• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "ABSTRACT - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Gempa bumi yang terjadi pada 30 September 2009 dengan kekuatan 7,9 Skala Richter yang berpusat di Padang Pariaman, Sumatera Barat memberikan dampak langsung yang salah satunya yaitu robohnya beberapa bangunan pasar diPasar Raya Padang.Bangunan fisik pasar yang roboh antara lain adalah bangunan Inpres I, Inpres II lantai II. Bangunan lainnya yang mengalami kerusakan parah,

seperti Sentral Pasar Raya, bangunan Fase VII lantai II dan III serta bangunanyang ada di Pasar Raya lainnya. Blok I yang mengalami kerusakan paling parah dibangun kembali oleh Pemerintah Kota (Pemko), pada saat pembangunan berlangsung, agar pedagang tetap melakukan kegiatan jual beli, maka pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya yang pertama membangun kios-kios darurat, kemudian KONTRIBUSI PBHI WILAYAH SUMATERA BARAT DALAM PENYELESAIAN

KONFLIK PEDAGANG PASAR RAYA DENGAN PEMKO PADANG PASCA GEMPA TAHUN 2009-2016

Nefri Neldi¹, Kharles², Livia Ersi2

¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat

² Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]

ABSTRACT

Earthquake was destroying Padang city on September 30 in 2009 which have damaged many facilities that was broken. Furthermore, one of public facility that got serious accident was Padang public market. Many activities that have done to build the public market. Besides that, Padang government has created the policy, but from the policy that was created, many persons have rejected the policy in this condition, that was making conflict with the sellers of public market between Padang goverment exactly. Started from, the problem, PBHI of west Sumatera had given solution into the sellers and Padang government in accomplish menting the conflict. The purpose of the research wanted to know what the eforts that PBHI of west Sumatera in reducing the sellers problem with Padang government.

The methodology of the research that used in this research, first heuritstic, second, sources critical, third, interpreting, and fourd, historiograpic. The result of the research stated that the arrangement that have been made by Padang government is the early problem triggred conflict of the sellers of public market between Padang government, PBHI of west Sumatera as the lawyer from the sellers of Padang public market, as the lawyers PBHI of west Sumatera was associated and accomplishmenting into the sellers until have relation with The Association Human Right Of Repulic Indonesia with the result of agreement is recontruction and rehabilitation of public market of Padang.

Key Word: Contribution, Conflict, Traders, Municipal Government

Key Word: Contribution, Conflic, Traders, Municipal Government

(2)

bagi pedagang yang masih berjualan di Blok II, diberitahukan agar pindah dan menempati kios-kios darurat tersebut, dikarenakan Blok II akan dibongkar dan dibangun kembali. Hal ini yang menyebabkan pertama kalinya konflik dari pedagang yang tidak menginginkan untuk membongkar Blok II tersebut, dikarenakan sebagian masih bisa digunakan untuk aktifitas jual beli.

Masalah lainnya yang terjadi antara pedagang dengan Pemko Padang ialah pasar yang ingin dibangun oleh investor swasta bukan dari APBN/APBD ini tentu merugikan bagi pedagang dikarenakan apabila pasar dibangun oleh swasta, maka para pedagang harus membayar sewa dengan harga yang tinggi. Hal ini juga tidak terdapat dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana bahwa investor swasta tidak boleh membangun Pasar Raya, yaitu harus dari anggaran APBN/APBD. Kedua adalah pedagang kaki lima tidak masuk kedalam hitungan yang mendapat bantuan, hanya pedagang toko saja, namun dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan seluruh korban bencana, bukan hanya pedagang toko saja. Jadi, pedagang kaki lima itu juga termasuk ke dalam daftar karena pedagang kaki lima juga korban bencana, oleh sebab itu seluruh pedagang

yang merupakan korban bencana merasa tidak terima dan melakukan aksi demonstrasi pada tanggal 28 Oktober 2009.

Ratusan pedagang yang berasal dari pedagang sandang pangan, pedagang Pasar Inpres I, II, III Pasar Raya Padang, yang juga melibatkan Aliansi Mahasiswa Peduli Pedagang Pasar Raya yang dipimpin oleh Yogi Yolanda selaku Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa dari Universitas Andalas, Universitas Negeri Padang dan juga semua organisasi luar kampus yang ada di Kota Padang seperti HMI, PMII, Pemuda Pancasila dan lain sebagainya, sekaligus kaum ulama, serta partai-partai politik yang ada di Kota Padang. Mereka menuntut agar pembangunan kios darurat di Jalan Sandang Pangan itu dihentikan. Persoalan yang terjadi karena akses jual-beli turun drastis karena memakai badan jalan sehingga angkot tidak bisa masuk ke area Pasar Raya. Penolakan yang dilakukan oleh pedagang tersebut tidak direspon Pemko Padang dengan tetap melanjutkan pembangunan kios darurat dengan melibatkan TNI. Hal ini tentu membuat pedagang semakin kecewa sehingga mereka mengadakan musyawarah kembali di Pasar Raya. Setelah hasil musyawarah keluar maka para pedagang melakukan strategi gerakan sosial melalui aksi damai pada tanggal 11 November 2009, dengan

(3)

melibatkan 2000 pedagang ke DPRD Kota Padang.

Hasil aksi tersebut melahirkan Rekomendasi DPRD Kota Padang Nomor:

175/057/DPRD-Pdg/2009, dengan inti surat meminta Pemko Padang agar membongkar kios dan los darurat dan membicarakan dengan duduk bersama antara Pemko, DPRD dan Perwakilan Pedagang dalam pelaksanaan Rekomendasi. Tetapi Rekomendasi yang dikeluarkan oleh DPRD tidak mendapat perhatian dari Pemko Padang dengan tetap tidak membongkar kios darurat.

Setelah dilihat dari akar permasalahan yang terjadi antar pedagang dengan Pemko Padang ini Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia (PBHI) sebagai lembaga bantuan hukum dan HAM membantu pedagang untuk mendapatkan haknya tersebut. PBHI Wilayah Sumbar membantu para pedagang Pasar Raya Padang semenjak awal mula konflik ini terjadi yaitu pada tahun 2009, dan PBHI Wilayah sumbar ditunjuk sebagai kuasa hukum dari pedagang tersebut pada tahun 2010, surat kuasa diberikan pada bulan Februari.

Demikianlah selintas tentang awal mula konflik pedagang Pasar Raya Padang dengan Pemerintahan Kota.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian sejarah. Dalam penelitian sejarah ada empat metode penelitian diantaranya ialah

a. Heuristik (pengumpulan data) Tahap Heuristik merupakan proses pencarian dan pengumpulan informasi dari sumber-sumber yang relevan dengan masalah penelitian. Sumber primer umumnya berupa arsip, catatan perjalanan, risalah sidang, daftar hadir, surat keputusan, dan sebagainya,1seperti dokumen PBHI Wilayah Sumbar, serta struktur kerja PBHI Wilayah Sumbar yang berguna untuk mengetahui cara kerja dari PBHI Wilayah Sumbar tersebut. Selain itu sumber primer juga berasal dari hasil wawancara yang dilakukan secara langsung dengan pelaku, seperti dengan Wengki Purwanto selaku Ketua Badan Pengurus Wilayah PBHI Sumatera Barat, kemudian dengan Medi Afrisal dan Awaludin Muchtar selaku Anggota dari PBHI Sumatera Barat yang berisikan tentang cara kerja PBHI Sumbar dalam penyelesaian konflik Pedagang Pasar Raya dengan Pemko Padang, serta yang dilakukan wawancara dengan Pedagang di Pasar Raya Zahrial (Penjual tempe, cincau, delima dan kolang kaling), serta Wati (Penjual tempe, toge, tahu), dan Bapak Datuak (Pedagang Soto Garuda), agar

1 Hamid Abd Rahman, “ Pengantar Ilmu Sejarah”, (Yogyakarta: Ombak, 2011), hlm. 44

(4)

mengetahui peranan PBHI Wilayah Sumbar dalam penyelesaian konflik tersebut, dan juga beberapa anggota Dinas Perdagangan Pasar Raya lainnya. Penulis telah melakukan peninjauan ke beberapa perpustakaan seperti perpustakaan STKIP PGRI Sumatera Barat, kantor arsip daerah Sumatera Barat, perpustakaan PBHI Wilayah Sumbar dan Badan perpustakan dan kearsipan Provinsi Sumatera Barat.

b. Kritik sumber

Merupakan tahap untuk menentukan otentitas dan kredibilitas sumber sejarah.2 Kritik sumber bertujuan untuk memastikan kebenaran dan mencari keaslian sumber. Kritik tersebut berupa kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern dilakukan untuk mendapatkan kredibilitas atau menguji lebih jauh lagi menganalisis dokumen.

c. Interpretasi

Interpretasi yaitu pada tahap ini dilakukan analisa dan penggabungan beberapa fakta yang didapatkan dilapangan melalui sumber yang sudah dikritik.

Sehingga dapat menyimpulkan fakta baru, yang setelah ini dapat dilanjutkan ke tahap historiografi.

d. Historiografi

Historiografi atau penulisan yang tujuannya adalah merekontruksikan kembali keseluruhan peristiwa masa

2Ibid,. hlm. 47

lampau berdasarkan fakta yang telah didapat dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar agar komunikatif dan mudah dipahami pembaca. Hasilnya ialah tulisan sejarah yang bersifat deskriptif analitis.3

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Kondisi Pasar Raya Padang Sebelum Tahun 2009 dan Awal Mulanya Konflik

Sebelum gempa September 2009 Pasar Raya merupakan pusat kegiatan transaksi serta aktivitas ekonomi terbesar di Kota Padang. Sebagai pusat kegiatan ekonomi, secara praktis pasar ini merupakan tempat yang paling ramai dan paling sibuk dengan segala kegiatan ekonomi masyarakat yang ada di Kota Padang. Kawasan Pasar Raya meliputi luas areal ±9 ha termasuk di dalamnya pertokoan Atom Shopping Centre yang berhadapan dengan Lapangan Imam Bonjol. Pasar Raya merupakan pusat yang membawahi pasar-pasar pembantu yang ada di Kota Padang seperti Pasar Ulak Karang, Pasar Alai, Pasar Simpang Haru, Pasar Tanah Kongsi, Pasar Nangalo, Pasar Lubuk Buaya, Pasar Bandar Buat, Pasar Perumahan Belimbing, dan Pasar Air Pacah. Kawasan Pasar Raya mempunyai lokasi yang strategis karena berada di tengah pusat kota dan di kelilingi oleh

3GottschalkLouis, Mengerti Sejarah.

Terjemahan Nugroho Notosusanto (Jakarta:

Universitas Indonesia-Press, 1975), hlm. 32

(5)

pusat pemerintah, perkantoran, pertokoan, tempat hiburan lainnya. Secara geografis, lokasi Pasar Raya sebelah Utara berbatasan dengan pertokoan Pasar Baru dan Bioskop Raya. Sebelah Selatan berbatasan dengan Balai Kota Padang.

Pada tanggal 30 September 2009 terjadi gempa dikota Padang, yang membuat hancurnya sarana dan prasarana salah satunya Pasar Raya Padang. Kondisi Pasar Raya setelah gempa 2009 sangat memprihatinkan, sebab dengan hancurnya beberapa bangunan yang ada di Pasar Raya, dan juga banyak korban yang meninggal dunia. Pada saat gempa berlansung Pasar Raya mengalami kebakaran, sehingga sulit untuk para pedagang dan pembeli pada saat itu untuk melarikan diri, serta bangunan yang ada di Pasar Raya juga banyak yang roboh.

Satu minggu setelah gempa pedagang selamat dari bencana gempa mulai mengupayakan tempat baru bagi pedagang yang tertimpa bencana. Penataan Pasar Raya Kota Padang harus dikerjakan bersama-sama antara Pemko Padang dengan pedagang Pasar Raya beserta pihak terkait. Mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengawasan, pengontrolan serta pemanfaatan setelah selesai pembangunan Pasar Raya Padang secara menyeluruh. Banyaknya korban jiwa dan juga rusaknya bangunan yang ada di Pasar Raya, membuat Pasar Raya

menjadi salah satu dari sekian banyak bangunan yang ada di Pasar Raya yang mengalami rusak berat dan membuat kehilangan banyak jiwa.

b. Kelompok Yang Terlibat

a. PBHI Wilayah Sumatera Barat Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) Sumbar adalah suatu lembaga swadaya masyarakat yang bercita-cita memajukan HAM dan mencoba untuk merangkai dalam upaya-upaya dalam rangka pemajuan HAM yang tergolong masih baru. Hal tersebut ditandai dengan masih barunya Indonesia dalam meratifikasi konvenan-konvenan Internasional Hak Asasi Manusia.

b. Pedagang Pasar Raya

Pedagang adalah orang atau institusi yang memperjual belikan produk atau barang, kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung.4 Berdasarkan data yang peneliti dapatkan inilah jumlah pedagang yang dibantu oleh PBHI Wilayah Sumatera Barat dalam konflik yang terjadi dengan Pemko Padang yaitu sebanyak 145 dari perwakilan masing-masing perwakilan pedagang.

c. Komnas HAM

Komnas HAM merupakan pihak keempat yang melakukan intervensi awalnya berdasarkan laporan dugaan

4 Damsar, Sosiologi Ekonomi ( Jakarta:

PT. Raja Grafindo Jakarta, 2002), hlm. 95

(6)

pelanggaran peraturan perundang- undangan oleh pemerintah Kota Padang.

d. Ampepara

Ampepara memiliki kepedulian terhadap pedagang Pasar Raya. Aliansi mahasiswa mengupayakan dialog ataupun upaya negosiasi dengan strategi-strategi kolektif yang dijalankan. Ampepara tidak ikut dalam upaya mediasi dan negosiasi.

Berikut salah satu gambar yang mengungkapkan bahwa Ampepara pernah terlibat dalam penyelesaian konflik Pedagang Pasar Raya Padang dengan Pemko padang.

e. DPRD Kota Padang

DPRD tidak dapat dipisahkan dalam proses-proses resolusi konflik karena DPRD menjadi harapan kelompok kepentingan subordinat untuk memperjuangkankepentingannya.Dibuktik an dari beberapa sasaran dialog tentangkepentingan-kepentingan pedagang ditujukan kepada lembaga perwakilan rakyat ini.5

c. Upaya-upaya PBHI dalam penyelesaian konflik

1. Melakukan Analisa Hukum

PBHI sebagai lembaga bantuan hukum memang bergerak dibidang hukum, oleh sebab itu dalam membantu pedagang Pasar Raya tugas utama yang dilakukan

5Wawancara dengan Suharyati (60 Tahun) selaku perwakilan dari Pedagang serta salah seorang pendiri PBHI Wilayah Sumbar pada tanggal 09 Juli 2017

ialah membuat analisa hukum, diantaranya yaitu:

a) Mencatat kronologis kasus

b) Apa hak dari korban bencana tersebut, hak apa yang dilanggar terutama dibidang perekonomian masyarakat.

c) Setelah mengetahui hak yang terlanggar, maka PBHI Wilayah Sumbar melakukan tuntutan kepada pelanggar tersebut, baik secara lisan melalui pertemuan, dan secara tulisan melalui surat.6

2. Membangun komunikasi dengan Komnas HAM

Membangun komunikasi dengan komnas HAM, PBHI yang berfungsi sebagai badan promot berupaya untuk mempromosikan kasus-kasus yang berkaitan dengan pelanggaran HAM. Salah satu dari kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tersebut telah melanggar Hak Asasi Manusia, oleh sebab itu PBHI Sumbar mengajukan surat kepada komnas HAM yang ada di Sumbar. Setelah itu komnas melaporkan kepada Komnas HAM yang ada di pusat. Setelah surat diterima oleh Komnas HAM, PBHI Sumbar memberikan undangan kepada komnas HAM untuk mengadakan pertemuan dengan duduk bersama membahas mengenai kasus yang terjadi di Pasar

6Wawancara dengan Suharyati (60 Tahun) selaku salah satu pendiri PBHI dan perwakilan dari para pedagang pada tanggal 09 Juni 2017

(7)

Raya. Hal ini terjadi pada 08 November 2011 yang membahas mengenai kesepakatan penyelesaian sengketa rehabilitasi dan rekontruksi Pasar Raya Padang pasca gempa 2009 antara pemerintah kota Padang dengan pedagang Pasar Raya Padang dalam proses mediasi oleh Komnas HAM di Jakarta. Setelah terjalin kerjasama sama dengan Komnas HAM yang ada dipusat, dan hasil dari perjanjian itu salah satunya ialah dengan merekontruksi ulang pembangunan Pasar Raya Padang. Dalam hal ini PBHI Sumbar sebagai kuasa hukum dari pedagang mendampingi pelaksanaan dari perjanjian tersebut hingga dengan begitu PBHI Wilayah Sumbar dapat melihat dan memastikan agar perjanjian kerjasama itu dapat dilakukan antara pemerintah dengan pedagang Pasar Raya.7

3. Mendampingi Pedagang Pasar Raya Kurun waktu enam tahun PBHI Wilayah Sumbar telah melakukan advokasi terhadap pedagang Pasar Raya, dalam pendampingan pedagang Pasar Raya sebagai korban dari gempa 2009, PBHI Wilayah Sumbar menggunakan pedoman kerangka advokasi sebagai berikut:

a. Proses legislasi, yaituPBHI Wilayah Sumatera Barat mengajukan

7 Wawancara dengan Rahmad Ramli (26 Tahun) selaku anggota Bidang Kesektariatan (PBHI Wilayah Sumbar) pada tanggal 06 Juni 2017

permohonan kepada Komnas HAM pusat aggar diberikan jalan keluar untuk masalah rekontruksi dan rehabilitasi Pasar Raya Padang.

b. Proses PolitikdanBirokrasi, yaituupayauntukmempengaruhimem buatdanpelaksanaperaturanmelaluibe rbagaistrategi, mulaidarilobi, negosiasi, mediasi, hearing dansebagainya.

Cara ini digunakan untuk membentuk opini pablik yang baik, dalam hal ini keterampilan mengemas isu adalah hal yang utama.8

e. Kendala-kendala yang dihadapi oleh PBHI Sumbar dalam penyelesaian konflik

1. Anggaran atau Pendanaan

PBHI merupakan perkumpulan yang bersifat non profit dan tidak bisa berorientasi pada politik dan ideologi yang artinya tidak berorientasi pada keuntungan materil maupun bekepihakan pada suatu kutub, pengelolaan keuangan dikelola secara mandiri dan kolektif. Mandiri yaitu dan yang diperoleh dari kasus-kasus non struktural yang ditangani oleh PBHI Wilayah Sumbar dan dana kolektif merupakan dana yang dihimpun dari anggota PBHI Wilayah Sumbar baik yang

8 Wawancara dengan Rahmad Ramli,(26 Tahun) selaku anggota Bidang Kesektariatan (PBHI Wilayah Sumbar) pada tanggal 06 Juni 2017

(8)

masih berstatus aktif menjadi pengurus maupun mantan pengurus.

Anggaran yang terbatas tentu mempengaruhi kinerja PBHI Wilayah Sumbar dalam melaksanakan rutinitasnya sehari-hari seperti biaya operasional dan lainnya walaupun dengan keterbatasan anggaran ini PBHI Wilayah Sumbar masih mempunyai komitmen kuat dalam upaya pemenuhan Negara hukum demokratis.9

2. Jumlah Anggota

PBHI Wilayah Sumbar adalah perkumpulan yang berbasiskan anggota, dalam hal perekrutan anggota PBHI Wilayah Sumbar merekrut sumber daya manusia dari kalangan organisator dan aktivis. Mayoritas dari anggota direkrut ketika masih berstatus mahasiswa.

Tahapan menjadi anggota PBHI Wilayah Sumbar yaitu melalui mengikuti pelatihan HAM dasar lalu mengirimkan surat permohonan magang, setelah itu menyampaikan laporan magang, dan terakhir disahkan sebagai anggota musyawarah wilayah yang dilaksanakan tiga tahun sekali. Kendala tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain permasalahan sumber daya manusia muncul karena dewasa ini sulit mencari orang yang mau bergabung diranah pembelaan orang-orang kecil dikarenakan

9Wawancara dengan Wengki Purwanto (28 Tahun) selaku Ketua BPW (PBHI Wilayah Sumbar) pada tanggal 09 Juli 2017

PBHI selayaknya LSM umumnya tidak mempunyai dana untuk di gaji tetap anggotanya, dengan demikian beberapa anggota PBHI juga mempunyai profesi lain di luar untuk memenuhi kebutuhan pribadinya sehingga dengan aktivitas para pengurus di luar PBHI berpengaruh terhadap manajemen waktu.10

f. Kendala dari pedagang Pasar Raya Masalah selanjutnya yang timbul dari pedagang Pasar Raya adalah bahwa pedagang belum sepenuhnya menempati tempat yang telah disediakan oleh pemko, dalam hal penempatan tempat berjualan sesuai dengan lot yang telah dipilih, karena pedagang dianggap merasa dirugikan karena sulit melakukan jual beli pada inpres yang telah dibangun, alasannya pembeli malas untuk naik keatas. PBHI Wilayah Sumbar juga belum sepenuhnya bisa mengorganisir pedagang yang ada di Pasar Raya, karena seperti yang diketahui banyak macam orang yang dihadapi maka banyak pula tingkah laku yang harus dihadapi.

Masalah selanjutnya yaitu konflik yang terjadi antara pedagang Pasar Raya, yaitu pedagang toko dengan pedagang kaki lima, dimana para pedagang merasa dirugikan oleh sebab itu, pedagang toko melarang pedagang kaki lima untuk

10Wawancara dengan Suharyati (60 Tahun) selaku salah satu pendiri PBHI Sumbar dan perwakilan dari para pedagang pada tanggal 09 Juni 2017

(9)

berjualan didepan tokonya dan disela-sela jalan karena pedagang toko, menganggap hal tersebut bisa menutup tokonya, sehingga tokonya tidak terlihat dengan pembeli. Pedagang yang ada di Pasar Raya banyak yang kehilangan surat mengenai data kepemilikan bangunan yang ada di pasar, yang diakibatkan oleh gempa 2009 Pasar Raya terbakar, sehingga dalam hal ini PBHI Wilayah Sumbar sulit untuk menetapkan bahwa bangunan ini milik pedagang tersebut atau bagaimana. Jadi untuk mendapatkan bukti dari pedagang tersebut, maka data yang harus diberikan oleh pedagang yaitu melalui saksi yang berada di sekitar tempat berdagang dulunya, kemudian pedagang juga harus mengurus surat keterangan kehilangan dari kepolisian, dan data pendukung dari Dinas Perdagangan mengenai kepemilikan penempatan bangunan untuk berdagang.11 KESIMPULAN

PBHI merupakan Lembaga Bantuan Hukum yang bergerak di Bidang Hak Asasi Manusia. PBHI berfungsi untuk mengangkat dan membela hak asasi manusia yang merupakan layanan bantuan untuk masyarakat. Setelah gempa tahun 2009 PBHI Sumbar turun langsung ke lapangan untuk melihat kerusakan dan korban dari bencana gempa 2009 tersebut.

11 Wawancara dengan Rahmad Ramli (26 Tahun) selaku anggota Bidang Kesektariatan (PBHI Wilayah Sumbar) pada tanggal 06 Juni 2017

Setelah ditinjau ke lapangan, PBHI Sumbar menemukan masalah mengenai konflik pedagang dengan Pemko Padang, yang disebabkan oleh kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang dianggap merugikan oleh pedagang.

PBHI Sumbar yang ditunjuk sebagai kuasa hukum telah banyak membantu pedagang dalam penyelesaian masalah tersebut. Setelah kurang lebih dari enam tahun, PBHI Sumbar berhasil mendampingi dan membantu pedagang hingga permasalahan tersebut melahirkan beberapa hasil yaitu:

1. Munculnya mediasi dengan Komnas HAM RI

2. Lahirnya kesepakatan rehabilitasi dan rekontruksi dengan pemerintah kota padang, PBHI Wilayah Sumbar dan pedagang serta dengan Komnas HAM RI pada tanggal 08 November 2011, yang hasilnya merekontruksi Pasar Raya Padang, dengan keterangan:

a. Pembangunan dan penetapan Inpres I sudah selesai.

b. Pembangunan dan penetapan Inpres II sudah selesai.

c. Pembangunan Inpres III sudah selesai dan sedang berjalan pelotingan penempatan tempat berdagang.

Fase VII pembangunan dan penetapan sudah selesai.

(10)

DAFTAR PUSTAKA A. Arsip

Dokumen Visi, Misi dan Tujuan PBHI Wilayah Sumatera Barat

Dokumen Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 3 tahun 2014

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana Bab 1 Pasal 1

Laporan rekapitulasi data petak toko/kios/los dan meja batu Tahun 2010, Dinas Perdagangan Kota Padang.

B. Buku

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 2009. Profil Kota Padang. Padang:

Bappeda, Pemerintah Kota Padang.

Damsar, 2002. Sosiologi Ekonomi, Jakarta:

PT. Raja Grafindo Jakarta.

Freek Colombijn, 2006. Paco-paco Kota Padang, Yogyakarta: Ombak.

Gilarso T, 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Yogyakarta: Kanisius Hamid Abd Rahman, 2011. Pengantar

Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Ombak.

Horton B.Paul dan Chester L.Hunt, 1984.

Sosiologi, Jakarta: Erlangga.

Joesoef Jose Rizal, 2008. Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing, Jakarta:

Salemba Empat.

Kartodirjo Sartono, 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.

Kuntowijoyo, 2003. Metodologi Sejarah, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.

Lawang Robert M.E, 1999. Teori Sosiologi, Jakarta: PT Gramedia.

Rintuh Cornelis, 2005. Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat, Yogyakarta:

BPFE-Yogyakarta.

Sopian, 2008. Perilaku Organisasi, Yogyakarta: ANDI.

Susan Novri, 2010. Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer, Jakarta : Kencana.

Sunyoto Danang, 2014. Studi Kelayakan Bisnis,Jakarta: CAPS.

c. Surat Kabar/ Koran

Padang Ekspress, “ Inpres II, III, dan IV Tak Layak Huni”, Rabu, 29 Juni 2011

Padang Ekspress, “ Belum Akomodir Pasar Tradisional Ranperda Pasar Rakyat Dikritik”, Senin, 11 April 2016

d. Skripsi

Merina Sari Yasman (2015), Kontribusi PT. Semen Padang terhadap Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang”, Skripsi. Jurusan Geografi, STKIP PGRI Sumatera Barat.

Richi Aulia (2016), “Peran Organisasi Bantuan Hukum dalam pemberian Bantuan Hukum bagi masyarakat miskin di Sumatera Barat (studi kasus di Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia Wilayah Sumatera Barat)”. Skripsi. Jurusan Hukum.

Universitas Bung Hatta.

Winda Fitriani (2008), Resistensi Pedagang Terhadap Kebijakan

Pemko Padang dalam

Pembangunan Pasar Blok I Pasar Raya Padang”, Skripsi. Jurusan Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas.

Ice Maya Sari tahun (2012), “Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) Sumbar tahun (2001-2011)”. Skripsi.

Jurusan Pendidikan Sejarah.

Universitas Negeri Padang.

Febbritua Rezki Gultom (2015), “Peran Lembaga Swadaya Masyarakat dalam upaya pemenuhan Hak Asasi Manusia sebagai salah satu unsur Negara Hukum Demokratis (studi kasus di Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia Wilayah Propinsi Sumatera Barat)”. Skripsi. Jurusan Hukum. Universitas Bung Hatta.

(11)

Nahdliyul Izza (2010), “Pengaruh Pasar Modern Terhadap Pedagang Pasar Tradisional ( Studi Pengaruh Ambarukmo Plaza Terhadap Perekonomian Pedagang Pasar Desa Caturtunggal Nologaten

Depok Sleman

Yogyakarta)”Skripsi. Jurusan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

e. Jurnal

Meri Erawati, “Konflik Pemerintah Kota dan PKL Pasar Raya Padang Pasca Gempa 2009” Jurnal Bakaba, (Volume 1 nomor 1 tahun 2012).

Firdaus, “Protes Korban Bencana Studi Konflik Penanggulangan Bencana di Pasar Raya Padang”, Jurnal Mamangan, (Volume 1 nomor 2 tahun 2014).

Ira Ariesta, “Peran Perempuan Dalam Resolusi Konflik Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pasar Raya Padang”, Jurnal Mamangan, (Volume I nomor 2 tahun 2014).

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, berdasarkan hasil dilapangan mengenai Persepsi Masyarakat Tentang tata laksana PERDA Larangan Membuang Sampah Sembarangan Di Kelurahan Rawang Kecamatan Padang Selatan bahwa

Evaluasi Layanan Penempatan dan Penyaluran oleh Guru BK dalam Meningkatkan Peserta Didik untuk Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler di Kelas XI Dilihat dari Tahap Evaluasi