i
FENOMENA PERKAWINAN DI BAWAH UMUR PERSPEKTIF AL-MASLAHAH MURSALAH
(Studi Kasus Di Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah)
Oleh : Ahmad Fadli Fauzi
NIM. 180202101
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM MATARAM
2021
i
FENOMENA PERKAWINAN DI BAWAH UMUR PERSPEKTIF AL-MASLAHAH MURSALAH
(Studi Kasus Di Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah)
Skripsi
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum
Oleh : Ahmad Fadli Fauzi
NIM. 180202101
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM MATARAM
2021
ii
iii
v
vi
Motto
ا ٗر ۡسُي ِر ۡسُعۡلٱ َعَم َّنِإ
“Sesungguhnya Bersama Kesulitan Itu Terdapat Kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah:6)
11 Q.S. Al-Insyira h: 6
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini adalah persembahan kecil saya untuk :
1. Kedua orang tua, Bapak (H. Safwan) dan Ibu (Harmuni) tercinta, yang telah memberikan kasih sayang, doa setiap waktu, serta ka rena dukungan beliaulah pendidikan ini dapat saya rasakan, hing ga tia d a mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi lan g ka h awal untuk membuat Bapak dan Ibu bangga.
2. Adik tercinta Nur Fadila Fauzi yang saat ini sedang menempuh pendidikan di tingkat MTs atau SMP, terima kasih sudah memberikan dukungan untuk menyelesaikan studi S1 saya. Semangat dik, perjalanan masih panjang, semoga kita berdua selalu dapat memberikan yang terbaik untuk Ibu dan Bapak tercinta.
3. Keluarga bersar almarhum TGH. Fauzi, yang telah memberikan dukungan dan semangat sehingga saya mampu menyelesaikan ku lia h hingga mendapatkan gelar sarjana.
4. Guru-guru di MIN 2 Lombok Tengah, MTs.N 2 Lombok Tengah, MAN 2 Lombok Tengah, dan seluruh dosen UIN Mataram yang selalu membimbing dan memberikan banyak ilmu pengetahuan sehingga saya bisa berada diposisi saat ini dan mendapatkan gelar sarjana, semoga semua ini mendapatkan ridho Allah Swt.
5. Keluarga besar English Study Club (ESC), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Syariah, dan rekan-rekan kelas HKI C.
6. Almamater tercinta UIN Mataram.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Swt. yang Maha segala nikmat. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. atas taufik, hidayah, serta rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tu gas ak h ir dalam memperoleh gelar sarjana dalam menyusun skripsi yang berjudul
“FENOMENA PERKAWINAN DI BAWAH UMUR PERSPEKTIF AL- MASLAHAH MURSALAH (Studi Kasus Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah)”. sholawat serta salam kami haturkan kepada baginda Rasulullah Saw. yang telah membawa kami d ari zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah.
Berbagai usaha dan upaya yang telah penyusun lakukan untuk menyelesaikan kewajiban akhir sebagai seorang mahasiswa y akn i d alam menyusun karya ilmiah (skripsi). Dapat terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Hal ini tidak terlepas dari keterlibatan serta bantuan orang lain. Oleh sebab itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut andil dalam penyusunan skripsi ini, orang-orang tersebut antara lain ialah:
1. Prof. Dr. Masnun Tahir, M.Ag. selaku rektor UIN Mataram yang telah menyediakan sarana dan prasarana bagi peneliti dalam menun tut ilmu dan selalu memberi himbauan untuk dapat menyelesaikan kuliah S1 tepat waktu.
2. Dr. Jumarim, MH.I. selaku dosen pembimbing I dan M. Saleh Sofyan , MH. selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi secara terus menerus, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lebih baik dan tepat waktu.
3. Dr. Moh. Asyik Amrullah, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah.
4. Hj. Ani Wafiroh, M.Ag. selaku ketua program studi Hukum Kelu arga Islam beserta Nunung Susfita, M.Si. selaku sekretaris program studi Hukum Keluarga Islam.
5. Terima kasih juga peneliti sampaikan kepada para dosen fakultas syariah yang telah memberikan bimbingan selama ini.
6. Kepada seluruh staf dan akademik fakultas syariah beserta jajarannya.
7. Kepada seluruh civitas akademika UIN Mataram.
ix
Semoga seluruh pihak yang telah peneliti sebutkan di atas memperoleh pahala dan ridho Allah Swt. Penyusun menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kata kekurangan, untuk itu penyusun mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun sehingga skripsi ini dapat diperbaiki menjadi lebih baik. Akhir kata, semoga k ary a ilmiah ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca dan mendapat berkah bagi penyusun, serta dapat menjadi amal ibadah di sisi Allah Swt.
Mataram, 1 Desember 2021 Penyusun,
Ahmad Fadli Fauzi
x DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN NOTA DINAS ... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
ABSTRAK ... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1. Tujuan Penelitian ... 5
2. Manfaat Penelitian ... 5
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 6
E. Kajian Pustaka ... 6
F. Kerangka Teori... 11
1. Dasar Hukum Pembatasan Usia Perkawinan ... 11
a. Batasan Usia Dalam UU No. 16 Tahun 2019 ... 11
b. Batasan Usia Dalam Kompilasi Hukum Islam ... 12
2. Pencatatan Perkawinan Dalam Hukum Positif di Indonesia13 3. Teori Al-Maslahah Mursalah ... 15
a. Pengertian Al-Maslahah Mursalah ... 15
b. Dasar Hukum Al-Maslahah Mursalah ... 16
c. Syarat-Syarat Al-Maslahah Mursalah ... 17
4. Kaidah Fiqhiyah ... 21
a. Pengertian Kaidah Fiqhiyah ... 21
b. Kaidah-Kaidah Fiqhiyah... 22
G. Metode Penelitian ... 23
xi
1. Pendekatan Penelitian ... 23
2. Kehadiran Peneliti... 24
3. Lokasi Penelitian... 24
4. Sumber Data ... 24
5. Prosedur Pengumpulan Data ... 25
6. Teknik Analisis Data ... 26
7. Pengecekan Keabsahan Data ... 27
H. Sistematika Pembahasan... 29
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... 30
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 30
B. Fenomena Perkawinan di Bawah Umur di Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah ... 33
BAB III PEMBAHASAN ... 40
A. Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Fenomena Perkawinan di Bawah Umur di Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah... 40
B. Analisis Dampak Terjadinya Fenomena Perkawinan di Bawah Umur di Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah ... 43
C. Analisis Al-Maslahah Mursalah Terhadap Fenomena Perkawinan di Bawah Umur di Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah... 48
BAB IV PENUTUP... 55
A. Kesimpulan... 55
B. Sarann ... 56
DAFTAR PUSTAKA... 57
LAMPIRAN ... 61
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 65
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Jumlah Penduduk Desa Jelantik Tahun 2021 Tabel 2.2 Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Penduduk Tabel 2.3 Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Pendidikan Tabel 2.4 Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Usia
Tabel 2.5 Tabel Jumlah Perkawinan di Bawah Umur di Desa Jelantik
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Respon Surat Izin Penelitian Lampiran 3 Kartu Konsul Skripsi
Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 5 Surat Keterangan Bebas Plagiarisme Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian
xiv
FENOMENA PERKAWINAN DI BAWAH UMUR PERSPEKTIF AL-MASLAHAH MURSALAH (STUDI KASUS DI DESA JELANTIK KECAMATAN JONGGAT KABUPATEN LOMBOK
TENGAH)
Oleh:
Ahmad FadliFauzi NIM. 180202101
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perhatian peneliti terhadap fenomena perkawinan di bawah umur di Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah. Berdasarkan data pada tahun 2019 jumlah perkawinan di bawah umur mencapai 9 orang dan pada tahun 2020 jumlah perkawinan di bawah umur mencapai 3 orang, selain itu, dari data pencatatan perkawinan di atas saat ini ada 3 pasangan perkawinan di bawah umur memiliki akta nikah dan 9 pasangan lainnya belum memilik i akta nikah. Fokus yang dikaji dalam skripsi ini adalah (1) apa saja f akto r penyebab fenomena perkawinan di bawah umur di Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah? (2) apa saja dampak fenomena perkawinan di bawah umur di Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah? (3) bagaimana fenomena perkawinan di bawah umur perspektif al-maslahah mursalah di Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah?
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dan menggunakan pendekatan yuridis empiris serta pendekatan sosiologis, metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawan cara, dan dokumentasi. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah metdode analisis kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) faktor penyebab terjadinya fenomena perkawinan di bawah umur di Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah antara lain: (a) f aktor pendidikan rendah, (b) faktor budaya atau lingkungan, (c) faktor media sosial, (d) faktor hamil di luar nikah (married by acident). (2) dampak fenomena perkawinan di bawah umur di desa jelantik kecamatan jo n g gat kabupaten lombok tengah yaitu, dampak positif dan dampak n egatif . (3 ) fenomena perkawinan di bawah umur perspektif al-maslahah mursalah d i Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah, al- maslahah mursalah dapat menjadi opsi dalam menggali dan men emu kan dalil hukum seperti pengajuan dispensasi nikah untuk pencatatan
xv
perkawinan, secara administratif maka akan memberikan kemaslahatan bagi umat dalam melangsungkan perkawinan dan dapat tercatat secara legal formal oleh PPN. Maslahat menjadi tujuan syariat Islam, dengan demikian, di mana ada kebaikan, di sana ada maslahat. Di samping itu tidak semua perkawinan di bawah umur menimbulkan mudharat seperti temuan peneliti dalam skripsi ini yaitu, hamil di luar nikah (MBA) dan sudah tidak bisa dipisahkan lagi sehingga apabila tidak dinik ahk an maka akan menimbulkan masalah yang lebih besar. Berdasarkan uraian terseb ut dapat dipahami bahwa perkawinan di bawah umur perspektif al-maslah ah mursalah memberikan solusi dengan jalan adanya dispensasi nikah d alam rangka mewujudkan kemaslahatan dalam perkawinan di bawah umur d an demi terciptanya kesejahteraan bagi masyarakat.
Kata Kunci: Perkawinan di Bawah Umur dan Al-maslahah Mursalah.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkawinan merupakan salah satu aspek paling fundamental dalam kehidupan manusia, bahkan menjadi kebutuhan mendasa r.
Tanpa perkawinan, kehidupan seseorang akan menjadi kurang sempurna. Allah Swt, telah menciptakan makhluk-Nya berpasang- pasangan. Dengan demikian Nabi Muhammad Saw telah mengingatkan bahwa perkawinan merupakan sunnahnya. Representasi dari pentingnya suatu perkawinan tergambar dalam asas -asas h uk um perkawinan yang sekaligus merupakan indikasi urgensi perkawinan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia dalam mengembangkan keturunan dan melangsungkan kehidupan.2
Di Indonesia, perkara perkawinan telah diatur dalam peratu ran perundangan-undangan dalam Pasal 1 Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, “perkawinan merupakan ikatan lahir b atin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.3 Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 2 menyebutkan bahwa,
“perkawinan adalah akad yang sangat kuat (miitsaaqan ghalidhon) untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”.4
Perkawinan yang sah atau legal diatur dalam Undan g-Un dang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pasal 2 ayat (1) dan (2) maupun KHI pasal 4 serta pasal 5 ayat (1) dan (2). Pasal 2 ayat (1) dan (2) UU Perkawinan menyatakan (1) Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya. (2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut p eratu ran perundang-undangan yang berlaku. Sementara dalam KHI pasal 4
2 Ma rdi Ca ndra, Aspek perlindungan Anak Indonesia (Analisis ten tan g Pe rk awi nan d i Bawah Umur), (Ja karta: Kencana, 2018), hlm. 23.
3 Za eni Asyhadie, dkk, Hukum Keluarga Menurut Hukum Positif In d one si a, (Ja ka rta : Ra jawali Pers, 2020), hlm 32.
4 Abdurra hman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademik a Pre ssin do, 1992), hlm. 114.
2
mengatakan bahwa Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menu rut hukum Islam sesuai dengan pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan.
Sedangkan pasal 5 ayat (1) dan (2) lebih lanjut menerangkan bahwa (1) Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat. (2) Pencatatan perkawinan tersebut pada ayat (1), dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN) sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 jo Undang- Undang No. 32 Tahun 1954.5 Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 bahwa “Pencatatan bagi mereka yang beragama Islam dilakukan Pegawai Pencatat Nikah.6 Di samping itu dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 20 Tahun 2019 Tentang Pencatatan Pernikahan pasal 2 ayat (1) “Pernikahan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan beragama Islam dicatat dalam Akta Nikah”. dan ayat (2) “Pencatatan Pernikahan dalam Akta Nikah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Kepala KUA Kecamatan atau PPN”.7
Pencatatan perkawinan dalam bentuk akta nikah sebagai satu - satunya dokumen autentik, legalitas perkawinan memiliki problem terhadap perkawinan tidak tercatat akibat tidak memenuhi usia perkawinan yang diatur dalam UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan khususnya pasal 6 yang telah diubah menjadi Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 khusus pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa “Perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun”. Sedangkan ayat (2) menyatakan bahwa “Dalam hal terjadi penyimpangan terhadap ketentuan umur sebagaimana dimaksud pada ayat (1), orang tua p ih ak pria dan/atau orang tua pihak wanita dapat meminta dispensasi kepada Pengadilan dengan alasan sangat mendesak disertai bukti-bukti pendukung yang cukup.8
5 Za eni Asyhadie, dkk, Hukum Keluarga Menurut Hukum Positif In d one si a, (Ja ka rta : Ra jawali Pers, 2020), hlm. 105.
6 Abdul Ma nan, Pembaruan Hukum Islam di Indonesia, (Ja karta: Kencana, 2017), h lm . 238.
7 Pera turan Menteri Aga ma RI Nomor 20 Tahun 2019 Tentang Pencatatan Pernikahan
8 Unda ng-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tenta ng Pe ru b a han At a s Un da ng -Un da ng Nomor 1 Ta hun 1974 Tentang Perkawinan
3
Namun demikian, problematika praktik perkawinan d i b awah umur masih banyak terjadi dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas sumber daya manusia yang disebabkan oleh , pendidikan, budaya (culture) atau lingkungan, ekonomi, kesadaran hukum masyarakat, pergaulan bebas, media sosial, dan hamil di luar nikah (merried by accident).
Sementara itu, UU tentang Perkawinan mensyaratkan bahwa untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun, usia perkawinan memiliki konsekuensi logis dari tujuan perkawinan yaitu calon suami istri dituntut memilik i kematangan fisik, mental, jasmani dan rohani ketika memasu ki d u n ia perkawinan dan berpengaruh terhadap rumah tangga yang hendak dibina sehingga dapat melahirkan keturunan yang sehat jasman i dan rohani serta berkualitas. Tidak dapat dipungkiri, selain terdapat nilai positifnya, perkawinan di bawah umur juga banyak berakibat n egatif , seperti perceraian, KDRT, psikologis dan mental, ketahan keluarga, tingginya angka kematian ibu, bayi, dan anak. Secara medis, rentan terjadi penyakit kanker leher rahim (cancer servix).
Selain itu, semakin meningkatnya kasus perkawinan d i b awah umur, maka semakin tinggi pula tingkat perceraian pasangan suami istri di bawah umur. Terlebih lagi dalam praktik ketentuan ini b an y ak dilanggar, dengan melakukan perkawinan yang sah menurut agama saja. Masalah perkawinan di beberapa daerah tertentu misalnya di daerah Nusa Tenggara Barat khususnya di daerah Kabupaten Lomb ok Tengah praktik perkawinan di bawah umur masih marak terjadi, dan banyak kasus yang terkonfirmasi pada dua tahun terk ak hir ialah 1 8 1 kasus9.
Kemudian, efektivitas pemberlakuan pembatasan usia perkawinan belum sepenuhnya berjalan, mengingat kasus perkawinan di bawah umur kian meningkat bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-2 di ASEAN10, berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung (Badilag) menunjukkan, dalam
9https://dp3ap2kb.ntbprov.go.id/data-dan-informasi/downlo a d/da ta -k eke ra sa n-a na k/
dia kses pada 8 oktober 2021
10https://www.kompas.com/sains/read/2021/05/20/190300123/peringkat-ke-2-d i-a sea n- begini-situa si-perkawinan-anak-di-indonesia?page=all di a kses pada 8 oktober 2021
4
kurun waktu Januari hingga Juni 2020 permohonan dispensasi k awin yang masuk sebanyak 34.413 perkara, di mana sebanyak 33.664 diantaranya dikabulkan oleh pengadilan.11 Sementara itu, di Pengadilan Agama Praya jumlah permohonan dispensasi nikah ialah 17 permohonan untuk daerah Kabupaten Lombok Tengah, 7 untuk wilayah Kecamatan jonggat dan 3 permohonan untuk Desa Jelantik.12
Pernikahan yang tidak tercatat tidak dapat menimbulkan akibat hukum, jika kelak terjadi perceraian maka mantan istri tidak berhak menuntut haknya melalui jalur hukum atau pengadilan, mak a d ari itu pernikahan dini memiliki dampak negatif baik secara yuridis, fisik, psikis dan dampak lainnya. Sehingga lebih berpotensi menimbulkan mudarat dari pada maslahat. Berdasarkan observasi awal bahwa jumlah keseluruhan pasangan yang menikah hingga data pernikahan di bawah umur mengalami penurunan angka, akan tetapi jika di lihat dalam jangka waktu setahun pada tahun 2019 jumlah perkawinan di bawah umur mencapai 9 orang dan pada tahun 2020 jumlah perkawinan di bawah umur mencapai 3 orang, ini merupakan hal yang serius yang perlu ditindaklanjuti untuk mencegah dan meminimalisir angka-angka perkawinan di bawah umur di setiap tahunnya. Selain itu, dari data pencatatan perkawinan di atas saat ini ada 3 pasangan perkawinan di bawah umur memiliki akta nikah dan 9 pasangan lainnya belum memiliki akta nikah.13 Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti ingin mengajukan penelitian skripsi yang berjudul “FENOMENA PERKAWINAN DI BAWAH UMUR PERSPEKTIF AL-MASLAHAH MURSALAH (Studi Kasus Di Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka peneliti dap at merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja faktor penyebab fenomena perkawinan di bawah umur d i Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah ?
11 http://badila g.ma.go.id
12 http://pa-praya.go.id
13 Dokumen dan Arsip NA Desa Jela ntik, di a kses pada 15 Oktob er 2 0 21 , j a m 0 9.1 5 WITA.
5
2. Apa saja dampak fenomena perkawinan di bawah umur di Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah ?
3. Bagaimana fenomena perkawinan di bawah umur perspektif al- maslahah mursalah di Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini ialah :
1. Untuk mengetahui faktor penyebab fenomena perkawinan di bawah umur di Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.
2. Untuk mengetahui dampak fenomena perkawinan di b awah u mu r di Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.
3. Untuk mengetahui fenomena perkawinan di bawah umur perspektif al-maslahah mursalah di Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.
Sedangkan manfaat penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun secara praktis.
a. Manfaat Teoritis
1) Untuk menambah khazanah keilmuan dan pemikiran khususnya di bidang hukum keluarga Islam dan hukum po sitif serta menambah pengetahuan pada diri sendiri, mahasiswa d an masyarakat pada umumnya.
2) Untuk memberikan informasi dan tambahan wawasan dalam pencatatan perkawinan di bawah umur yang diperoleh dalam penelitian ini berguna bagi peneliti selanjutnya.
3) Untuk memberikan gambaran umum bagi peneliti selan ju tny a untuk mengadakan penelitian lebih mendalam terkait dengan problematika perkawinan di bawah umur, terutama hal-hal yang belum dapat dijangkau oleh peneliti.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi peneliti, peneliti dapat mengetahui fenomena perkawin an di bawah umur perspektif al-maslahah mursalah di Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.
2) Bagi masyarakat umum, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat serta
6
menumbuhkan kesadaran hukum bagi masyarakat di Desa Jelantik dan sekitarnya.
D. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian
Dari judul penelitian di atas, maka yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah fenomena perkawinan di bawah umur perspektif al-maslahah mursalah di Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.
2. Setting Penelitian
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian tentang fen omen a praktik perkawinan di bawah umur adalah di Desa Jelantik yang terletak di Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.
Lokasi ini dipilih oleh peneliti untuk melakukan penelitian berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :
1. Karena peneliti melihat banyaknya fenomena praktik perkawinan di bawah umur, sehingga menarik perhatian peneliti untuk mengkaji permasalahan tersebut dalam perspektif al-maslahah mursalah.
2. Lokasi ini dipilih karena belum ada peneliti yang pernah melakukan penelitian terkait dengan praktik pencatatan perkawinan di bawah umur dan selain itu peneliti juga mengetahui dan memahami situasi dan kondisi di lokasi atau daerah penelitian.
E. Kajian Pustaka
Penelitian ini menelaah berbagai bahan kajian pustaka berup a buku-buku, jurnal, artikel, hasil studi (skripsi dan tesis), yang semuanya berkaitan dengan penelitian yang disusun oleh peneliti, diantaranya sebagai berikut :
1. Skripsi dengan judul “Pencegahan Pernikahan Dini Melalui Peraturan Desa Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi di Desa Karangsari Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga).14 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pemerintah Desa
14 Nurul La ila thul Khikma h, “Pencega ha n Pernika ha n Dini Mela lui Pera tura n Desa Da la m Perspekti Hukum Isla m (Studi Di Desa Ka ra ngsa ri Keca ma ta n Ka lima na h Kabupaten Purbalingga)”, (Skripsi, Fakultas Syariah IAIN Pu rwo ke rto, Pu rwo k ert o, 2021).
7
Karangsari sudah mengimplementasikan Peraturan Desa Karangsari Nomor 06 Tahun 2015 terkait perannya dalam mencegah pernikahan dini. Dalam hal upaya-upaya Pemerintah Desa Karangsari dalam mencegah pernikahan dini adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kinerja KPAD (Komite Perlindungan Anak Desa)
b. Bekerjasama dengan berbagai pihak
c. Menasehati atau menolak dengan tidak memberikan izin apabila calon mempelai usianya masih dini
Tinjauan Hukum Islam terhadap Peraturan Desa Karangsari Nomor 06 Tahun 2015 Tentang Perlindungan Anak, Hukum Islam pada dasarnya tidak membatasi usia tertentu u n tu k menikah bahkan secara hukum Islam pernikahan usia dini hukumnya diperbolehkan. Keberadaan hukum Islam secara umum bertujuan untuk menjaga stabilitas ketentraman dan keb ahagiaan hidup umat manusia. Intinya adalah terciptanya su atu kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia, sehingga dapat beraktifitas dengan sebaik-baiknya, baik dalam konteks sebagai makhluk social maupun makhluk beragama.
Perbedaan antara skripsi ini dengan skripsi peneliti ialah terletak pada redaksi judul, subjek, objek, serta waktu dan temp at penelitian, dalam skrispi ini yang menjadi fokus pemb ah asan ny a ialah Pencegahan Pernikahan Dini Melalui Peraturan Desa Dalam Perspekif Islam sedangkan yang menjadi fokus kajian peneliti dalam skripsi ini ialah Fenomena Perkawinan Di Bawah Umur Perspektif Al-Maslahah Mursalah, jadi hasil dari kedua penelitian skripsi ini jelas berbeda.
2. Skripsi dengan judul “Peranan KUA Dalam Menanggulangi Pernikahan Dini Di Desa Pasarean Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor”.15 Hasil dari Penelitian ini ialah pertama, ada 33 pelaku pernikahan dini yang tersebar dalam 33 RT Desa Pesarean, pelaku yang tamat SD berjumlah 3 pasangan, SD/MI
15 Da de Ahmad Nasrulla h, “Peranan KUA Da la m Menanggulangi Pe rn ik a ha n Din i Di Desa Pasarean Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor”. (Skripsi, Fa kultas Syariah Da n Hukum UIN Syarif Hidayatulla h Ja karta, Jakarta, 2014).
8
berjumlah 13 pasangan dan SMP/MTS berjumlah 17. Selain itu, dari 33 pasangan pelaku pernikahan usia dini ada 2 pasangan yang menikah dini oleh karena sudah ada jodohnya/ dijodohkan, dan selebihnya 31 pasangan menikah dini oleh karena alasan ekonomi (menghilangkan beban ekonomi keluarga). Kedua, tentang efektivitas hasilnya KUA Kec. Pamijahan dalam hal ini pengh u lu telah mengadakan sosialisasi atau mengenai pentingnya men ik ah sesuai umur yang telah ditentukan Undang-Undang saat seb elu m akad nikah (khutbah nikah) atau oleh amil desa melalui pengajian- pengajian dan peringatan hari-hari besar keagamaan (bila diundang) dalam rangka menanggulangi pernikahan dini di Pesarean.
Perbedaan antara skripsi ini dengan skripsi peneliti ialah terletak pada redaksi judul, subjek, objek, serta waktu dan temp at penelitian, dalam skrispi ini yang menjadi fokus pemb ah asan ny a ialah Peranan KUA Dalam Menanggulangi Pernikahan Dini sedangkan yang menjadi fokus kajian peneliti dalam skripsi ini ialah Fenomena Perkawinan Di Bawah Umur Perspektif Al- Maslahah Mursalah, jadi hasil dari kedua penelitian skripsi ini jelas berbeda.
3. Skripsi yang berjudul “Efektifitas UU No 1 Tahun 1974 Terh ad ap Pencatatan Perkawinan di Bawah Umur di Kabupaten Luwu Utara” (Studi Kasus Pengadilan Agama Masamba Kelas 1B).16 Adapun kesimpulan dari penelitian ini antara lain:
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dalam mencegah terjadinya perkawinan di bawah umur. Mengingat bahwa adanya peranan penting dari pihak orang tua, KUA, dan Pengadilan Agama sehingga efektifitas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan telah berjalan sebagaimana mestinya. Berdasarkan dari laporan staf kepaniteraan di Pengadilan Agama mulai dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018 telah menurun, maka dapat
16 Tha riq Kemal AS, ”Efektifitas UU No 1 Ta hun 1974 Terhadap Pencatatan Perkawina n di Bawah Umur di Kabupaten Luwu Utara”, (Skripsi,Fakultas Syari’ah dan Hukum, UI N Ala uddin Makassar, 2019).
9
dikatakan telah efektif dalam mencegah terjadinya perkawinan di bawah umur di Kabupaten Luwu Utara.
b. Faktor-faktor penyebab terjadinya perkawinan di bawah umur di Kabupaten Luwu Utara sebagai berikut:
1) Kekhawatiran orang tua 2) Hamil diluar nikah 3) Pendidikan
4) Ekonomi
Perbedaan antara skripsi ini dengan skripsi peneliti ialah terletak pada redaksi judul, subjek, objek, serta waktu d an temp at penelitian, dalam skrispi ini yang menjadi fokus pembahasannya ialah Efektifitas UU No 1 Tahun 1974 Terhadap Pencatatan Perkawinan di Bawah Umur sedangkan yang menjadi fokus kajian peneliti dalam skripsi ini ialah Fenomena Perkawinan Di Bawah Umur Perspektif Al-Maslahah Mursalah, jadi hasil dari kedua penelitian skripsi ini jelas berbeda.
4. Skripsi yang berjudul “Efektifitas Pencatatan Perkawinan Pada KUA Kecamatan Bekasi Utara”.17 Adapun kesimpulan dari penelitian ini antara lain:
a. Pencatatan perkawinan di Kec. Bekasi Utara dapat efektif karena hasil laporan tahun 2010 sudah tercatat 2013 perkawinan, sedangkan pada tahun 2009 ada sekitar 1836 ditemukan perkawinan yang tidak tercatat dan hanya 635 perkawinan yang tidak dicatatatkan dengan presen tase 3 5 % . Setidaknya ada peningkatan yang signifikan tentang kesadaran masyarakat tentang pentingnya sebuah pencatatan perkawinan tersebut.
b. Faktor penghambat tidak efektifnya pencatatan perkawinan ialah dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang akibat perkawinan yang tidak tercatat dan kebanyakan penduduk yang berpendidikan rendah, asumsi bahwa pencatatan perkawinan yang dilakukan oleh PPN mengeluarkan biaya
17 Isti Astui Sa vitri, “Efektifitas Pencatatan Perkawinan Pa da KUA Ke c a ma ta n B e ka s i Utara”, (Skripsi, Fa kultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatulla h Ja karta, 2011).
10
yang mahal, kurangnya sosialisai yang dilakukan oleh KUA Kec. Bekasi Utara.
c. Upaya yang dilakukan KUA Kec. Bekasi Utara dalam menanggulangi efektifitas pencatatan perkawinan adalah melakukan koordinasi kerja dengan Lurah/Desa y an g b erada di bawah Kec. Bekasi Utara dalam rangka mengatasi masalah tersebut.
Perbedaan antara skripsi ini dengan skripsi peneliti ialah terletak pada redaksi judul, subjek, objek, serta waktu d an temp at penelitian, dalam skrispi ini yang menjadi fokus pembahasannya ialah Efektifitas Pencatatan Perkawinan Pada KUA Kecamatan Bekasi Utara sedangkan yang menjadi fokus kajian peneliti d alam skripsi ini ialah Fenomena Perkawinan Di Bawah Umur Perspektif Al-Maslahah Mursalah, jadi hasil dari kedua penelitian skrip si in i jelas berbeda.
5. Tesis yang berjudul “Efektifitas Penggunaan SIMKAH Online Dalam Tata Tertib Administrasi Pencatatan Perknikahan d i KUA Wilayah Kerja Kantor Kementrian Agama Lombok Timur”.18 Adapun kesimpulan dari penelitian tersebut diantaranyasebagai berikut:
a. Penerapan aplikasi SIMKAH online dalam tertib aministrasi pencatatan pernikahan telah diterapkan secara baik di sepu lu h KUA Kecamatan Kantor Wilayah Kerja Kementerian Agama Kabupaten Lombok Timur sebagai tempat lokasi penelitian.
Secara teknis sepuluh KUA Kecamatan sebagai lokasi penelitian telah memiliki perangkat-perangkat utama pendukung aplikasi, adanya simulasi terhadap penerapan aplikasi yang dapat dilakukan oleh masyarakat secara mandiri, adanya sosialiasi yang terus menerus dilakukan oleh pihak KUA dan bermitra dengan kepala wilayah setempat, serta adanya tanggapan atau respon positif dari tokoh masyarakat terkait program aplikasi tersebut.
18Muhammad Khairil Anwa r,“Efektifitas Pengguna a n SI MKAH On li ne Da la m Ta ta Tertib Administrasi Pencatatan Perknikahan di KUA Wila ya h Kerja Kantor Kem en tria n Aga ma Lombok Timur”, (Tesis, Progra m Pa scasarjana, UIN Mataram, 2020).
11
b. Efektivitas penerapan aplikasi SIMKAH online dalam tertib aministrasi pencataan pernikahan di sepuluh KUA Kecamatan Kantor Wilayah Kerja Kementerian Agama Kabupaten Lombok Timur secara garis besar dapat dikatakan efektif dalam hal dua hal utama yaitu: a) peningkatan efektivitas ketertiban administrasi pernikahan seperti: akurasi dan legalisasi data catin, menghindari pemalsuan data, terjaminnya keamanan data dan kemudahan dalam hal mengakses data, dan a) menunjang kinerja petugas KUA dalam menjalankan peraturan hukum yang berlaku di bidang pernikahan seperti:
efektivitas dan efisiensi waktu pelayanan, akselerasi pelayanan, meningkatkan kepuasan masyarakat.
Perbedaan antara tesis ini dengan skripsi peneliti ialah terletak pada redaksi judul, subjek, objek, serta waktu d an temp at penelitian, dalam skrispi ini yang menjadi fokus pembahasannya ialah Efektifitas Penggunaan SIMKAH Online Dalam Tata Tertib Administrasi Pencatatan Perknikahan di KUA sedangkan yang menjadi fokus kajian peneliti dalam skripsi ini ialah Fenomena Perkawinan Di Bawah Umur Perspektif Al-Maslahah Mursalah, jadi hasil dari kedua penelitian skripsi ini jelas berbeda.
Dari beberapa kajian pustaka di atas menunjukkan bahwa belum pernah ada peneliti yang membahas tentang “Fenomena Perkawinan di Bawah Umur Perspektif Al-Maslahah Mursalah di Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah” b aik dalam skripsi maupun tesis, walaupun peneliti menemu kan adan ya kemiripan dengan judul tersebut maka hasil research atau laporan tersebut pasti berbeda dikarenakan objek dan subjek penelitian berbeda, waktu dan tempat berbeda sehingga menunjukkan keautentikkan research dapat dipertanggungjawabkan.
F. Kerangka Teori
1. Dasar Hukum Pembatasan Usia Perkawinan a. Batasan Usia Dalam UU No 16 Tahun 2019
Dalam usia untuk menikah terjadi perubahan, bah wa u sia calon mempelai untuk dapat menikah, baik laki-laki ataupun wanita adalah 19 (sembilan belas) tahun. Perubahan ini terjad i dengan adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 22/PUU-
12
XV/2017, kemudian dengan UU No. 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Nomor 186 Tahun 2019, Tambahan Lembaran Negara Nomor 6401 Tahun 2019).19 Ketentuan ini baru direvisi, sedangkan sebelumnya menurut pasal yang sama UU No. 1 Tahun 1974 perkawinan hanya diizinkan jik a p ih ak pria sudah sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.
Pada dasarnya secara umum kedewasaan dijadikan sebagai asas penting oleh pemerintah dalam menetapkan undang-undang perkawinan sebagai hukum positif yang harus dipatuhi oleh semua warga.
Hal ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan, salah satunya tertuang dalam konsiderans UU No 16 Tah un 2019 yaitu perkawinan pada usia yang tergolong anak-anak dapat menimbulkan dampak negatif bagi tumbuh kembang anak d an akan menyebabkan tidak terpenuhinya hak dasar an ak sep erti hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, hak sipil anak, hak kesehatan, hak pendidikan, dan hak sosial anak.
Penegasan berikutnya tertuang dalam pasal sebelumnya yaitu pasal 6 ayat (1) Undang-undang No. 1 tahun 1974 “untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mend apat izin kedua orang tua”. Meskipun Batasan usia minimal yang akan melangsungkan perkawinan menurut UU adalah usia 19 tahun , tetapi dalam pasal ini ditentukan kembali bagi mereka yang belum mencapai umur usia 21 tahun harus mendapatkan izin dari kedua orang tua.
b. Batasan Usia Dalam Kompilasi Hukum Islam
Batasan usia perkawinan dijelaskan dalam pasal 15 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam (HKI)20 sejalan dengan prinsip
19 Za eni Asyhadie, dkk, Hukum Keluarga Menurut Hukum Positif Ind one si a, (Ja ka rta : Ra jawali Pers, 2020), hlm 87.
20Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 15 ayat (1) menyatakan bahwa “Demi kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawina n ha n ya b ole h d ila ku kan c a lo n mempelai dengan usia yang ditetapkan oleh pasal 7 a yat (1) Undang-Undang No mo r 1 6
13
UU Nomor 1 Tahun 1974 bahwa calon kedua mempelai h aru s telah matang baik mental maupun usianya agar dapat mewujudkan rumah tangga yang baik (sakinah mawaddah warahmah).
2. Pencatatan Perkawinan Dalam Hukum Positif di Indonesia Pencatatan perkawinan merupakan sesuatu yang dilak u k an oleh pejabat negara terhadap peristiwa perkawinan. Pencatatan adalah suatu administrasi negara dalam rangka menciptakan ketertiban dan kesejahteraan warga negaranya. Mencatat artinya memasukkan perkawinan tersebut ke dalam buku akta nikah kepada masing-masing suami istri. Kutipan akta nikah tersebut sebagai bukti autentik yang dilakukan oleh pegawai pencatat nikah, talak, dan rujuk. Juga oleh pegawai perkawinan pada Kantor Pencatatan Sipil sebagaimana dimaksud dalam berbagai perundang-undangan yang berlaku mengenai pencatatan perkawinan.21
Apabila melihat fikih semata, pernikahan dipandang sah sesudah memenuhi syarat dan rukun nikah. Dampak d i k emud ian hari sekiranya terjadi perselisihan yang menjurus kepada perceraian, kurang dipertimbangkan sehingga terjadilah ketidakadilan karena ada pihak yang dirugikan. Perbuatan pencatatan tidak menentukan sahnya suatu perkawinan tetapi menyatakan bahwa peristiwa perkawinan tersebut memang ada dan terjadi, jadi semata-mata bersifat admiistratif. Jadi, sahnya perkawinan bukan ditentukan dengan pencatatan, tetapi pencatatan sebagai syarat administratif.
Sementara itu, perkara sahnya suatu perkawinan, UU Perkawinan dengan tegas meyatakan pada pasal 2 ayat (1 ) b ahwa sahnya suatu perkawinan apabila dilakukan menurut hukum agama dan kepercayaannya masing-masing. Hal yang dimaksud dengan hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu
Ta hun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Ta hun 1 974 Te nta ng Perkawinan,”Perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai u mur 19 (sembilan belas) tahun”
21 Za inuddin Ali, Filsafat Hukum (Cet. I. Ja karta: Sinar Gra fika Offset, 2006), hal. 26.
14
termasuk ketentuan undang-undang selama tidak bertentangan atau tidak ditentukan lain dalam undang-undang ini.
Sejak diundangkan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, kekhawatiran yang disebabkan di atas, sedikit banyaknya sudah dapat diatasi karena sudah ada perangkat hukumnya, terutama bagi umat Islam. Sama halnya dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 5 ayat (1) dinyatakan b ahwa agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan dicatat. Pasal 5 ayat (2) yang menyatakan pencatat perkawinan tersebut pada ayat (1) dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1946 jo Undang-Undang No. 32 Tahun 1954. Pada Pasal 6 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam juga disebutkan bahwa untuk memenuhi ketentuan dalam Pasal 5, setiap perkawinan harus dilangsungkan di hadapan dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah. Pasal 6 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam juga menjelaskan bahwa perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak mempunyai kekuatan hukum.22
Secara lebih rinci Peraturan Pemerintah No. 9 Tahu n 1 9 7 5 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Bab II Pasal 2 menjelaskan tentang pencatatan perkawinan pada ayat (1), (2), (3), yaitu pencatat perkawin an d ari mereka yang melangsungkan perkawinannya menurut agama Islam, dilakukan oleh pengawas pencatat, sebagaimana d imasku d dalam UU No. 32 Tahun 1954 tentang Pencatat Nikah, Talak , d an Rujuk. Pencatat perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinan menurut agamanya dan kepercayaannya itu, selain agama Islam dilakukan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan pada Kantor Catatan Sipil sebagaimana dimaksud dalam berbagai perundang-undangan mengenai pencatat perkawinan. Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan yang khusus berlaku bagi tata cara pencatatan perkawinan berdasarkan berbagai peraturan y an g
22 Za eni Asyhadie, dkk, Hukum Keluarga Menurut Hukum Positif Ind one si a, (Ja ka rta : Ra jawali Pers, 2020), ha l. 105.
15
berlaku, tata cara pencatatan perkawinan dilakukan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 9 PP No. 9 Tahun 1975. 23
3. Teori Al-Maslahah Mursalah
a. Pengertian Al-Maslahah Mursalah
Kata maslahah dalam bahasa Indonesia diartikan dengan maslahat. Secara etimologi, maslahah berarti man faat, faedah, bagus, baik.24 Maka jika dihubungkan maslahah mursalah artinya terlepas atau bebas dari keterangan yang menunjukkan boleh atau tidak bolehnya dilakukan.25
Secara terminologi, terdapat beberapa pengertian maslahah menurut para ulama, antara lain:26
1) Asy-Syatibi, maslahah ialah sesuatu yang dipahami u n tu k memelihara dan meraih kemaslahatan dan menolak kemafsadatan.
2) Al-Ghazali, maslahah ialah memelihara tujuan syara’
dalam menetapkan hukum.
3) Al-Thufi, maslahah ialah ungkapan sebab yang memb awa kepada tujuan syara’ dalam bentuk ibadah atau adat.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa maslahah ialah sesuatu yang dipandang baik oleh akal sehat karena mendatangkan kebaikan dan menghindarkan keburukan dan sejalan dengan tu ju an syara’
dalam menetapkan hukum.
Ada beberapa definisi Al-maslahah mursalah men u rut para ahli, diantaranya ialah:27
1) Al-Ghazali dalam kitab Al-Mustasyfa merumuskan maslahah mursalah ialah apa-apa (maslahah) yang tidak ada bukti dari syara’ dalam bentuk nash tertentu yang membatalkannya dan tidak ada yang memerhatikannya.
23 Muhammad Amin Suma, Himpunan Undang-Un dang & Pe ra tu ra n Pe l ak sa naan Lainnya Di Negara Hukum Indonesia (Ja karta : PT Ra ja Gra findo Persada), C e t . 1 . h a l.
356.
24 Ma rdi Ca ndra, Aspek Perlindungan Anak Indonesia (Analisis tentang Pe rk aw ina n d i Bawah Umur), (Ja karta: Kencana, 2018), hlm. 39.
25 Ibid., ha l. 377.
26 Amir Sya rifuddin, Ushul Fiqh 2, (Ja karta: Kencana, 2014), hal. 368-369.
27 Ibid., ha l. 378.
16
2) As-Syaukani dalam kitab Irsyad al-Fuhul memberikan definisi bahwa maslahah tidak diketahui apakah syari’
menolaknya atau memperhitngkannya.
3) Abdul Wahhab Khallaf merumuskan bahwa maslahah mursalah ialah maslahat yang tidak ada dalil syara’ datang untuk mengakuinya atau menolaknya.
4) Muhammad Abu Zahrah memberi definisi bahwa maslahah mursalah ialah maslahah yang selaras dengan tujuan syariat Islam dan tidak ada petunjuk tertentu yang membuktikan tentang pengakuannya atau penolakannya.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan b ah wa maslahah mursalah ialah suatu kebaikan yang terkandung dalam menetapkan hukum, namun tidak ada petunjuk syara’
yang membolehkan maupun melarangnya.
b. Dasar Hukum Al-Maslahah Mursalah
Landasan hukum maslahah mursalah adalah diambil dari al-Qur’an maupun Hadis sebagai berikut:28
1. Perintah Allah dalam Al-Qur’an surah An-Nisa [4]: 59, sebagai berikut :
ۡۖأمُكنِم ِر أمَ ألۡٱ يِل ْوُأ َو َلوُس َّرلٱ ْاوُعيِطَأَو َ َّللَّٱ ْاوُعيِطَأ ْا َٰٓوُنَماَء َنيِذَّلٱ اَهُّيَأَٰٓ َي ِ َّللَّٱِب َنوُنِم أؤُت أمُتنُك نِإ ِلوُس َّرلٱَو ِ َّللَّٱ ىَلِإ ُهوُّدُرَف ٖء أيَش يِف أمُتأع َز َنَت نِإَف َس أحَأ َو ٞرأيَخ َكِل َذ ِِۚر ِخَٰٓ ألۡٱ ِم أوَيألٱَو الًيِوأأَت ُن
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan h ari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.
Adanya perintah ini yaitu untuk mengembalikan persoalan yang diperselisihkan kepada Al-Qur’an dan as- sunnah, dengan wajah istidlal, sebab mungkin perselisih an
28 Abdul Ma nan, Pembaruan Hukum Islam di Indonesia, (Ja karta: Kencana, 2017 )., h a l.
182-183.
17
itu akibat persoalan baru yang tidak ditemukan dalam Al- Qur’an dan as-sunnah. Untuk menyelesaikan persoalan ini, selain dapat ditempuh dengan menggunakan metode qiya s, dapat juga diselesaikan dengan metode lain seperti istishlah (maslahah mursalah).
2. Hadis Mu’az bin Jabal sebagai berikut, yang artinya:29
“Bagaimana engkau (Mu’az) mengambil suatu keputusan hukum terhaap suatu persoalan hukum yang diajukan kepadamu? Mu’az menjawab: “Saya akan mengambil suatu keputusan hukum berdasarkan kitab Allah (Al-Quran).” Kala u kamu tidak mendapatkannya dalam kitab Allah? Mu’az menjawab: “Saya akan mengambil keputusan berdasarkan atas Sunnah Rasul.” Selanjutnya Nabi bertanya, jika engkau tidak menemukan nya d a la m as-sunnah? Mu’az menjawab: “Saya akan berijtihad dan saya tidak akan menyimpang daripadanya.” Lalu Rasulullah menepuh dada Mu’az seraya mengatakan: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq urusan Rasulnya pada sesuatu yang diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya.”
Dalam Hadis di atas Rasulullah Saw. membenarkan dan memberi restu kepada Mu’az untuk berijtihad apabila masalah yang akan diputuskan hukumnya tidak terdapat dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah. Oleh karena itu, restu Rasulullah kepada Mu’az untuk melakukan ijtihad dengan metode maslahah mursalah dapat dijadikan dalil hukum atau hujjah syariah dalam menetapkan suatu hukum.
c. Syarat-Syarat Al-Maslahah Mursalah
Maslahah mursalah sebagai metode hukum yang mempertimbangkan adanya kemanfaatan yang mempunyai akses secara umum dan kepentingan tidak terbatas, tidak terikat. Dengan kata lain maslahah mursalah merupakan kepentingan yang diputuskan bebas, namun tetap terik at p ada konsep syariah yang mendasar. Karena syariah sendiri ditunjuk untuk memberikan kemanfaatan kepada masyarakat secara
29 Ibid.
18
umum dan berfungsi untuk memberikan kemanfaatan dan mencegah kemazdaratan (kerusakan).
Kemudian mengenai ruang lingkup berlakunya maslahah mursalah dibagi atas tiga bagian yaitu:30
a. Al-Maslahah al-Daruriyah, (kepentingan-kepentingan yang esensi dalam kehidupan) seperti memelihara agama, memelihara jiwa, akal, keturunan, dan harta.
b. Al-Maslahah Hajiyah, (kepentingan-kepentingan esensial di bawah derajatnya al-maslahah daruriyyah), namun diperlukan dalam kehidupan manusia agar tidak mengalami kesukaran dan kesempitan yang jika tidak terpenuhi akan mengakibatkan kerusakan dalam kehidupan, hanya saja akan mengakibatkan kesempitan dan kesukaran baginya.
c. Al-Maslahah Tahsiniyyah (kepentingan-kepentingan pelengkap) yang jika tidak terpenuhi maka tidak akan mengakibatkan kesempitan dalam kehidupannya, sebab ia tidak begitu membutuhkannya, hanya sebagai pelengkap atau hiasan hidupnya.
Untuk menjaga kemurnian metode maslahah mursala h sebagai landasan hukum Islam, maka harus mempunyai dua dimensi penting, yaitu sisi pertama harus tunduk dan sesuai dengan apa yang terkandung dalam nash (al-Qur’an dan al- Hadits) baik secara tekstual atau kontekstual. Sisi kedua h aru s mempertimbangkan adanya kebutuhan manusia yang selalu berkembang sesuai zamannya. Kedua sisi ini harus menjadi pertimbangan yang secara cermat dalam pembentukan h u ku m Islam, karena bila dua sisi di atas tidak berlaku secara seimbang, maka dalam hasil istinbath hukumnya akan menjadi sangat kaku disatu sisi dan terlalu mengikuti hawa nafsu d isisi lain. Sehingga dalam hal ini perlu adanya syarat dan standar yang benar dalam menggunakan maslahah mursalah baik secara metodologi atau aplikasinya.
30 Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh, terj. Saefullah Ma’shum, et al., Ushu l Fi qih, (Ja karta: Pustaka Firda us, 2005), hlm. 426.
19
Adapun syarat maslahah mursalah sebagai dasar legislasi hukum Islam sangat banyak pandangan ulama, diantaranya adalah:
1. Menurut As-Syatibi
Maslahah mursalah dapat dijadikan sebagai landasan hukum bila:31
a. Kemaslahatan sesuai dengan prinsip-prinsip apa yang ada dalam ketentuan syari’ yang secara ushul dan furu’nya tidak bertentangan dengan nash.
b. Kemaslahatan hanya dapat dikhususkan dan diaplikasikan dalam bidang-bidang sosial (mu’amalah ) di mana dalam bidang ini menerima terhadap rasionalitas dibandingkan dengan bidang ibadah.
Karena dalam muamalah tidak diatur secara rinci dalam nash.
c. Hasil maslahah merupakan pemeliharaan terhadap aspek-aspek Daruriyyah, Hajjiyah, dan Tahsiniyyah.
Metode maslahah adalah sebagai langkah untuk menghilangkan kesulitan dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Sesuai dengan firman Allah dalam (QS. Al-Hajj:78).
Artinya:“Dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan”. (QS.
Al-Hajj: 78)32 2. Menurut Abdul Wahab Khallaf
Maslahah mursalah dapat dijadikan sebagai legislasi hukum Islam bila memenuhi syarat yang diantaranya adalah:33
a. Berupa maslahah yang sebenarnya (haqiqi) bukan maslahah yang sifatnya dugaan, tetapi yang berdasarkan penelitian, kehati-hatian dan pembahasan mendalam
31 Al-Sya tibi, Al-I’tishom, (Beirut: Dar a l-Fikr, 1991) , ha l. 115.
32 Depa rtemen Aga ma RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Asy-Syifa’,1984), ha l. 659.
33 Abdulla h Wahab Khalla f, Ilmu Ushulul Fiqh, terj. Noer Iskandar al-Bansany, (Kaidah- Kaidah Hukum Islam, (Ja karta: PT. Ra ja Gra findo Persa da, 2002), hlm. 125.
20
serta benar-benar menarik manfa’at dan menolak kerusakan.
b. Berupa maslahah yang bersifat umum, bukan untuk kepentingan perorangan, tetapi untuk orang banyak.
c. Tidak bertentangan dengan hukum yang telah ditetapkan oleh nash (al-Qur’an dan al-Hadits) serta ijma’ ulama.
3. Menurut Al-Ghazali
Maslahah mursalah dapat dijadikan sebagai landasan hukum bila:34
a. Maslahah mursalah aplikasinya sesuai dengan ketentuan syara’.
b. Maslahah mursalah tidak bertentangan dengan ketentuann nash syara’ (al-Qur’an dan al-Hadits).
c. Maslahah mursalah adalah sebagai tindakan yang darurat atau suatu kebutuhan yang mendesak sebagai kepentingan umum masyarakat.
4. Menurut Jumhur Ulama
Menurut Jumhurul Ulama bahwa maslahah mursalah dapat sebagai sumber legislasi hukum Islam b ila memenuhi syarat sebagai berikut:35
a. Maslahah tersebut haruslah maslahah yang hakiki bukan hanya yang berdasarkan prasangka merupakan kemaslahatan yang nyata. Artinya bahwa membina hukum berdasarkan kemaslahatan yang benar-benar dapat membawa kemanfaatan dan menolak kemudaratan. Akan tetapi kalau hanya sekedar prasangka adanya kemanfaatan atau prasangka ad an ya penolakan terhadap kemudaratan, maka pembinaan hukum semacam itu adalah berdasarkan wahm (prasangka) saja dan tidak berdasarkan syari’at yang benar.
34 Mukhsin Ja mil (ed.), Kemaslahatan dan Pembaharuan Hukum Islam, (Sema ra ng:
Wa lisongo Press, 2008), hal. 24.
35 Ibid, ha l. 25.
21
b. Kemaslahatan tersebut merupakan kemaslah atan y ang umum, bukan kemaslahatan yang khusus baik untuk perseorangan atau kelompok tertentu, dikarenakan kemaslahatan tersebut harus bisa dimanfaatkan oleh orang banyak dan dapat menolak kemudaratan terhadap orang banyak pula.
c. Kemaslahatan tersebut tidak bertentangan dengan kemaslahatan yang terdapat dalm al-Qur’an dan al- Hadits baik secara zdahir atau batin. Oleh karena itu tidak dianggap suatu kemaslahatan yang kontradiktif dengan nash seperti menyamakan bagian anak laki-laki dengan perempuan dalam pembagian waris, walau penyamaan pembagian tersebut berdalil kesamaan dalam pembagian.
Dari ketentuan di atas dapat dirumuskan bahwa maslahah mursalah dapat dijadikan sebagai landasan hukum serta dapat diaplikasikan dalam tindakan sehari-hari bila telah memenuhi syarat di atas, dan ditambahkan maslah ah terseb ut merupakan kemaslahatan yang nyata, tidak sebatas kemaslahatan yang sifatnya masih prasangka, yang sek iran ya dapat menarik suatu kemanfaatan dan menolak k emud aratan.
Dan maslahah tersebut mengandung kemanfaatan secara umum dengan mempunyai akses secara menyeluruh dan tidak melenceng dari tujuan-tujuan yang dikandung dalam al-Qur’an dan al-Hadits.
4. Kaidah Fiqhiyah
a. Pengertian Kaidah Fiqhiyah
Dalam Bahasa Indonesia kaidah berarti aturan atau patokan, sedangkan dalam tijauan terminologi kaidah merupakan hukum yang biasa berlaku yang bersesuaian dengan sebagian besar bagian-bagiannya.
Sedangkan arti fiqhiyah diambil dari kata “fiqh” yang diberi tambahan”iyah” nisbah ynag berfungsi sebagai penjenisan ataumembangsakan. Secara etimologi makna fiqh lebih dekat dengan makna ilmu sebagaimana yang banyak dipahami oleh para sahabat, makna tersebut diambil d ari Q.S.
22
at Taubah : 122 “Untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama”.36
Dari ulasan di atas , baik kaidah maupun fiqhiyah maka dapat disimpulkan sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ahmad Muhammad Asy-Syafi’i bahwa hukum-hukm yang berkaitan dengan asas hukum yang dibangun oleh Syari’ serta tujuan-tujuan yang dimaksud dalam pensyariatannya.37
b. Kaidah-Kaidah Yang Berkaitan Dengan Perkawinan di Bawah Umur38
1. “Kemudaratan harus dihilangkan”
2. “Kemudaratan itu tidak dapat dihilangkan dengan kemudaratan yang lain”
3. “Apabila dua mafsadah bertentangan, maka perhatikan mana yang lebih besar mudaratnya dengan memilih ya n g lebih ringan”
4. “Menolak kerusakan lebih diutamakan daripada menarik maslahat, dan apabila berlawanan antara yag mafsadat dan maslahat maka yang didahulukan adalah menolak mafsadatnya”
Dari beberapa kaidah-kaidah di atas dapat dipertimbangkan bahwa perkawinan di bawah umur banyak mengandung dampak negatif (mudarat) kemudian dalam kaidah-kaidah tersebut didasari argumentasi menolak kemudaratan atau kemafsadatan maka sebaiknya perkawinan di bawah umur dicegah atau dihindari agar segala macam bentuk kemudaratan atau kerusakan dapat dihindari.
G. Metode Penelitian
36 Muchlis Usman, Kaidah-Kaidah Ushulliyah dan Fiqhiyah, (Ja kart a : R a ja wa li Pe rs, 2002) hal. 95.
37 Ibid. ha l. 98.
38 Ibid, ha l. 134-138.
23
Dalam memperoleh hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka dalam penelitian ini digunakan metode penelitian sebagai berikut :
1. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian terakait fenomena perkawinan di bawah umur perspektif al-maslahah mursalah di Desa Jelantik Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah merupakan penelitian kualitatif. Sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis empiris yang dimaksud merupakan jenis pendekatan hukum sosiologis (field research) yang mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta yang telah terjadi didalam kehidupan masyarakat atau dengan kata lain y aitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan sebenarnya atau keadaan nyata yang telah terjadi di masyarakat dengan maksud mengetahui dan menemukan fakta-fakta dan data-data yang dibutuhkan.39
Penelitian yuridis ialah penelitian hukum (penelitian data primer) yaitu, suatu penelitian yang meneliti peraturan hukum normatif (law in theory) yang kemudian digabungkan dengan d ata dan perilaku yang hidup di tengah-tengah masyarakat (law in action).40
Pendekatan ini dilakukan dikarenakan masalah perkawin an di bawah umur di Desa Jelantik merupakan fenomana so sial y ang terjadi secara empiris sehingga peneliti dapat memperoleh data atau informasi dengan terjun langsung ke lapangan mendatangi informan untuk melakukan observasi dan wawancara langsung dengan informan atau pihak yang dirasa perlu untuk dimintai keterangan. Di samping itu, peneliti menggunakan pendekatan sosiologis, dengan melakukan pendekatan sosiologis untuk melihat
39 Ba mbang Wa luyo, Penelitian Hukum Dalam Praktik, (Jakarta: Sinar Gra fik a , 2 00 2), ha l. 15.
40 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004) hal. 134.
24
suatu masalah berdasarkan timbulnya perilaku masyarakat ak ib at berinteraksi dengan norma yang ada pada masyarakat.41
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai instrumen sekaligus sebagai pengamat partisipan yang terjun langsung kepada subjek dalam melakukan observasi, wawancara, dan dok umentasi dengan para infroman (pelaku perkawinan di bawah umur atau orang-orang yang terlibat, pihak KUA, dan Pemerintah Desa. Di samping itu, keberadaan peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti oleh informan.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian tentang fenomena perkawinan di bawah umur perspektif al-maslahah mursalah adalah di Desa Jelantik yang terletak di Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah. Lokasi ini dipilih oleh peneliti untuk melakukan penelitian berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :
a. Karena peneliti melihat banyaknya praktik perkawinan di bawah umur, sehingga menarik perhatian peneliti untuk mengkaji permasalahan tersebut.
b. Lokasi ini dipilih karena belum ada peneliti yang pernah melakukan penelitian terkait dengan fenomena perkawin an d i bawah umur dan selain itu peneliti juga sudah memahami situasi dan kondisi di lokasi atau daerah penelitian.
4. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini ialah bersumber dari subjek penelitian atau informan. Maka peneliti menggunakan dua su mb er data yang akan disajikan antara lain:
a. Data primer merupakan data pokok atau data yang menjadi inti, dari penelitian ini yang bersumber dari pelaku perkawinan di bawah umur atau kerabat terdekat atau keluarga dari pelaku, atau pihak terkait yang dirasa perlu untuk dimintai keteran gan dan dokumen-dokumen, dan arsip Pemerintah Desa Jelantik.
41 Mukti Fa ja r ND, Dualisme Penelitian Hukum Normatif Dan Empiris, cet.ke-1 (Yogya karta:Pustaka Pelajar, 2010), hlm.56.
25
b. Data skunder merupakan data yang bukan menjadi data p o ko k akan tetapi dapat membantu menyajikan data atau sebagai pelengkap dari data skunder. Sumber data skunder yang digunakan dalam penelitian ini ialah buku-buku referensi, jurnal, artikel terkait dengan permasalahan maupun hasil penelitian yang relevandan teori al-maslahah mursalah, dan bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait objek penelitian. Misalnya, UU No 1 Tahun 1974, KHI, PP No 9 Tahun 1975, dan putusan pengadilan maupun MK yang mempunyai kekuatan hukum tetap.42
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
a. Observasi
Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa atau cerita di tempat lokasi.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan observasi dalam bentuk mengamati kasus fenomena perkawinan di bawah umur, dengan demikian maka akan muncul strategi dan solusi pencegahan perkawinan di bawah umur. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi langsung kepada para pelaku perkawinan di bawah umur dan Pemdes Jelantik.
b. Wawancara
Agar memperoleh dan menghimpun data primer atau data yang relevan dengan objek yang diteliti, maka d ilak u kan wawancara dengan mengajukan pertanyaan kep ad a in f orman secara lisan dan tidak menggunakan alat atau panduan wawancara.43 Adapun wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tidak terstruktur artinya peneliti melakukan wawancara bebas dan menanyakan garis- garis besar permasalahan yang diteliti agar informan tidak merasa terganggu dengan keberadaan peneliti. Dalam hal ini
42 Za inuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Ja karta: Sina r Gra fika, 2015), ha l. 106.
43 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, K ua li tat if d an R&D), (Ba ndung: Alfabeta, 2008), hlm. 413.
26
peneliti telah mewawancarai para pelaku perkawinan di bawah umur, keluarga yang bersangkutan, dan pihak yang dirasa perlu untuk dimintai keterangan.
c. Dokumentasi
Selain melalui observasi dan wawancara peneliti mengumpulkan data dengan metode dokumentasi. Dengan metode ini dapat menambah informasi data yang dibutuhkan di samping itu dapat memperkuat keabsahan data dan dapat dijadikan bukti visual dokumentasi penelitian. Dokumentasi tersebut berupa data, dokumen, tabel, foto, video, rekaman dan lain-lain yang berkaitan dengan kegiatan penelitian di Desa Jelantik. Selain itu, dokumentasi ini juga meliputi profil Desa, letak geografis, jumlah penduduk, serta kondisi sosial ekonomi masyarakat dan data terkait perkawinan di bawah umur dan data yang dibutuhkan terkait dengan penelitian ini.
6. Teknis Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara sistematis untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan. Analisis data menurut Bogdan dalam Sugiyo n o y aitu proses mencari dan menyusun secara sistematik data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan -bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.44 Analisis data berfungsi u n tu k menginterpretasikan data-data yang ada. Data penelitian yang telah terkumpul, kemudian dianalisa menggunakan metode kualitatif, yaitu analisis yang ditujukan terhadap data-data yang bersifat berdasarkan kualitas, mutu dan sifat fakta atau gejala-gejala y ang benar-benar berlaku.45
Dalam menganalisis skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis, proses analisis dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, dokumentasi, dan data yang diperoleh dari pustaka. Kemudian mengadakan reduksi data yaitu data-data yang diperoleh di
44 Ibid. ha l. 334.
45 Hilma n Hadi Kusuma, Metode Pembuatan Kertas atau Skripsi Ilmu Hukum, (Bandung:
Ma ndar Maju, 1995), hal. 99