• Tidak ada hasil yang ditemukan

ATRIUM SEPTUM DEFECT

N/A
N/A
Habib Indriya Adha

Academic year: 2025

Membagikan "ATRIUM SEPTUM DEFECT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ATRIUM SEPTUM DEFECT

I. KONSEP DASAR PENYAKIT ASD 1.1 Definisi

Cacat jantung bawaan, atau penyakit, adalah masalah dengan struktur jantung yang ada saat lahir. Mereka dapat mengubah aliran darah normal melalui jantung. Cacat jantung kongenital adalah jenis cacat lahir yang paling umum (NHLBI, 2015). Cacat septum atrium (ASD) adalah lubang di septum interatrial, menyebabkan pirau kiri-ke-kanan dan kelebihan volume atrium kanan dan ventrikel kanan. Anak-anak jarang bergejala, tetapi komplikasi jangka panjang setelah usia 20 tahun meliputi hipertensi paru, gagal jantung, dan aritmia atrium. Orang dewasa dan, jarang, remaja dapat mengalami intoleransi olahraga, dispnea, kelelahan, dan aritmia atrium. Murmur midsistolik lunak di perbatasan sternum kiri atas dengan pemisah lebar dan tetap dari bunyi jantung ke-2 (S2) sering terjadi. Diagnosis dilakukan dengan ekokardiografi. Perawatannya adalah penutupan alat transcatheter atau perbaikan bedah (Marie Baffa, Jeanne, 2018).

Atrial Septal Defect (ASD) merupakan kelainan akibat adanya lubang pada septum intersisial yang memisahkan antrium kiri dan kanan . Hal ini menyebabkan pencampuran darah beroksigen dengan tidak beroksigen, yang akhirnya mengakibatkan jantung kanan membesar dan tekanan tinggi pada paru-paru (hipertensi pulmonal) (IMFI, 2018).

1.2 Epidemiologi

a. Cacat septum atrium adalah umum, terhitung 7% hingga 10% dari kelainan jantung bawaan, dan mereka terjadi pada 1 dari 1500 kelahiran hidup.

b. Rasio laki-laki dan perempuan adalah 1: 2.

c. Kasing biasanya sporadis.

d. Penutupan spontan terjadi pada usia 2 tahun pada 40% hingga 50% dari cacat yang terdeteksi pada awal masa bayi.

e. Beberapa kasus bersifat keluarga (mis., Sindrom Holt - Oram).

f. Cacat atrium dengan kelainan bentuk tungkai atas dan kelainan konduksi jantung g. Warisan dominan autosom

h. Kerusakan sering merupakan komponen integral (dan kadang-kadang diperlukan) dari kelainan jantung bawaan yang kompleks.

i. Antara 25% dan 30% orang dengan jantung yang normal memiliki foramen ovale yang dipatenkan, yang tidak dianggap sebagai cacat atrium (G.Coran, Arnold, 2012).

1.3 Klasifikasi

ASD dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi:

a. Ostium secundum: Kerusakan pada fossa ovalis — di bagian tengah (atau tengah) dari septum atrium.

(2)

b. Sinus venosus: Kerusakan pada aspek posterior septum, dekat vena cava superior atau inferior vena cava, dan sering dikaitkan dengan kembalinya vena pulmonalis kanan atas atau bawah ke atrium kanan atau vena cava kanan.

c. Ostium primum: Defek pada aspek anteroinferior septum, suatu bentuk defek septum atrioventrikular (defek bantal endokardial). (Marie Baffa, Jeanne, 2018).

1.4 Etiologi

ASD merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Dalam keadaan normal, pada peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan kanan sehingga darah tidak perlu melewati paru-paru. Pada saat bayi lahir, lubang ini biasanya menutup. Jika lubang ini tetap terbuka, darah terus mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan (shunt). Penyebab dari tidak menutupnya lubang pada septum atrium ini tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian

ASD. Faktor-faktor tersebut diantaranya :

1. Faktor Prenatal:– Ibu menderita infeksi Rubella;– Ibu alkoholisme;– Umur ibu lebih dari 40 tahun;– Ibu menderita IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus);– Ibu meminum obat- obatan penenang.

2. Faktor genetik– Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB (Penyakit Jantung

Bawaan);– Ayah atau ibu menderita PJB (Penyakit Jantung Bawaan);– Kelainan kromosom misalnya, Sindroma Down;– Lahir dengan kelainan bawaan lain.

3. Gangguan hemodinamik

Tekanan di atrium kiri lebih tinggi daripada tekanan di atrium kanan sehingga memungkinkan aliran darah dari atrium kiri ke atrium kanan (IMFI, 2018).

1.5 Patofisiologi

Pada cacat septum atrium, shunting dibiarkan ke kanan pada awalnya (lihat gambar Cacat septum atrium). Beberapa ASD kecil, seringkali hanya foramen ovale paten yang ditarik, menutup secara spontan selama beberapa tahun pertama kehidupan. ASDs sedang-ke- besar yang persisten menghasilkan pirau besar, yang menyebabkan kelebihan volume ventrikel atrium kanan dan kanan. Jika tidak diperbaiki, pirau besar ini dapat menyebabkan hipertensi arteri pulmonalis, peningkatan resistensi pembuluh darah paru, dan hipertrofi ventrikel kanan pada saat orang berusia 30-an atau 40-an. Aritmia atrium, seperti takikardia supraventrikular (SVT), flutter atrium, atau fibrilasi atrium juga dapat terjadi. Pada akhirnya, peningkatan tekanan arteri pulmonalis dan resistensi vascular dapat menyebabkan pirau atrium dua arah dengan sianosis (sindrom Eisenmenger) selama masa dewasa pertengahan hingga akhir (paling sering di atas usia 40). (Marie Baffa, Jeanne, 2018).

1.6 Manifestasi Klinis

Penderita ASD sebagian besar menunjukkan gejala klinis sebagai berikut:

a. Detak jantung berdebar-debar (palpitasi);

b. Tidak memiliki nafsu makan yang baik;

c. Sering mengalami infeksi saluran pernafasan;

d. Berat badan yang sulit;

e. Sianosis pada kulit di sekitar mulut atau bibir dan lidah;

f. Cepat lelah dan berkurangnya tingkat aktivitas;

(3)

g. Demam yang tak dapat dijelaskan penyebabnya

h. Respon tehadap nyeri atau rasa sakit yang meningkat (IMFI, 2018)

(4)

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. IDENTITAS

I. IDENTITAS

Nama :

No rekam medis :

Usia :

Jenis kelamin :

Alamat :

Status perkawinan :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Diagnosa medis :

Tgl masuk :

Tgl pengkajian :

III. KELUHAN UTAMA

Klien dengan Atrium Septum Defect biasanya mengeluh sesak napas saat beraktivitas, cemas, suhu tubuh meningkat, lemas atau jantung berdebar-debar.

(5)

IV. RIWAYAT KELUHAN SAAT INI

Klien biasanya mengalami sesak napas, berkeringat banyak dan jantung berdebar debar.

V. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Prenatal

Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi virus Rubella), mungkin ada riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan serta penyakit DM pada ibu.

B. Perinatal dan postnatal

Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.

C. Penyakit yang pernah diderita Biasanya anak mengalami sesak.

D. Hospitalisasi/Tindakan operasi

Kaji apakah klien pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya dan pernahkan mendapat tindakan operasi seperti tonsilektomi, apendiktomi dan lain-lain.

E. Injury/kecelakaan

Kaji apakah klien sebelumnya pernah mengalami kecelakaan atau tidak.

F. Alergi

Kaji apakah klien memiliki alergi pada makanan, minuman atau obat-obatan.

G. Imunisasi dan tes laboratorium

Kaji apakah klien sudah mendapatkan imunisasi lengkap sesuai dengan usianya dan kaji apakah klien mendapatkan imunisasi tambahan.Imunisasi tersebut seperti:

a. Imunisasi BCG untuk mencegah TB diberikan pada bayi usia kurang dari 2 bulan

b. Imunisasi Hepatitis B untuk mencegah Hepatitis diberikan sebanyak 3 kali pada neonates diberikan 12 jam setelah bayi lahir atau sebelum bayi berumur 24 jam.

c. Imunisasi polio untuk mencegah piliomielitis diberikan sebanyak 4 kali

d. Imunisasi DPT untuk mencegah difteri, pertusis dan tetanus diberikan sebanyak 4 kali.

e. Imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak diberikan pada bayi umur 9 bulan f. Imunisasi DPT untuk mencegah difteri, pertusis dan tetanus diberikan sebanyak 4 kali g. Imunisasi MMR

h. Imunisasi tifoid i. Imunisasi hepatitis A j. Imunisasi varicella H. Pengobatan

Apakah klien melakukan pengobatan khusus seperti kemoterapi atau mengkonsumsi obat lainnya.

(6)

VI. RIWAYAT PERTUMBUHAN

Pasien dengan ASD biasanya mengalami gangguan pertumbuhan.

VII. RIWAYAT SOSIAL a. Yang mengasuh

Tanyakan siapa yang mengasuh klien dari sejak lahir hingga saat ini.

b. Hubungan dengan anggota keluarga

Kaji hubungan klien dengan anggota keluarga.

c. Hubungan dengan teman sebaya

Bagaimana hubungan klien dengan teman sebaya.

d. Pembawaan secara umum

Kaji apakah klien memiliki pembawaan secara umum seperti bibir sumbing, spina bifida, penyakit jantung bawaan, hidrosefalus dan lain-lain.

VIII. RIWAYAT KELUARGA a. Sosial ekonomi

Sosial ekonomi berhubungan dengan tingkat pengobatan dan cara pemeliharaan kesehatan.

b. Lingkungan rumah

Kaji jarak antara rumah dengan fasilitas kesehatan. Bagaimana keadaan lingkungan rumah klien,ventilasi, keadaan lantai yang licin dan kaji apakah ada sumber polusi yang dekat dengan rumahnya dan darimana sumber air.

c. Penyakit keluarga

Kaji tentang anggota keluarga apakah dalam keluarga memiliki penyakit jantung yang diturunkan.

d. Genogram

Adalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur anggota keluarga dari atas hingga kebawah yang didasarkan atas tiga generasi sebelum pasien. Berikan keterangan manakah symbol pria, wanita, memiliki penyakit keturunan, meninggal atau tidak dan keterangan tinggal serumah.

(7)

IX. PENGKAJIAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI (DDST) A. Personal sosial

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkunganya

B. Adaptif motorik halus

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu serta melakukan kegiatan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil tetapi memerlukan kordinasi yang cermat. Contohnya: adalah kemampuan menggambar menulis, mencoret, melempar, menangkap bola,meronce manik-manik, memegang suatu benda dan lain-lain.

C. Bahasa

Bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara sopan. Bahasa mencangkup segala bentuk komunikasi, apakah itu lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, pantomim, atau seni. Bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk paling efektif dalam komunikasi juga paling penting dan banyak digunakan.

D. Motorik kasar

Aspek yang berhubungan dengan perkembangan pergerakan dan sikap tubuh.

Aktivitas motorik yang mencakup keterampilan otot-otot besar seperti merangkak, berjalan, berlari, melompat atau berenang.

X. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN KLIEN SAAT INI A. Pemeliharaan dan persepsi terhadap Kesehatan

Yang perlu dikaji adalah pengetahuan mengenai kesehatanya. anak-anak belum mengerti mengenai kesehatanya sehingga orang tua harus memperhatikan kesehatanya.

B. Nutrisi

Klien akan mengalami penurunan nafsu makan.

C. Cairan

Klien dengan atrium septum defect biasanya mengalami edema pada ekstremitas.

D. Aktivitas

Klien biasanya mengalami keletihan/kelemahan, dyspnea, perubahan tanda vital, perubahan status mental, takipnea, dan kehilangan tonus otot dan biasanya aktivitas terbatas tidak sama seperti anak lainnya.

E. Tidur dan istirahat

Klien biasanya dianjurkan lebih banyak istirahat karena mengalami kelemahan.

F. Eliminasi

Klien biasanya tidak mengalami gangguan pada buang air besar dan buang air kecil.

(8)

G. Pola hubungan

Klien dengan atrium septum defect dapat mengalami penurunan peran dalam aktivitas sosial dan keluarga.

H. Koping atau temperamen dan disiplin yang diterapkan

Anak-anak yang dihospitalisasi biasanya mengamuk, menangis dan acuh tak acuh terhadap lingkunganya dan memerlukan dukungan yang baik agar anak tenang.

I. Kognitif dan persepsi

Klien umumnya tidak mengalami gangguan penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan serta tidak terdapat suatu waham, klien biasanya merasakan nyeri dan tidak nyaman pada dadanya.

J. Konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan penyakit anaknya, ansietas dan stress juga dapat terjadi pada klien.

K. Seksual dan menstruasi

Kaji apakah ada efek penyakit pada seksualitas anak. Kaji apakah klien sudah mengalami menarche atau belum, jika sudah tanyakan apakah menstruasinya lancar atau tidak.

L. Nilai

Biasanya anak-anak tidak mengetahui kepercayaan yang dianutnya dan biasanya anak- anak mengikuti kepercayaan orang tuanya.

XI. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum : Keadaan umum klien dengan ASD biasanya compos mentis, klien tampak lemah, tekanan darah meningkat, nadi meningkat, dyspnea saat istirahat atau saat aktivitas.

B. Kulit

Inspeksi : Klien dengan ASD bisa mengalami sianosis pada ektremitas ditandai dengan munculnya kebiruan pada ujung jari, kulit teraba dingin dan lembab.

Palpasi : Turgor kulit menurun, CRT > 3 detik.

C. Kepala

Inspeksi : Rambut bersih, tidak ada tumor, rambut warna hitam, tidak rontok, tidak ada lesi.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

D. Mata

Inspeksi : Simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

E. Telinga

(9)

Inspeksi : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada benjolan, tidak menggunakan alat bantu pendengaran

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

F. Hidung

Inspeksi : Simetris, tidak ada polip, adanya pernafasan cuping hidung, mukosa lembab, rongga hidung bersih.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

G. Mulut

Inpeksi : Bibir tampak kering, gigi bersih, tidak ada perdarahan dan pembengkakan pada gusi.

H. Leher

Inspeksi : Tidak adanya pembengkakan, tidak adanya jaringan parut dan tidak adanya massa.

Palpasi : Tidak adanya pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.

I. Dada

Inspeksi : Diameter dada bertambah, retraksi dinding dada.

Palpasi : Tidak ada benjolan J. Payudara

Inspeksi : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar mammae.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

K. Paru

Inspeksi : Terdapat pernafasan cuping hidung.

Palpasi: Teraba taktil fremitus.

Perkusi : Terdengar suara sonor.

Auskultasi : Terdengar suara vesikuler.

L. Jantung

Inspeksi : Bentuk asimetris, irama tidak teratur.

Palpasi : Teraba adanya bising pada ICS II atau III kiri.

Perkusi : Terdengar suara pekak.

Auskultasi : Terdapat bunyi jantung tambahan.

M. Abdomen

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ikterik, tidak terdapat distensi, tidak terdapat kelainan pada umbilicus.

(10)

Auskultasi : Peristaltik usus normal 10-15 x/menit Perkusi : Terdengar suara timpani

Palpasi : Tidak adanya pembesaran hati.

N. Genetalia

Biasanya tidak terdapat gangguan pada organ genetalia.

O. Anus dan rektum

Biasanya tidak ada gangguan pada anus dan rectum.

P. Muskuloskeletal

Inspeksi: kekuatan otot melemah.

Q. Neurologi

Biasanya klien tidak mengalami gangguan pada system persarafan.

XII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG 1. Foto Thorax

Terlihat kardio megali akibat pembesaran atrium dan ventrikel kanan. Segmen pulmonal menonjol dan vaskularirasi paru meningkat (plethora). Pada khasus lanjut dengan hipertensi pulmonal, gambara vaskularisasi paru mengurang didaerah tepi(pruned tree). Dan

menunjukan adanya komplikasi atau tidak.

2. Ekokardiogram

Ekokardiogram M-mode memperlihatkan dilatasi ventrikel kanan dan septum

interventrikular yang bergerak paradoks. Ekokardiogram 2 dimensi dapat memperlihatkan lokasi dan besarnya defek interatrial (pandangan subsifoid yang paling terpercaya). Prolaps katup mitral dan regurgitasi sering tampak pada defek septum atrium yang besar. Posisi katup mitral dan trikuspid sama tinggi pada defek septum atrium primum dan bila ada celah pada katup mitral juga dapat terlihat. Ekokardiogram menentukan lokasi defek, ukuran defek, arah dan gradien aliran, perkiraan tekanan ventrikel kanan dan pulmonal, gambaran beban volume pada jantung kiri, keterlibatan katup aorta atau trikuspid serta kelainan lain.

Ekokardiografi Doppler memperlihatkan aliran interatrial yang terekam sampai di dinding atrium kanan. Rasio aliran pulmonal terhadap aliran sistemik juga dapat dihitung.

Ekokardiografi kontras dikerjakan bila Doppler tak mampu memperlihatkan adanya aliran interatrial.

3. Angiogram

Ventrikel kiri pada defek septum atrium sekundum tampak normal, tapi mungkin terlihat prolaps katup mitral yang disertai regurgitasi. Pada defek septum atrium primum, terlihat gambaran leher angsa (goose-neck appearance) akibat posisi katup mitral yang abnormal.

Regurgitasi melalui celah pada katup mitral juga dapat terlihat. Angiogram pada vena pulmonalis kanan atas dapat memperlihatkan besarnya defek septum atrium.

4. EKG

(11)

Deviasi aksis ke kiri pada ASD primum dan deviasi aksis ke kanan pada ASD secundum, RBBB, RVH.

5. Kateterisasi jantung

Prosedur diagnostic dimana kateter radiopaque dimasukan kedalam atrium jantung melalui pembuluh darah perifer, diobservasi dengan fluoroskopi atau intensifikasi pencitraan;

pengukuran tekanan darah dan sampel darah memberikan sumber-sumber informasi tambahan. Kateterisasi jantung dilakukan bila defek interatrial pada ekokardiogram tak jelas terlihat atau bila terdapat hipertensi pulmonal. Pada kateterisasi jantung terdapat

peningkatan saluran oksigen di atrium kanan dengan peningkatan ringan tekanan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis. Bila telah terjadi penyakit vaskuler paru, tekanan arteri

pulmonalis sangat meningkat sehingga perlu dilakukan tes dengan pemberian oksigen 100% untuk menilai reversibilitas vaskuler paru.

XIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

1. Penurunan curah jantung berubungan dengan perubahan preload ditandai dengan klien mengatakan jantung berdebar-debar, takikardia, hipertensi, bunyi jantung tambahan, klien tampak dan pucat, gambaran EKG aritmia, kebiruan pada ujung jari, CRT > 3 detik.

2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri atau vena ditandai dengan ibu klien mengatakan anaknya lemas, kulit teraba dingin, wajah tampak pucat, turgor kulit menurun, tampak edema pada ekstremitas.

3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan ibu klien mengatakan anaknya sesak, adanya pola napas abnormal, pernapasan cuping hidung dan retraksi dinding dada.

4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis ditandai dengan klien mengeluh nyeri, nilai nyeri berdasarkan FLACC, klien tampak meringis dan gelisah, klien tampak berkeringat, tekanan darah meningkat, nadi meningkat, pola napas berubah.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan ibu klien mengatakan anaknya mengeluh cepat lelah dan cepat sesak saat melakukan aktivitas, frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat.

6. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan fisik ditandai dengan ibu klien mengatakan anaknya tidak bisa bermain dan beraktivitas seperti anak-anak lainnya, klien tampak lebih cepat lelah saat melakukan aktivitas, nafsu makan menurun, klien tampak lebih mudah marah, kontak mata tampak terbatas.

7. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ditandai dengan ibu klien mengatakan anaknya tidak nafsu makan, berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal, otot pengunyah lemah, membrane mukosa pucat.

8. Ansietas berhubungan dengan hubungan orang tua-anak tidak memuaskan ditandai dengan ibu klien mengatakan khawatir dengan kondisi anaknya, ibu klien mengatakan bingung dengan kondisi anaknya, ibu klien mengatakan sulit berkonsentrasi, ibu klien tampak gelisah dan tegang, muka tampak pucat, tampak berkeringat, takipnea, takikardi, hipertensi.

9. Risiko cedera berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan ibu klien mengatakan anaknya lemas, klien tampak tidak bisa melakukan aktivitas seperti anak pada umumnya, klien tampak pucat.

Referensi

Dokumen terkait

Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan yang panas ditandai dengan ibu pasien mengatakan badan pasien terasa panas, pasien mengatakan badannya terasa lemas, tidak ada

Cemas berhubungan dengan Situasi/lingkungan ruang premedikasi dan operasi ditandai klien mengatakan semalam tidur saya sering terbangun membayangkan operasi, klien

Saat Ny.M memeriksakan diri ke RS Ny.M mengatakan diare berhari- hari,disertai lemas, pusing, mual muntah, dan mengeluh nyeri pada bagian perut wajah klien tampak

Berikan obat antihipertensi sesuai indikasi 4 Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis ditandai dengan klien mengatakan nyeri terutama di daerah perut, TD: 100/70

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan : Ds : klien mengatakan tidak ada nafsu makan sejak 5 hari yang lalu Klien mengatakan

- Klien merasa takut akan kelahiran anaknya - Klien mengatakan tidak mempunyai  pengetahuan tentang kehamilan "o * - Klien tampak   tegang - 8rekwensi nadi meningkat )ujuan

1 Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (kanker), ditandai dengan klien mengatakan merasa nyeri pada daerah penis, klien mengatakan nyeri seperti ditusuk- tusuk,

Klien sadar namun tampak lemas dan Klien mengatakan nafsu makan berkurang dikarenakan nyeri yang masih bisa ditahankan pada daerah kaki yang luka.. Klien tidak dapat