Maria Ulfah, M.Ag., Dekan Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta yang telah memberikan dukungannya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Seluruh pengajar tahfidz di Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta yang selalu sabar membimbing dan memberi arahan.
Kata Sandang
Dan penulis memilih 9 ayat mutasyâbihât dalam al-Quran yang dapat penulis huraikan dalam tesis ini. 5 Miftah Faridlk dan Agus Syihabuddin, Al-Quran dan Sumber Pertama Hukum Islam, (Bandung: Pusaka, 1989), hlm.
Identifikasi Masalah
Selain pembahasan, penulis ingin memaparkan tafsir yang sudah banyak diketahui yaitu tafsir Fathul Qadir Imam asy-Syaukani mengenai penafsirannya terhadap ayat-ayat mutasyâbihât. Berdasarkan uraian di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian yang berjudul “Ayat Mutasyâbihât dalam Tafsir Fathul Qadir Imam asy-Syaukani.
Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Apakah tafsiran Imam ash-Syaukani terhadap ayat mutasyâbihât tentang sifat Allah, ayat yang berkaitan dengan ( ) Wajah: (QS. Al-Baqarah: [2]:115). Bagaimana Imam ash-Syaukani menafsirkan ayat mutasyâbihât sifat Allah, ayat yang berkaitan dengan ( ) Mata: (QS. Hud [11]:37).
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Mengetahui tafsiran Imam ash-Syaukani tentang ayat-ayat mutasyâbihât yang berkaitan dengan sifat Allah dan sesuatu yang ghaib. Hasil kajian ini secara teorinya diharapkan dapat memberikan kefahaman tentang tafsiran sifat-sifat Allah dan tafsiran sesuatu yang ghaib oleh khalayak dari rupa Allah yang menyerupai makhluk-Nya.
Tinjauan Pustaka
Yang lainnya adalah tesis Rifa'i Zarkasyi yang berjudul "Makna Ayat Mutasyâbihât (Analisis Terjemahan Al-Qur'an Mahasiswa, Depag) Dengan Ukuran Dalam Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Uin Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010 yang mengkhususkan pada penelitiannya terhadap 3 ayat: a).Penelitian ini secara khusus akan membahas tentang ayat-ayat mutasyâbihât dalam tafsir Fathul Qadir karya Imam Asiy-Syaukani.
Metodologi Penelitian
- Jenis dan pendekatan Penelitian
- Teknik Pengumpulan Data
- Sumber Data
- Metode Analisis Data
Dari beberapa kajian terhadap ayat-ayat mutesyâbihât di atas terlihat bahwa banyak sekali penelitian yang dilakukan terhadap ayat-ayat mutesyâbihât, namun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah pada tokoh-tokoh dan kitab-kitab yang diteliti. Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini diawali dengan metode tematik yaitu kumpulan ayat-ayat mutesyâbihât tafsir Fethul Qadir.
Teknik dan Sistematika Penulisan 1. Teknik Penulisan
Pada bab keempat, penulis akan memaparkan pembahasan mengenai tafsir ayat-ayat mutasyâbihât dalam tafsir Fathul Qadir beserta perbandingannya dengan tafsir lainnya. Sedangkan Mustafa Muslim memberikan pengertian tafsir dengan ilmu yang mengungkapkan makna ayat-ayat Al-Qur'an dan menjelaskan makna firman Allah dengan kemampuan manusia.8 6.
Metode Tafsir
Tafsir Tahlili
Keberagaman gaya penafsiran ini sangat berguna dalam memberikan informasi rinci kepada pembaca tentang situasi yang dialami, kecenderungan dan keahlian masing-masing ahli penafsiran.19. Klarifikasi hubungan pulaga baik antara ayat yang satu dengan ayat yang lain, maupun antara surah yang satu dengan surah yang lain. b. Klarifikasi hukum yang dapat diambil dari ayat-ayat yang dimaksud, apalagi jika ayat yang ditafsirkan adalah ayat ahkam.
Jika kita melihat aspek-aspek yang dibahas dalam tafsir tahlili, maka dapat dipahami bahwa penafsiran dengan metode ini sangat luas dan komprehensif.
Tafsir Ijmali
Metode tafsir tahlili digunakan oleh sebagian besar mufasir pada masa lalu dan masih terus berkembang hingga saat ini.20.
Tafsir Muqarin
Berkenaan dengan tafsir tematik bentuk ini, al-Syathibi sebagaimana dikutip al-Farmawi menyatakan bahwa walaupun satu surah Al-Qur’an mengandung banyak permasalahan, namun sebenarnya permasalahannya adalah satu, karena pada hakikatnya menunjukkan satu tujuan.24. Penafsiran yang kedua adalah dengan cara mengumpulkan sejumlah ayat dari beberapa surat yang membahas suatu hal tertentu yang sama, kemudian ayat-ayat tersebut disusun dan ditempatkan dalam satu topik pembahasan, kemudian ditafsirkan secara tematis 25. Carilah topik pembahasan setelah ditentukan batas-batasnya dan ketahui luasnya dalam ayat-ayat Al-Qur'an.
Susun urutan-urutan mengikut masa penemuannya, contohnya mengutamakan ayat-ayat Makkiyah daripada ayat-ayat Madaniyah, kerana ayat-ayat yang diturunkan di Mekah biasanya bersifat umum.
Pengertian Ta’wil
Jadi ta'wil Al-Qur'an kadang-kadang diucapkan tafsir Al-Qur'an dengan arti yang sama. Lebih lanjut, ta'wil dalam Al-Qur'an dapat berarti maksud dan makna perbuatan yang ditunjukkan oleh kata-kata dalam QS. Makna ta’wil yang ketiga juga bisa berarti akibat, hal ini ditunjukkan dengan kata dalam QS.
Makna ta'wil yang keempat adalah dapat berarti penjelasan mengenai hal tersebut sebagaimana ditunjukkan oleh kata dalam QS.
Pembagian Ta’wil
Ta'vil tafshili adalah kaedah yang diterapkan dalam memahami ayat-ayat mutesyâbihât dengan tidak mengambil makna langsungnya, tetapi dengan menentukan makna yang intinya tidak muncul dari ayat yang dikehendaki. Ayat-ayat sifat Allah tidak ditafsirkan dalam konteks anggota badan (al-jawarih) dan perbuatan (al-infi„alat).47 Kaedah tawil tafsil ini lebih banyak diterapkan oleh ulama mutakirin. 48 Al-ta‟til dari segi istilah ditakrifkan sebagai kaedah yang tidak mempercayai sifat-sifat yang Allah sifatkan kepada diri-Nya di dalam al-Quran atau yang telah diterangkan oleh Rasulullah (saw) dalam hadis-hadis sahih baginda.
Menurut penulis, kewujudan kaedah ta'wil adalah jalan tengah (tawassut) sikap tanzih49 (bersuci) terhadap Tuhan dan tasybih50 (simulasi) terhadap Tuhan.
Pengertian Mutasyâbihât
Muhkam dan mutasyâbih merupakan dua istilah yang berjalan beriringan dan tidak dapat dipisahkan. Az-Zarqani (w. 1122 H) menyatakan dalam bukunya Manahil al-Irfan bahwa ayat mutasyâbihât merupakan ayat yang mempunyai tafsir berbeda-beda. Ciri-ciri suatu zat seperti mempunyai tangan, wajah, mata dan menempati tempat seperti di atas, bersebelahan dan sebagainya.
Secara umum perbedaan antara muhkam dan mutasyâbih adalah pengertian muhkam jelas dan mutasyâbih samar atau kurang jelas sehingga masih memerlukan penjelasan untuk pemahaman yang lebih jelas.
Jenis-jenis Mutasyâbihât dalam Ayat
Nama lengkap Imam asy-Syaukani adalah Muhammad bin Ali bin Abdullah bin al-Hasan al-Khaisyinah Ibnu Zabbad. Imam asy-Syaukani telah menyelesaikan studinya dengan para ulama di Shan'a dan juga telah menghafal banyak kitab. Selain itu, Imam asy-Syaukani didukung oleh lingkungan yang baik di Yaman pada masanya sehingga ia dapat menuntut ilmu.
Imam ash-Syaukani terkenal sebagai ulama yang mengikuti, mengembangkan dan menjadi sumber fatwa mazhab Zaidiyah.
Gelar yang disandangnya
Lebih-lebih lagi, Imam asy-Syaukani pada zamannya didukung oleh lingkungan yang baik di negeri Yaman, sehingga dapat mempelajari karangan imam-imam besar seperti Imam asy-Syafi'i dan Ibnu Taimiyah. Walaupun Imam asy-Syaukani ketika itu tinggal di kawasan Zaidiyah, namun beliau tidak terpengaruh dengan pemikiran tersebut. Pendirian Imam ash-Syaukani tentang taqlid jelas menafikannya secara keseluruhan, bahkan mengarang kitab al-Qaul al-Mufid untuk memerangi mereka yang berpegang dan menyebarkan ajam taqlid.
Dilihat dari berbagai karyanya, Imam asy-Syaukani dijuluki Ensiklopedia Ilmu Pengetahuan, karena ia mempunyai beberapa kekhususan keilmuan dan seni.
Guru dan Muridnya
Al-allamh Ali bin Hadi, Imam asy-Syaukani belajar daripadanya Syarh al-Takhis oleh at-Taftazani, serta kitab-kitab lain. Murid-murid Imam asy-Syaukani boleh berjumlah ratusan, semuanya menduduki jawatan penting dalam bidang hukum, pengajaran, fatwa dan lain-lain bidang. Ahmed bin Zaid al-Kabsi ash-Shan'ani: beliau berguru dengan Imam asy-Syaukani di masjid besar Shana'i, beliau sangat mahir dalam ilmu perawi, memahami tafsir, hadis, fiqh.
Ahman bin Hussein Al Wazzanu Ash-Shan'ani: dia belajar di studio Imam ash-Syaukani di Masjid Agung Shan'a.
Karya-karyanya
Al-Abhats al-Wad‟iyyah fi al-Kalam „ala Hadith: ad- Dunya Ra‟su Kulli Khati‟ah. Bulugh as-Sa'il Amaniyahu bi at-Takallum „ala „Athraf ath-Thamaniyah dalam kumpulan perbincangan (59) (mim, ha og kaf) (mim og syin). Ar-raudh al-Wasi' fi ad-Dalil al-Mani' "ala "Adam Inhishar "Ilm al-Badi".
رسالة حول الخسوف هل سيكون في وقت "لا يوجد قطة" أم أن ديزيليكا مختلفة؟41.
Pengenalan terhadap Tafsir Fathul Qadir
Antara keistimewaan kitab tafsir ini ialah apabila dilihat dari kandungannya, Imam ash-Syaukani menggunakan bahasa yang tidak rumit. Imam ash-Syaukani amat menitikberatkan persoalan yang berkaitan dengan tafsirnya seperti bahasa, bacaan dan ilmu hadith. Adapun persoalan qira’at sebagai salah satu unsur terpenting dalam penafsiran bil ma’tsur, ke arah ini Imam ash-Sjaukani sangat memperhatikannya.
Imam ash-Syaukani dalam tafsirnya mengingatkan kita tentang bid'ah, akidah yang menyeleweng dan taklid buta.
Metode dan Sistematika Penulisan Tafsir Fathul Qadir
Beliau menyebut perbezaan dengan mengutamakan qarinya, dan mengambil rajih di antara pandangan yang ada.48 Dalam masalah hadith, Imam ash-Syaukani menjelaskan status hadith beserta tahap kesahihan perawi. Mengenai jalan yang ditempuh oleh Imam ash-Syaukani ketika menafsirkan ayat-ayat dalam tafsirnya, dalam pendahuluan tafsir Fathul Qadir, Imam ash-Syaukani terlebih dahulu menulis mukaddimah yang menjelaskan beberapa penjelasan penting tentang komposisi kitab tafsir yang terkandung ini. menyebutkan kepentingan ilmu tafsir dan keperluan manusia terhadapnya. Adakalanya Imam ash-Syaukani menggabungkan tafsir ayat 11 dengan ayat 12 dan 13, yang bermaksud menurut logik Imam ash-Syaukani, ketiga-tiga ayat ini boleh dikelompokkan menjadi satu subjek tafsir.
Mengutip pendapat para ulama dengan mengutip sumbernya sebagai alat untuk menjelaskan hukum-hukum yang berkaitan dengan pokok bahasan.
Pendapat Ulama terhadap Imam Asy-Syaukani
Metodologi Penafsiran Ayat-ayat Mutasyâbihât oleh Imam asy- Syaukani dalam tafsir Fathul Qadir
Namun, dalam beberapa ayat mutasyâbihât yang lain, Imam ash-Syaukani tidak mengambil makna literal, tetapi dengan menentukan makna yang intinya tidak keluar dari ayat yang dikehendaki (ta'wil tafshili). Antara kaedah yang digunakan oleh Imam ash-Syaukani di atas ialah usaha Imam ash-Syaukani mentafsir ayat mutasyâbihât iaitu menjauhi penyerupaan Allah SWT dengan makhluk-Nya.
Penafsiran Ayat-ayat Mutasyâbihât dalam Al-Qur`an menurut Imam asy-Syaukani
Penafsiran Terkait dengan Sifat Allah
Imam Asy-Syaukani disini mengartikan Wajh Allah sebagai tempat yang diridhai Allah SWT terhadap hamba-hamba-Nya. Dalam tafsir Fathul Qadir Imam asy-Syaukani, ayat di atas diartikan sebagai berikut: “Apa yang menghalangi kamu (Iblis) untuk bersujud dihadapan apa yang telah Kuciptakan tanpa campur tangan apapun (secara langsung). Sebagaimana disebutkan di atas, kata ‘yad’ sering ditemukan dalam Al-Quran.Imam Asy-Syaukani juga berbeda-beda dalam menafsirkan kekayaan 'Yad' yang dikaitkan dengan Allah.
Imam ash-Syaukani menerangkan lafaz " ", i.e. “Telah datang perintah dan ketetapan Allah SWT dan telah nyata tanda-tanda kekuasaan-Nya”.26 “Kedatangan” Allah dalam ayat di atas adalah konteksnya iaitu pada hari kiamat.
Penafsiran Terkait dengan Sesuatu yang Ghaib
Imam ash-Syaukani menafsirkan perkataan "" bermaksud melihat pencipta, raja, atau langsung melihat Tuhan. Ini kerana Imam asy-Syaukani mempunyai banyak ilmu dalam bidang fiqh (hukum Islam). Dalam menghuraikan ayat-ayat mutasyâbihât, Imam asy-Syaukani terlebih dahulu mengemukakan pendapatnya kemudian menjelaskan mengikut pendapat ulama.
Sedangkan ayat tersebut berkaitan dengan sesuatu yang tidak dilihat Imam asy-Syaukani tanpa ta'wil (menerima apa adanya).
Saran
Abbas, Sirajuddin, 40 verskih problemov, Džakarta: Pustaka Tarbiyah, 2006 Abd Rozak dalam Aminuddin, Pengajian Sains Al-Qur'an, Džakarta: Mitra Wacana. Az-Zarkashi, Badruddin Muhummad bin Abdullah, al-Burhan fi „Ulum Al-Qur`an jilid 1, Kaherah: Maktabah Dar al-Turath, t.t. Miftah Faridlk dalam Agus Syihabuddin, Koran dalam prvi vir islamskega prava, Bandung: Pusaka, 1989.
Mustaqim, Abdul, Mazahibut Tafsir: Peta Metodologi Tafsir Al-Qur'an dari Masa Klasik hingga Modern, Yogyakarta: Nun Pustaka Yogyakarta, 2003.