MAKALAH SATUAN OPERASI
ANALISIS NERACA MASSA PADA PROSES EVAPORASI MENGGUNAKAN LARUTAN GULA PASIR DAN KECAP
DISUSUN OLEH
M. ABYAD HOFID TAQIYA (J1B022119)
M.FAJAR AULIA (J1B022120)
M.RIFQI AL-AFGONI (J1B022121) MUH.HAIRUL AZMI (J1B022124) MUH.TAUFIKURRAHMAN (J1B022125)
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
ii KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah dipanjatkan kepada Allah Swt karena telah melimpahkan rahmat berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Tidak lupa dihaturkan sholawat beserta salam atas junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW. Dan tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada Dosen pembimbing mata kuliah Satuan Operasi, yang selalu memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Satuan Operasi, semester tiga program studi Teknik Pertanian.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Mataram, 19 November 2023
Penyusun
iii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan... 1
1.3. Rumusan Masalah ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
BAB III METODOLOGI ... 5
3.1. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan... 5
3.2. Alat Dan Bahan ... 5
3.3. Prosedur Pengamatan ... 5
3.3.1. Langkah Kerja ... 5
3.3.2. Diagram Alir ... 5
3.4. Parameter ... 6
3.5. Analisis ... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8
4.1. Hasil Pengamatan ... 8
4.2. Pembahasan ... 10
BAB V PENUTUP... 13
5.1. Kesimpulan... 13
5.2. Saran ... 13
DAFTAR PUSTAKA ... 14
iv DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Hasil Pengamatan Suhu dan Total Padatan terlarut Gula Pasir ... 8 Tabel 1. 2 Hasil Pengamatan Suhu dan total Padatan Terlarut Kecap... 8
v DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Diagram Alir langkah kerja pengukuran suhu dan total padatan terlarut ... 5
Gambar 1. 2 Analisis Neraca Massa Selama Proses Evaporasi Gula Pasir ... 9
Gambar 1. 3 Analisis Neraca Massa Selama Proses Evaporasi Kecap... 9
Gambar 1. 4 Grafik suhu dan padatan terlarut Gula Pasir ... 10
Gambar 1. 5 Grafik suhu dan padatan terlarut Kecap ... 10
1 BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Neraca massa merupakan perhitungan semua bahan yang ada dalam proses.
Adakalanya bahan yang dikenakan proses berubah bentuk menjadi senyawa lain atau menjadi konsumsi dalam sistem tersebut tetapi jumlah massanya tidak berubah titik neraca massa sangat dibutuhkan dalam pengolahan suatu bahan pangan karena setiap bahan memiliki massa titik neraca massa sangat berkaitan dengan proses pengolahan bahan pangan karena neraca massa sangat diperlukan untuk menghitung suatu bahan titik masa yang tumbuh dan masa yang terambil diartikan bila terjadi reaksi kimia, maka bahan tersebut bisa terambil dan membentuk senyawa lain.
Bahan hasil pertanian setelah dipanen masih melakukan aktivitas kehidupan atau metabolisme, jadi memungkinkan masih adanya mikroorganisme yang dapat menyebabkan daya simpan bahan tersebut rendah titik salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan menurunkan aktivitas air dalam bahan hasil pertanian penurunan air ini akan membuat bahan lebih awet karena proses pertumbuhan pada mikroba akan terhambat. Bahan hasil pertanian merupakan bahan yang mudah rusak dan tidak tahan lama. Karenanya, dibutuhkan penanganan lebih lanjut terkait dengan pengurangan aktivitas air untuk memperpanjang masa simpan bahan pangan dengan cara evaporasi. Evaporasi ditunjukkan untuk mendapatkan massa yang lebih pekat dengan jalan menguapkan sebagian air yang ada pada masa cair.
Evaporasi merupakan proses pengurangan kadar air suatu larutan. Evaporasi juga merupakan perlakuan pendahuluan proses untuk selanjutnya, misalnya pemekatan sari buah susu cair sebelum dikeringkan dengan sprei dying proses evaporasi selain berfungsi menurunkan aktivitas air evaporasi juga dapat meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan dan evaporasi akan memperkecil volume larutan sehingga akan menghemat biaya pengepakan penyimpanan dan transportasi titik bahan pangan yang mengandung kadar air tinggi dapat diawetkan dengan teknik evaporasi sehingga kadar air yang terkandung akan menurun dan pertumbuhan mikroorganisme akan terhambat.
Pada umumnya, proses evaporasi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu suhu dan tekanan, selama evaporasi luas permukaan jenis bahan dan viskositas bahan.
1.2.Tujuan
1. Memahami Prinsip Kerja Evaporasi dengan Mengamati Perubahan yang Terjadi Seperti Suhu dan Total Padatan Terlarut.
2 2. Menerapkan Prinsip Kerja Evaporasi dalam Kehidupan Sehari – hari.
1.3.Rumusan Masalah
1. Bagaimana Prinsip Kerja Evaporasi?
2. Bagaimana Penerapan Prinsip Kerja Evaporasi dalam Kehidupan Sehari – hari?
3 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Neraca massa adalah suatu energi yang dibuat untuk sebuah proses atau bagian dari proses yang dipisahkan dari lingkungan sebagaimana dalam neraca bahan titik neraca massa merupakan perhitungan bahan masuk dan bahan keluar dari sistem yang didasarkan pada prinsip hukum kekekalan massa yang menyatakan bahwa materi tidak diciptakan atau dihancurkan dalam proses dan massa total tetap tidak berubah titik neraca massa dibagi menjadi dua yaitu neraca massa tidak bereaksi dan neraca massa bereaksi titik pada neraca massa tidak bereaksi memiliki keadaan tidak bereaksi yang memberikan kepastian bahwa di dalam sistem jumlah massa total ataupun mol total sama dengan massa mol setiap senyawa kimia dan jumlah senyawa yang masuk harus sama dengan massa yang keluar. Adapun neraca bereaksi melibatkan penataan ulang molekul untuk membentuk berbagai senyawa molekul yang berbeda, maka input output senyawa dalam kimia dalam reaksi tidak seimbang titik neraca massa dapat digunakan pada proses evaporasi atau penurunan aktivitas pada bahan pangan sehingga neraca massa dan evaporasi berkaitan satu sama lain (Saragih., et al. 2022).
Evaporasi secara umum merupakan proses perubahan status air dan bentuk cair ke bentuk gas. Dalam proses daur hidrologi evaporasi merupakan perpindahan air dari permukaan lautan dan daratan ke atmosfer. Penguapan atau evaporasi air merupakan tahapan pertama dalam daur hidrologi dan berpengaruh terhadap masukkan air ke dalam daratan titik proses evaporasi terjadi karena adanya ketersediaan air atau defisit tekanan uap air yang tergantung pada faktor cuaca seperti suhu udara, kecepatan angin, tekanan atmosfer, radiasi matahari, kualitas air dan bentuk serta sifat dari permukaan yang berevaporasi. Faktor-faktor tersebut dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti faktor lokasi geografis musim, interval waktu dan lain-lain sehingga proses evaporasi merupakan proses yang cukup rumit untuk dilakukan pengukuran dan perhitungannya (Wati., et al.
2019).
Evaporasi merupakan jumlah air atau kuantitas air yang menguap pada permukaan air terbuka atau dari permukaan tanah oleh proses fisika. Sedangkan transpirasi merupakan proses di mana air pada tumbuh-tumbuhan berpindah ke atmosfer dalam bentuk uap air. Proses penguapan merupakan tahap pertama dalam siklus hidrologi bumi dan berpengaruh pada kebutuhan air di daratan titik sekitar 85% proses penguapan terjadi di lautan sedangkan di darat, proses penguapan relatif lebih kecil dibandingkan lautan, namun sekitar 60-70% volume air yang dihasilkan dan hujan yang turun di daratan akan menguap pada daratan juga. Hal ini menjadikan proses penguapan menjadi suatu tolak ukur penting yang menghubungkan perpindahan massa air melalui atmosfer antara lautan dan daratan (Toruan & Prayoga, 2022).
4 Pada bahan pangan evaporasi merupakan suatu bentuk proses yang menggunakan panas untuk menurunkan kandungan air dari bahan pangan yang berbentuk cairan. Hasil dari evaporator yang diinginkan biasanya dapat berupa padatan dan berupa larutan berkonsentrasi titik larutan yang sudah dievaporasi bisa saja terdiri dari berbagai komponen yang mudah menguap titik evaporator vakum merupakan evaporator yang menggunakan pemanasan langsung pada bahan, dengan pengaturan suhu yang bisa diinginkan titik laju evaporasi didefinisikan sebagai kuantitas air yang berhasil dievaporasi menjadi uap persatuan waktu tertentu titik dalam hal ini, laju evaporasi merupakan laju penurunan kadar air. Dengan kata lain, nilai ini menunjukkan kemampuan alat dalam mengeluarkan zat pelarut berupa air dari bahan yang diproses (Syadani., et al. 2019).
Saat ini, teknologi evaporasi vacum banyak digunakan pada industri pangan terutama pada pengolahan bahan pangan pasta atau cairan kental seperti pembuatan pasta tomat produksi kecap, pengolahan jamu Cina pengolahan susu serta ekstraksi Sari jahe.
Penguapan atau evaporasi dapat dipakai untuk tujuan pemisahan larutan sehingga menjadi lebih pekat. Selanjutnya larutan yang pekat ini biasanya dikerjakan untuk kristalisasi. Perpindahan panas dan perpindahan massa adalah 2 proses dasar yang terjadi pada penguapan dan atau evaporasi. Selama penguapan pada campuran larutan harus diberikan panas untuk menyediakan tenaga yang diperlukan (Ismiyati & Sari, 2020).
5 BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Pengamatan ini dilaksanakan pada Hari Rabu, 20 September 2023 dari Pukul 13.00 WITA – Selesai di Laboratorium Bioproses. Fakultas teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram.
3.2. Alat Dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang dihgunakan pada pengamatan ini yaitu, Alat:
Gelas ukur, kompor listrik, refraaktometer, spatula, stopwatch, dan thermometer.
Bahan: Air, gula merah, dan kecap.
3.3. Prosedur Pengamatan 3.3.1 Langkah Kerja
Adapun langkah kerja yang dilakukan yaitu:
1. Disiapkan 100 gram gula pasir dan dilarutkan alam 250 ml air.
2. Kompor listrik dinyalakan terlebih dahulu.
3. Diletakkan gelas ukur diatas kompor listrik dan dituangkan larutan gula pasir ke dalamnya.
4. Diukur suhu total padatan terlarut setiap 5 menit.
5. Amati perubahan suhu dan total padatan terlarut setiap 5 menit dan dicatat.
6. Diulang Langkah kerja 1-5 untuk kecap.
3.3.2 Diadram Alir
Mulai
Disiapkan 100 gram gula pasir dan dilarutkan alam 250 ml air.
a
6 a
Kompor listrik dinyalakan terlebih dahulu.
Diletakkan gelas ukur diatas kompor listrik dan dituangkan larutan gula pasir ke dalamnya.
Diukur suhu total padatan terlarut setiap 5 menit.
Amati perubahan suhu dan total padatan terlarut setiap 5 menit dan dicatat.
Diulang Langkah kerja 1-5 untuk kecap.
Selesai
Gambar 1.1 Diagram alir langkah kerja pengukuran suhu dan total padatan terlarut
3.4. Parameter
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud dengan parameter adalah ukuran seluruh populasi dalam penelitian yang harus diperkirakan dari yang terdapat dalam percontohan. Parameter merupakan sebuah nilai yang mengikuti sebagai acuan, keterangan atau informasi yang dapat menjelaskan batas-batas atau bagian-bagian tertentu dari suatu sistem. Parameter mengandung pengertian yaitu indikator dari suatu distribusi hasil pengukuran.Dalam praktikum ini menggunakan dua parameter, antara lain:
a. Parameter yang diperoleh dari hasil pengamatan sebagai berikut:
Pengamatan perubahan yang terjadi pada gula pasir, pada waktu dan suhu yang berbeda, pengamatan perubahan pada larutan kecap.
b. Parameter berdasarkan hasil perhitungan yakni, yang tercantum dalam hasil analisis.
7 3.5. Analisis
Perhitungan c. Kecap
Diketahui Min = 350gram Tsin =
Tsout =
Ditanya Mout = ?
Min = ? Penyelesaian:
Min × Tsin % = Muap air + Mout x Tsout %
350 × 66,3 % = (Mair × Brix air) + Mout × Tsout % 350 ×66,3
100 = (250 × 0) + Mout ×85,2
100
350 × 0,663 = 0 + Mout × 0,852
232,05
0,852 = Mout
Mout = 272,3 gram d. Gula Pasir
Diketahui Min = 350 gram Tsin = 26,5 % Tsout = 33,4 % Ditanya Mout = ?
Muap air = ? Penyelesaian
Min × Tsin % = Muap air + Mout × Tsout % 350 × 26,5 % = (Mair + Brix air) + Mout 33,4%
350 × 26,5%
100 = (250 × 0) + Mout × 33,4
100
350 × 0,265 = 0 + Mout × 0,334
92
0,33 = Mout
Mout = 277,7 gram
Min = Muap air + Mout
350 = Muap air + 277,7
Map air = 350 – 277,7 Muap air = 72,3 gram
8 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Pengamatan
Waktu (Menit) Suhu (°C) Total Padatan Terlarut (% Brix)
0 21 °C 26,5 %
5 33 °C 26,7 %
10 49 °C 26,4 %
15 64 °C 26 %
20 74 °C 26,8 %
25 80 °C 26,5 %
30 81 °C 28,2 %
35 85 °C 30,1 %
40 88 °C 31,1 %
45 89 °C 32,1 %
50 89 °C 33,5 %
55 90 °C 34,9 %
60 90 °C 33,4 %
Tabel 1. 1 Hasil Pengamatan Suhu dan Total Padatan terlarut Gula Pasir
Waktu (Menit) Suhu (°C) Total Padatan Terlarut (% Brix)
0 2,1 °C 64,3 %
5 3,9 °C 65,7 %
10 6,4 °C 67,3 %
15 8,4 °C 69,2 %
20 8,5 °C 73,6 %
25 9,2 °C 73,4 %
30 9,5 °C 81,4 %
35 9,7 °C 81,5 %
40 10 °C 82,7 %
45 10,2 °C 83 %
50 10,5 °C 83,5 %
55 10,6 °C 84,5 %
60 10,7 °C 85,2 %
Tabel 1. 2 Hasil Pengamatan Suhu dan total Padatan Terlarut Kecap
9
Gambar 1.2 Grafik suhu dan padatan terlarut gula pasir
Gambar 1.3 Grafik suhu dan padatan terlarut kecap 0
20 40 60 80 100 120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Grafik suhu dan total padatan terlarut gula pasir
Waktu (menit) Suhu ℃ Total padatan terlarut (% brix)
0 20 40 60 80 100 120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Grafik suhu dan total padatan terlarut kecap
Waktu(menit) Suhu Total padatan terlarut
10
Gambar 1. 4 Analisis Neraca Massa Selama Proses Evaporasi Gula Pasir
Gambar 1.5 Analisis Neraca Massa Selama Proses Evaporasi Kecap
4.2.Pembahasan
Evaporasi merupakan proses alami di mana air berubah dari bentuk cair menjadi uap air di atmosfer titik di dalam bahan pangan evaporasi merupakan proses hilangnya air dari bahan pangan, seperti buah, sayuran biji-bijian atau produk makanan lainnya. Proses ini sering terjadi selama pengolahan makanan, penyimpanan, atau memasak. Evaporasi dapat terjadi secara alami seperti ketika buah-buahan dibiarkan di udara terbuka dan airnya menguap, atau diinduksi dengan sengaja, seperti dalam proses pengeringan makanan atau pemurnian gula. Dalam konteks pengawetan makanan, evaporasi adalah cara penting untuk mengurangi kadar air dalam makanan, yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan memperpanjang umur simpan produk makanan titik selain itu, evaporasi juga dapat mempengaruhi tekstur dan rasa makanan, terutama dalam
11 pengolahan makanan seperti pembuatan saus atau konsentrat buah, dimana menghilangkan sebagai air dapat menghasilkan produk yang lebih padat dan kaya rasa.
Prinsip kerja evaporasi pada bahan pangan melibatkan penghilangan air dari bahan tersebut dengan memanfaatkan panas titik proses ini dapat dibagi menjadi beberapa tahap, pertama, bahan pangan ditempatkan dalam lingkungan yang memiliki suhu lebih tinggi daripada suhu normal. Ini mengakibatkan perbedaan suhu yang mendorong transfer energi panas dari lingkungan ke bahan pangan ketika suhu bahan pangan mencapai titik didih air, molekul-molekul air dalam bahan mulai bergerak dengan lebih cepat dan sebagian dari mereka berubah menjadi uap titik uap air ini kemudian dikeluarkan dari bahan pangan melalui ventilasi atau peralatan khusus seperti pengering dan pemanggang. Prinsip evaporasi ini digunakan dalam berbagai proses pengolahan makanan seperti pengeringan pembuatan jus konsentrat, atau pembuatan produk seperti sereal dan kripik.
Suhu memiliki peran kunci dalam proses evaporasi. Semakin tinggi suhu, semakin besar energi panas yang tersedia untuk merangsang pergerakan molekul air. Ketika bahan pangan dipanaskan, molekul air di dalamnya akan memiliki energi kinetik yang lebih besar, yang memungkinkan lebih banyak molekul air berubah menjadi uap titik proses ini sangat bermanfaat dalam pengeringan makanan pemanggangan, atau pengolahan makanan lainnya yang melibatkan pengurangan kadar air. Tingkat evaporasi yang efisien pada suhu yang tepat dapat membantu mengawetkan makanan, meningkatkan umur simpan, dan menghasilkan produk makanan dengan tekstur dan rasa yang diinginkan titik oleh karena itu pemahaman dan pengendalian suhu dalam proses pengolahan bahan pangan adalah faktor kunci untuk mencapai hasil yang baik dalam produk makanan.
Pada praktikum tentang neraca masa evaporasi didapatkan hasil pengamatan suhu dan total padatan terlarut dari 2 sampel bahan, yakni gula pasir dan kecap. Pada bahan gula pasir, pada menit ke-0, didapatkan suhu sebesar 21°C dengan total padatan terlarut sebesar 26,5%, pada menit ke-5 didapatkan suhu sebesar 33°C dengan total padatan terlarut sebesar 26,7%, pada menit ke-10 dengan suhu 49°C didapatkan total padatan terlarut sebesar 26,4%, pada menit ke-15 dengan suhu 64°C total padatan terlarut sebesar 26%, pada menit ke-20 dengan suhu 74°C, total padatan terlarut sebesar 26,8%, pada menit ke-25 dengan suhu 80°C, total padatan terlarut sebesar 26,5%, pada menit ke-30 dengan suhu 81°C, total padatan terlarut sebesar 28,2%, pada menitnya 35 dengan suhu 85°C, total padatan terlarut sebesar 30,1%, pada menit ke-40 dengan suhu 88°C total padatan terlarut sebesar 31,1%, pada menit ke-45 dengan suhu 89°C, total padatan terlarut sebesar 32,1% pada menit ke-50 dengan suhu 89°C, total padatan terlarut sebesar 33,5% pada menit ke 55 dengan suhu 90°C, total padatan terlarut sebesar 34,9% pada menit ke-60 dengan suhu 90°C, total padatan yang terlarut sebesar 33,4%. Pada bahan kecap, menit ke-0 dengan suhu 2, 1°C, total padatan terlarut sebesar 64,3%, pada menit kelima dengan suhu 3,9°C, total padatan terlarut sebesar 65,7% pada menit ke-10 dengan
12 suhu 6,4°C, total padatan terlarut sebesar 67,3%, pada menit ke-15 dengan suhu 8,4°C, total padatan terlarut sebesar 69,2%, pada menit ke-20 dengan suhu 8,5°C, total padatan terlarut sebesar 73,6%, pada menit ke-25 dengan suhu 9,2°C, total padatan terlarut sebesar 73,4%, pada menit ke-30 dengan suhu 9,5°C, total padatan terlalu sebesar 81,4%, pada menit ke-35 dengan suhu 9,7°C, total padatan terlarut sebesar 81,5%, pada menit ke-40 dengan suhu 10°C, total padatan terlarut sebesar 82,7%, pada menit ke 45 dengan suhu 10,2°C, total padatan terlarut sebesar 83%, pada menit ke-50 dengan suhu 10,5°C, total padatan terlarut sebesar 83,5%, pada menit ke-55 dengan suhu 10,6°C, total padatan terlarut sebesar 84,5% pada menit ke 60 dengan suhu 10, 7°C, total padatan terlarut sebesar 85,2%.
Evaporasi memiliki peran yang signifikan dalam bidang teknik pertanian titik pemahaman tentang evaporasi penting untuk mengelola sumber daya air dengan efisien.
Evaporasi adalah salah satu faktor yang dapat mengurangi jumlah air yang tersedia untuk tanaman, terutama di daerah yang panas dan kering. Penggunaan tentang pengetahuan tingkat evaporasi lokal untuk merancang sistem irigasi yang efektif dan mengatur jadwal penyiraman yang tepat. Selain itu mereka juga memanfaatkan teknologi seperti tutupan tanah atau penutup air untuk mengurangi tingkat evaporasi dari permukaan air irigasi.
Selain itu juga pemahaman tentang evaporasi digunakan untuk menghitung tingkat penguapan air waduk bendungan atau saluran air yang mempengaruhi pengelolaan sumber daya air dan perencanaan pertanian yang berkelanjutan.
13 BAB V
PENUTUP
6.1.Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil yaitu:
1. Memahami prinsip kerja evaporasi adalah kunci untuk memahami bagaimana perubahan suhu dan total padatan terlarut mempengaruhi proses ini. Melalui pengamatan kita dapat mengenali bagaimana suhu yang lebih tinggi dapat meningkatkan tingkat evaporasi sedangkan total padatan terlarut dapat mempengaruhi kemurnian zat yang tertinggal.
2. Prinsip kerja evaporasi dalam kehidupan sehari-hari sangat beragam mulai dari proses pengolahan makanan yang menggunakan pengeringan hingga penggunaan evaporasi dalam pendinginan tubuh manusia melalui keringat.
Dengan memahami prinsip ini, kita dapat mengoptimalkan berbagai aspek kehidupan seperti pengolahan makanan, pelestarian sumber daya air dan pemahaman tentang perubahan cuaca yang berkaitan dengan evaporasi.
6.2.Saran
1. Bagi Penulis
a. Ketidaksempurnaan dalam penulisan Tugas ini dapat dijadikan pembelajaran untuk tahap selanjutnya.
b. Penulis tetap berusaha untuk mempelajari isi dari makalah ini.
2. Bagi Pembaca
a. Makalah ini merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Satuan Operasi.
Maka apabila ada kesalahan dalam penulisan sekiranya pembaca untuk bisa menambahkan kritik dan saran yang membangun.
b. Dapat memberikan gambaran mengenai salah satu tugas pada mata kuliah Satuan Operasi.
14 DAFTAR PUSTAKA
Ismiyati., F. Sari. 2020. IDENTIFIKASI KENAIKAN TITIK DIDIH PADA PROSES EVAPORASI, TERHADAP KONSENTRASI LARUTAN SARI JAHE. Jurnal Universitas Muhammadiyah. 9(2): 33 – 39.
Saragih, K. P., Y. Sitanggang., T. Engaline. 2022. PERHITUNGAN KEBUTUHAN STEAM UNTUK MENGUAPKAN AIR DI UNIT Cl02 GENERATOR, CHEMICAL PLANT PT. TOBA PULP LESTARI. Tbk – PORSERA, Jurnal Rekayasa, Teknologi Proses Dan Sains Kimia. 2(1): 1 12.
Syakdani, A., I. Purnamasari., E. Nesessary. 2019. PROTOTIPE ALAT EVAPORATOR VAKUM (EFEKTIVITAS TEMPERATUR DAN WAKTU EVAPORASI TERHADAP TEKANAN VAKUM DAN LAJU EVAPORASI PADA PEMBUATAN SIRUP BUAH MENGKUDU (Morinda Citrifolia) ). KINETIKA.
10(2): 29 – 35.
Toruan, K. L., Prayoga, V. S, 2022. Digitalisasi Piche Evaporimeter. Jurnal Instrumentasi dan Teknologi Kebumian. 1(1): 1 – 18.
Wati. T., H. Pawitan., A. Sopaheluwakan. 2020. Pengaruh Parameter Cuaca Terhadap Proses Evaporasi Pada Interval Waktu Yang Berbeda. Jurnal Meteorologi dan Geofisika. 16(3): 155 – 165.