Agama.
2. Bentuk atau model pelanggaran taklik talak antara lain: suami meninggalkan istri 2 tahun berturut-turut, suami selama 3 bulan berturut- turut tidak menafkahi istri, suami melakukan kekerasan secara fisik dan suami selama 6 bulan tidak memperdulikan istri.
3. Yang harus mengajukan pelanggaran taklik talak adalah pihak istri sebagai Penggugat
4. Tentunya harus merujuk pada Undang-undangyang ada, khususnya Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1990 Tentang KHI pada pasal 8, pasal 45, 46 dan 116 huruf (g), selain itu dapat menggunakan sumbner hokum lain seperti Al Qur’an Surat An nisa ayat 19 dan hadis nabi lainnya
5. Yang di jadikan sumber pertimbangan adalah undang-undang termasuk sumber hokum yang lain, bukan ijtihad
6. Pembuktiannya dengan membebankan menghadirkan ssaksi dan bukti lain di persidangan
7. Pertimbangannya dengan menganalisa apakah pelanggaran taklik talak tersebut bisa dibuktikan oleh Penggugat atau tidak
HASIL WAWANCARA
Nama : MUHAMMAD JAMIL, S.Ag
Tempat Tanggal Lahir : DEMAK, 05 JULI 1976
Jabatan :HAKIM PENGADILAN AGAMA GIRI
MENANG
Lokasi dan Waktu : KAMIS, 29 NOVEMBER 2018
1. Dalam peraturan perundang-undangan terutama Undang-Undang No. 1 tahun 1974 alasan perceraian tidak terdapat Taklik talak sebagai alasan perceraian namun dalam Kompilasi Hukum Islam dalam pasal 51 disebutkan pelanggaran atas perjanjian perkawinan member hak kepada istri untuk mengajukan ke Pengadilan, maka Pelanggaran Taklik talak bisa dijadikan alasan mengajukan perceraian
2. Sesuai rumusan bahwa taklik talak adalah perjanjian yang di gantungkan kepada syarat dengan tujuan utamanya melindungi istri dari kemudharatan, maka bentuk-bentuknya adalah perjanjian yang yang telah di buat oleh suami istri pada saat pernikahan tersebut.
3. Hakim tidak boleh menilai putusan orang lain
4. Jika tujuan utamanya Taklik Talak adalah melindungi istri maka yang berhak mengajukan gugatan dengan alasan taklik talak adalah istri.
5. Dalam memutus perkara hakim yang pertama adalah berdasarkan dengan Undang-Undang yang disandingkan dengan sumber-sumber hokum lainnya
6. Dalam mempertimbangkan alasan perceraianyang pertama harus berdasarkan Undang-Undang jika tidak ditemukan dalam undang-undang baru ijtihad.
7. Dalam Pembuktiannya hakim tetap membebankan kepada pihak untuk menghadirkan saksi dan bukti lain dan pemeriksaan perkara perceraian seperti biasa.
8. Hakim tetap dengan mengonstatir, mengkualifisir dan mengkontutir perkara tersebut, apakah pelanggaran Taklik Talak terbukti maka di kabulkan dengan khul’iy jikatidak terbukti maka ditolak.
HASIL WAWANCARA
Nama : RUFAIDAH IDRIS, S.H.I.
Tempat Tanggal Lahir : DENPASAR, 17 JUNI 1979
Jabatan :HAKIM PENGADILAN AGAMA GIRI
MENANG
Lokasi dan Waktu : KAMIS, 30 NOVEMBER 2018
1. Ya. Taklik talak dapat dijadikan sebagai alasan mengajukan perceraian ( Kompilasi Hukum Islam pasal 116 Huruf g).
2. Saya belum pernah menangani perkara perceraian dengan alasan Pelanggaran Taklik talak di Pengadilan Agama Giri Menang.
3. Dalam perkara di maksud, saya belum membaca putusannya. Namun menurut saya bisa saja, dalam pelanggaran taklik talak yang dilakukan suami dan suami yang mengajukan perceraian (KHI Pasal 116 huruf g) 4. Menurut saya jika terjadi Pelanggaran Taklik talak, yang seharusnya
mengajukan gugatan perceraian adalah istri.
Keadaan tertentu yang disyaratkan dalam taklik talak tersebut betul-betul terjadi, maka supaya taklik talak benar-benar jatuh, istri harus mengajukan ke Pengadilan Agama, kalau tidak mengajukan atau mengadukan persoalannya ke Pengadilan Agama maka talak suami itu selamanya tidak akan jatuh. Karena dalam sighat taklik talak selain ada empat keadaan tertentu yakni: 1. Meninggalkan istri 2 tahun berturut-turut. 2.tidak member nafkah wajib 3 bulan lamanya. 3. Menyakiti badan/Jasmani istri atau. 4. Membiarkan atau tidak memperdulikan istri selama 6 bulan atau lebih. Ada hal lain atau syarat lain yakni: 1. Istri tidak ridho. 2.
Mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama. 3. Gugatan diterima. 4. Istri
menyerahkan iwadh Rp. 10.000,-. Keempat syarat ini harus dipenuhi maka jatuhlah talak suami.
5. Pada Undang-undang dan sumber lainnya
6. Berdasarkan Undang-undang dan ijtihad tidak menafikkan pendapat ulama 7. Membuktikan adanya pelanggaran taklik talak dengan alat bukti pada tahap pembuktian dalam perkara perceraian karena pelanggaran taklik talak termasuk dalam kategori talak bain shugro, walaupun yang jatuh adalah talak suami. Karena untuk jatuhnya talak suami itu istri harus mengajukan ke Pengaadilan Agama dan membayar iwadh.
8. Memeriksa kebenaran alasan/ dalil gugatan dalam hal ini adanya pelanggaran taklik talak: dengan pembuktian membebankan kepada Penggugat untuk membuktikan dalilnya.
Kalo terbukti adanya pelanggaran taklik talak , perkara dikabulkan , jika tidak terbukti perkara di tolak.