• Tidak ada hasil yang ditemukan

303 1201 1 PB

N/A
N/A
Arip Saripudin

Academic year: 2023

Membagikan "303 1201 1 PB"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN : 2776-8740 (Online-Elektronik)

Vol. 1 No. 2, Bulan Agustus Tahun 2021

DOI: http://dx.doi.org/10.35138/orchidagri.303

Analisis Potensi Wilayah Berbasis Komoditas Tanaman Pangan Serta Kontribusinya Terhadap Ekonomi Regional Kabupaten Sumedang

Ai Siti Qodariyah

1, Karyana K.S 2, Lilis Amaliah Rosdiana2

1Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti Jl Raya Bandung-Sumedang km 29 Kode Pos 45362

2Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti Jl Raya Bandung- Sumedang km 29 Kode Pos 45362

Email: [email protected]

(Received: 24-08-21; Published: 27-08-21)

ABSTRACK

This study aims to determine which food crop commodities have comparative and competitive advantages and the contribution of the food crop sub-sector to the regional economy of Sumedang Regency. The method used is a case method. The results of data analysis show the following: 1) rice commodity is a food commodity with competitive and comparative advantages in most sub-districts. 2) food crop commodities provide a high contribution to the regional economy of Sumedang Regency.

Meanwhile, the labor elasticity shows inelastic because each rate of economic growth increases by 1%

while the labor force is decreasing by 0.046%. Based on the research results, it is suggested that there should be activities to develop food commodity areas in basic and non-basic areas, so that the competitiveness of food commodities in these areas will increase.

Keywords: Contribution, Regional Economy, Regional Potential

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komoditas tanaman pangan apa saja yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif serta kontribusi Sub sektor tanaman pangan terhadap ekonomi regional Kabupaten Sumedang. Metode yang digunakan adalah metode suatu kasus. Hasil analisis data menunjukkan sebagai berikut: 1) komoditas padi menjadi komoditas pangan dengan keunggulan kompetitif juga komparatif di sebagian besar wilayah kecamatan. 2) komoditas tanaman pangan memberikan kontribusi yang tinggi terhadap ekonomi regional Kabupaten Sumedang. Sedangkan elastisitas tenaga kerja menunjukkan Inelastis karena setiap laju pertumbuhan ekonomi naik 1%

sedangkan tenaga kerja kian menurun 0,046%. Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan perlu adanya kegiatan pengembangan wilayah komoditas pangan pada wilayah-wilayah basis dan non basis, agar daya saing komoditas pangan di wilayah tersebut meningkat.

Kata kunci: Ekonomi Regional, Kontribusi, Potensi Wilayah

(2)

25 | O r c h i d A g r i : V o l 1 , N o 2 , B u l a n A g u s t u s T a h u n 2 0 2 1 PENDAHULUAN

Di era reformasi saat ini, Indonesia mengalami banyak perubahan dalam berbagai bidang. Salah satu perubahan dalam pemerintahan yaitu mulai diberlakukannya otonomi daerah yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah mencabut UU Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Diberlakukannya otonomi daerah ini setiap daerah atau wilayah dituntut untuk bisa mengidentifikasi kemampuan daerah tersebut.

Oleh karena itu perlu adanya perencanaan pembangunan yang sesuai dengan memperhatikan potensi ekonomi yang dimilikinya.

Susanto (2014)mengatakan bahwa dalam konteks pembangunan regional, pemerintah telah menggariskan suatu kebijakan yang menghendaki agar pembangunan tidak hanya dilaksanakan secara terpusat, tetapi harus ada kebijakan pengembangan di tingkat daerah untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat luas pada suatu wilayah untuk mendukung dan menyukseskan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan kondisi daerahnya.

Wijaksana, dkk (2017) mengatakan bahwa peningkatan ekonomi pada suatu wilayah akan dilihat sangat baik apabila dapat memenuhi kebutuhan dari daerahnya sendiri dan juga dapat memenuhi kebutuhan daerah lain atau yang sering dikenal sebagai ekonomi basis. Dengan adanya basis ekonomi ini bisa dilihat potensi besar apa yang ada pada daerah tersebut sehingga akan terus dikembangkan agar dapat berkelanjutan karena bisa menjadi kontributor yang tinggi bagi perekonomian wilayah dengan memiliki pangsa pasar yang lebih luas bagi produk yang dihasilkan wilayah tersebut.

Pengembangan potensi ekonomi sektor unggulan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap kemajuan ekonomi daerah merupakan prioritas kebijakan yang harus dilaksanakan.

Oleh karena itu, informasi mengenai potensi- potensi yang dimiliki daerah sangat penting

diperlukan untuk mendukung kebijakan pembangunan ekonomi daerah (Rini, 2006).

Menurut Rustiadi dan Pranoto (2007) sejak tahap permulaan pembangunan sampai sekarang, sektor pertanian adalah sektor yang selalu menjadi pusat perhatian karena merupakan sektor penting yang mendukung pembangunan perekonomian nasional di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan pertanian merupakan salah satu perekonomian yang banyak menyentuh masyarakat, terutama masyarakat pedesaan.

Pembangunan ekonomi dengan mengacu sektor dan komoditas unggulan selain berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi juga berpengaruh pada perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Sektor unggulan adalah sektor atau kegiatan ekonomi yang mempunyai potensi, kinerja dan prospek yang lebih baik dibandingkan dengan sektor lainnya sehingga diharapkan mampu menggerakkan kegiatan usaha ekonomo turunan lainnya (Ratnasari, 2014).

Sektor pertanian terdiri dari beberapa subsektor yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan (Bappenas RI, 2020). Beberapa peran strategis sub sektor pertanian diantaranya dalam hal pertumbuhan dan pengembangan ketahanan pangan, PDB (Produk Domestik Bruto), kesempatan kerja serta sumber pendapatan perekonomian regional dan nasional.

Pertanian di Kabupaten Sumedang secara umum memiliki potensi yang besar dan bervariasi serta didukung oleh kondisi agroekosistem yang cocok bagi pengembangan komoditas pertanian terutama komoditas tanaman pangan, serta diimbangi oleh keberadaan sumber daya manusia yang berkualitas, akan mampu memacu pembangunan sektor pertanian sebagai salah satu potensi andalan daerah Kabupaten Sumedang.

Sebagian besar wilayah di Kabupaten Sumedang merupakan lahan pertanian yang memiliki potensi cukup baik bagi peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Komoditas tanaman pangan di Kabupaten

(3)

26 | O r c h i d A g r i : V o l 1 , N o 2 , B u l a n A g u s t u s T a h u n 2 0 2 1 Sumedang tidak terlepas dari kontribusi

komoditas tanaman pangan di tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Sumedang. Setiap kecamatan mempunyai potensi komoditas tanaman pangan yang berbeda berdasarkan sumber daya yang dimiliki dan kondisi wilayahnya.

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui 1. Komoditas tanaman pangan yang memiliki keuggulan komparatif dan kompetitif dalam pembangunan daerah Kabupaten Sumedang. 2. Kontribusi sub sector taaman pangan terhadap ekonomi regional dan elastisitas tenaga kerja Kabupaten Sumedang.

METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif-kuantiatif. Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan memberikan gambaran mengenai potensi daerah. Penelitian kuantitatif menggunakan lima metode analisis.

Data yang digunakan adalah berupa data sekunder, data sekunder sumber dari berbagai Instalasi Pemerintah yang ada di Kabupaten Sumedang yang telah di publikasikan seperti data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan, dan Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Sumedang.

Guna mencapai tujuan pertama dalam penelitan ini yaitu “mengetahui tanaman pangan apa saja yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif di

Kabupaten Sumedang” menggunakan analisis LQ dan Shift Share.

Berikut analisis untuk mendapatkan keunggulan komparatif:

Keterangan:

LQ = Nilai LQ-ratio komoditas tanaman pangan di setiap kecamatan di Kabupaten Sumedang

vi = Rata-rata produksi tiap komoditas tanaman pangan periode tahun 2013-2017 di Kecamatan i

vt = Total rata-rata produksi seluruh komoditas tanaman pangan periode tahun 2013-2017 di Kecamatan i.

Vi = Rata-rata produksi tiap komoditas tanaman pangan tahun 2013-2017 di Kabupaten Sumedang

Vt = Total rata-rata produksi seluruh komoditas tanaman pangan periode tahun 2013-2017 di Kabupaten Sumedang

Adapun kriteria pengambilan

keputusan yang didapatkan dari hasil analisis tersebut adalah:

LQ > 1: peranan komoditas tersebut di wilayah itu lebih menonjol daripada peranan komoditas itu secara nasional. LQ < 1: peranan komoditas tersebut di wilayah itu lebih kecil daripada peranan komoditas tersebut secara nasional.

Berikut analisis untuk mendapatkan keunggulan kompetitif:

Keterangan:

xio = Produksi komoditas i Kecamatan di tahun awal xit = Produksi komoditas i Kecamatan di tahun akhir Xio = Produksi komoditas i Kabupaten Sumedang di

tahun awal

Xit = Produksi komoditas i Kabupaten Sumedang di tahun akhir

Xo = Jumlah total produksi Kabupaten Sumedang di tahun awal

Xt = Jumlah total produksi Kabupaten Sumedang di tahun akhir

Guna mencapai tujuan kedua dalam penelitian ini yaitu “mengetahui kontribusi sub sektor tanaman pangan terhadap ekonomi

(4)

27 | O r c h i d A g r i : V o l 1 , N o 2 , B u l a n A g u s t u s T a h u n 2 0 2 1 regional dan elastisitas tenaga kerja Kabupaten

Sumedang” menggunakan analisis Kontribusi dan Elastisitas Tenaga Kerja.

Kontribusi komoditas padi terhadap perekonomian Kabupaten Sumedang.

Dimana:

X

= PDRB sub sektor tanaman pangan di Kabupaten Sumedang

Y

= PDRB total Kabupaten Sumedang Komponen penyusun PDRB

Kabupaten Sumedang terdiri dari 17 sektor, maka perhitungan rata-rata kontribusi komponen penyusun PDRB Kabupaten

Sumedang adalah sebagai berikut:

Rata-rata kontribusi komponen PDRB total

= 5,88%

Sub Sektor tanaman pangan merupakan salah satu komponen penyusun PDRB total Kabupaten Sumedang yang termasuk ke dalam sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.

Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan di Kabupaten Sumedang terbagi menjadi tiga (3) antara lain: (a) subsektor pertanian, peternakan, perburuan dan jasa; (b) subsektor kehutanan dan penebangan kayu; serta (c) subsektor perikanan.

Perhitungan rata-rata kontribusi komponen penyusun PDRB sektor pertanian, kehutanan dan perikanan

Kabupaten Sumedang dapat diformulasikan sebagai berikut:

Rata-rata kontribusi komponen PDRB sektor pertanian, kehutanan dan perikanan

= 1,96%.

Berdasarkan formulasi yang ditunjukkan, terdapat dua kriteria yang dapat ditemukan diantaranya yaitu:

a.

Kontribusi sub sektor tanaman pangan ≥ rata-rata kontribusi PDRB total Kabupaten Sumedang (1,96%), berarti kontribusi komoditas padi terhadap PDRB total Kabupaten Sumedang mempunyai kontribusi tinggi. Artinya, sub sektor tanaman pangan tersebut cenderung lebih progresif dalam mendukung perekonomian di Kabupaten Sumedang.

b.

Kontribusi sub sektor tanaman pangan <

rata-rata kontribusi PDRB total Kabupaten Sumedang (1,96%), berarti kontribusi komoditas padi terhadap PDRB total Kabupaten Sumedang mempunyai kontribusi rendah. Artinya, sub sektor tanaman pangan tersebut cenderung kurang progresif dalam mendukung perekonomian di Kabupaten Sumedang.

Berikut analisis Elastisitas Tenaga Kerja Kabupaten Sumedang:

Keterangan:

ƐTK = Elastisitas Tenaga Kerja

∆TK/TK = Tenaga Kerja Sub Sektor Tanaman Pangan

∆LPE/LPE = Laju Pertumbuhan Ekonomi Sub Sektor Tanaman Pangan

Kriteria :

E = 1 Unitary Elasticity, artinya apabila laju pertumbuhan ekonomi sub sektor tanaman pangan naik 1% maka jumlah tenaga kerja naik 1%, sebaliknya apabila laju pertumbuhan

ekonomi sub sektor tanaman pangan turun 1%

maka jumlah tenaga kerja akan turun 1%.

E > 1 Elasticity, artinya apabila laju pertumbuhan ekonomi sub sektor tanaman pangan naik 1% maka jumlah tenaga kerja akan

naik lebih dari 1%, sebaliknya apabila laju pertumbuhan ekonomi sub sektor tanaman pangan turun 1% maka jumlah tenaga kerja akan turun lebih dari 1%. E < 1 Inelastis, artinya apabila laju pertumbuhan ekonomi sub sektor tanaman pangan naik 1% maka jumlah tenaga

(5)

28 | O r c h i d A g r i : V o l 1 , N o 2 , B u l a n A g u s t u s T a h u n 2 0 2 1 kerja akan naik kurang dari 1%, sebaliknya

apabila laju pertumbuhan ekonomi sub sektor tanaman pangan turun 1% maka jumlah tenaga kerja akan turun kurang dari 1%.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Komoditas Tanaman Pangan yang Memiliki Keunggulan Komparatif dan Kompetitif per Kecamatan di Kabupaten Sumedang

Dari hasil analisis Location Quotient (LQ) dan Shift Share masing-masing kecamatan di Kabupaten Sumedang selama tahun 2013- 2017 diperoleh hasil seperti yang tercantum pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Hasil Analisis Location Quotient (LQ) dan Shift Share berdasarkan Hasil Produksi Komoditas Tanaman Pangan Masing-masing Kecamatan di Kabaputen Sumedang Tahun 2013-2017.

Dari hasil analisis LQ pada tabel diatas dapat dilihat komoditas tanaman pangan yang memiliki keunggulan komparatif (basis) berdasarkan kriteria LQ, yaitu jika nilai LQ>1.

Sebaliknya, jika nilai LQ<1, maka komoditas tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif (basis).

Berdasarkan pada Tabel 1 di atas, dapat dipahami bahwa setiap kecamatan di Kabupaten Sumedang memiliki komoditas tanaman pangan basis yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi alam yang dimiliki oleh wilayah kecamatan yang bersangkutan. Namun, komoditas padi dan ubi kayu menjadi komoditas basis di sebagian besar wilayah kecamatan.

Dapat disimpulkan dari hasil analisis LQ bahwa komoditas tanaman pangan yang relatif berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Sumedang adalah komoditas padi. Hal ini

dikarenakan selama kurun waktu 5 tahun (2013- 2017) komoditas padi menduduki wilayah basis paling banyak yaitu 15 kecamatan dari 26 kecamatan yang ada di Kabupaten Sumedang.

Selain itu, berdasarkan hasil analisis LQ kecamatan yang memiliki nilai basis dari komoditas padi tertinggi yaitu Kecamatan Surian.

Bedasarkan hasil analisis Shift Share dapat dipahami bahwa komoditas tanaman pangan yang memiliki keunggulan kompetitif terbanyak bedasarkan hasil produksi di Kabupaten Sumedang tahun 2013-2017 adalah komoditas padi.

Komoditas padi menduduki wilayah kompetitif (perubahan ekonomi positif) paling banyak yaitu 21 kecamatan dari 26 kecamatan yang ada di Kabupaten Sumedang.

(6)

29 | O r c h i d A g r i : V o l 1 , N o 2 , B u l a n A g u s t u s T a h u n 2 0 2 1 Komoditas unggulan tersebut diharapkan

mampu mendorong tumbuhnya sektor perekonomian lain sehingga dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumedang.

Kontribusi Sub Sektor Tanaman Pangan terhadap Ekonomi Regional Kabupaten Sumedang

Salah satu sub sektor yang mampu memberikan kontribusi cukup besar bagi Ekonomi Regional Bruto Kabupaten Sumedang adalah sub sektor tanaman pangan. Tanaman pangan di Kabupaten Sumedang terdiri dari 7

komoditas yaitu padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar.

Sub sektor tanaman pangan di Kabupaten Sumedang dapat memberikan prospek yang cukup baik bagi ekonomi regional Kabupaten Sumedang. Oleh karena itu, penting untuk diketahui seberapa besar persentase sumbangan kontribusi pengusahaan sub sektor tanaman pangan terhadap ekonomi regional Kabupaten Sumedang. Berikut adalah Tabel kontribusi

sub sektor tanaman pangan terhadap ekonomi regional Kabupaten Sumedang.

Tabel 2. Kontribusi Tanaman Pagan terhadap Ekonomi Regional Kabupaten Sumedang Tahun 2013-2017 (PDRB Harga Konstan)

Tahun

PDRB Sub Sektor Tanaman Pangan (Juta

Rupiah)

PDRB Kabupaten Sumedang (Juta

Rupiah)

Konstribusi (%) Keterangan

2013 1.938.428,68 17.194.506,28 11,27 Tinggi

2014 1.931.062,55 18.004.693,62 10,72 Tinggi

2015 1.725.464,26 18.950.365,39 9,1 Tinggi

2016 1.790.169,18 20.029.716,73 8,93 Tinggi

2017 1.969.909,07 21.276.696,67 9,25 Tinggi

Sumber: Data Sekunder diolah 2020

Keterangan: *Rata-ata kontribusi komponen penyusun PDRB Kabupaten Sumedang 1,96%

Berdasarkan Tabel 2 dapat dipahami bahwa kontribusi sub sektor tanaman pangan terhadap PDRB Kabupaten Sumedang selama kurun waktu lima tahun adalah tinggi. Sub sektor tanaman pangan memberikan kontribusi yang tinggi terhadap ekonomi regional Kabupaten Sumedang, dikarenakan sub sektor tanaman pangan ini merupakan sub sektor yang memiliki produksi paling tinggi dibandingkan sub sektor lainnya.

Selain itu sub sektor tersebut merupakan sub sektor pokok bagi masyarakat terutama pada komoditas padi (beras), dimana mayoritas

masyarakat Kabupaten Sumedang sehari- harinya mengonsumsi beras. Hingga saat ini masyarakat Kabupaten Sumedang masih menjadikan beras sebagai bahan pokok pangan karena belum terbiasa untuk mengonsumsi pangan alternatif pengganti beras.

Kriteria tinggi rendahnya dapat diketahui dengan membandingkan presentase kontribusi sub sektor tanaman pangan dengan presentase rata-rata kontribusi komponen PDRB Kabupaten Sumedang.

Kriteria tinggi rendahnya kontribusi sub sektor tanaman pangan : - Penerimaan sub sektor tanaman pangan > 1,96% maka kontribusi sub sektor tanaman pangan terhadap

(7)

30 | O r c h i d A g r i : V o l 1 , N o 2 , B u l a n A g u s t u s T a h u n 2 0 2 1 ekonomi regional Kabupaten Sumedang adalah

tinggi.

- Penerimaan sub sektor tanaman pangan <

1,96% maka kontribusi sub sektor tanaman pangan terhadap ekonomi regional Kabupaten Sumedang adalah rendah.

Kontribusi sub sektor tanaman pangan terhadap perekonomian Kabupaten Sumedang

selama periode 2013 hingga 2017 berturut-turut adalah sebesar 12,60%; 11,89%; 11,27%;

10,99%; 11,09%. Nilai kontribusi terendah dari sub sektor tanaman pangan terjadi pada tahun 2016, sedangkan nilai kontribusi tertinggi dari sub sektor tanaman pangan tejadi pada tahun 2013.

Elastisitas Tenaga Kerja Sub Sektor Tanaman Pangan Kabupaten Sumedang

Berikut adalah tabel elastisitas tenaga kerja sub sektor tanaman pangan di Kabupaten Sumedang tahun 2013-2017.

Berdasarkan Tabel 3 menyatakan bahwa elastisitas tenaga kerja sebesar 0,0459 berarti setiap kenaikan 1% laju pertumbuhan ekonomi di sub sektor tanaman pangan, tenaga kerja di sub sektor tanaman pangan menurun 0,0459%

(Inelastis). Meskipun nilai elastisitas tenaga kerja negatif, tetapi penurunannya hanya 0,0459% atau bisa dikatakan rendah. Hal itu menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi sub sektor tanaman pangan tidak mempengaruhi tenaga kerja. Sesuai dengan sektor-sektor unggulan ataupun yang sudah maju dan tumbuh persat dan cukup besar kontrobusi terhadap PDRB pada kabupaten takalar seperti sektor, pertanian, kehutananan dan perikanan dengan nilai 46,81%.

Di Indonesia, pada awalnya sektor pertanian memiliki kontribusi cukup besar jika dibandingkan dengan sektor lainnya pada

perekonomian wilayah. Meskipun sektor pertanian masih sangat dominan, tetapi kontribusinya terhadapp PDRB umumnya mengalami penurunan. Sebaliknya sektor lain seperti jasa-jasa dan perdaganagan, hotel dan restoran menunjukkan peningkatan kontribusi secara perlahan-lahan (Sapriadi and Hasbiullah, 2015). Demikianlah kondisi perekonomian mengalami proses transformasi dari ketergantungan terhadap sektor pertanian kepada sektorr-sektor lainnya. Di kabupaten Sumedang penggerak utama perekonomian dalam sepuluh tahun terakhir yang awalnya didominasi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sudah mulai bergeser ke sektror industry pengolahan sebagai penyumbang PDRB terbesar di tahun 2019 (Alam Masruri et al., 2021).

(8)

31 | O r c h i d A g r i : V o l 1 , N o 2 , B u l a n A g u s t u s T a h u n 2 0 2 1 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1.

Komoditas tanaman pangan yang relatif berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Sumedang berdasarkan analisis keunggulan komparatif (basis) adalah komoditas padi dan kecamatan yang memiliki nilai basis dari komoditas padi tertinggi yaitu Kecamatan Surian. Dan komoditas tanaman pangan yang memiliki keunggulan kompetitif terbanyak bedasarkan hasil analisis Shift Share adalah komoditas padi dengan menunjukkan perubahan ekonomi yang positif. Komoditas padi menduduki wilayah kompetitif paling banyak yaitu 21 kecamatan dari 26

kecamatan yang ada di Kabupaten Sumedang.

2.

Sub sektor tanaman pangan memberikan kontribusi yang tinggi terhadap ekonomi regional Kabupaten Sumedang.

Kontribusi sub sektor tanaman pangan terhadap perekonomian Kabupaten Sumedang selama periode 2013 hingga 2017 berturut-turut adalah sebesar 12,60%;

11,89%; 11,27%; 10,99%; 11,09%.

Kemudian elastisitas tenaga kerja sub sektor tanaman pangan selama 5 tahun adalah Inelastis. Karena setiap laju pertumbuhan ekonomi naik 1%, tenaga kerja menurun 0,0459% (Rajab and Rusli, 2019).

Saran

Berdasarkan dari kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1.

Perlu adanya kegiatan pengembangan wilayah komoditas pangan pada wilayah- wilayah basis, agar daya saing komoditas pangan di wilayah tersebut meningkat serta perlu adanya kegiatan pengembangan komoditas pangan di

wilayah non basis agar produksi pangan wilayah dapat lebih ditingkatkan.

2.

Perlu adanya dukungan dari pemerintah dalam bentuk kebijakan terkait dengan perencanaan penggunaan tenaga kerja daerah dan pengembangan sumber daya manusia, khususnya pada komoditas pangan yang memiliki perubahan dan pergeseran nilai PDRB yang positif.

DAFTAR PUSTAKA

Alam Masruri, F., Cahyono, and Nugrahana Fitria Ruhyana. 2021. Analisis Penentuan Sektor Unggulan di Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat. Coopetition J. Ilm.

Manaj. 12(1): 31–44. doi:

10.32670/coopetition.v12i1.283.

Bappenas RI. 2020. Perkembangan Ekonomi Indonesia dan Dunia untuk Triwulan I 2020. Bappenas RI. p. 15

Rajab, A., and Rusli. 2019. Penentu Sektor- Sektor Unggulan Yang Ada Pada Kabupaten Takalar Melalui Analisis Tipologi Klassen. GROWTH J. Ilm. Ekon.

Pembang. 1(1): 16–38.

https://stiemmamuju.e-

journal.id/GJIEP/article/view/13.

Ratnasari, E.D. 2014. Sectors Analysis and Determination of Gdp Forming Leading. J.

Fokus Bisnis 13(1): 1–29.

https://scholar.google.co.id/citations?view _op=view_citation&hl=id&user=SVl5JK 8AAAAJ&citation_for_view=SVl5JK8A AAAJ:d1gkVwhDpl0C.

Rini, S. 2006. Analisis Pertumbuhan Sektor- Sektor Perekonomian 30 Provinsi di Indonesi.

Rustiadi, E., and S. Pranoto. 2007. Agropolitan Membangun Ekonomi Perdesaan.

Sapriadi, and Hasbiullah. 2015. Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Kabupaten Bulukumba. J.

Iqtisaduna 1(1): 71–86. http://journal.uin- alauddin.ac.id/index.php/Iqtisaduna/articl

(9)

32 | O r c h i d A g r i : V o l 1 , N o 2 , B u l a n A g u s t u s T a h u n 2 0 2 1 e/download/1155/1121.

Susanto, H. 2014. Kajian Komoditas Unggulan, Andalan Dan Potensial Di Kabupaten Grobogan. J. Rural Dev. V(1): 63–80.

https://jurnal.uns.ac.id/rural-and- development/article/view/924/888.

Wijaksana, G., M. Safri, and P. Parmadi. 2017.

Kontribusi dan elastisitas subsektor dalam sektor pertanian di Kabupaten Tebo. J.

Paradig. Ekon. 12(2): 77–86. doi:

10.22437/paradigma.v12i2.3943.

Referensi

Dokumen terkait

Tanaman Hasil Hutan Bukan Kayu adalah sub sektor yang cukup berperan pada sektor pertanian di PDRB Kabupaten Pakpak Bharat, Tanaman Hasil hutan bukan kayu yang tercatat

terjadi pada semua sub sektor, yaitu sub sektor Tanaman Pangan turun sebesar 0,03 persen, sub sektor Hortikultura turun sebesar 0,41 persen, sub sektor Tanaman Perkebunan

Alat dan Mesin Pertanian Pra Panen Sub Sektor Tanaman Pangan. Penyediaan Alsintan Pra Panen Sub Sektor

Tanaman Hasil Hutan Bukan Kayu adalah sub sektor yang cukup berperan pada sektor pertanian di PDRB Kabupaten Pakpak Bharat, Tanaman Hasil hutan bukan kayu yang tercatat

Peran sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bireuen setiap tahunnya selalu meningkat, karena terjadinya peningkatan dari kontribusi persentase tanaman pangan dan

Peran sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bireuen setiap tahunnya selalu meningkat, karena terjadinya peningkatan dari kontribusi persentase tanaman pangan dan

Tanaman Hasil Hutan Bukan Kayu adalah sub sektor yang cukup berperan pada sektor pertanian di PDRB Kabupaten Pakpak Bharat, Tanaman Hasil hutan bukan kayu yang tercatat

 Dari 5 (lima) sub sektor pertanian komponen penyusun NTP, semua sub sektor mengalami penurunan indeks yaitu: NTP sub sektor Peternakan turun 2,59 persen, NTP sub