• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESESUAIAN KAWASAN PERUMAHAN TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KOTA MEDAN

N/A
N/A
Nelda Sabatun Monthee

Academic year: 2024

Membagikan "ANALISIS KESESUAIAN KAWASAN PERUMAHAN TERHADAP RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KOTA MEDAN "

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESESUAIAN KAWASAN PERUMAHAN TERHADAP RENCANA TATA

RUANG WILAYAH DI KOTA MEDAN

(STUDI KASUS: KELURAHAN TANJUNG SARI KECAMATAN MEDAN SELAYANG)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH:

DAFA RIZKY PRAYOGA NIM. 3192431006

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023

(2)

i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

(3)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT., Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kesesuaian Kawasan Perumahan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah di Kota Medan (Studi Kasus: Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang)”. Skripsi ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Geografi di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Selama penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai kendala, namun kendala tersebut dapat diatasi berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini disampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Baharuddin, ST., M.Pd., selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Ibu Dr. Ratih Baiduri, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

3. Bapak Dr. Darwin Parlaungan Lubis, S.Si., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi sekaligus penguji dalam ujian mempertahankan skripsi (meja hijau) dan telah banyak memberi arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Ibu Nina Novira, S.Si., M.Sc., Ph.D., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi.

5. Bapak M. Farouq Ghazali Matondang, S.Pd., M.Sc., selaku Pembimbing Skripsi yang telah banyak mengorbankan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing serta memberi saran dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Fitra Delita, S.Pd., M.Pd., selaku Penasehat Akademik yang telah banyak membimbing dan memberi arahan selama perkuliahan di Jurusan Pendidikan Geografi serta memberi kritikan dan masukan terhadap perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak M. Ridha Syafi’i Damanik, S.Pi., M.Sc., selaku penguji dalam ujian mempertahankan skripsi (meja hijau) dan telah banyak memberi arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

(6)

v

8. Bapak/Ibu dosen Jurusan Pendidikan Geografi yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga selama perkuliahan berlangsung.

9. Ibu Sandra Irwina selaku Staff Tata Usaha di Jurusan Pendidikan Geografi yang telah banyak membantu pengurusan surat menyurat.

10. Bapak Ihsan Nugraha Harahap SE, MM selaku Lurah di Kelurahan Tanjung Sari dan Ibu Henny Elvandari, SKM selaku Sekretaris Lurah di Kelurahan Tanjung Sari yang telah memberikan izin penelitian serta data-data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi.

11. Teristimewa kepada keluarga saya, khususnya kedua orangtua saya Bapak Adi Supriono dan Ibu Tri Santi Wahyuni, serta seluruh keluarga besar yang tiada henti berdoa, bersabar, memberi dukungan, semangat, kasih sayang dan menjadi sumber motivasi dalam menjalani pendidikan.

12. Teman-teman dekat saya yaitu Masitoh Munthe, Ayu Fadhilla, Charles Faucould Nahampun, Dewi Nelly Simanjuntak. Sahabat-sahabat saya yaitu Hera Irama, Afiaty Zata Dini, Nelda Sabatun Sahadah, Melva Mareta Sihite.

Kakak tingkat saya yaitu Kak Saurlin Febriana, Bang Dwi Irfansyah, Kak Nur Saidah. Sahabat lintas fakultas saya yaitu Kak Silva Asian Niram Br. Sirait, Kak Asma Sari, Chairani van Muhadis, Ramadhan Mafa dan Masitah. Serta, teman-teman seperjuangan kelas D Reguler 2019 yang telah memberi pengalaman dan kenangan yang tidak pernah terlupakan.

13. Semua pihak yang turut membantu dan mendukung penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, untuk itu masih diharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pembaca khususnya Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Medan, November 2023

Dafa Rizky Prayoga NIM. 3192431006

(7)

vi

ABSTRAK

Dafa Rizky Prayoga, NIM 3192431006, Analisis Kesesuaian Kawasan Perumahan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah di Kota Medan (Studi Kasus:

Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang). Skripsi. 2023. Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) Kesesuaian penggunaan lahan kawasan perumahan terhadap RTRW Kota Medan Tahun 2022-2042 di Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang, (2) Faktor-faktor yang mendukung kondisi eksisting perumahan di Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang.

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan pada bulan Juni-Juli 2023. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruhkawasan perumahan di Kelurahan Tanjung Sari. Sedangkan, sampel penelitian adalah 18 perumahan yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Sampel informan dalam penelitian ini mencakup Dinas PKPPR Kota Medan, pengembang (developer) perumahan beserta staff pekerjanya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan survei, kuesioner, wawancara, serta studi literatur dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah analytical hierarchy process untuk data statistic dan analisis spasial untuk data pemetaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kesesuaian penggunaan lahan yang diperuntukkan sebagai kawasan perumahan di Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan sudah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan di mana seluruh penggunaan lahan eksisting menunjukkan hasil kesesuain mencapai 90% dari total keseluruhan luas wilayah Kelurahan Tanjung Sari, (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi kawasan perumahan adalah lokasi dan aksesibilitas yang menjadi hal penting dan krusial untuk dipertimbangkan, lalu diikuti fasilitas yang tersedia, harga dari perumahan, dan desain yang ditawarkan kepada konsumen.

(8)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Kajian Teori ... 9

B. Penelitian Relevan ... 20

C. Kerangka Berpikir ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Lokasi Penelitian ... 24

B. Populasi dan Sampel ... 26

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 29

(9)

viii

D. Peralatan dan Data Penelitian ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH ... 34

A. Kondisi Fisik ... 34

B. Kondisi Non Fisik ... 37

C. Sarana dan Prasarana ... 40

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil Penelitian ... 44

B. Pembahasan Penelitian ... 56

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 66

(10)

ix

DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal

Tabel 1. Klasifikasi Penggunaan Lahan dalam RTRW Kota Medan... 18

Tabel 2. Daftar Perumahan ... 28

Tabel 3. Kerangka Penilaian AHP ... 32

Tabel 4. Penggunaan Lahan Kelurahan Tanjung Sari ... 37

Tabel 5. Komposisi Masyarakat Berdasarkan Kepercayaan ... 38

Tabel 6. Komposisi Masyarakat Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 39

Tabel 7. Komposisi Masyarakat Berdasarkan Pekerjaan ... 39

Tabel 8. Jenis Lembaga Ekonomi ... 40

Tabel 9. Rumah Ibadat ... 41

Tabel 10. Sarana Kesehatan ... 42

Tabel 11. Fasilitas Pendidikan ... 43

Tabel 12. Rencana Pola Ruang ... 44

Tabel 13. Penggunaan Lahan Tahun 2002 & 2023 ... 46

Tabel 14. Penyesuaian Kondisi Eksisting Terhadap Rencana Pola Ruang ... 49

Tabel 15. Validasi Lapangan... 50

Tabel 16. Data Responden ... 53

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Hal

Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 23

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian ... 25

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian ... 33

Gambar 4. Peta Administrasi ... 35

Gambar 5. Peta Rencana Pola Ruang ... 45

Gambar 6. Perbandingan Penggunaan Lahan Tahun 2002 & 2023 ... 46

Gambar 7. Kurva Perbandingan Penggunaan Lahan Tahun 2002 & 2023 ... 47

Gambar 8. Perbandingan Penggunaan Lahan Tahun 2002 & 2023 ... 48

Gambar 9. Peta Kesesuaian Kondisi Eksisting Terhadap RTRW Kota Medan .... 52

Gambar 10. Penilaian Responden I ... 54

Gambar 11. Penilaian Responden II... 54

Gambar 12. Penilaian Responden III ... 55

Gambar 13. Hasil Akhir Penilaian ... 55

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Lampiran Hal

Lampiran 1. Kuesioner Analytical Hierachy Process ... 66 Lampiran 2. Lembar Jawaban Responden ... 69 Lampiran 3. Dokumentasi ... 72

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data BPS tahun 2022, Indonesia mempunyai populasi penduduk mencapai 275,77 juta jiwa. Kenaikan jumlah penduduk yang terus- menerus setiap tahun menyebabkan kebutuhan akan lahan turut meningkat.

Keadaan ini memberikan dampak bagi pembangunan di daerah perkotaan dan menjadikannya sebagai salah satu prioritas bagi pemerintah yang tidak bisa diabaikan begitu saja karena berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat terkait urusan tempat tinggal. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya peningkatan dalam pembangunan yang terpadu dan terencana sehingga dapat tetap terarah dan berkesinambungan.

Dengan demikian, tentunya diperlukan pengelolaan lahan yang baik agar searah dengan kebijakan terkait pemanfaatan ruang wilayah yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Realisasi peraturan tersebut dituang ke dalam peta yang disebut dengan Peta Rencata Tata Ruang Wilayah (RTRW). Dalam Pasal 5 Undang-Undang No. 11 Tahun 2021 disebutkan RTRW berguna dalam menyampaikan informasi terkait kesesuaian rencana penggunaan lahan terhadap RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten, maupun RTRW Kota (Badan Pertanahan Nasional, 2021).

Kota Medan sendiri memiliki pola permukiman yang linear atau memanjang, cenderung membentuk permukiman kota yang merupakan hasil gabungan beberapa perkampungan (Nasution, 2019). Permasalahan yang sering

(14)

ditemui dalam pengembangan pemukiman seperti pemanfaatan lahan yang belum sepenuhnya mengacu kepada RTRW dan cenderung menciptakan urban sprawling, perizinan yang melebihi kebutuhan nyata, serta pembangunan yang tidak setara dan merata.

Selain itu, beberapa kota di Provinsi Sumatera Utara memiliki penanganan drainase yang masih bersifat parsial. Tentunya ini tidak dapat menyelesaikan permasalahan genangan air dan banjir secara tuntas. Hal ini berkaitan terhadap pengelolaan lahan dikarenakan berkurangnya lahan terbuka menyebabkan daerah resapan air turut semakin berkurang. Seperti yang dijelaskan oleh Lukman (2018), kondisi di mana tingginya pertumbuhan penduduk, berdirinya bangunan perumahan/hotel/restaurant dan fasilitas publik yang tidak sesuai dengan tata ruang kota, sarana drainase yang tidak terawat bahkan rusak dan tidak layak mengakibatkan daerah serapan air semakin berkurang.

Banjir sering kali melanda daerah sekitar kota Medan, dan telah menjadi persoalan yang cenderung berulang dan tidak pernah terselesaikan. Beberapa hari belakangan ini, curah hujan di kota Medan sangat tinggi, sehingga menimbulkan genangan air (banjir) di sebagian besar wilayah kota Medan (Purnomo, 2020). Perencanaan sistem drainase sebagai pengendalian banjir kota Medan bertitik fokus pada pengelolaan sungai Deli karena sungai Deli yang merupakan sungai utama yang mengalir di pusat kota medan secara topografi elevasi sungai deli lebih tinggi dari wilayah timurnya. Sehingga secara alami sungai ini tidak dapat melayani daerah yang ada di sungai (Harahap et al., 2020).

(15)

3

Kota Medan adalah salah satu daerah yang termasuk dalam kategori rawan banjir di Sumatera Utara. Bencana alam banjir selalu terjadi setiap tahun saat memasuki musim penghujan. Banjir di Kota Medan hampir rata-rata 10-12 kali/tahun yang sangat dipengaruhi oleh keadaan Sungai Deli dan Belawan di daerah hulu (Anggraini et al., 2021). Mencakup Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan, bencana banjir di Kota Medan diakibat oleh adanya kiriman dari sungai daerah hulu dan kondisi drainase kota yang sangat buruk (poor drainage) (Tampubolon, 2018).

Salah satu lokasi berkembang pesatnya perumahan yakni Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang, lebih tepatnya yang berada di Jalan Setia Budi. Sejak dulu kawasan ini sudah dikenal sebagai area perumahan tingkat menengah ke atas. Berdasarkan beberapa artikel, kawasan Setia Budi termasuk ke dalam salah satu kawasan perumahan mewah yang ada di Indonesia dan tetap eksis hingga saat ini. Hal ini dikarenakan area Setia Budi tergolong lokasi perumahan eksklusif dengan konsep ramah lingkungan, asri dan nyaman.

Sehingga, statusnya tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal tetapi juga dapat dijadikan sebagai pilihan investasi.

Berdasarkan observasi awal, ditemukan banyak perumahan baru yang sedang dalam tahap pembangunan maupun tahap penyelesaian dan akan siap dihuni oleh masyarakat, baik masyarakat sekitar maupun masyarakat pendatang di Kelurahan Tanjung Sari. Data terakhir dari Kelurahan Tanjung Sari pada tahun 2022 menyebutkan luas wilayah kelurahan sebesar 520 Ha yang mencakup

(16)

luas pemukiman sebesar 387,83 Ha atau 74,5% dari total luas wilayah Kelurahan Tanjung Sari.

Hal ini tentunya akan menimbulkan beberapa masalah seperti berkurangnya ketersediaan lahan terbuka. Selain itu, beberapa masalah lain yang dikhawatirkan adalah adanya pengembang (developer) yang membangun perumahan tanpa ada perizinan terlebih dahulu, membuat rancangan perumahan yang tidak sesuai standar, dan lainnya. Lalu, banyak pertimbangan yang muncul sebelum memilih rumah yang akan dibeli oleh masyarakat akan membuat pembeli menemui masalah saat mempunyai beberapa pilihan perumahan yang sama-sama memiliki kriteria yang diinginkan.

Bukan hanya itu, Kelurahan Tanjung Sari juga memiliki beberapa titik area sibuk pada jalan lintas utama maupun persimpangan jalan yang menimbulkan kemacetan, khususnya pada pagi hari dan sore hari. Ini diakibatkan oleh keberadaan Jalan Setia Budi dan Jalan Sunggal (Ring Road) yang berstatus sebagai jalan arteri (primer dan sekunder) sehingga kedua jalan ini selalu dilintasi oleh beragam jenis kendaraan. Kemudian, terdapat perbaikan drainase yang sedang berlangsung sebagai salah satu program pemerintah yang berdampak pula pada kelancaran lalu lintas.

Saat ini, kondisi cuaca mengalami pancaroba yang mengakibatkan intensitas hujan cukup tinggi. Hal tersebut turut menyebabkan timbulnya banyak genangan air di beberapa area Kelurahan Tanjung Sari seperti di Lingkungan I, IV, V, VII, IX, dan X. Selain itu, sesekali terjadi pula banjir di area perbatasan

(17)

5

antara Lingkungan X dengan Kelurahan PB Selayang II yang sudah menjadi lokasi rawan banjir saat musim penghujan telah tiba.

Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Analisis Kesesuaian Kawasan Perumahan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah di Kota Medan (Studi Kasus: Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang)”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latarbelakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan semakin meningkat pula jumlah permintaan akan tempat tinggal atau hunian bagi masyarakat.

2. Tingginya permintaan akan tempat tinggal memicu para pengembang perumahan untuk membangun lebih banyak perumahan di area lahan yang awalnya merupakan lahan kosong.

3. Keberadaan dua jalan arteri yang selalu dilintasi oleh beragam jenis kendaraan menciptakan titik-titik area sibuk pada jam tertentu yang mengakibatkan kemacetan untuk waktu yang cukup lama.

4. Perbaikan drainase yang sedang berlangsung menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya kemacetan karena galian parit yang membuat bagian pinggir badan jalan tidak bisa dilewati sementara.

(18)

5. Terdapat beberapa lingkungan yang mudah tergenang air ketika hujan turun bahkan area perbatasan Lingkungan X dengan Kelurahan PB Selayang II menjadi area rawan banjir.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang telah terindentifikasi sebelumnya, peneliti membatasi masalah yang akan diteliti sehingga fokus penelitian akan lebih terarah dan jelas. Masalah yang terpilih untuk diteliti secara mendalam yaitu:

1. Perkembangan kawasan perumahan yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan masyarakat akan hunian di Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan.

2. Faktor-faktor yang mendukung eksistensi kawasan perumahan di Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kesesuaian penggunaan lahan kawasan perumahan terhadap RTRW Kota Medan Tahun 2022-2042 di Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang?

2. Apa sajakah faktor yang mendukung kondisi eksisting perumahan di Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang?

(19)

7

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Untuk menganalisis kesesuaian penggunaan lahan kawasan perumahan terhadap RTRW Kota Medan Tahun 2022-2042 di Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang.

2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mendukung kondisi eksisting perumahan di Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menghasilkan sebuah luaran yang mempunyai manfaat sebagai berikut.

a) Manfaat Teoritis

1. Dapat menambah wawasan mengenai ilmu pengetahuan serta pengalaman terkait kesesuaian penggunaan lahan bagi penulis.

2. Dapat menjadi bahan referensi atau literatur untuk penelitian-penelitian lainnya yang memiliki kesamaan hal seperti lokasi penelitian, permasalahan, ataupun bidang ilmu.

b) Manfaat Praktis

1. Dapat menjadi informasi bermanfaat bagi pemerintah guna mengetahui kawasan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai areal permukiman yang layak.

2. Dapat menjadi masukan dan saran bagi masyarakat dalam menentukan pemilihan tempat tinggal yang layak dan memiliki potensi untuk

(20)

penggunaan jangka panjang, baik sebagai tempat tinggal maupun investasi masa depan.

(21)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1) Permukiman dan Perumahan

Terdapat beberapa pendapat terkait rumah dan perumahan. Menurut Budiharjo dalam (Adianto et al., 2017), rumah menjadi tempat awal seseorang (individu) mengenal nilai, norma, adat-istiadat maupun kebiasaan yang dipatuhi dan dilaksanakan oleh masyarakat. Sehingga, dapat dikatakan bahwa rumah merupakan bagian dari kebutuhan tertinggi/terpenting (prioritas) yang berguna sebagai hunian atau tempat tinggal seseorang dalam menjalani kehidupannya.

Pentingnya kondisi suatu rumah membuat orang-orang memperhatikan banyak aspek sebagai pertimbangan dalam menentukan rumah dengan mengharapkan lingkungan perumahan yang kondusif.

Merujuk kepada Undang-Undang No. 4 Tahun 1992, perumahan merupakan satuan lingkungan permukiman yang dilihat berdasarkan bentuk maupun ukurannya, berkaitan terhadap tata ruang dan pertanahan, sarana prasarana lingkungan yang tertata sedemikian rupa yang menunjukkan bahwa perumahan dan pemukiman adalah kesatuan fungsional (Nasution, 2019).

Serupa dengan kebijakan Departemen Pekerjaan Umum dan pendapat Suparno Sastra M. dan Endi Marlina dalam (Pambudi & Handayani, 2013) yang memaknai perumahan sebagai sekumpulan rumah dengan nilai guna sebagai hunian dan dilengkapi segala aspek yang diperlukannya.

(22)

Merujuk kepada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2021, perumahan dan kawasan permukiman adalah perpaduan berbagai sistem yang bertujuan untuk menjaga lingkungan tempat tinggal masyarakat mulai dari kualitas, kuantitas hingga peran masyarakat. Perumahan adalah sekumpulan rumah yang termasuk bagian dari permukiman, baik yang berada di kota ataupun di desa, lalu tersedianya sarana, prasarana dan utilitas umum untuk memenuhi persyaratan rumah yang layak huni (Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, 2021). Hal ini sesuai dengan Pasal 1 dalam PERDA Kota Medan tahun 2022 juga memaknai kawasan perumahan sama seperti penjelasan tersebut (Badan Hukum Sekretariat Kota Medan, 2022).

Berdasarkan Undang-Undang No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, terdapat pengertian-pengertian sebagai berikut:

a. Rumah adalah bangunan yang berguna sebagai hunian tempat tinggal dan sarana dalam membina sebuah keluarga.

b. Perumahan adalah kelompok rumah yang dipergunakan sebagai lingkungan hunian tempat tinggal dengan dilengkapi sarana/prasarana lingkungan.

c. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung yang berguna sebagai lingkungan hunian tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Sunarti (2019) menjelaskan dalam bukunya, bahwa perumahan dan permukiman memiliki pengertian yang berbeda. Perumahan memiliki makna

(23)

11

yang lebih menunjuk kepada obyek, yang dalam hal ini merupakan unit hunian.

Sifat dan karakter permukiman lebih kompleks, karena mencakup suatu batasan wilayah yang lebih luas dari perumahan. Permukiman terbentuk dari adanya kesatuan antara manusia dan lingkungannya. Permukiman merupakan satu kesatuan unsur tempat tinggal yang didalamnya terdapat unit yang lebih mikro yaitu perumahan, lingkungan dan masyarakat. Oleh karena itu dalam pembangunan perumahan harus juga diketahui dan diteliti keadaan dan kondisi permukiman dimana perumahan itu akan dibangun.

Perumahan ini juga berkaitan erat dengan struktur ruang kota karena sebagai akibat dari berbagai aktivitas dan fasilitas masyarakat. Bintarto (1989) berpendapat jika kota adalah tempat jaringan sistem kelompok manusia dengan bentang budaya akibat pengaruh alamiah dan buatan. Kemudian, berkaitan pula dengan pembangunan di perkotaan yang cenderung mengarah pada daerah pinggiran seperti yang disampaikan oleh Park dan Burgess tahun 1952 melalui teori zona konsentris hasil pemikirannya (Latifah & Handoyo, 2014).

Pendapat Ahmadi mengatakan terdapat hubungan antara penentuan lokasi perumahan dengan perkembangan wilayah pinggiran kota pada aspek fisiknya.

Dikatakan keberadaan perumahan di pinggiran kota didominasi kepemilikannya oleh masyarakat menengah ke atas sebagai tempat tinggal maupun investasi jangka panjang. Sejalan pula dengan pendapat Yunus dan Hooimeijer dan Oskamp bahwa masyarakat ekonomi tinggi atau yang mengalami kenaikan pendapatan akan cenderung memilih tempat tinggal di areal pinggiran kota demi mendapatkan rasa kenyamanan bertempat tinggal (Leo, 2020).

(24)

Dalam pemilihan rumah tentunya sangat diperhatikan lokasi atau posisinya karena hal ini menyangkut kenyamanan dan keamanan seperti yang disampaikan Lusht dalam (Gonta et al., 2020), kualitas kehidupan (kenyamanan dan keamanan) dari sebuah rumah ditinjau melalui lokasinya dengan artian daya tarik suatu lokasi sangat ditentukan oleh dua hal yang mencakup lingkungan dan aksesibilitasnya. Selain itu, terdapat juga peran nilai tanah dalam pemilihan rumah atau lokasi perumahan. Merujuk pada pendapat Richard M. Hurds melalui teori Bid-Rent menunjukkan meningkatnya harga lahan semakin mahal di area perkotaan menyebabkan masyarakat memilih daerah pinggiran kota yang memiliki harga lahan lebih murah (Romansyah et al., 2022).

Hal tersebut dapat disimpulkan jika lokasi semakin menjauhi pusat kota akan menyebabkan menurunnya permintaan tanah. Jika ketersediaan tanah banyak, maka harga sewa akan turun yang ditinjau berdasarkan jaraknya dari pusat kota. Dengan begitu, keberadaan tanah pinggiran kota terdapat sedikit persaingan dan harga tanah untuk perumahannya lebih tinggi daripada diperuntukkan sebagai pendirian toko. Dan hal ini yang menjadi alasan tanah di area pinggiran kota lebih banyak diperuntukkan bagi perumahan.

Terdapat pula keterkaitan antara harga tanah dengan aksesibilitas seperti yang disampaikan Berry dan Harton dalam Nasucha (1995) dengan melhat berdasarkan jarak dari pusat kota (Putri & Jamal, 2014). Jika aksesibilitas menurun terus-menerus secara berkala ke segala arah dari pusat kota akan menyebabkan harga tanah turut menurun karena lokasinya yang turut menjauh

(25)

13

dari pusat kota. Kemudian, harga sewa tanah yang berada di jalan utama akan lebih tinggi daripada yang tidak berada di jalan utama.

Menurut SKB Mendagri dan Menteri PUPR Tahun 1992 dalam (Pratama, 2018) sesuai dengan Pasal 21E dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2021, perumahan dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis, yakni:

a. Rumah sederhana adalah bangunan yang berukuran 54-200 m2. Proses pembangunan dihitung per m2, di mana harganya setara atau dibawah harga pembangunan rumah dinas kelas C. Dalam artian harga rumah yang dijual sesuai ketentuan pembangunan dengan acuan luas lantai dan kebijakan.

b. Rumah menengah adalah bangunan yang berukuran 200-600 m2. Harga pembangunannya per m2 yang setara harga pembangunan rumah dinas kelas C sampai A. Dalam artian harga rumah yang dijual minimal tiga sampai lima belas kali lipat harga jual rumah sederhana.

c. Rumah mewah adalah bangunan yang berukuran 600-2000 m2. Harga pembangunan per m2 di atas harga pembangunan rumah dinas kelas A.

Dalam artian harga rumah yang dijual di atas atau lebih dari lima belas kali lipat harga rumah sederhana.

Adanya permintaan perumahan memiliki peran penting dalam mempengaruhi nilai pasar properti perumahan. Ini disebabkan penawaran tanah yang terbatas untuk pembangunan dari segi keluasan sedangkan segi permintaan

(26)

terus meningkat. Menurut Firdaus dalam (Pratama, 2018) menyatakan terdapat beberapa hal yang memengaruhi adanya permintaan atas rumah atau perumahan, yakni:

a. Lokasi, ini menjadi pertimbangan konsumen karena berkaitan dengan jarak dan aksesibilitas. Sehingga permintaan akan terus ada untuk letak rumah yang termasuk posisi strategis.

b. Pertambahan Penduduk, meningkatnya jumlah penduduk di suatu wilayah maka terjadi lonjakan permintaan hunian secara langsung ataupun tidak.

c. Pendapatan Konsumen, kecenderungan individu dalam mempunyai rumah akibat adanya kestabilan ekonomi dan peningkatan pendapatan.

d. Kemudahan Mendapatkan Pinjaman, jika terdapat kemudahan dalam pendanaan maka dengan pasti permintaan akan rumah bertambah.

e. Fasilitas, ketersediaan fasilitas yang terdapat pada kawasan perumahan mampu menjadi daya tarik bagi investor untuk turut berperan dalam memenuhi permintaan rumah pada area tersebut.

f. Harga Rumah, jika terjadi kenaikan pada harga rumah dengan kurangnya kecenderungan masyarakat terhadap rumah pada tingkat harga tersebut maka masyarakat akan memilih rumah yang lebih murah dari itu.

g. Undang-Undang, tentunya terdapat peraturan yang mengatur pemberian harga terhadap nilai tanah dan hal ini mampu mempengaruhi permintaan akan rumah oleh konsumen (termasuk peraturan perpajakan).

(27)

15

2) Tata Ruang

Dalam UU No.26 Tahun 2007 tentang pemanfaatan ruang, tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang (Luthfina et al., 2019).

Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. Tujuan penyelenggaraan penataan ruang menurut UU No. 26 Tahun 2007 yaitu untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:

1. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan

2. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia 3. terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif

terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

(28)

3) Lahan

Berdasarkan penjelasan Malingreau dalam (Luthfina et al., 2019), keterlibatan manusia terhadap keberadaan lahan dibuktikan dengan adanya penggunaan lahan. Umumnya, digunakan untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan kebendaan, spiritual maupun gabungan keduanya. Proses ini dapat bersifat hanya periodik maupun dilakukan secara permanen. Pengelolaan lahan yang tepat dan tetap berpedoman pada peraturan akan menciptakan optimalisasi dalam penggunaan lahan. Hal tersebut mampu mendukung pemenuhan kebutuhan manusia secara berkesinambungan.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penggunaan Tanah atau Pertahanan, beberapa kebijakan yang berlaku yakni:

1. Diharuskan penggunaan lahan sesuai RTRW untuk kegiatan yang berada di kawasan lindung atau kawasan budidaya.

2. Kagiatan di kawasan lindung diwajibkan untuk tidak merusak fungsi alam atau bahkan mengubah bentang alam dan ekosistem alami yang ada.

3. Kagiatan di kawasan budidaya harus serasi atau seragam sehingga tidak mengganggu antar jenis budidaya dan mampu meningkatkan nilai tanahnya.

4. Kegiatan di kawasan budidaya wajib berkesinambungan dan terpelihara sehingga tidak terjadi kerusakan.

Penggunaan lahan bersifat dinamis karena berubah terhadap waktu dan ruang. Peningkatan yang terjadi pada populasi penduduk dan semakin

(29)

17

menjamurnya pusat aktivitas publik juga memberikan dampak terhadap hal tersebut. Pertumbuhan penduduk yang dinamis sedangkan luas lahan cenderung statis, serta lonjakan kebutuhan masyarakat terhadap lahan terus meningkat mengakibatkan penggunaan lahan tidak sesuai dengan rencana fungsinya, serta mempengaruhi peningkatan nilai tanahnya (Saputra & Santosa, 2020).

Menurut Sitorus, kesesuaian lahan adalah serasinya atau terpadunya sebuah lahan untuk suatu jenis penggunaan lahan tertentu, baik untuk pertanian, tegalan, permukiman dan lain sebagainya (Adyatma, 2022). Berdasarkan pendapat Soemarwoto terkait perubahan penggunaan lahan, dikatakan adanya perubahan aktivitas atau perlakuan terhadap sebidang tanah (lahan) yang disebabkan adanya lonjakan pada kebutuhan penduduk untuk memiliki lahan akibat berubahnya lingkungan sosial-budaya di tengah masyarakat (Fadilla et al., 2018).

Analisis kesesuaian didasarkan pada Neraca Penatagunaan Tanah (NPGT). Terdapat dua kelas kesesuaian penggunaan lahan (Saputra & Santosa, 2020), yaitu:

1. Sesuai: apabila penggunaan tanah yang ada sesuai dengan arahan pola ruang.

2. Tidak sesuai: apabila penggunaan tanah tidak direkomendasikan dalam arahan pola ruang.

Klasifikasi penggunaan lahan yang tercantum dalam Peta Pola Ruang RTRW Kota Medan Tahun 2022-2042, maka terdapat beberapa jenis kawasan sebagai berikut.

(30)

Tabel 1. Klasifikasi Penggunaan Lahan dalam RTRW Kota Medan 1. Kawasan lindung kota 2. Kawasan Minapolitan 3. Kawasan sempadan sungai 4. Kawasan perumahan

5. Kawasan sempadan pantai 6. Kawasan peruntukan perdagangan 7. Kawasan sempadan jalan rel kereta api 8. Kawasan peruntukan industry 9. Kawasan rawan bencana 10. Kawasan pariwisata

11. Kawasan rawan kegagalan teknologi 12. Ruang terbuka hijau 13. Central Business District 14. Kawasan strategis kota 15. Kawasan budidaya kota

4) Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Metode ini biasanya digunakan dalam penyelesaian masalah yang memiliki kriteria kompleks. Kriteria tersebut dikonversi menjadi tingkatan hirarki. Tujuan berada di tingkat pertama, diikuti kriteria dan subkriteria, hingga alternatif dari tingkat terakhir (Wahyuni & Megawaty, 2021). Pemilihan metode ini dilandaskan pada kecocokan sistem yang digunakan untuk permasalahan kompleks dengan banyaki alternatif maupun kriteria (Mahendra & Putri, 2019).

AHP merupakan penilaian model bertingkat dengan data awal berdasarkan persepsi atau pandangan manusia. Model AHP memakai presepsi seseorang (individu) yang dinilai sebagai ahli dan menjadi data awal utamanya.

Kriteria ahli tidak selalu mengacu kepada kepintaran, menyandang gelar doctor dan lainnya. Kriteria disini lebih mengacu pada seseorang sangat paham terhadap inti sari maslaah yang dibicarakan, dapat memprediksi dampak dari hal tersebut atau memiliki hubungan terhadap masalah tersebut (Agustapraja &

Rosidah, 2020; Azhar & Handayani, 2018b).

Langkah-langkah penilaian menggunakan metode AHP, yakni: (Azhar &

Handayani, 2018a):

(31)

19

a. Penentuan masalah dan solusi,

b. Penyusunan hierarki dari permasalahan, c. Penentuan elemen prioritas dan sintesa, d. Pengukuran konsistensi, baik CI maupun CR

e. Pehitungan CI = (λ maks-n)/n, n = banyaknya elemen f. Perhitungan CR = CI/IR, IR = Indeks Random Consistency.

g. Pemeriksaan konsistensi hierarki

Apabila nilai akhir lebih dari 10%, maka penilaian data judgment harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama dengan 0,1.

maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar.

5) Analisis Spasial

Menurut Irwansyah dalam (Pidu et al., 2019), analisis spasial adalah gabungan beberapa titik untuk pengolahan data guna menggali informasi secara mendalam berdasarkan sudut pandang keruangan. Manfaatnya sangat bergantung kepada penggunaannya, seperti pemetaan, eksplorasi data lama dan lain- lain.

Menurut Prahasta dalam (Adyatma, 2022), analisis spasial adalah suatu cara atau proses yang dilakukan dalam sebuah perhitungan dan secara logika matematis yang ditujukan terhadap data spasial dalam rangka mendapatkan keterkaitan, informasi baru atau nilai tambah pada unsur geografis yang beraspek

(32)

spasial. Kemampuan-kemapuan analisis spasial yang dapat dilakukan dalam SIG antara lain overlay, klasifikasi, networking, buffering, dan analisis 3D.

B. Penelitian Relevan

Penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian terdahulu yang relevan terhadap permasalahan dan pembahasan yang diangkat. Beberapa penelitian relevan yang ada sebagai berikut.

Adyatma (2022), dengan judul penelitian “Analisis Kesesuaian Lahan Unruk Pengembangan Perumahan di Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo”, menunjukkan hasil bahwa wilayah Kecamatan Grogol terbagi atas 4 klasifikasi, dimana kategori paling sesuai sebesar 572,78 Ha atau 46% dari total wilayah. Selain itu, luas permukiman dan perumahan yang tidak sesuai RTRW sebesar 149,44 Ha atau 11% dari total wilayah.

Lubis et al. (2021), dengan judul penelitian “Kesesuaian Penggunaan Lahan Terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pringsewu (Studi Kasus: Kecamatan Pringsewu, Kecamatan Ambarawa, dan Kecamatan Pagelaran)”, menunjukkan hasil bahwa wilayah pembangunan sesuai RTRW sebesar ±11.015,21 Ha atau 86,95%, wilayah yang masih dapat dikembangkan sebesar ± 994,3 Ha atau 7,85%, dan wilayah yang tidak sesuai RTRW sebesar ± 659,52 ha atau 5,20%.

Alvionida (2022), dengan judul penelitian “Kajian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Kota Padang dalam Pemilihan Perumahan”, menunjukkan hasil bahwa faktor yang mempengaruhi dalam memilih

(33)

21

perumahan yaitu kenyamanan lingkungan, aksesibilitas, kondisi ekonomi, ketersediaan sarana dan ketersediaan prasarana. Faktor paling berpengaruh antara lain ketersediaan sarana, aksesibilitas, dan kenyamanan lingkungan.

Leo (2020), dengan judul penelitian “Preferensi Pemilihan Tipe Rumah dan Lokasi Perumahan Pada Masyarakat Menengah ke Atas di Daerah Pinggiran Kota Yogyakarta”, menunjukkan hasil bahwa faktor yang mempengaruhi dalam memilih perumahan adalah keamanan, kenyamanan, kondisi fisik perumahan, investasi dan tingkat pendapatan. Faktor paling berpengaruh yaitu keamanan dan kenyamanan.

Agustapraja & Rosidah (2020), dengan judul penelitian “Faktor Penentuan Lokasi Perumahan Dengan Metode Ahp di Kabupaten Lamongan”, menunjukkan hasil bahwa faktor dominan yang mempengaruhi developer untuk melakukan pembangunan proyek properti terkait lokasi perumahan adalah harga lahan yang mencapai 100% yang diikuti suasana lingkungan sebesar 80%.

C. Kerangka Berpikir

Rumah merupakan sebuah bangunan yang digunakan untuk lokasi hunian atau tempat tinggal dan memiliki pengaruh besar terhadap keberlangsungan hidup manusia. Hal ini menyebabkan rumah tergolong ke dalam salah satu kebutuhan pokok atau mendasar di kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, permintaan akan rumah turut meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah populasi manusia. Penggunaan lahan untuk pemenuhan kebutuhan akan rumah dapat menyebabkan berkurangnya ketersediaan lahan kosong atau terbuka.

(34)

Sehingga, penggunaan lahannya berkemungkinan tidak sesuai terhadap peraturan RTRW yang berlaku.

Dalam menentukan dan mengatur penggunaan lahan seperti perumahan, tentunya pemerintah memiliki pertimbangan atas hal tersebut. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesesuaian kawasan perumahan terhadap tata ruang yang juga mempengaruhi eksistensinya. Hasil analisis akan menunjukkan gambaran spasial terkait kesesuaian kawasan perumahan serta eksistensinya.

(35)

23

Gambar 1. Kerangka Berpikir

(36)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan. Pemilihan lokasi ini didasarkan kepada:

1. Ditemukan banyak perumahan baru yang sedang dalam tahap pembangunan maupun tahap penyelesaian dan akan siap dihuni oleh masyarakat, baik masyarakat sekitar maupun masyarakat pendatang di Kelurahan Tanjung Sari.

2. Minat masyarakat yang cenderung besar untuk memiliki hunian atau bertempat tinggal di area ini memicu para pengembang perumahan untuk membangun lebih banyak perumahan dan menyebabkan berkurangnya ketersediaan lahan kosong atau terbuka.

Sehingga, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kesesuaian penggunaan lahan sebagai kawasan perumahan di Kelurahan Tanjung Sari serta kriteria pendukung dalam memilih perumahan.

(37)

25 Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

(38)

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh perumahan yang ada di Kelurahan Tanjung Sari yang tersebar ke dalam 14 lingkungan. Area khusus yang dikatakan memiliki perumahan mewah terdiri atas 5 lingkungan, yakni Lingkungan II, Lingkungan IV, Lingkungan X, Lingkungan XIII, dan Lingkungan XIV.

Oleh karena itu, peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam penentuan kriteria sampel perumahan. Peneliti menggunakan kriteria dari Pambudi & Handayani (2013), di mana kriteria yang digunakan yaitu:

1. Pihak developer masih berada di lokasi perumahan 2. Perumahan menengah ke atas

3. Rumah berjenis rumah single landed 4. Rumah sudah berpenghuni

Maka dari itu, peneliti menetapkan sampel yang ditarik berjumlah 18 perumahan. Penentuan jumlah sampel ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal sebagai berikut.

• Setidaknya sampel merupakan 1 perumahan yang mewakili 1 lingkungan yang dianggap sebagai area perumahan mewah dan sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan sebelumnya;

• Adanya potensi kerawanan genangan air dan banjir pada Kelurahan ini yang dapat menjadi salah satu pengurang nilai (value) lingkungan sebagai area perumahan mewah;

(39)

27

• Terdapat 6 dari 14 lingkungan merupakan area rawan genangan air dan banjir di mana 2 dari 6 lingkungan tersebut merupakan kawasan perumahan mewah yakni Lingkungan IV dan Lingkungan X.

Penelitian ini menggunakan beberapa informan yang membantu dalam proses pengumpulan data. Pemilihan sampel informan ini menggunakan teknik purposive sampling untuk menentukan informan kunci dan informan pendukung.

Informan kunci merupakan orang yang memahami atau ahli dalam bidang tata ruang khususnya tata ruang permukiman dan memiliki informasi yang lengkap terkait objek penelitian yakni Dinas PKPPR Kota Medan. Sedangkan informan pendukung merupakan orang yang memiliki informasi terkait objek penelitian, baik sebagai penghuni, pengembang (developer) atau orang yang bekerja di lokasi tersebut.

(40)

28 Tabel 2. Daftar Perumahan

No. Lingkungan Jmlh Nama Perumahan Koordinat

X Y

1. Lingkungan

II 1 1. Perumahan Taman Setia Budi Indah I 3°33'49.28"N 98°38'7.64"E

2. Lingkungan

IV 7

1. Perumahan Setia Budi Landmark 2. Perumahan Klasik I

3. Perumahan Klasik II 4. Perumahan Klasik III

5. Perumahan Insan Citra Griya 6. Perumahan Setia Budi Garden 7. Perumahan Ambassador Residence

3°33'32.32"N 3°33'35.53"N 3°33'29.26"N 3°33'27.90"N 3°33'30.29"N 3°33'29.66"N 3°33'21.73"N

98°38'17.11"E 98°38'29.25"E 98°38'29.40"E 98°38'23.44"E 98°38'31.03"E 98°38'11.12"E 98°38'15.41"E 3. Lingkungan

X 4

1. Perumahan Mega Setiabudi Village 2. Perumahan Citra Setiabudi Residence 3. Perumahan de Cluster

3°32'58.94"N 3°32'56.61"N 3°33'2.85"N

98°37'52.34"E 98°37'59.78"E 98°37'55.15"E

4. Lingkungan

XIII 6

1. Perumahan Taman Perkasa Indah 2. Perumahan Taman Harapan Indah 3. Perumahan Villa Nirwana Garden 4. Perumahan Griya Permata Sari 5. Perumahan Grand Nusa Setia Budi 6. Perumahan Monaco Regency

3°33'13.75"N 3°33'18.83"N 3°33'10.73"N 3°33'19.55"N 3°33'18.84"N 3°33'16.45"N

98°37'23.88"E 98°37'24.46"E 98°37'26.88"E 98°37'27.03"E 98°37'30.75"E 98°37'26.43"E 5. Lingkungan

XIV 2 1. Perumahan Villa Malina Indah 3°33'5.27"N 98°37'31.28"E

Total Perumahan 18 Perumahan

(41)

29

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini adalah perumahan, kesesuaian RTRW, dan kriteria pendukung eksistensi perumahan. Kriteria pendukung itu sendiri sudah ditetapkan menjadi 5 (lima) kriteria, yakni harga perumahan, lokasi perumahan, desain perumahan, fasilitas perumahan, dan aksesibilitas perumahan.

Definisi Operasional dibuat untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap variabel yang akan diteliti, meliputi:

1) Perumahan adalah kumpulan rumah atau bangunan lain yang dibangun pada satu waktu yang sama dan menjadi sebuah area pengembangan tunggal; merupakan satuan unit permukiman yang dilengkapi sarana/prasarana dan fasilitas umum.

2) Kesesuaian RTRW adalah kecocokan penggunaan suatu lahan terhadap rencana tata ruang wilayah yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

3) Harga adalah aspek penilaian mengenai nilai atau daya jual dari sebuah bangunan yang ditinjau dari harga unit rumah.

4) Lokasi adalah aspek penilaian mengenai letak, titik atau posisi rumah tersebut berada di lokasi strategis atau nilai investasi rumah bagi konsumen cukup menjanjikan.

5) Desain adalah aspek penilaian mengenai rancangan atau konsep rumah meliputi model rumah dan ruangan yang menjadi daya tarik atau pilihan bagi konsumen serta semakin rumit bentuknya maka akan semakin mahal harganya.

(42)

6) Fasilitas adalah aspek penilaian mengenai kelengkapan untuk memenuhi kebutuhan konsumen mencakup sarana dan prasarana untuk pertimbangan dalam memilih lokasi perumahan.

7) Aksesibilitas adalah aspek penilaian mengenai pengukuran dalam hal perpindahan atau kemudahan konsumen dari lokasi perumahan untuk menjangkau berbagai pusat kegiatan.

D. Peralatan dan Data Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa peralatan dan bahan yang digunakan. Antara lain:

1. Hardware: Laptop Asus X453M 2. Software

a. Microsoft Office 2019 (penyusunan laporan);

b. ArcGIS 10.8 (pengelolaan SIG dengan hasil akhir peta);

c. Expert Choice 11 (analisis AHP);

d. MAPinr (pengecekan lapangan).

3. Smartphone (dokumentasi).

Sedangkan data-data yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Peta Administrasi Kecamatan Medan Selayang

2. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan tahun 2022-2042 3. Peta Penggunaan Lahan Kelurahan Tanjung Sari

4. Citra Google Earth Tahun 2001 dan Tahun 2023

(43)

31

Adapun data lain yang dibutuhkan, yakni data validasi lapangan guna pengecekan terhadap ketelitian hasil digitasi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data penggunaan lahan sebagai kawasan permukiman di Kelurahan Tanjung Sari maka dilakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut.

1) Survei, proses pengamatan lapangan untuk melihat langsung kondisi fisik kawasan yang akan diteliti sekaligus untuk memperoleh data primer yang dibutuhkan penulis.

2) Wawancara, proses tanya-jawab untuk mendapatkan informasi mengenai kawasan permukiman secara berhadapan atau bertemu, info yang dicari termasuk kondisi permukiman dan masalah-masalah yang sering muncul.

3) Kuesioner, proses pemberian kuesioner atau sejumlah pertanyaan yang dilakukan saat proses wawancara berlangsung; guna menata alur wawancara agar efektif dan efisien.

4) Studi literatur dan dokumentasi, proses pencarian informasi melalui data tertulis atau lainnya (sekunder) yang diperoleh dari berbagai sumber terkait.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini adalah termasuk ke dalam deskriptif-kualitatif. Pemilihan kualitatif didasari pada penelitian ini yang berfokus kepada proses pengamatan

(44)

yang mendalam dan pengolahan data dengan ketelitian yang tinggi. Pada penelitian ini, seluruh data akan dianalisis melalui dua tahap yakni proses skoring dan proses overlay. Proses skoring akan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) melalui aplikasi Expert Choice 11. Teknik ini digunakan untuk memberikan nilai atau skor kepada setiap sub-variabel untuk mengetahui kesesuain setiap komponen permukiman terhadap konsep layak huni. Sedangkan, proses overlay menggunakan aplikasi ArcGIS 10.8.

Teknik ini menggunakan peta-peta variabel yang telah diberi nilai sesuai dengan acuan. Selain itu, terdapat juga metode triangulasi data sebagai teknik keabsahan data.

Tabel 3. Kerangka Penilaian AHP

HP LP DP FP AP

HP 1

LP 1

DP 1

FP 1

AP 1

Keterangan:

HP: Harga Perumahan LP: Lokasi Perumahan DP: Desain Perumahan

FP: Fasilitas Perumahan AP: Aksesibilitas Perumahan

(45)

33

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian

(46)

34

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH

A. Kondisi Fisik 1. Letak dan Luas

Kelurahan Tanjung Sari merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Selayang. Kelurahan ini terdiri atas empat belas lingkungan dan berada pada koordinat 3º32’15,08”LU - 3º34’0,32”LU dan 98º36’56,75”BT - 98º38’39,61”BT. Kelurahan Tanjung Sari yang notabene-nya termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Medan Selayang, sehingga kelurahan ini berada pada ketinggian 32 meter diatas permukaan laut (mdpl) (BPS Kota Medan, 2023).

Kelurahan Tanjung Sari berbatasan langsung (batas daratan) dengan wilayah sekitarnya, batas-batas wilayah tersebut antara lain:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Tuntungan

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Padang Bulan Selayang I-II

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Asam Kumbang

Kelurahan Tanjung Sari memiliki wilayah seluas 519,73 Ha. Berdasarkan jaraknya, jarak untuk menuju ke ibukota kecamatan mencapai 2 km sedangkan menuju ke ibukota kabupaten/kota mencapai 7 km (Kelurahan Tanjung Sari, 2022).

(47)

35 Gambar 4. Peta Administrasi

(48)

2. Kondisi Iklim dan Cuaca

Pada dasarnya kondisi iklim dan cuaca di Kelurahan Tanjung Sari sama dengan kondisi iklim dan cuaca di Kota Medan. Berdasarkan data dari Stasiun BBMKG Wilayah I Kota Medan pada Tahun 2022 dalam (BPS Kota Medan, 2023), rata-rata suhu udara mencapai 29,2ºC. Suhu terendah mencapai 17,6ºC sedangkan suhu tertinggi yang digolongkan sebagai suhu ekstrem yakni mencapai 37ºC. Kedua suhu ini terdapat pada bulan Juli.

Hasil pengamatan dalam 1 tahun penuh di tahun 2022 menunjukkan bahwa rata-rata hari hujan adalah 19 hari per bulan di mana terdapat 230 hari hujan dengan rata-rata volume curah hujan mencapai 291,2 mm. Curah hujan paling besar terjadi pada bulan Agustus yang mencapai 513,6 mm dengan hari hujan berjumlah 23 hari sedangkan curah hujan paling kecil terjadi pada bulan Mei yang hanya mencapai 134,5 mm dengan hari hujan berjumlah 15 hari.

3. Penggunaan Lahan

Kelurahan Tanjung Sari dijuluki sebagai wilayah perumahan menengah ke atas maupun mewah. Oleh karena itu, penggunaan lahannya didominasi oleh komplek perumahan dan permukiman. Hal ini didukung oleh kelurahan ini berada di area yang relatif dekat dengan kota dan sudah berkembang cukup pesat. Dikarenakan faktor tersebut, penggunaan lahannya cenderung digunakan untuk pemenuhan kebutuhan penduduk kota atau perkotaan seperti lahan untuk pendidikan, pusat perdagangan (pasar), tempat peribadatan, perkantoran dan

(49)

37

pemakaman. Berikut data penggunaan lahan yang berada di Kelurahan Tanjung Sari.

Tabel 4. Penggunaan Lahan Kelurahan Tanjung Sari No. Penggunaan Lahan Luas (ha)

1. Pemukiman 387,83

2. Pemakaman 0,25

3. Pekarangan 59

4. Taman 3,97

5. Perkantoran 0,2

6. Prasarana Umum Lain 63,28

7. Sawah/Ladang 5,20

Total 519,73

Sumber: (Kelurahan Tanjung Sari, 2022)

B. Kondisi Non Fisik

1. Jumlah dan Distribusi Penduduk

Pada bulan Desember 2021, Kelurahan Tanjung Sari memiliki penduduk yang berjumlah 35.090 jiwa dan terdiri atas 10.269 rumah tangga (KK).

Kemudian, jumlah penduduk mengalami kenaikan pada bulan Mei 2022 menjadi 35.300 jiwa dan terdiri atas 10.409 rumah tangga (KK) (Kelurahan Tanjung Sari, 2022). Apabila ditarik rata-rata anggota dalam setiap rumah tangga maka didapatkan hasil setiap rumah tangga memiliki 3 anggota. Dengan jumlah penduduk mencapai 35.300 jiwa yang bertempat tinggal di wilayah dengan luas 519,73 Ha atau 5,20 km2 sehingga kepadatan penduduk Kelurahan Tanjung Sari sebesar 6.788,46 atau 6.789 jiwa/km2.

(50)

2. Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk Kelurahan Tanjung Sari ditinjau berdasarkan jenis kelamin atau gendernya (sex ratio), maka akan mendapatkan hasil 17.655 jiwa penduduk laki-laki dan 17.435 jiwa penduduk perempuan pada Desember Tahun 2021 dan mengalami kenaikan menjadi 17.815 jiwa penduduk laki-laki dan 17.485 jiwa penduduk perempuan pada Mei Tahun 2022. Sehingga, perbandingan antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan pada tahun 2022 adalah 101,8 atau 102. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa setiap 100 jiwa penduduk perempuan terdapat 102 jiwa penduduk laki-laki.

Berdasarkan faktor agama, penduduk di kelurahan ini lebih didominasi oleh masyarakat beragama Islam. Sedangkan, masyarakat yang menganut Konghucu tidak ditemukan dan terdapat 5 orang yang menganut kepercayaan lainnya. Berikut data komposisi penduduk berdasarkan agama.

Tabel 5. Komposisi Masyarakat Berdasarkan Kepercayaan No. Kepercayaan Jumlah Penduduk

1. Islam 25.291

2. Kristen 8.145

3. Katholik 1.489

4. Hindu 170

5. Buddha 200

6. Konghucu -

7. Lainnya 5

Total 35.300

Sumber: (Kelurahan Tanjung Sari, 2022)

Ditinjau berdasarkan pendidikan terakhir yang dimiliki penduduk, penduduk yang tamat SLTA atau SMA mendominasi dengan jumlah 11.420 orang. Sedangkan, pendidikan terakhir yang paling sedikit jumlah penduduknya adalah Strata III (S3) dengan jumlah 26 orang. Terdapat pula golongan yang

(51)

39

tidak tamat SD dan ini cukup memprihatinkan karena jumlahnya yang tidak sedikit, yakni 2525 orang. Berikut data komposisi penduduk berdasarkan pendidikan.

Tabel 6. Komposisi Masyarakat Berdasarkan Pendidikan Terakhir No. Pendidikan Terakhir Jumlah Penduduk

1. Belum Sekolah 9.211

2. Tidak Tamat SD 2.525

3. Tamat SD 2.299

4. SLTP/SMP 3.430

5. SLTA/SMA 11.420

6. Diploma II (D2) 83

7. Diploma III (D3) 1.119

8. Strata I (S1) 4.695

9. Strata II (S2) 492

10. Strata III (S3) 26

Total 35.300

Sumber: (Kelurahan Tanjung Sari, 2022)

Penduduk Kelurahan Tanjung Sari memiliki beragam pekerjaan yang mendukung pemenuhan kebutuhan hidup sebagai penduduk perkotaan. Namun, terdapat juga golongan yang tidak memiliki pekerjaan dan jumlahnya cukup besar jika dibandingkan dengan jumlah penduduk setiap pekerjaan. Berikut data komposisi penduduk berdasarkan pekerjaannya.

Tabel 7. Komposisi Masyarakat Berdasarkan Pekerjaan No. Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk

1. Belum Bekerja 9.747

2. Mengurus Rumah Tangga 6.388

3. Pelajar/Mahasiswa 5.790

4. Pegawai Negeri 1.195

5. Karyawan 3.343

6. Lainnya 8.837

Total 35.300

Sumber: (Kelurahan Tanjung Sari, 2022)

(52)

C. Sarana dan Prasarana 1. Lembaga Ekonomi

Kelurahan Tanjung Sari berada di wilayah perkotaan yang termasuk ke dalam area dengan perkembangan yang cukup pesat. Hal ini mendukung meningkatnya potensi bagi lembaga perekonomian untuk terus berkembang.

Berikut data lembaga ekonomi yang berada di Kelurahan Tanjung Sari pada tahun 2022.

Tabel 8. Jenis Lembaga Ekonomi No. Jenis Lembaga Ekonomi Jumlah

1. Perkantoran 24

2. Bank 4

3. Penginapan 6

4. Pertokoan 49

5. Showroom Mobil 8

6. Restoran/Warung/Rumah Makan 46

7. Salon/Tukang Pangkas 28

8. Swalayan 18

Total 183

Sumber: (Kelurahan Tanjung Sari, 2022)

Data di atas menunjukkan bahwa lembaga ekonomi yang mendominasi di Kelurahan Tanjung Sari adalah pertokoan sedangkan yang paling sedikit dan sulit untuk ditemukan adalah bank.

2. Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman yang terdapat di Kelurahan Tanjung Sari mencakup komplek perumahan, kontrakan/kost, dan lainnya. Berdasarkan data terakhir, terdapat sekitar 55 komplek perumahan dan 30 kontrakan/kost yang berada di kelurahan ini. Hal ini didukung oleh keberadaan wilayahnya yang dekat dengan pusat kota dan salah satu pusat pendidikan (universitas).

(53)

41

3. Fasilitas Umum

Fasilitas umum juga tersedia di kelurahan ini yang ditujukan untuk membantu pemenuhan kebutuhan sekunder masyarakat. Fasilitas umum tersebut antara lain kebutuhan air bersih, jaringan listrik dan telepon, saluran pipa gas, lapangan olahraga, tempat peribadatan, balai pengobatan umum, dan taman lingkungan.

4. Peribadatan

Berdasarkan data sebelumnya, penduduk Kelurahan Tanjung Sari memiliki beragam kepercayaan kecuali Konghucu. Dikarenakan penduduk didominasi oleh penduduk beragama Islam sehingga banyak tersedia masjid dan mushollah. Selain itu, terdapat juga gereja yang diperuntukkan bagi penduduk beragama Kristen dan Katholik. Namun, untuk Hindu dan Buddha belum tersedia tempat peribadatannya. Berikut data tempat peribadatan di Kelurahan Tanjung Sari.

Tabel 9. Rumah Ibadat

No. Jenis Tempat Peribadatan Jumlah (Unit)

1. Masjid 11

2. Gereja 11

3. Mushollah 4

Sumber: (Kelurahan Tanjung Sari, 2022)

(54)

5. Kesehatan

Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal kesehatan, sehingga disediakan sarana maupun prasarana kesehatan, baik yang dikelola oleh Pemerintah maupun pihak swasta. Berikut data sarana dan prasarana kesehatan di Kelurahan Tanjung Sari.

Tabel 10. Sarana Kesehatan No. Lingkungan Rumah

Sakit

Puskesmas

Pembantu Klinik Praktek Dokter

Pengobatan Alternatif

BKIA Posyandu

1. Lingkungan I - - - 2 1 1

2. Lingkungan II - - - 1 - -

3. Lingkungan III - - - 1 - 1

4. Lingkungan IV - - 2 5 1 1

5. Lingkungan V - 1 1 2 - 1

6. Lingkungan VI - - 2 4 1 1

7. Lingkungan VII - - 2 3 - 1

8. Lingkungan VIII 1 - 2 3 - 1

9. Lingkungan IX - - 2 3 1 1

10. Lingkungan X - - 1 4 1 1

11. Lingkungan XI - - - 1

12. Lingkungan XII - - - 3 1 1

13. Lingkungan XII - - - 3 - -

14. Lingkungan XIV - - 1 5 1 1

Total 1 1 13 39 7 12

Sumber: (Kelurahan Tanjung Sari, 2022)

6. Pendidikan

Kelurahan Tanjung Sari menyediakan fasilitas yang tergolong lengkap.

Fasilitas pendidikan yang disediakan antara lain PAUD/TK, SD, SLTP/SMP, SLTA/SMA, bahkan juga terdapat Universitas. Berikut data fasilitas pendidikan di Kelurahan Tanjung Sari.

(55)

43

Tabel 11. Fasilitas Pendidikan

No. Jenis Fasilitas Pendidikan Jumlah (Unit)

1. PAUD/TK 8

2. SD 7

3. SLTP/SMP 4

4. SLTA/SMA 4

5. Universitas 2

Total 25

Sumber: (Kelurahan Tanjung Sari, 2022)

7. Keamanan dan Ketertiban

Kelurahan Tanjung Sari juga memiliki sistem keamanan lingkungan sebagaimana wilayah lainnya. Kelurahan ini memiliki poskamling yang tersebar ke seluruh lingkungan. Sehingga, terdapat 14 poskamling yang tersedia di Kelurahan Tanjung Sari.

(56)

44

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Perkembangan Kawasan Perumahan di Kelurahan Tanjung Sari

Penggunaan lahan menjadi salah satu indikator penting untuk penentuan lokasi yang sesuai sebagai kawasan perumahan. Proses identifikasi sangat perlu dilakukan untuk mengetahui sebaran lokasi yang mendukung terciptanya kawasan perumahan yang aman, damai, nyaman dan berkelanjutan. Pemerintah Kota Medan sendiri sudah memiliki rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang ditujukan untuk menata tatanan ruang kota agar semakin baik dan rapi.

Sehubungan dengan hal itu, terdapat rencana pola ruang yang telah selesai dirancang dan dikeluarkan oleh BAPPEDA Kota Medan. Berikut rencana pola ruang sebagai dasar dalam Rencana Tata Ruang Wilayah dari BAPPEDA untuk Kelurahan Tanjung Sari.

Tabel 12. Rencana Pola Ruang

No. Rencana Pola Ruang Luas (ha) Persentase

1. Badan Jalan 22,27 5%

2. Taman Kota 15,36 4%

3. Kawasan Perumahan 321,02 73%

4. Taman Kelurahan 0,19 0%

5. Pemakaman 0,78 0%

6. Kawasan Perdagangan dan Jasa 66,18 15%

7. Rimba Kota 12,98 3%

Total 438,78 100%

(57)

45 Gambar 5. Peta Rencana Pola Ruang

(58)

Dari penjabaran di atas, perencanaan penggunaan lahan didominasi oleh lahan kawasan perumahan sedangkan lahan yang paling kecil atau sedikit diperuntukkan sebagai taman kelurahan.

Berdasarkan hasil interpretasi citra google earth pada tahun 2002 dan tahun 2023 menunjukkan perkembangan kawasan perumahan yang terus meningkat dalam kurun waktu tersebut. Penggunaan lahan yang diidentifikasi dikelompokkan menjadi tiga jenis, yakni bangunan (mencakup badan jalan, perumahan, perkantoran, dll), lahan terbuka, dan vegetasi (pepohonan). Berikut detail hasil dituangkan dalam table dan gambar.

Tabel 13. Penggunaan Lahan Tahun 2002 & 2023 Klasifikasi tahun 2002 Klasifikasi tahun 2023 Penggunaan

Lahan Luas (ha) Penggunaan

Lahan Luas (ha)

Bangunan 104,19 Bangunan 162,15

Lahan Terbuka 308,11 Lahan Terbuka 205,78

Vegetasi 26,47 Vegetasi 70,84

Total 438,77 Total 438,77

Gambar 6. Perbandingan Penggunaan Lahan Tahun 2002 & 2023

(59)

47

Gambar 7. Kurva Perbandingan Penggunaan Lahan Tahun 2002 & 2023

Berdasarkan data di atas, maka dapat diketahui bahwa kelurahan Tanjung Sari mengalami kenaikan pada penggunaan lahan sebagai bangunan sebesar 57,96 ha dan vegetasi sebesar 44,37 ha. Namun, terjadi pula penurunan pada penggunaan lahan sebagai lahan terbuka sebesar 102,33 ha.

Selain itu, berdasarkan interpretasi citra antar dua citra google earth, yakni citra tahun 2002 dan 2023 diketahui bahwa pada awal-awal masa maraknya pembangunan perumahan di area ini, dari 18 sampel perumahan yang dipilih hanya terdapat 6 perumahan yang telah dibangun pada tahun 2002.

Perumahan-perumahan yang dimaksud adalah Perumahan Taman Setia Budi Indah I Medan, Perumahan Setia Budi Garden, Perumahan Insan Citra Griya, Perumahan Taman Perkasa Indah, Villa Nirwana Garden, dan Villa Malina Indah. Berikut detail data yang dituangkan ke dalam gambar.

(60)

48 Gambar 8. Perbandingan Penggunaan Lahan Tahun 2002 & 2023

(61)

49

Berikut hasil analisis antara kondisi eksisting terhadap RTRW Kota Medan.

Tabel 14. Penyesuaian Kondisi Eksisting Terhadap Rencana Pola Ruang Rencana Pola Ruang Luas

(ha)

Klasifikasi 2023

Luas

(ha) Status Luas

(ha)

Badan Jalan 22.27 Bangunan 162.15 Sesuai 8.24

Badan Jalan 22.27 Lahan Terbuka 205.78 Tidak Sesuai 8.90

Badan Jalan 22.27 Vegetasi 70.84 Sesuai 5.12

Taman Kota 15.36 Bangunan 162.15 Tidak Sesuai 0.40 Taman Kota 15.36 Lahan Terbuka 205.78 Sesuai 7.89

Taman Kota 15.36 Vegetasi 70.84 Sesuai 7.07

Kawasan Perumahan 321.02 Bangunan 162.15 Sesuai 125.55 Kawasan Perumahan 321.02 Lahan Terbuka 205.78 Sesuai 152.43 Kawasan Perumahan 321.02 Vegetasi 70.84 Sesuai 43.02 Taman Kelurahan 0.19 Bangunan 162.15 Tidak Sesuai 0.12 Taman Kelurahan 0.19 Lahan Terbuka 205.78 Sesuai 0.07

Pemakaman 0.78 Bangunan 162.15 Tidak Sesuai 0.02

Pemakaman 0.78 Lahan Terbuka 205.78 Tidak Sesuai 0.10

Pemakaman 0.78 Vegetasi 70.84 Tidak Sesuai 0.66

Kawasan Perdagangan dan Jasa

66.18 Bangunan 162.15 Sesuai 25.68

Kawasan Perdagangan dan Jasa

66.18 Lahan Terbuka 205.78 Tidak Sesuai 31.74 Kawasan Perdagangan

dan Jasa

66.18 Vegetasi 70.84 Sesuai 8.76

Rimba Kota 12.98 Bangunan 162.15 Tidak Sesuai 2.12 Rimba Kota 12.98 Lahan Terbuka 205.78 Sesuai 4.62

Rimba Kota 12.98 Vegetasi 70.84 Sesuai 6.19

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa hasil interpretasi kawasan perumahan diisi oleh tiga jenis penggunaan lahan, yaitu bangunan, lahan terbuka, dan vegetasi. Kawasan yang mendapatkan status sesuai sebesar 394,65 ha atau sama dengan 90% dari total keseluruhan wilayah. Berikut adalah hasil validasi lapangan dan gambar petanya.

(62)

Tabel 15. Validasi Lapangan Rencana

Pola Ruang

Klasifikasi

2023 Status Bukti

Kawasan Perumahan

Bangunan Sesuai 1. 3°33'52.73" LU, 98°38'15.50" BT

2. 3°33'58.25" LU, 98°38'9.23" BT

Kawasan Perumahan

Lahan Terbuka Sesuai 1. 3°33'52.52" LU, 98°37'58.52" BT

2. 3°33'52.849" LU, 98°38'0.267" BT

3. 3°33'53" LU, 98°37'59.58" BT

(63)

51

Kawasan Perumahan

Vegetasi Sesuai 1. 3°33'57.77" LU, 98°38'7.52" BT

2. 3°33'58.60" LU, 98°38'8.68" BT

Pemakaman Lahan Terbuka

& Vegetasi

Tidak Sesuai 1. 3°33'50.46" LU, 98°37'49.38" BT

(Hasil Observasi Peneliti, 2023)

(64)

Gambar 9. Peta Kesesuaian Kondisi Eksisting Terhadap RTRW Kota Medan

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi Penggunaan Lahan dalam RTRW Kota Medan  1.  Kawasan lindung kota  2
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Tabel 3. Kerangka Penilaian AHP
Gambar 3. Diagram Alir Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berjudul Tayangan Iklan 3M (Mengubur, Menutup, Menguras) dan Tindakan Masyarakat Dalam Mencegah Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan

Abstrak: Kajian penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan pertanian Kecamatan Siantar Marimbun menjadi lahan perumahan/permukiman dan kesesuaian dengan

Analisis spasial overlay digunakan untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi tahun 2010-2014 di Kota Salatiga serta mengetahui tingkat kesesuaian penggunaan

MEDAN SELAYANG PADA DINAS PERUMAHAN KAWASAN PERMUKIMAN DAN PENATAAN RUANG KOTA MEDAN TA.2017

SELAYANG PADA DINAS PERUMAHAN KAWASAN PERMUKIMAN DAN PENATAAN RUANG KOTA MEDAN

Analisis kesesuaian lahan kawasan permukiman bagi masyarakat golongan menegah ke atas di Kecamatan Ngaliyan . Kesesuaian lahan kawasan permukiman bagi masyarakat golongan menegah

Tabel 13 menunjukkan bahwa penggunaan kawasan permukiman yang tidak sesuai terbesar digunakan untuk perdagangan dan jasa, terluas di Kelurahan Empang karena

Dari hasil analisis evaluasi Kesesuaian lahan dengan Sistem Informasi Geografis (GIS) di wilayah pesisir Kecamatan Medan Belawan, maka untuk penggunaan lahan tambak yang