• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Saku Supervisor Proyek Transmisi SUTT/SUTET PT PLN (Persero)

N/A
N/A
Im Herli

Academic year: 2024

Membagikan " Buku Saku Supervisor Proyek Transmisi SUTT/SUTET PT PLN (Persero)"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU SAKU SUPERVISOR PROYEK TRANSMISI

SUTT / SUTET

PT PLN (Persero)

Pusat Manajemen Konstruksi

Semarang - 2017

(2)

BUKU SAKU SUPERVISOR PROYEK TRANSMISI

SUTT/SUTET

(3)

< Halaman ini sengaja dikosongkan >

(4)

BUKU SAKU SUPERVISOR PROYEK TRANSMISI

SUTT/SUTET

PT PLN (PERSERO)

PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI Disusun Oleh : Sub bidang RMPP

2017

(5)

< Halaman ini sengaja dikosongkan >

(6)

DATA PERSONAL

Nama : ...

Alamat : ...

Email : ...

Telp. / HP : ...

Gol. Darah : ...

KONTAK DARURAT

Nama : ...

Alamat : ...

Telp. / Hp : ...

(7)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

2 KATA PENGANTAR

Untuk menunjang pelaksanaan jasa supervisi konstruksi yang dilaksanakan oleh PT PLN (Persero) Pusat Manajemen Konstruksi maka dipandang perlu untuk membuat buku saku supervisor proyek transmisi SUTT/SUTET sebagai pedoman singkat untuk supervisor dalam melaksanakan tugasnya agar hasil pekerjaan dapat memenuhi standard dan kualitas yang diharapkan.

Keberhasilan pembangunan proyek investasi ketenaga-listrikan pada tahap konstruksi sangat dipengaruhi oleh kualitas pengawasan dan untuk menjaga kualitas pem-bangunan tersebut PLN Pusmankon dalam hal ini sebagai pengawas supervisi konstruksi perlu kejelian dan kehati-hatian dalam melaksanakan pekerjaan pengawasan tersebut baik secara teknis maupun secara non teknis/kontraktual.

Buku saku ini dibuat sebagai pegangan dan pedoman bagi Supervisor dalam melaksanakan supervisi dilapangan disamping dokumen-dokumen terkait lainnya yang telah disetujui oleh pemberi kerja.

Penyusunan buku saku ini masih jauh dari sempurna, saran masukan sangat dibutuhkan demi kesempurnaan penyusunan buku ini. Demikian disampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

PLT General Manager

M. Dahlan Djamaluddin

(8)

3 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 3

PENDAHULUAN ... 8

Supervisi Konstruksi ... 8

Pengertian Supervisor (Pengawas) ... 8

Tujuan Supervisi (Pengawasan) ... 8

CHECK SURVEY ... 9

Jenis–Jenis Alat Ukur ... 10

Alat Bantu Ukur ... 10

Pengukuran Beda – Tinggi (Elevasi) ... 10

Pengukuran Polygon (Jarak Dan Sudut) ... 12

Penentuan Koordinat ... 12

Membuat Profil Diagonal Memanjang ... 13

PONDASI ... 16

Supervisi Pekerjaan Pondasi ... 21

Pengawasan Galian Pondasi (Excavation) ... 21

Teknik Galian Tanah ... 21

Pengawasan Pekerjaan Pondasi Pad Chimney ... 22

Pengawasan Pekerjaan Pondasi Tiang ... 23

Quality Control Pekerjaan Pondasi ... 25

Pengujian Pondasi Tiang... 25

Stub Setting ... 25

Pembesian ... 31

Begesting Dan Pengecoran Mix Beton ... 31

Mutu Beton ... 31

Pengujian Slump Beton (Slump Test) ... 32

Pembuatan Benda Uji ... 34

Penimbunan Dan Pemadatan Tanah ... 35

ERECTION... 37

Tipe Tower ... 37

Jenis Tower ... 37

Mutu Material Tower ... 40

(9)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

4

Erection Tower ... 41

Peralatan Erection Tower ... 41

Keselamatan Kerja ... 41

Proses / Pelaksanaan Erection Tower ... 42

STRINGING ... 51

Jenis Material Yang Dipasang ... 51

Peralatan Stringing ... 53

Keselamatan Proses Stringing ... 53

Proses/Pelaksanaan Stringing... 54

Pekerjaan Persiapan ... 54

Dokumen Referensi ... 54

Kondisi Tower ... 55

Mobilisasi Personil Dan Peralatan Stringing ... 55

Penarikan Earth Wire ... 57

Pemasangan Insulator Set Dan Montage Roll ... 58

Penarikan Konduktor ... 58

Jointing Konduktor Dan Ground Wire ... 60

Penegangan Sementara ... 62

SAGGING & CLAMPING ... 66

Susunan Sagging Winch ... 66

Pemasangan Tension Clamp... 68

Pengukuran Sag ... 70

Operator Sagging ... 71

Pemasangan Jumper ... 71

Ruang Bebas Dan Jarak Bebas Minimum... 72

PEMASANGAN PERALATAN / MATERIAL ACCESSORIES ... 76

Pemasangan Vibration Dampers ... 76

Pemasangan Spacer ... 76

Armour Rod ... 77

Counter Weight... 77

Anti Climbing Device (ACD) / Alat Halang Panjat ... 78

Bola Rambu ... 78

PENGUJIAN DAN INSPEKSI ... 79

(10)

5

Pabrikasi ... 79

Pondasi ... 80

Final Check & Komisioning ... 81

Pengujian Tahanan Isolasi ... 81

SINGLE LINE DIAGRAM ... 83

(11)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

6 VISI

“Menjadi unit (usaha) Jasa Bidang Manajemen Konstruksi yang bertumpu pada potensi insani yang profesional dengan layanan yang EKSELEN ”

MISI

Menjalankan kegiatan usaha yang berorientasi pada etika bisnis dan tatakelola perusahaan yang baik;

Menjalankan bisnis jasa manajemen konstruksi yang mengacu pada kepuasan pelanggan dan anggota perusahaan

Memberdayakan jasa manajemen konstruksi sebagai media untuk meningkatkan kualitas industri ketenagalistrikan

Menjadikan jasa manajemen konstruksi sebagai pendorong kegiatan usaha bidang jasa konstruksi.

(12)

7 K3 check list :

Item Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan 1. Manajemen K3 Kontruksi

a. Working Permit Ada Tidak

b. Job Safety Analysis Ada Tidak

c. Safety Plan Contractor Ada Tidak

d. Petugas K3 Konstruksi bersertifikat Ada Tidak e. Peralatan kerja bersertifikat Ada Tidak 2. K3 Kantor Lapangan dan Fasilitasnya

a. Fasilitas sanitasi/toilet Ada Tidak

b. Pasokan air minum Ada Tidak

c. Peralatan P3K dan APAR Ada Tidak

d. Fasilitas kantin Ada Tidak

e. Tempat untuk istirahat dan perlindungan dari cuaca, ganti baju untuk pekerja dan

tempat penyimpanan pekerja Ada Tidak f. Penerangan di tempat kerja termasuk

dalam keadaan darurat Ada Tidak

g. Kendaraan pengangkut jika terjadi

kecelakaan Ada Tidak

3. Kelengkapan Alat Pelindung Diri (sesuai

working permit/JSA) Lengkap Tidak

4. Perlengkapan K3 lain sesuai kondisi di

lapangan. Lengkap Tidak

5. Rambu-rambu pengaman (Safety sign) dan penempatan material sesuai dengan safety plan

Lengkap Tidak

Note : Apabila terdapat ketidaksesuaian terhadap cek list diatas, supervisor melakukan teguran lisan dan tertulis (buku direksi/surat/ Laporan harian).

Khusus nomor 1a, 1b, 1c dan 3 agar dilakukan penghentian sementara dengan tertulis ditindaklanjuti dengan koordinasi dengan pemberi kerja. Peringatan tertulis harus ditindaklanjuti dengan surat tertulis.

(13)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

8 PENDAHULUAN

Supervisi Konstruksi

Supervisi konstruksi merupakan suatu proses pengawasan dan pengendalian terhadap pekerjaan konstruksi dari kontraktor atau sub kontraktor sehingga menghasilkan produk yang sesuai dengan kontrak yang telah disepakati antara Pemberi kerja dengan penyedia barang/jasa (Kontraktor).

Pengertian Supervisor (Pengawas)

Adalah seseorang yang ditunjuk oleh Pengguna barang/jasa yang diberi kewenangan untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan pekerjaan yang sudah dan sedang dilaksanakan oleh pihak Penyedia barang/jasa (Kontraktor).

Tujuan Supervisi (Pengawasan)

Untuk memastikan biaya, mutu, dan waktu proyek berjalan secara baik dan benar sesuai dengan perencanaan dengan zero accident.

Tugas Supervisor :

Tugas supervisor sebagai berikut :

1. Koordinasi dengan pihak terkait untuk persiapan pelaksanaan supervisi pekerjaan.

2. Mengecek ketersediaan dokumen kerja (gambar kerja, metode kerja, syarat kerja lainnya yang telah disetujui dan rencana kegiatan kontraktor).

3. Melaksanakan supervisi atas pekerjaan kontraktor, mengecek dan mencatat ada atau tidaknya penyimpangan pelaksanaan pekerjaan, supervisor wajib mengisi buku harian, buku harian pengawas/ supervisor, membuat time sheet serta melaporkan hasil pelaksanaan supervisi secara berkala kepada atasan.

4. Memastikan pekerjaan sesuai dengan kaidah K2/K3 dan Lingkungan (sesuai dokumen AMDAL/UKL-UPL)

(14)

9 CHECK SURVEY

Sebelum melakukan survey jalur transmisi, perlu disiapkan kelengkapan perijinan jalur transmisi sudah selesai/tersedia.

Perijinan terdiri dari Ijin Prinsip, Ijin Jalur, Ijin Lokasi, dll.

Pekerjaan survey terdiri dari:

a) Memeriksa/mereview peta jalur transmisi dari GI ke GI lainnya b) Mengawasi pengukuran ulang jalur transmisi, yaitu:

- Survey visual

- Pengukuran center line jalur - Pengukuran situasi jalur

- Pengukuran elevasi/beda tinggi jalur

- Tower pagging/penentuan tapak kaki tower, dan dilakukan pematokan

- Penyelidikan tanah

Secara umum pekerjaan pengukuran dalam konstruksi dapat terdiri dari beberapa macam antara lain:

a. Pengukuran jaring Polygon b. Pemetaan situasi dan kontur lahan.

c. Pengukuran trace atau sumbu bangunan arah memanjang seperti pada pekerjaan saluran, jalan raya dan jaringan transmisi.

d. Pengukuran/pengecekan demansi konstruksi, baik arah tegak maupun mendatar.

Dalam pembangunan tower transmisi agar tidak salah dalam melaksanakan pekerjaan pondasi, maka supervisor harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Periksa kembali rute transmisi, arah tower, patok-patok titik tower yang ada di tapak.

b. Tower apakah masih sesuai dengan yang ada di gambar kerja.

c. Periksa jenis tower yang akan didirikan, apakah tower sudut, tower suspensi atau tower akhir.

d. Lakukan pengukuran ulang untuk memastikan posisi tower . e. Semua kegiatan pengukuran ulang harus dilakukan dengan

theodolit.

f. Perlu adanya pengecekan yang terpisah.

g. Pengukuran harus dilakukan minimum 2 (dua) kali.

h. Hindari kecerobohan-kecerobohan sekecil mungkin.

(15)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

10 Jenis–Jenis Alat Ukur

Jenis-jenis alat ukur yang digunakan untuk pekerjaan sipil seperti yang disebutkan di atas antara lain :

a. Waterpass atau Alat Sipat Datar (ASD).

Waterpass atau alat sipat datar digunakan untuk mengukur kesamaan dan pebedaan tinggi antara titik satu dengan titik yang lain (leveling), Oleh karena itu alat ini hanya bisa digerakan ke kanan dan ke kiri saja (arah horizontal).

b. Theodolit.

Theodolit adalah alat untuk mengukur beda tinggi, jarak dan sudut antara titik satu dengan titik yang lain, oleh karena itu alat ini bisa digerakan kesegala arah (horizontal dan vertikal).

Alat Bantu Ukur

Alat bantu ukur merupakan perlengkapan penunjang yang penting dan diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan pengukuran antara lain:

a. Pita Ukur / Roll Meter b. Theodolit

c. GPS geodetic

Pengukuran Beda – Tinggi (Elevasi)

Alat ukur yang digunakan adalah Alat Sipat Datar (Waterpas) serta alat bantu ukurnya. Bila jarak antara dua titik A dan B hendak ditentukan selisih tingginya (lihat Gambar 1) tetapi berhubung jauhnya jarak tersebut tidak dapat diadakan satu kali pengukuran, maka diadakan satu rangkaian sipat datar antara dua titik tersebut.

Mula-mula instrument diletakkan antara titik A dan 1, maka diperoleh selisih tinggi antara kedua titik tersebut. Kemudian instrument antara titik 1 dan 2, maka diperoleh selisih tinggi antara titik-titik ini dan seterusnya sampai ke titik B.

(16)

11

Gambar 1. Pengukuran Beda Tinggi

(17)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

12 Pengukuran Polygon (Jarak Dan Sudut) Pengukuran poligon bertujuan sebagai berikut :

1. Memperbanyak koordinat titik-titik dilapangan yang diperlukan untuk ketepatan pembuatan peta.

2. Sebagai kerangka pemetaan untuk pembuatan sebuah peta.

3. Penetapan letak posisi koordinat tetap pada suatu daerah pengukuran.

4. Penetapan teknik dan bentuk pengukuran yang disesuaikan dengan medan yang diukur.

Pengukuran poligon dibagi menjadi 2 yaitu pengukuran poligon terbuka dan tertutup. Poligon terbuka adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya merupakan titik yang berlainan (tidak bertemu pada satu titik). Sedangkan poligon tertutup atau kring adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya bertemu pada satu titik yang sama. Pada poligon tertutup, koreksi sudut dan koreksi koordinat tetap dapat dilakukan walaupun tanpa titik ikat.

Gambar 2. Skema Pengukuran Dengan Poligon Tertutup Penentuan Koordinat

Untuk menentukan letak titik tower B terhadap titik tower A yang telah diketahui koordinatnya, maka yang perlu ditentukan lebih dulu ialah arah dari titik A ke titik B serta jarak dari titik A ke titik B (lihat gambar 1). Jadi, untuk menentukan letak suatu titik terhadap

(18)

13

titik lainnya, unsur-unsur yang harus diketahui adalah : arah dan jarak.

Membuat Profil Diagonal Memanjang

Profil memanjang adalah suatu potongan/penampang suatu areal arah memanjang yang mempunyai jarak dan elevansi. Pengukuran profil memanjang dapat dilakukan dengan beberapa cara, tetapi yang biasa dilakukan hanya dengan dua cara :

a. Pengukuran pergi pulang.

Pengukuran pergi pulang alat di tempatkan diatas titik/patok sedangkan data yang diambil adalah ;

1) Bacaan benang pergi pulang.

2) Jarak langsung (jarak pita).

3) Tinggi alat (Ta).

4) Tinggi salah satu titik yang telah di ketahui/ditentukan, bila belum diketahui ketinggiannya harus di cari dari titik lain (Kp).

5) Sket gambar pengukuran.

b. Pengukuran doble stand.

Pengukuran doble stand alat ditempatkan kira-kira ditengah dari dalam garis lurus antar dua titik, sedangkan data yang di ambil adalah ;

1) Bacaan benang stand I dan II muka belakang. Untuk membuat stand I dan II dapat dilakukan dengan cara setelah alat ditempatkan antara dua titik dan diambil bacaan benang (stand I) kemudian dinaik/turunkan atau digeser kekiri/kekanan dan di ambil bacaan benang(stand II).

2) Jarak pita (jarak langsung) 3) Tinggi alat (Ta).

4) Tinggi salah satu titik yang telah di ketahui/ditentukan, bila bila belum diketahui ketinggiannya harus di cari darititik lainnya(Kp).

5) Sket gambar pengukuran.

(19)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

14

Gambar 3. Pengukuran Beda Tinggi

(20)

15

Gambar 4. Contoh Tower Schedule

(21)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

16 PONDASI

Pekerjaan pondasi untuk transmisi secara umum skema pekerjaan adalah sebagai berikut :

Gambar 5. Skema Pekerjaan Pondasi

Secara umum jenis pondasi yang digunakan pada tower di pekerjaan jalur transmisi antara lain :

a. Pondasi Dangkal (Pondasi Langsung)

Pondasi yang mendukung beban secara langsung, biasanya dipakai untuk mendukung beban yang bersifat statis dan kondisi tanah keras berada antara 0,50 m s/d 1,50 meter dari permukaan tanah.

Macam pondasi dangkal yaitu pondasi pad chimney, pancang, dan rakit.

Pondasi Dangkal Pondasi Dalam

(22)

17 Pondasi Normal (Pad & Chimney)

Pondasi ini merupakan satu kesatuan struktur, tidak diizinkan untuk dilakukan penyambungan beton. Pada saat pengecoran pad, penulangan chimney sudah terpasang secara kokoh, baik dan benar.

Gambar 6. Pondasi Telapak (Pad & Chimney) Beton Bertulang Pondasi Rakit (Beton)

Pondasi rakit (Raft Foundation), didefinisikan sebagai bagian bawah dari struktur yang berbentuk rakit melebar ke seluruh bangunan. Bagian ini bertugas meneruskan beban bangunan ke tanah di bawahnya. Pondasi rakit digunakan bila daya dukung tanah rendah/lunak (tanah gambut, tanah lempung), bisa juga digunakan bila susunan kolom-kolom jaraknya sedemikian dekat di semua arahnya, sehingga bila dipakai Pondasi telapak sisi-sisinya akan berhimpitan satu sama lain.

(23)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

18

Gambar 7. Pondasi Rakit Beton Bertulang b. Pondasi Dalam / Pondasi Tiang

Pondasi dalam/tiang adalah pondasi pada permukaan tanah dengan kedalaman tertentu dimana daya dukung dasar pondasi dipengaruhi oleh beban struktural dan kondisi permukaan tanah, pondasi dalam biasanya dipasang pada kedalaman lebih dari 3 (tiga) m di bawah elevasi permukaan tanah. Pondasi tiang dapat dijumpai dalam bentuk pondasi tiang pancang, dinding pancang dan caissons atau pondasi kompensasi.

Pondasi tiang dapat digunakan untuk mentransfer beban ke lapisan yang lebih dalam untuk mencapai kedalam yang tertentu sampai didapat jenis tanah yang mendukung daya beban struktur bangunan sehingga jenis tanah yang tidak cocok di dekat permukaan tanah dapat dihindari.

c. Pondasi Sumuran (Kaison)

Pondasi ini merupakan bentuk Pondasi peralihan antara Pondasi dangkal dan Pondasi dalam (Pondasi tiang).

Bagian dalam sumuran diisi dengan campuran beton siklob dengan syarat bahwa bagian teratas setinggi 1 meter harus tetap dibuat dari beton biasa.

(24)

19

Beton Siklob adalah campuran beton yang terdiri dari 1 bagian semen dan 6 bagian pasir ditambah dengan batu kali yang berdiameter maksimum 10 cm (secukupnya).

Dalam pembuatan beton siklob diusahakan semua permukaan batu kali satu sama lainnya tidak bersinggungan langsung, tetapi terbungkus dengan adukan semen dan pasir.

Pondasi sumuran cocok sekali dipakai pada kondisi tanah sebagai berikut:

Kondisi tanah keras berada pada kedalaman 2 s/d 4 meter.

Kondisi tanah mudah digali dan dinding galian tidak mudah runtuh.

Permukaan air tanah dalam (> 4 meter).

Gambar 8. Pondasi Sumuran Untuk kelas pondasi dapat dilihat pada tabel berikut,

(25)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

20

Tabel 1. Klasifikasi Jenis Pondasi

(26)

21 Supervisi Pekerjaan Pondasi

Secara teknis pondasi digunakan untuk beberapa maksud antara lain:

1. Meneruskan beban bangunan yang terletak diatas air atau tanah lunak, ke tanah pendukung yang kuat.

2. Meneruskan beban ke tanah yang relatif lunak sampai kedalaman tertentu sehingga Pondasi bangunan mampu memberikan dukungan yang cukup untuk mendukung beban tersebut oleh gesekan dinding tiang dengan tanah disekitarnya.

3. Menganchor bangunan yang dipengaruhi oleh gaya angkat ke atas akibat tekanan hidrostatis atau momen guling.

4. Menahan gaya-gaya horisontal dan gaya yang arahnya miring.

5. Memadatkan tanah pasir, sehingga kapasitas daya dukung tanah pasir meningkat.

6. Mendukung Pondasi bangunan yang permukaan tanahnya tergerus air.

Pengawasan Galian Pondasi (Excavation) Pekerjaan galian dapat dilakukan dengan cara :

- Manual : Dilaksanakan oleh tenaga manusia menggunakan alat bantu tradisional seperti cangkul, linggis dll - Mekanik : Dilaksanakan dengan menggunakan excavator

(mesin) seperti backhoe dan sejenisnya.

Dalam pengawasan ini perlu diperhatikan:

- Dimensi yang digali seperti panjang, lebar dan kedalaman yang diperlukan sesuai dengan type pondasi yang telah ditentukan.

- Karakteristik tanah, yaitu sudut lereng (geser) dalam.

- Kehadiran air tanah Teknik Galian Tanah

Apabila jarak tinggi angkat tanah bertambah (galian semakin dalam) maka hasil kerja semakin menurun, demikian pula kondisi sebaliknya. Kondisi galian ini dapat dibagi menurut kedalamannya yaitu:

a. Galian sampai kedalam 1,6 meter (± setinggi manusia) mengangkat tanah hasil galian masih dapat dilakukan dengan sekali angkat.

(27)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

22

b. Galian dengan kedalaman 2 meter s/d 3 meter harus diangkat 2 kali secara estafet.

c. Galian dengan kedalaman 3,5 meter s/d 4,5 meter harus 3 kali angkat secara estafet.

Pengawasan Pekerjaan Pondasi Pad Chimney

1. Pondasi normal yang digunakan terdiri dari konstruksi pada &

chimney dengan mutu beton bertulang K225 atau disebutkan lain sesuai design yang telah disetujui pemilik proyek.

2. Semua pekerjaan pembesian di bawah permukaan tanah (kecuali baja tulangan beton) harus sepenuhnya digalvanis, diikat kuat, digrouting dan dirancang untuk menahan beban akibat kondisi tertentu sesuai ketentuan yang ditetapkan.

3. Adhesi antara galvanized stub dengan pondasi beton tidak sepenuhnya bias diandalkan untuk transfer beban ke pondasi, maka stub harus dilengkapi dengan bolted-on cleats yang sesuai.

4. Konstruksi pondasi pad & chimney merupakan satu kesatuan struktur, tidak diizinkan untuk dilakukan penyambungan beton. Pada saat pengecoran pad, penulangan chimney sudah terpasang secara kokoh, benar dan baik.

5. Pengecoran pondasi dapat dilaksanakan, setelah penyetelan/

pemasangan kaki tower/stub bagian bawah selesai dan mendapat persetujuan secara tertulis oleh pemilik proyek.

Kesalahan pada saat melakukan penyetelan stub tower merupakan tanggung jawab dari penyedia barang/jasa.

6. Cetakan/bekisting tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan yang cukup. Tanggung jawab atas keamanan konstruksi bilamana terjadi pembongkaran cetakan sebelum waktunya terletak pada penyedia barang/jasa.

7. Selama pengecoran tidak diperkenankan air tanah bercampur dengan adukan beton baru. Untuk itu didaerah-daerah tanah yang bersumber air harus tersedia pompa untuk menguras air agar beton cor tidak bercampur dengan air tanah.

8. Setelah pondasi siap untuk di urug/timbun, penyedia barang/

jasa harus memperhatikan level timbunan yang disetujui sehingga perencanaan uplift pondasi yang mengandalkan timbunan tanah dapat berfungsi. Dikarenakan beberapa kondisi

(28)

23

sehingga menyebabkan level tanah timbunan turun setelah level timbunan yang pertama, maka penyedia barang/jasa harus bertanggungjawab terhadap penurunan levelling timbunan tersebut dengan menambah timbunan yang baru.

Pengawasan Pekerjaan Pondasi Tiang

Beberapa jenis pondasi tiang adalah sebagai berikut:

1. Tiang Kayu

2. Tiang Beton Pracetak

3. Tiang Beton yang tidak terselubung pipa 4. Tiang Bor (Bore Piled)

Tiang Bor dipasang ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebih dahulu, baru kemudian diisi dengan tulangan dan di cor beton.

Pengawas harus mengetahui metode pelaksanaan pondasi Bor dan tahapan persiapan peralatan seperti : mobilisasi peralatan, set up mesin bor, persiapan pembesian pondasi, pembuatan bore pile, loading tes, dll.

Metode pelaksanaan bore piled adalah sebagai berikut :

1. Pengeboran dimulai dengan Auger dengan diameter sedikit lebih besar, untuk kemudian dipasang Casing (bila diperlukan) untuk menghindari runtuhnya tanah permukaan disekeliling lubang bor sepanjang ± 4 meter.

2. Pengeboran dilanjutkan dengan auger atau bucket, tergantung jenis tanah yang ditemukan, sementara kedalaman dan jenis tanah yang keluar dicatat secara teratur sampai mencapai kedalaman yang ditentukan.

3. Bila dinding lubang bor runtuh, maka dibutuhkan pengisian air dalam lubang selama proses pengeboran berlangsung.

4. Setelah kedalaman lubang yang direncanakan tercapai, proses pembersihan lubang dimulai dengan menggunakan cleaning bucket, dan material yang dikeluarkan ketebalannya harus dicatat sampai dasar lubang relatif bersih.

5. Setelah pembersihan lubang selesai dibersihkan kemudian pembesian tulangan pondasi dipasang dan disusul pipa tremie.

(29)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

24 Gambar 9. Bored Pile

6. Bila di dalam lubang terdapat volume air yang cukup banyak dan deras maka pengecoran dilaksanakan melalui pipa tremie yang ditutup pada ujung bawahnya, dengan plat baja (end plate) atau dengan menggunakan plastic foam sebagai pemisah antara beton dan air.

7. Pipa tremie dipasang sepanjang lubang bor, beton RMC (Ready Mix Concrete) dengan slump 16 ±2 cm dengan retarder (penundaan) waktu ikat awal (Initial setting time) ±4 jam (atau sesuai kesepakatan) dituang ke dalam tremie hingga pipa terisi penuh, pipa lalu ditarik hingga ± end plate terlepas dan beton mengalir, begitu seterusnya sampai beton mencapai ketinggian yang direncanakan.

(30)

25

8. Selama pengecoran berlangsung tremie ditarik sedikit-demi sedikit dan ujung tremie dijaga tetap terbenam dalan campuran beton, supaya beton bor pile tidak putus.

9. Pengecoran dilakukan sampai beton berada diatas panjang rencana dasar poer ± 1 meter untuk menjamin mutu beton yang baik elevasi dasar poer.

10. Bilamana tidak ada air dalam lubang bor, maka pengecoran dilakukan dengan pipa tremie pendek ± 1 meter dan sebagai corong saja.

11. Pembuatan benda uji.

Quality Control Pekerjaan Pondasi

1. Kesesuaian site mix design dengan campuran saat konstruksi.

2. Kondisi Fisik

a. Seluruh permukaan pondasi tidak boleh retak atau rusak.

b. Umur beton sudah memenuhi syarat (misal 28 hari) 3. Toleransi.

a. Standard menggunakan gambar konstruksi yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, atau

b. Peraturan Beton Indonesia 1971 Pengujian Pondasi Tiang

c. Hammer test

d. Pile dynamic analysis (PDA)

Pengujian ini tidak pernah dilakukan pada proyek transmisi.

Stub Setting

Stub adalah bagian paling bawah dari kaki tower, dipasang bersamaan dengan pemasangan pondasi dan diikat menyatu dengan pondasi. Bagian atas stub muncul di permukaan tanah sekitar 0,5 sampai 1 meter dan dilindungi semen serta dicat agar tidak mudah berkarat.

Perlu diperhatikan pembuatan lantai kerja terlebih dahulu dengan ketebalan 10 s/d 15 cm. Setelah lantai dasar selesai dan dapat digunakan, pekerjaan selanjutnya adalah pemasangan stub tower/stub setting.

Setting stub tower dengan bantuan alat ukur theodolit sebagai berikut :

(31)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

26

1. Periksa dan pastikan material Stub Tower telah sesuai dengan gambar dan type tower. Letakkan stub tower pada dudukan beton block, pastikan bahwa support/skur penyangga stub tower sudah kuat dan memenuhi syarat.

2. Periksa dan pastikan setting stub tower dengan bantuan alat ukur (Theodolit, Waterpass dan meteran). Yang perlu diperhatikan adalah back to back (liat gambar), diagonal dan kemiringan stub serta mengecek leveling keseluruhan permukaan stub tower dengan berpedoman pada gambar Stub Setting For Tower Fondation dan back to back stub tower dengan menggunakan alat ukur.

3. Jarak antar stub harus benar.

4. Level titik hubung stub dengan kaki tower tidak boleh beda 2 mm.

(32)

27

Tabel 2. Contoh Tabel Perhitungan Back To Back Untuk Tower 150 kV Dan 275 kV Dengan 4 x ACSR 450

Sumber : Kontrak Tower Terpusat

(33)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

28

(34)

29 Tabel 3. Contoh Tabel Perhitungan Back To Back Serta Stub Angle Untuk Tower 500 kV Dengan 4 x ACSR 450

(35)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

30

(a) (b)

Gambar 10. Perhitungan Stub Angle (a) Tower 150 kV Dan (b) 275 kV Dengan 4 x ACSR 450

5. Setelah sesuai dengan ketentuan yang diperlukan, maka sub tower dikunci, supaya tidak bergerak/berubah.

6. Pemasangan grounding (mengikuti diameter Bare Coopper dan kedalaman grounding rod yang diapprove)

Gambar 11. Pondasi Normal

(36)

31 Pembesian

Pekerjaan berikutnya adalah pemasangan besi beton (pembesian) di sekeliling stub tower tersebut, dalam pelaksanaan dilakukan dengan berhati – hati agar tidak mengganggu posisi stub tower.

Perlu diperhatikan dimensi besi, jarak besi dan mutu besi yang dipasang, harus sesuai dengan ketentuan atau gambar konstruksi.

Begesting Dan Pengecoran Mix Beton

Pada saat pengecoran mix beton tidak diperkenankan dijatuhkan langsung (tanpa media). Sangat disarankan pada saat menuangkan mix beton melalui media (talang) sehingga agregat mix beton tetap terjaga dengan baik.

Pada saat pengecoran mix beton harus dipadatkan (menggunakan vibrator). Pengeringan beton perlu waktu kurang lebih 28 hari (umur beton 28 hari–PBI 1971). Kalau umur sudah cukup, maka begesting bisa dibuka dan dilanjutkan dengan finishing.

Yang dimaksud dengan finishing adalah dengan menghaluskan bagian atas pondasi (yang muncul di atas permukaan tanah).

Mutu Beton

Kuat tekan beton adalah kekuatan tekan yang diperoleh dari pemeriksaan benda uji kubus yang bersisi 15 cm (±0,06) cm pada umur 28 hari.

Apabila tidak ditentukan dengan benda uji kubus ukuran (15x15x15) cm, tetapi dengan benda uji kubus ukuran (20x20x20) cm atau dengan benda uji silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, maka perbandingan perbandingan antara kekuatan tekan yang didapat dengan benda-benda uji terakhir ini dengan benda uji kubus bersisi 15 cm, harus diambil seperti dalam tabel berikut.

(37)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

32

Tabel 4. Perbandingan Kekuatan Tekan Beton Pada Berbagai Umur

Pengujian Slump Beton (Slump Test)

Kekentalan campuran beton dapat diperiksa dengan pengujian slump. Campuran beton untuk keperluan pengujian slump harus diambil langsung dari mesin pengaduk atau Mobil Mixer Ready Mix.

Sebuah kerucut baja terpancung dengan diameter atas 10cm, diameter bawah 20cm dan tinggi 30cm (disebut kerucut Abrams) diletakkan di atas bidang alas yang rata yang tidak menyerap air.

Kerucut ini diisi dengan campuran beton. Setelah pengisian penuh maka permukaan atasnya disipat rata dan dibiarkan selama ½ menit. Selama masa ini campuran beton yang tercecer disekitar kerucut disingkirkan. Kemudian kerucut baja ditarik perlahan- lahan vertikal keatas, segera setelah itu penurunan puncak campuran beton terhadap tinggi kerucut baja diukur. Hasil pengukuran ini disebut nilai slump (∆ t) dan merupakan kekentalan dari campuran beton, dibawah ini contoh alat slump tes :

(38)

33

Gambar 12. Alat Slump Tes Campuran Beton

(39)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

34

Tabel 5. Slump Beton Yang Bisa Dipakai Di Lapangan

Pembuatan Benda Uji

1. Interval jumlah pengecoran beton (m3) yang kira-kira sama diantara pembuatan benda uji ditetapkan sedemikian rupa hingga setelah selesai pengecoran beton seluruhnya, untuk masing-masing mutu beton dapat terkumpul minimum 20 benda uji.

2. Apabila karena alasan tertentu pembuatan 20 benda uji dianggap tidak praktis atau tidak dapat dilakukan, maka jumlah benda uji yang dibuat boleh kurang dari 20 buah, pembuatannya dilakukan dengan interval jumlah pengecoran yang kira-kira sama.

Untuk pekerjaan beton dengan jumlah volume >60 m3 dan volume

<60 m3 ada persyaratan-persyaratan lain yang harus diikuti antara lain:

1. Mutu pelaksanaan diukur dengan deviasi standar untuk berbagai-bagi volume pekerjaan dinyatakan pada tabel di bawah ini.

(40)

35

Tabel 6. Mutu Pelaksanaan Diukur Dengan Deviasi Standar

2. Mutu beton dan mutu pelaksanaan dianggap memenuhi syarat, apabila dipenuhi syarat-syarat berikut:

 Tidak boleh lebih dari 1 nilai diantara 20 nilai hasil pemeriksaan benda uji berturut turut terjadi kurang dari s' bk (Kekuatan tekan beton karakteristik yang disyaratkan).

 Tidak boleh satupun nilai rata-rata dari 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut terjadi kurang dari (s'bk+0,82.sr) (sr= Standar deviasi rencana).

 Selisih antara nilai tertinggi dengan yang terendah diantara 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut tidak boleh lebih besar dari 4,3.sr (sr= Standar deviasi rencana).

 Dalam segala hal, hasil pemeriksaan 20 benda uji berturut- turut, harus memenuhi s'bk= s'bm-1,64.s (pasal 4.1 ayat 1, PBI 1971).

Penimbunan Dan Pemadatan Tanah

Secara umum untuk pekerjaan penimbunan baik berasal dari tanah galian maupun tanah dari luar untuk peninggian level lahan harus dipadatkan selapis demi selapis setebal 15cm - 30cm.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemadatan tanah:

1. Menghamparkan material urugan secara merata dan tipis (setiap 15cm-30cm).

(41)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

36

2. Mengatur kadar air material secara tepat.

3. Memilih mesin pemadat yang cocok untuk jenis tanah yang dipadatkan.

4. Menghindarkan lapangan pekerjaan dari penggenangan/

infiltrasi dari air hujan.

5. Elevasi permukaan paling atas dibuat sedemikian rupa sehingga jika turun hujan tidak terjadi genangan.

(42)

37 ERECTION

Tipe Tower

Secara umum tipe atau jenis tower transmisi tegangan tinggi/extra tinggi yang lazim digunakan khususnya di Indonesia, adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Tipe Tower Berdasarkan Sudutnya No Tegangan Tinggi Tegangan Extra Tinggi

Single Circuit Double

Circuit Sudut Single Circuit Double

Circuit Sudut

1. A AA 0°- 3° A AA 0°-2°

2. B BB 3°-20° B BB 2°-10°

3. C CC 20°-60° C CC 10°-30°

4. D DD 60°-90° D DD 30°-60°

5. E EE >90° E EE 60°-90°

6. DR DDR >90° F FF 0°-45°

Untuk lebih lengkapnya perlu diketahui pula bahwa dari bagian–

bagian tower tersebut terdiri dari bahan–bahan atau bagian material, antara lain sebagai berikut :

a. Baja siku (dalam berbagai ukuran) - Baja siku utama (main member) - Baja siku sekunder (secondary member) b. Plat (dalam berbagai bentuk dan ukuran)

- Plat datar (Flat plate) - Plat bersudut (Bending plate) - Plat pengisi (Fill plate) c. Mur, baut dan ring besi Jenis Tower

1. Tiang penegang (tension tower)

Tiang penegang disamping menahan gaya berat juga menahan gaya tarik dari konduktor-konduktor saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) atau Ekstra Tinggi (SUTET). Tiang penegang terdiri dari :

a. Tiang sudut (angle tower)

(43)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

38

Tiang sudut adalah tiang penegang yang berfungsi menerima gaya tarik akibat perubahan arah Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) atau Ekstra Tinggi (SUTET).

b. Tiang akhir (dead end tower)

Tiang akhir adalah tiang penegang yang direncanakan sedemikian rupa sehingga kuat untuk menahan gaya tarik konduktor-konduktor dari satu arah saja. Tiang akhir ditempatkan di ujung Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) atau Ekstra Tinggi (SUTET) yang akan masuk ke switchyard Gardu Induk.

2. Tiang penyangga (suspension tower)

Tiang penyangga untuk mendukung / menyangga dan harus kuat terhadap gaya berat dari peralatan listrik yang ada pada tiang tersebut.

3. Tiang penyekat (section tower)

Yaitu tiang penyekat antara sejumlah tower penyangga dengan sejumlah tower penyangga lainnya karena alasan kemudahan saat pembangunan (penarikan konduktor), umumnya mempunyai sudut belokan yang kecil.

4. Tiang transposisi

Adalah tiang penegang yang berfungsi sebagai tempat perpindahan letak susunan phasa konduktor-konduktor Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).

5. Tiang portal (gantry tower)

Yaitu tower berbentuk portal digunakan pada persilangan antara dua saluran transmisi yang membutuhkan ketinggian yang lebih rendah untuk alas an tertentu (bandara, tiang crossing). Tiang ini dibangun di bawah saluran transmisi eksisting.

(44)

39

(a) (b)

Gambar 13. (a) Tower Suspension Dan (b) Tower Tension

(45)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

40 Mutu Material Tower

Mutu material tower yang digunakan dalam konstruksi pada umumnya tidak boleh kurang dari nilai-nilai sebagai berikut yang sesuai dengan gambar:

a. Baja siku dan pelat

 Mutu tinggi (High Strength / HS):

Sesuai yang tertera dalam Gambar Kerja dan atau Daftar Material yang setara dengan SS 540 sesuai standar JIS G3101.

 Mutu sedang (Medium Strength or Mild Steel/ MS):

Sesuai yang tertera dalam Gambar Kerja dan atau Daftar Material yang setara dengan SS 400 sesuai standar JIS G3101.

b. Baut

Baut heksagonal dengan ukuran dan mutu material yang digunakan sesuai Gambar Kerja dan Daftar Material yang dilengkapi dengan 1 (satu) ring plat (plate washer), l (satu) ring per (spring washer) dan 1 (satu) mur yang minimum setara dengan Class H 6.8 sesuai standar JIS B1181.

c. Mur

Mur hexagonal dengan ukuran dan mutu material sesuai pada Gambar Kerja dan atau Daftar Material yang minimum setara dengan Class H 6.8 sesuai standar JIS B1181.

d. Ring plat

Ukuran dan mutu material ring disesuaikan dengan ukuran dan mutu baut.

e. Ring per

Ukuran dan mutu material ring disesuaikan dengan ukuran dan mutu baut.

f. Step bolt

Baut hexagonal dengan ukuran dan mutu material sesuai pada gambar Kerja dan Daftar Material yang dilengkapi dengan 2 (dua) buah mur hexagonal dan 2 (dua) buah ring plat sesuai dengan mutu material pada butir c dan d. yang minimum setara dengan Grade 4.8 sesuai standar BS 4190.

g. Baut Anti thief

(46)

41 Erection Tower

Erection tower adalah pekerjaan merangkai besi-besi bagian dari tower yang dimulai dari bawah keatas secara bertahap sehingga terbentuk satu set tower.

Dalam pelaksanaan pengawasan/supervisi erection tower perlu mengenal minimal garis besar jenis atau ragam dari material tower untuk tegangan tinggi.

Peralatan Erection Tower

Dalam melaksanakan pekerjaan erection tower diperlukan peralatan untuk memudahkan pelaksanaan dilapangan, berikut ini adalah yang diperlukan :

9. Peralatan utama, antara lain : - Winch and Bond

- Bamboo derrick (3 buah, panjang 14 m dengan diikat menyatu setiap interval 0,75 m), dengan cara ikatan : salah satu ujung terdiri dari ujung besar 2 buah dan ujung kecil satu buah.

- Spanners - Derrick guys - Stakes - Snatck blocks - Nylon rope - Pull lifts

10. Peralatan Bantu, antara lain : - Kunci tangent

- Kunci pas - Hammer karet Keselamatan Kerja

Semua pekerjaan harus memperhatikan Keselamatan Kerja (K2), maka pengawas perlu mengontrol peralatan kerja yang digunakan, seperti :

- Helm pelindung - Sarung tangan

- Sabuk pengaman (safety harness).

(47)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

42

Pengawas harus memperhatikan kelayakan sarana keselamatan kerja yang digunakan dan memberi peringatan jika ada pekerja tidak menggunakan, seperti dalam beberapa hal pekerja harus :

- Memakai perlengkapan keamanan yang disediakan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan.

- Memastikan kawat earthing di pondasi tower telah dipasang (tahanan ground sudah diuji sebelum erection. Nilai tahanan maksimal 5 ohm). Melakukan pemeriksaan peralatan setiap hari dan segera mengganti bagian yang rusak.

- Berhenti bekerja bila hujan turun.

- Tidak pernah menaikkan tower jika pondasi belum ditimbun kembali.

- Tidak bekerja di malam hari kecuali ada sesuatu yang khusus harus dikerjakan.

- Semua hook pengangkat harus dilengkapi dengan lidah pengaman (safety catch).

- Seluruh jenis steel wire rope dan tali nylon harus ditest beban sebelum digunakan.

- Setiap 3 kali pemakaian tower, derrick bamboo harus dicheck terhadap keretakan bamboo dan kekencangan tali.

- Pasak harus menggunakan anchor drill atau bahan sejenisnya yang kuat.

- Bila belum yakin dengan satu pasak (misal, daerah berbatu), harap dipasang pasak cadangan (2 buah) di belakangnya.

- Kapasitas angkat maximum untuk bamboo derrick adalah 400 kg.

- Kapasitas angkat maximum untuk aluminium derrick 110 ft adalah 150 kg.

- Kapasitas angkat maximum untuk derrick aluminium 25 m model nomer FAL 320 yang sudah dimodifikasi adalah 1000 kg.

- Kapasitas angkat maximum untuk derrick lattice steel 21 m adalah 1000 kg

Proses / Pelaksanaan Erection Tower

Secara garis besar tahapan pekerjaan erection tower adalah sebagai berikut :

(48)

43

Tabel 8. Tabel Monitoring KonstruksiTower

(49)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

44 1. Pekerjaan Persiapan

a. Menyiapkan gambar referensi yang diperlukan

Gambar detail tower per bagian tower disiapkan terlebih dahulu, dalam hal ini pengawas dapat mengontrol kelengkapan dan kebenaran gambar yang dipakai sebagai referensi.

b. Memeriksa kondisi pekerjaan bagian bawah (groundwork) - Pondasi tower harus ditimbun ulang sebelum pekerjaan

pendirian tower dimulai. Kabel earthing tower harus dipasang sesuai dengan Gambar

- Yakinkan bahwa tower earthing sudah dipasang sebelum erection (tahanan ground sudah diuji sebelum erection.

Nilai tahanan maksimal 5 ohm).

- Tower earthing dapat diukur sesudah erection dengan menggunakan format pengukuran (untuk final check tower/sebelum energize)

c. Mengangkut material tower dari gudang lapangan ke lokasi tower .

Pengelompokan dan pengeluaran material tower disusun dan diurutkan sesuai dengan erection schedule.

Pembongkaran bahan di lokasi tower harus diletakkan di atas kayu yang keras, untuk memudahkan pengangkatan dan menjaga bahan tetap bersih (bahan yang kotor harus dibersihkan atau disikat).

Semua bahan dilapisi galvanis dan harus dijaga dari kerusakan, cacat atau tergores. Kerusakan yang terjadi harus segera dilaporkan.

Bahan baja harus digelar pada lahan sesuai dengan persyaratan pendirian tower. Jika terjadi kerusakan bahan harus ditangani secara khusus. Cacat dapat diperbaiki dengan “Cold Galvanis paint” sesuai persetujuan pihak pemberi kerja. Bahan dengan kerusakan yang berat harus diganti.

Semua bahan harus diperiksa untuk mencocokkan dengan spesifikasi sebelum keluar dari gudang.

d. Mobilisasi peralatan dan personil (grup erection)

Group/crew erection dan peralatan supaya efektif harus bertempat/ditempatkan di dekat lokasi tower untuk

(50)

45

memudahkan dan kelancaran pekerjaan sekaligus pengamanan material dan peralatan.

2. Merangkai tower

a. Perakitan/merangkai besi tower dilakukan per bagian tower seperti leg, body, common portion, cross arm dan seterusnya.

b. Masing–masing bagian tower yang dirangkai terlebih dahulu adalah main member (besi siku utama) baru kemudian disusul dengan pemasangan secondary member.

c. Bertahap dilakukan per bagian tower keatas dengan mengangkat member dengan bantuan derek (gane pole, roller crane, dan pull lift).

d. Pada tanah yang tidak rata perlu dilakukan penambahan atau pegurangan tinggi kaki tower (leg). Tower body harus tetap sama tinggi permukaannya (Lihat Gambar 13).

Pengurangan leg ditandai : -1; -2; -3, dst Penambahan leg ditandai : +1; +2; +3, dst

e. Pada saat pemasangan besi per bagian tower pada awalnya disarankan untuk baut tidak dikencangkan, setelah rangkaian bagian tower lengkap baru baut dikencangkan.

f. Untuk pemasangan cross arm, dipasang terlebih dahulu cross arm paling atas (peak cross arm/earth wire cross arm), selanjutnya dipasang top cross arm, middle cross arm dan selanjutnya lower cross arm.

g. Masing – masing cross arm terlebih dahulu dirangkai dibawah, baru kemudian diangkat ke atas dengan derek (gane pole, roller crane, dan pull lift) untuk disatukan dengan common part diposisinya.

h. Pada tahap awal, derek dijalankan dengan manusia pada posisi di atas chimney salah satu leg. Labrang/skur dan tali kerekan dikencangkan bersamaan.

(51)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

46

Gambar 14. Tower Serta Bagian-Bagiannya

(52)

47

i. Ujung labrang harus dikaitkan ke pasak seperti molex anchor (pasak ulir) atau concrete block (balok semen) dengan jarak yang aman dari Derek. Foreman harus menentukan lokasi yang sesuai dan memeriksa apakah labrang serta pasak tersebut telah terpasang dengan aman.

Tidak diperkenankan menggunakan pohon sebagai pasak.

Kerekan harus dipatok ketanah menggunakan patok atau pasak ulir (molex anchor) yang kuat.

j. Alat pengangkat (derek & gane pole) diangkat keatas sesuai dengan tahapan pemasangan bagian tower. Titik tumpu gane pole adalah menggunakan kawat sling yang dikaitkan ke main member/besi utama dan dipasang pula dengan guy wire (sling) juga dikaitkan ke main member.

k. Kemiringan Derek tidak boleh melebihi batas miring 15°

kearah tegak. Sepertiga bagian Derek masih didalam tower yang sudah didirikan. Hook (kail) pengangkat harus dilengkapi dengan lidah pengaman (safety catch).

l. Disarankan untuk dipasang guy wire pada keempat posisi sudut main member (besi utama) dari tower yang sudah dipasang.

m. Pengawas membuat laporan harian terhadap progress erection tower.

(53)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

48

Gambar 15. Leg Extension

(54)

49 3. Memeriksa kelengkapan

Memeriksa semua bagian-bagian tower dan mengencang- kan mur/baut.

a. Pemeriksaan dilakukan dengan mengencangkan baut-baut dan dimulai dari baut yang paling bawah terus sampai ke atas.

b. Memastikan dengan theodolite, bahwa toleransi verticality tower telah memenuhi standard (cek kontrak tower (1:100 dari tinggi)

c. Pemasangan baut sebaiknya menggunakan kunci momen/

kunci torsi.

d. Baut yang digunakan kondisi galvanize masih baik dan baut masih tersisa ulir min. sepanjang 5 mm

e. Setelah dipastikan semua baut-baut sudah kencang, Supervisor harus menandatangani Formulir Post–Erection Inspection.

(55)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

50

Tabel 9. Pengencangan Baut

(56)

51 STRINGING

Pekerjaan stringing, yang dimaksud di sini adalah memasang konduktor dan kawat pentanahan (groundwire (GSW/OPGW) pada transmisi tegangan tinggi yang meliputi pemasangan insulator set, penarikan konduktor, kawat pentanahan, pemasangan peralatan bantu (accessories). Dalam melakukan pengawasan pekerjaan ini supaya dapat berjalan dengan baik, maka perlu mengenal jenis/ragam peralatan yang dipasang dan peralatan yang digunakan untuk melakukan pekerjaan stringing.

Dibawah ini akan diuraikan secara garis besar jenis dan ragam material dan peralatan yang digunakan serta prosedur pelaksanaan pekerjaan tersebut.

Jenis Material Yang Dipasang 1. Kawat tanah (earth wire)

- GSW - OPGW

2. Accessories kawat tanah - Vibration damper - Suspension clamp - Tension clamp - Joint GSW - Joint OPGW 3. Konduktor

- Alumunium conductor steel reinforce (ACSR) - Thermis Alumunium Conductor Steel Reinforce 4. Accessories konduktor

- Vibration damper - Line spacer - Joint konduktor 5. Insulator set

- Suspension insulator set - Tension insulator set - Jumper pilot insulator set

(57)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

52

Tabel 10. Daftar Konduktor Yang Dipergunakan Untuk SUTT & SUTET

(58)

53 6. Fittings

- Sackle - Extension link - Tension clamp - Suspension clamp - Yoke plate - Arching horn Peralatan Stringing

Pengawas/supervisor mengontrol kondisi peralatan kerja dan peralatan keselamatan kerja, jika tidak layak untuk digunakan harus menginstruksikan kepada pelaksanan untuk diganti yang kondisinya masih baik.

Peralatan utama untuk stringing transmisi tegangan tinggi, antara lain sebagai berikut:

- winch / puller - tensioner - nylon rope - pull-lift - spanners - pulling bonds - running out blocks - Hydrolic press

- Alat komunikasi (HT) yang menjangkau area pekerjaan Keselamatan Proses Stringing

Suatu pekerjaan dilapangan diwajibkan untuk melaksanakan keselamatan kerja (K2), sebagai Pengawas/supervisor harus mengontrol peralatan kerja yang digunakan, memberi instruksi dan atau teguran bila tidak memperhatikan K2 tersebut.

Peralatan keselamatan kerja, meliputi : - Helmet

- Sarung tangan

- Sepatu kerja/sepatu panjat - Battery light

- Sabuk pengaman (safety harness)

(59)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

54 - Scaffolding.

- Groundstick

- Voltage detector (alat pengecekan induksi)

- Grounding pada mesin tarik (tensioner dan puller), roll yang dipasang pada mesin

Sebelum menggunakan peralatan, Foreman yang paling berpengalaman di dalam tiap gawang (foreman, tangan kanan atau orang lain yang dipilih) harus memeriksa jika ada kerusakan atau gangguan pada alat pengangkat. Peralatan yang ditemui ada kerusakan tidak boleh digunakan dan kerusakannya harus diidentifikasi dengan jelas.

Proses/Pelaksanaan Stringing

Proses penarikan konduktor (stringing) dilaksanakan melalui beberapa tahap, secara garis besar tahapan pekerjaan terdiri dari : 1. Pekerjaan persiapan

- Menyiapkan dokumen referensi

- Memerikasa/cek kondisi erection tower (ready for stringing) - Menyiapkan material sesuai pada posisi kegiatan

- Mobilisasi peralatan dan personil (group stringing) 2. Mengangkut material ke lokasi pekerjaan.

3. Memasang Insulator set dan montage roll 4. Menarik earth wire

5. Menarik konduktor 6. Sagging dan clamping

7. Memasang peralatan/material accessories 8. Memeriksa kelengkapan dan finalisasi stringing Pekerjaan Persiapan

Dokumen Referensi

Dokumen yang digunakan untuk referensi pekerjaan stringing diantaranya adalah :

- Tower Schedule - Erection sag schedule - Material schedule

- Jointing conductor schedule

(60)

55 Kondisi Tower

Sebelum pekerjaan stringing dilaksanakan, harus diyakinkan bahwa kondisi tower sudah lengkap dan sudah kencang pemasangan bautnya, serta disarankan ada pernyataan “siap untuk distringing”

(Final Check Kesiapan Tower).

Pengawas harus memeriksa kesiapan tower, tahanan pembumian maksimal 10 Ω dan sudah dilaksanakan final check bersama dan dinyatakan siap untuk di-stringing.

Mobilisasi Personil Dan Peralatan Stringing

Didalam suatu pembangunan transmisi pada tiap tahapan selalu terdapat mobilisasi personil dan peralatan, ini dapat menjadi ciri khusus karena letak lokasi tower kebanyakan jauh dari pemukiman.

Sehingga mobilisasi personil dan peralatan perlu mendapatkan perhatian khusus.

Pembongkaran bahan terutama insulator harus dilakukan hati-hati untuk menghindari benturan dengan benda lain sehingga mengakibatkan disc insulator pecah/retak, (bahan/ material yang kotor harus dibersihkan atau disikat yang tidak merusak lapisan luar).

Semua bahan/material harus dijaga dari kerusakan, cacat atau tergores, kerusakan yang terjadi pada material yang bergalvanis harus segera dilaporkan dan diperbaiki. Bahan dengan kerusakan yang berat harus diganti.

Semua bahan akan dikeluarkan dari gudang ke lokasi pekerjaan dikelompokkan per jenis material. Semua bahan harus diperiksa untuk mencocokkan dengan spesifikasi sebelum keluar dari gudang.

(61)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

56

Gambar 16. Contoh BA Final Check Tower

(62)

57 Penarikan Earth Wire

Pekerjaan ini juga terdiri dari beberapa tahapan penarikan, yaitu : 1. Penarikan nylon rope, sebelum dilakukan penarikan nylon rope

dipasang pada running out block/roll block dengan 2 cara :

 Cara yang pertama, memasang secara manual, yaitu dengan tenaga manusia.

Pada tiap – tiap tower (posisi diatas) stand by 1 orang pekerja dan dibawah 1 orang pekerja, orang yang diatas bertugas mengangkat nylon rope keatas kemudian dipasang/dikaitkan di montage roll, selanjutnya diturunkan kembali untuk ditarik ke tower berikutnya oleh orang yang bertugas dibawah.

 Cara yang kedua, dengan menggunakan pesawat drone dimana pada tiap–tiap tower juga stand by 1 orang, yang bertugas menangkap nylon rope ketika ditarik oleh pesawat drone yang kemudian nylon rope tersebut dikaitkan pada montage roll.

2. Setelah nylon rope terpasang, dimana pangkalnya berada di tensioner dan ujungnya terpasang pada posisi di winch puller, maka penarikan nylon rope sudah dapat dilakukan dengan kecepatan rendah (±5 s/d 10 km per jam).

3. Pada saat dilakukan penarikan tersebut diatas, pangkal nylon rope sudah disambung dengan pilot wire pertama, sehingga pada saat berakhirnya penarikan nylon rope sekaligus menjadi awal penarikan pilot wire pertama.

4. Begitu pula pada saat start penarikan pilot wire pertama, pada pangkal pilot wire pertama sudah disambung dengan GSW/OPGW dan nylon rope/pilot wire kedua (disesuaikan dengan kekuatan mesin puller yang kita gunakan). Sehingga pada waktu berakhirnya penarikan pilot wire pertama posisi ujung GSW/OPGW dan nylon rope/pilot wire kedua sudah di lokasi winch puller, yang berarti GSW/OPGW dan pilot wire kedua sudah terbentang sepanjang 1 (satu) section penarikan (±10 s/d 15 tower).

5. Pada penarikan awal dari GSW/OPGW yang sudah terbentang sepanjang 1 section dalam kondisi kendor diperkirakan 4 meter diatas tanah.

(63)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

58

6. Untuk penarikan GSW/OPGW yang kedua dipastikan posisi pilot wire kedua sudah pada posisi trafece yang berikutnya.

7. Dengan cara/metode yang sama seperti pada butir 2 s/d 5 diulang kembali sampai menyelesaikan satu section sebelum berlanjut pada section berikutnya.

Pemasangan Insulator Set Dan Montage Roll

1. Material siap dilokasi tower, yaitu insulator disc dan fitting kemudian keduanya dirangkai sehingga terbentuk insulator set 2. Rangkaian insulator terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu Suspension

insulator set dan tension insulator set.

3. Insulator set diangkat dengan bantuan derek untuk dipasang (dicantolkan) pada cross arm phasa paling atas (upper cross arm), selanjutnya dilakukan hal yang sama insulator set dipasang pada middle cross arm dan lower cross arm

4. Pada saat pemasangan insulator set di upper, middle dan lower cross arm, masing-masing diikuti pemasangan running out block/roll block/montage roll. Di tension tower, running out block telah digantung langsung dibawah titik crossarm dari landing plate.

5. Pengawas/supervisor mengawasi dan mengontrol pekerjaan pada butir 1 s/d 4 tersebut diatas :

 Pemasangan sudah benar sesuai dengan gambar referensi

 Disc insulator–nya dalam kondisi baik dan bersih dari kotoran lumpur, tidak ada yang retak, gumpil dll.

 Fitting dalam keadaan baik, tidak ada yang cacat, galvanizenya dalam kodisi baik (tidak luka/terbuka/

terkelupas).

Posisi sackle yang dicantolkan ke cross arm tower sudah benar (posisi baut/mur sudah benar).

Penarikan Konduktor

Pekerjaan ini juga terdiri dari beberapa tahapan penarikan yang kurang lebih sama dengan pekerjaan penarikan ground wire, yaitu : 1. Penarikan nylon rope, sebelum dilakukan penarikan nylon rope

dipasang pada running out block/roll block dengan 2 cara :

(64)

59

 Cara yang pertama, memasang secara manual, yaitu dengan tenaga manusia.

Pada tiap – tiap tower (posisi diatas) stand by 1 orang pekerja dan dibawah 1 orang pekerja, orang yang diatas bertugas mengangkat nylon rope keatas kemudian dipasang/dikaitkan di montage roll, selanjutnya diturunkan kembali untuk ditarik ke tower berikutnya oleh orang yang bertugas dibawah.

 Cara yang kedua, dengan menggunakan pesawat drone dimana pada tiap–tiap tower juga stand by 1 orang, yang bertugas menangkap nylon rope ketika ditarik oleh pesawat drone yang kemudian nylon rope tersebut dikaitkan pada montage roll.

2. Setelah nylon rope terpasang, dimana pangkalnya berada di tensioner dan ujungnya terpasang pada posisi di winch puller, maka penarikan nylon rope sudah dapat dilakukan dengan kecepatan rendah (±5 s/d 10 km per jam).

3. Pada saat dilakukan penarikan tersebut diatas, pangkal nylon rope sudah disambung dengan pilot wire pertama, sehingga pada saat berakhirnya penarikan nylon rope sekaligus menjadi awal penarikan pilot wire pertama.

4. Begitu pula pada saat start penarikan pilot wire pertama, pada pangkal pilot wire pertama sudah disambung dengan konduktor dan nylon rope/pilot wire kedua (disesuaikan dengan kekuatan mesin puller) yang kita gunakan. Sehingga pada waktu berakhirnya penarikan pilot wire pertama posisi ujung konduktor dan nylon rope/pilot wire kedua sudah di lokasi winch puller, yang berarti konduktor dan pilot wire kedua sudah terbentang sepanjang 1 (satu) section penarikan (±10 s/d 15 tower).

5. Pada penarikan awal dari konduktor yang sudah terbentang sepanjang 1 section dalam kondisi kendor diperkirakan 4 meter diatas tanah.

6. Untuk penarikan konduktor yang kedua dipastikan posisi pilot wire kedua sudah pada posisi trafece yang berikutnya sampai dengan semua phasa terpasang.

(65)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

60

7. Dengan cara/metode yang sama seperti pada butir 2 s/d 5 diulang kembali sampai menyelesaikan satu section sebelum berlanjut pada section berikutnya.

Jointing Konduktor Dan Ground Wire Penyambungan Permanen Pada Drum Site.

 Bila seluruh konduktor telah ditarik habis dari satu drum, maka ujung drum harus disambungkan ke ujung konduktor teratas pada drum berikutnya. Biasanya konduktor-konduktor disambung pertama kali secara temporer dibelakang tensioner, setelah sambungan sementara melewati tensioner maka sambungan tersebut diganti dengan compression joint permanen.

 Penyambungan permanen pada drum site dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :

(a)

(66)

61 (b)

Gambar 17. (a) Penyambungan Konduktor Pada Drum Site; (b) Penggantian Sambungan Sementara Menjadi Sambungan

Permanen Pada Mid-Span

e. Bila hampir seluruh panjang konduktor ditarik keluar dari drum maka operasi penarikan kawat dihentikan

f. Dengan menggunakan sebuah come-along maka konduktor yang terdapat diantara ujung tower dengan tensioner diikat dengan jangkar pada base dari tensioner. Tegangan tarik konduktor dipindahkan kesling come-along dengan menggulungnya dengan winch atau lever hoist yang telah dipasang untuk mengontrol tegangan tarik come-along.

g. Konduktor diturunkan ke tanah pada span dimana sambungan permanen akan ditempatkan.

h. Come-along dipasang pada konduktor pada kedua sisi sambungan.

i. Masing-masing come-along ditarik ke tengah dengan menggunakan lever block yang dijangkar ke tanah.

j. Sambungan sementara diganti, dipindahkah dan konduktor disambung permanen dengan joint sleeve yang dipress dengan hydraulic compressor.

(67)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

62

k. Rope yang mengikat konduktor dan come-along dikendorkan dan konduktor secara otomatis akan terangkat.

Penegangan Sementara

Segera setelah konduktor habis ditarik untuk keseluruhan stringing section maka konduktor ditegangkan sementara dengan tegangan 80 % s/d 90 % dari tegangan sagging yang telah direncanakan.

1. Konduktor ditegangkan pada 1 (satu) Stringing Section (lihat gambar)

2. Penegangan sementara dari Puller Site.

• Pada tower section di drum site, tension clamp dipasang ke ujung konduktor yang telah dipotong dan dirangkai ke tension insulator string yang telah dipasang pada cross-arm tower.

• Pada puller site, konduktor ditarik dengan stringing car sampai pada tegangan yang diinginkan. Kemudian konduktor dijangkar sementara ke tanah dengan menggunakan come- along.

3. Penegangan sementara dari Drum Site.

• Pada tower section puller site, tension clamp dipasang ke ujung konduktor yang telah dipotong dan dirangkai ke tension insulator string yang telah dipasang pada cross-arm tower.

4. Pada drum site, come-along yang pertama dipasang pada konduktor pada puller site dan secara bergiliran dilewatkan ke hand-winch di tanah. Kemudian konduktor ditarik dengan seling come-along melalui snatch block yang telah diikat pada cross-arm dan tower leg.

(68)

63

Gambar 18. Penegangan Sementara (Bila Tension Section Sama Dengan Stringing Section)

(69)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

64

5. Konduktor ditegangkan ke section yang telah ditegangkan sementara

• Pada drum site, konduktor yang telah ditegangkan sementara (kasus-a) dijangkar ke tanah dengan seling come-along, maka konduktor yang akan ditegangkan saat ini sambung ke konduktor yang telah dijangkar tadi.

• Konduktor ditarik dari puller site, sementara itu come-along pada drum site dilepas dari konduktornya dengan maksud memindahkan tegangan konduktor pada stringing section sebelumnya ke konduktor pada stringing section saat ini.

(70)

65

Gambar 19. Penegangan Sementara (Bila Konduktor Ditegangkan Sebagai Lanjutan Section Yang Ditegangkan Sebelumnya)

(71)

PT PLN (PERSERO) PUSAT MANAJEMEN KONSTRUKSI

66 SAGGING & CLAMPING

Pekerjaan pada tahap ini adalah yang menentukan berhasil atau tidak pelaksanaan stringing transmisi tegangan tinggi, pekerjaan ini memerlukan ketelitian, kecermatan dan kehati-hatian.

Dokumen referensi yang digunakan adalah erection sag schedule dan alat Bantu pengukur elevasi (theodolit) serta alat pengukur suhu (thermometer). Sagging konduktor tidak boleh dilaksanakan pada kondisi berangin kencang karena dapat mengakibatkan terangkatnya konduktor akibat besarnya tekanan angina pada konduktor.

Pelaksanaan sagging dan clamping dapat diuraikan seperti dibawah ini :

Susunan Sagging Winch

Pengaturan tegangan konduktor dengan ukuran besar biasanya dilaksanakan dengan menggunakan sagging winch yang dipasang di kaki section tower (tower). Konduktor ditegangkan dengan come- along yang dihubungkan kebagian atas tension insulator string dengan wire rope langsung atau melalui kombinasi pulling block yang disusun diantara come-along dan insulator string. Wire rope diarahkan ke winch melalui snatch block yang ditempatkan di tower. (Untuk sagging konduktor yang berukuran kecil, maka konduktor dapat langsung ditarik dengan lever block atau host yang disiapkan diantara come-along dan insulator.

a. Pemasangan Come – Along.

Come-along dipasang pada konduktor dengan posisi ±3 meter didepan tension clamp ketika konduktor ditegangkan pada sagging yang benar. Setelah come-along dipasang, maka pulling block duhubungkan ke come-along (jika ukuran konduktor lebih besar lebih baik gunakan counter-weight untuk mencegah rotasi come-along akibat gaya puntir yang timbul dari operasi penarikan kawat).

b. Sambungan Wire Rope.

Wire rope dikencangkan ke bagian atas tension insulator string yang telah dipasang di tower, dilewatkan melalui block yang telah dipasang di tower, dilewatkan melalui block yang dipasang pada come-along dan ditarik ke cross-arm dan

Gambar

Gambar 1. Pengukuran Beda Tinggi
Gambar 3. Pengukuran Beda Tinggi
Gambar 5. Skema Pekerjaan Pondasi
Gambar 6. Pondasi Telapak (Pad &amp; Chimney) Beton Bertulang  Pondasi Rakit (Beton)
+7

Referensi

Dokumen terkait

mengenai pengelolaan surat menyurat dengan judul “ PROSEDUR PELAKSANAAN SURAT MENYURAT PADA PT PLN (PERSERO) PROYEK INDUK PEMBANGKIT DAN JARINGAN SUMATERA UTARA, ACEH DAN RIAU

: EVALUASI TERHADAP KEARSIPAN KANTOR (STUDI KASUS PT PLN (PERSERO ) PROYEK INDUK PEMBANGKIT DAN JARINGAN SUMATERA UTARA ACEH DANRIAU..

Penulis mengajukan beberapa saran guna meningkatkan kinerja pegawai PT PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi (UPT) Jakarta Selatan, yaitu manajer UPT Jakarta

PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten SUPERVISOR AKUNTANSI BIAYA SUPERVISOR AKUNTANSI UMUM SUPERVISOR AT, PDP DAN MATERIAL UMUM

fenomena waktu penyelesaian proyek jaringan transmisi yang dikerjakan

PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera Unit Pelayanan Transmisi Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.. Akhir

PLN (Persero) P3B Sumatera Unit Pelayanan Transmisi Medan mengendalikan pemberian kompensasi secara adil dan layak baik kompensasi langsung berupa gaji yang sesuai dengan

Kemudian pada tahun 1994 terjadi perubahan nama dari Perusahaan Umum Listrik Negara Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara menjadi PT PLN (Persero) Proyek