PENDAHULUAN
Hutan merupakan paru-paru dunia karena hutan dapat memproduksi oksigen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup. Hutan juga menyimpan berbagai kekayaan alam seperti pepohonan, satwa hidup, hasil tambang, dan berbagai sumber
daya alam yang lainnya yang dapat memberikan kesejahteraan bagi manusia jika dimanfaatkan dengan baik. Hutan produksi merupakan area hutan yang digunakan sebagai penghasil hasil hutan bagi kepentingan masyarakat ataupun untuk kepentingan PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI BAGI MASYARAKAT DI JORONG I
SUNGAI PANDAHAN NAGARI SUNDATAR KECAMATAN LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMAN
Syophya Dilla Sary, Yeni Erita, Loli Setriani
Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]
ABSTRACT
This study aims to describe and know about Utilization of Production Forests for Communities In Jorong I Sungai Pandahan Nagari Sundatar Pasaman Regency, viewed from: 1) people utilize Production Forest, 2) Obstacles faced by society In the utilization of Production Forest.The type of research used in this research is qualitative research with research location in Jorong I Sungai Pandahan Nagari Sundatar Pasaman District. The informants in this study amounted to 25 people covering the community, and the key informant was Wali Nagari Sundatar using observation, interview, and documentation techniques. Data accuracy was tested using triangulation of data, data collected using snowball sampling. The data collected then performed data reduction, data presentation, and conclusion. he result of this research shows that 1) people use production forest in Jorong I Sungai Pandahan Nagari Sundatar Pasaman Regency is as a place to fulfill the necessities of life, as a livelihood. make occasional chicken farms, rattan is used to make seats, including animals such as deer, deer, birds such as magpies, beans, balam and so forth, 2) Obstacles faced by the community in the utilization of production forests in Jorong I Sungai Pandahan Nagari Sundatar Pasaman Regency is the reduced quality of good timber, facilities, such as sinso, an inadequate ax, and distances far from residential settlements. procedure of utilizing the forest well, then piple still not maximal in preservingtheproductionforest.
Keywords: Utilization, Production Forest, and Community
industri. Jika hutan produksi dikelola dengan baik tentu hasilnya semakin baik untuk menghasilkan nilai ekonomis tertentu. Untuk memanfaatkan hutan produksi maka harus mendapatkan izin pemerintah dimana kegiatan usaha yang diizinkan untuk hutan produksi tersebut adalah pemanfaatan hasil hutan berupa kayu hutan alam maupun hutan tanaman.
Dalam peraturan pemerintah menegaskan pemanfaatan fungsi hutan produksi menjadi perkebunan harus sesuai dengan peraturan perundangan, (Nurdjahjawilasa, 2013:9).
Pemanfaatan sumber daya kayu yang tidak efisien tercermin dari proporsi kayu bulat yang dapat diperoleh (log recovered), jumlah limbah tebangan (wood waste), serta kerusakan yang ditimbulkan oleh praktik pembalakan yang dilakukan pada tahun 1990-an jika dibandingkan dengan dengan praktik pembalakan lestari. factor –faktor yang mempengaruhi hutan produksi adalah menciutnya hutan akibat kebutuhan lahan oleh sector lain mangkin tinggi, dan tekanan ekonomi.
Rahajeng Kusumaningtias, (2010:8) Pada prinsipnya konsepsi pengelolaan hutan produksi memiliki tiga tipe, yaitu:
1. Konsep Perspektif Bentang Alam (landscape perspective)
Sebuah ekosistem lokal pada hakekatnya tidaklah bersifat tertutup, melainkan merupakan sebuah bagian dari ekosistem yang lebih besar dan berada dalam suatutatanan interaksi dengan sejumlah ekosistem lain di dalam suatu kesatuan bentang alam.
Dengan demikian adanya tindakan manusia terhadap sebuah ekosistem lokal potensial menimbulkan akumulasi dampak terhadap bentang alam dan pada akhirnya akan berpengaruh pada suatu wilayah tertentu. Sehubungan dengan itulah maka pengelolaan hutan tidak boleh hanya didasarkan pada perspektif ekosistem hutan semata, tetapi harus didasarkan pada perspektif bentang alam (landscape perspective)
2. Konsep Pelibatan Partisipasi Seluruh Pihak Terkait.
Keterlibatan para pihak (stakeholders) dalam pengelolaan hutan
diperlukanuntuk lebih menjamin tercapainya kepuasan pihak-pihak yang berkepentingan padatingkat tertentu, khususnya dalam perumusan keseimbangan fungsi-fungsi ekologi,ekonomi, dan sosial dari ekosistem hutan. Dalam kaitan dengan hal tersebut, para pihakdapat dilibatkan dalam penentuan tujuan- tujuan yang ingin dicapai, analisis keadaan,serta pemecahan masalah dan pengembangan upaya-upaya perbaikan.
Hutan produksi adalah hutan yang bisa dikelola untuk menghasilkan hutan. Hutan memberikan banyak hasil yang bernilai ekonomis seperti kayu, getah dammar, rotan, kemenyan, getah jelutung, dan lain-lainnya. Hutan produksi ini menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomis dan menguntungkan jika dijual seperti halnya kayu dan beberapa hasil hutan lainnya. Hutan juga memberikan manfaat secara langsung dan juga tidak secara langsung. Manfaat langsung yang dapat dirasakan seperti hasil kayu, satwa, hasil tambang, dan lain-lainnya. Manfaat tidak langsung
seperti manfaat rekreasi, pencegahan erosi, perlindungan dan pengaturan tata air, (Kusumaningtyas, (2010 : 9).
Nurtjahjawilasa, (2013: 9) mengatakan hutan produksi adalah suatu proses pengelolaan hutan untuk mencapai satu atau lebih tujuan pengelolaan yang secara jelas ditetapkan, yang menyangkut produksi hasil hutan yang diinginkan dan jasa secara berkesinambungan, tanpa dampak yang tidak diinginkan baik terhadap lingkungan maupun sosial, atau pengurangan nilai yang terkandung didalamnya dan potensi potensinya pada masa yang akan datang.
Tata aturan hutan produksi menurut Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P. 32/Menhut - II/2010 terdiri dari Letak, luas dan batas lahan penggantinya jelas, letaknya berbatasan langsung dengan kawasan hutan, terletak dalam daerah aliran sungai, pulau, dan/atau provinsi yang sama, dapat dihutankan kembali dengan cara konvensional, tidak dalam sengketa dan bebas dari segala jenis pembebanan dan hak tanggungan dan,
mendapat rekomendasi dari gubernur dan bupati dan walikota setempat.
Peraturan pemerintah republik Indonesia no.24 tahun 2010 pasal 1 tentang penggunaan kawasan hutan.
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan, kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
Menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999 pasal 1 hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
Pengurusan hutan diatur dalam Pasal 9 sampai Pasal 12 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan. Ketentuan itu kemudian disempurnakan dalam Pasal 10 UU 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Pada hakikatnya tujuan pengurusan hutan dalam arti luas adalah untuk mencapai
manfaat hutan yang sebesar-besarnya, secara serba guna dan lestari, baik langsung maupun tidak langsung dalam rangka membangun masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Pasaman terbagi kedalam dua jenis hutan yaitu hutan lindung dan hutan produksi. Pada dasarnya hutan di Kabupaten Pasaman kususnya di Jorong I Sungai Pandahan memiliki berbagai potensi diantaranya yaitu hutan sebagai kelangsungan hidup, resapan air, sebagai pemasok air bagi masyarakat terutama masyarakat Jorong I Sungai Pandahan Nagari Sundatar. Kawasan hutan dikabupaten pasaman terutama di Jorong I Sungai Pandahan Nagari Sundatar adalah hutan prodiksi. Hutan produksi pemelikanya wilayah kekuasan kaum atau hak Ulayat (datuk). Hanya lahan yang bisa dimiliki oleh masyarakat. Hak Ulayat merupakan hak tertinggi atas tanah yang dimiliki oleh suatu persekutuan hukum (desa, suku) untuk menjamin
ketertiban pemanfaatan tanah atau hutan.(Supriyadi:2013:54)
Pengaturan lebih lanjut mengenai hak ulayat ini dapat detemukan dalam peraturan menteri Negara agraria nomor 5 tahun 1999 tentang pedoman penyelesaian hak ulayat masyarakat hukum adat, yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi daerah yang melaksanakan urusan pertahahan dalam hubungan masalah hak ulayat.
Undang-Undang RI No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan disebutkan bahwa hutan rakyat adalah hutan hak yang berada pada tanah yang dibebani hak milik. Pengertian ini mencakup semua hutan yang tumbuh di atas lahan milik rakyat, baik petani perseorangan maupun bersama- sama atau badan hukum. hutan rakyat dapat diartikan sebagai tanaman kayu yang ditanam pada lahan-lahan milik masyarakat. Keberadaan hutan rakyat di Indonesia semakin penting karena turut menyumbang pasokan kebutuhan kayu bagi industri perkayuan.
Disamping itu hutan rakyat merupakan salah satu sarana dalam upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya yang tinggal di pedesaan.
Hutan yang ada disekitar jorong I sungi pandahan nagari Sundatar memiliki luas 6,500 km2,dan 4824 ha kawasan hutan produksi memang kurang bagus dilihat dari penghasilan yang diperoleh masyarakat, tapi masyarakat setempat hutan bukan hanya dijadikan sebagai penghasil kayu tapi juga sebagai tempat berkebun. Sedangkan penduduk kebanyakan penghasilan diperoleh dari hasil hutan seperti, kayu,rotan, dan lain sebagainya. Kondisi hutan yang berada di sekitar Sundatar adalah hutan hujan tropis hal ini karena terjadi curah hujan yang tinggi di sundatar Kabupaten Pasaman. Masyarakat tersebut tidak memaksimalkan pemanfaatanya, apaila pohon yang sudah ditebang hanya sebagian yang dimanfaatkan.
Hutan produksi terletak di Di jorong I Sungai pandahan Nagari Sundatar. masyarakat untuk memanfaatkan hutan belum banyak yang mengetahui kayu seperti penebangan, bahkan belum cukup
umur kayu sudah ditebang, sebagai kayu yang ada di kawasan hutan produksi kayu yang harus bisa dipanen menurut dinas agrarian menimal 10 tahun umur baru bisa diamnfaatkan.
Kayu engsel merupakan bagian kayu antara takik balas dan takik rebah.
Kayu lebarnya kurang lebih 1/10 diameter. Fungsi dari kayu engsel adalah sebagai kemudi dalam mengarahkan rebahnya pohon.
Kendala masyarakat di Jorong I
Sungai Pandahan dalam
memanfaatkan hutan produksi karena menurunya kualitas hasil hutan, keterbatasan sarana dan prasaran pengambilan hutan, apabila masyarakat hutan dijadikannsebagai mata pencaharian seperti, menjual kayu, menjual sangat sulit, ilegaloging dari luar mayoritas merusak hutan menyulitkan masyarakat untuk memilih atau memanfaatkan karena sudah di tebang oleh masyarakt luar.
Setelah penulis melakukan observasi awal di Jorong I Sungai Pandahan Nagari Sundatar ternyata terbukti bahwa masih banyak masyarakat yang belum memahami
pemanfaatan hutan produksi. seperti pengambilan rotan yang berlebihan ,penangkapan satwa secara legal, penebangan hutan tanpa tebang pilih,baik dari luar maupun masyarakak setempat terutama didaerah perbukitan akan menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat seperti, tanah longsor, banjir, dan sebagainya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat judul tentang “Pemanfaatan Hutan Produksi Bagi Masyarakat di Jorong I Sungai Pandahan Nagari Sundatar Kecamatan Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman”
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan lokasi penelitian di Jorong I Sungai Pandahan Nagari Sundatar Kabupaten Pasaman. Adapun informan dalam penelitian ini berjumlah 25 orang meliputi masayarakat, dan informan kunci adalah Wali Nagari Sundatar dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Keakuran data diuji dengan menggunakan triangulasi data, data yang dikumpulkan dengan menggunakan snowball sampling.
Data yang terkumpul kemudian dilakukan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dalam peneitian ini adalah:
1. Masyarakat memanfaatkan hutan produksi di Jorong I Sungai Pandahan Nagari Sundatar Kecamatan Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman adalah sebagai tempat memenuhi kebutuhan hidup, sebagai mata pencaharian. Hasil hutan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat seperti kayu surian, modang, bambu, rotan, temasuk binatang seperti rusa, kijang, burung dan lain sebagainya.
Masyarakat terkendala dalam memanfaatkan hutan produksi karena tidak adanya pengetahuan mendalam dari peihak pemerintah Nagari Sundatar Kabupaten pasaman tentang bagaimana
semstinya tata cara memanfaatkan hutan dengan baik, kemudian masyarakaat masih kurang maksimal dalam menjaga kelestarian hutan produksi tersebut.
2. Kendala yang dihadapi bagi masyarakat dalam Pemanfaatan hutan produksi di Jorong I Sungai Pandahan Nagari Sundatar Kecamatan Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman adalah berkurangnya kualitas kayu yang baik, sarana dan prasaran yang belum memadai, dan jarak tempuh yang jauh dari pemukiman tempat tingkal.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, maka hasil tersebut di atas akan dibahas lebih lanjut dalam bentuk urauin.
Pertama Masyarakat
meamanfaatkan hutan produksi di Jorong I Sungai Pandahan Nagari Sundatar Kecamatan Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman. Dari pengamatan penulis di lapangan dapat ditarik kesimpulan bahwa hutan adalah sebagai tempat memenuhi kebutuhan hidup artinya sebagai mata
pencaharian bagi masyarakat. Hasil hutan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat seperti kayu surian digunakan untuk bahan pembuatan rumah dan dijual bagi pedangang kayu, bambu digunakan sebagai bahan pembuatan tenpat ternak ayam, rotan digunakan sebagai bahan pembuatan kursi, temasuk binatang seperti rusa, kijang, burung dan lain sebagainya.
Masyarakat terkendala dalam memanfaatkan hutan produksi karena tidak adanya pengetahuan mendalam dari peihak pemerintah Nagari Sundatar Kabupaten pasaman tentang bagaimana semstinya tata cara memanfaatkan hutan dengan baik, kemudian masyarakaat masih kurang maksimal dalam menjaga kelestarian hutan produksi tersebut.
Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan hasil hutan non-kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya. Pemanfaatan
hutan produksi menurut Undang- Undang Nomor 41 1999 Pasal 26 menyatakan bahwa penggunaan hutan lindung bisa dilakukan tanpa merusak lingkungan atau mengurangi fungsi utama di kawasan itu, melalui penyediaan izin usaha.
Hutan merupakan paru-paru dunia karena hutan dapat memproduksi oksigen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup. Hutan juga menyimpan berbagai kekayaan alam seperti pepohonan, satwa hidup, hasil tambang, dan berbagai sumber daya alam yang lainnya yang dapat memberikan kesejahteraan bagi manusia jika dimanfaatkan dengan baik, (Kusumaningtyas, 2010
Kedua. kendala yang dihadapi bagi masyarakat dalam Pemanfaatan hutan produksi di Jorong I Sungai Pandahan Nagari Sundatar Kecamatan Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman.
Dari pengamatan dan hasil wawancara penulis di lapangan dapat ditarik kesimpulan kendala utama yang dirasakan oleh masyarakat berkurangnya kualitas kayu yang baik, bahwa hasil hutan yang dimanfaatkan
oleh masyarakat belum sesui dengan tata cara Undang-Undang agrarian kehutan , seperti penebangan kayu tidak ada sistem tebang pilih, binatang yang ada di kawasan hutan Nagari Sundatar yang dilarang oleh hokum masih di manfaatkan.
Rahmawaty, (2004 : 2). Hutan juga memberikan manfaat secara langsung dan juga tidak secara langsung. Manfaat langsung yang dapat dirasakan seperti hasil kayu, satwa, hasil tambang, dan lain- lainnya. Manfaat tidak langsung seperti manfaat rekreasi, pencegahan erosi, perlindungan dan pengaturan tata air. Dalam hal ini, untuk menghindari kerusakan hutan atau pemanfatan hutan secara tidak baik tidak hanya masyarakat yang mengatasi masalah tersebut tapi, pemerintah setempat harus ikut andil dalam mengatasinya. Apabila kawasan hutan dapat dimanfaatkan dengan baik maka, perkembangan suatu daerah akan baiak, apaila kawasan hutan hanya sebagai tempat mata pencaharian dan tuidak dilindungi maka sutau daerah akan
sulit berkemabang, karena hutan adalah tempat menyimpan berbagai kekayaan alam seperti pepohonan, satwa hidup, hasil tambang, dan berbagai sumber daya alam yang lainnya yang dapat memberikan kesejahteraan bagi manusia jika dimanfaatkan dengan baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana yang dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
Masyarakat memanfaatkan Hutan Produksi di Jorong 1 Sungai Pandahan Nagari Sundatar Kecamatan Lubuk Sikaping Kabupaten Pasaman adalah sebagai tempat memenuhi kebutuhan hidup, sebagai mata pencarian. Hasil hutan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat seperti kayu suryan, modang, bambu, rotan, termasuk binatang seperti rusa, kijang, burung dan lain sebagainya.
Kendala yang dihadapi bagi masyarakat dalam pemanfaatan hutan produksi di jorong 1 sungai pandahan nagari sundatar kecamatan lubuk
sikaping kabupaten pasaman adalah berkurangnya kualitas kayu yang baik, sarana dan prasarana yang belum memadai, dan jarak tempuh yang jauh dari pemungkiman tempat tinggal.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar–
dasar Evaluasi Pendidikan .Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. (2006).
ProsedurPenelitian.Jakarta :RinekaCipta
Daryanto, Hadi. 2012. National Strategy for REDD+ in Indonesia. Change Policies and Action Plans in Indonesia.
Kementerian Kehutanan.
Moleong,2006.Prosedur Penelitian Kualitatif. Jakarta :RinekaCipta.
Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan yang selanjutnya telah dirubah dengan PP Nomor 3 Tahun 2008 Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada.
Nurtjahjawilasa. 2013. Jurnal Konsep Dan Kebijakan Pengelolaan
Hutan Produksi Lestari Dan Implementasinya.Bandung:
Natural Resources Development Center.
Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut.
Kuswandana Y, Prabowo H, Nurcahya BC. 2011. Kerangka Kerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari. .
Kusumanyingtyas.2010.Jurnal
Pengelolaan Hutan Dalam Mengatasi Alih Funsi Lahan Hutan.Fakultas Teknik:Bandung.
Rencana Strategis Assosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI).
Suparna.1995.Penegelolaan
Huatan.Bandung:PT Raja Grafindo.