ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
TUGAS INDIVIDU CRITICAL BOOK REPORT
Oleh :
MARWAN BRAHMANTYO IBLANARISA 5223230041
DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. SAMSIDAR TANJUNG, M.Pd.
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO – FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
SUMATERA UTARA 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan saya kesempatan dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga review buku (critical bookr review) ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak. Ater Budiman Sinaga selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang telah membimbing kami mahasiswa/i semester 3 tahun ajaran 2022/2023. Dalam makalah ini saya membahas dan menjelaskan mengenai buku yang berjudul Ilmu Sosial Budaya bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang konsep serta pemahaman mengenai ilmu sosial yang terjadi dikehidupan sehari-hari. Selaku manusia biasa, saya menyadari bahwa dalam hasil makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekeliruan yang tidak disengaja. Oleh karena itu saya sangat membutuhkan kritik dan saran. Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya pada mata kuliah Ilmu Sosial Budaya jurusan Teknik Elektro di Universitas Negeri Medan.
Medan,21 November 2023
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar... i
Daftar Isi... ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan Penulisan ... 2
C. Manfaat Penulisan ... 2
D. Identitas Buku ... 3
E. Lampiran ... 3
BAB II RINGKASAN 2.1 RINGKASAN BUKU ... 4
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Analisa Isi Buku... 11
3.2 Kelebihan Buku ... 11
3.3 Kekurangan Buku... 11
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan... 12
4.2 Saran ... 12
Daftar Pustaka... 13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan yang minim di karenakan rendahnya minat baca masyarakat pada saat ini. Mengkritik buku salah satu cara yang dilakukan untuk menaikkan ketertarikan minat baca seseorang terhadap suatu pokok bahasan. Mengkritik buku (critical book report) ini adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai sebuah hasil karya atau buku, baik berupa buku fiksi ataupun nonfiksi, juga dapat diartikan sebagai karya ilmiah yang melukiskan pemahaman terhadap isi sebuah buku.
Mengkritik buku dilakukan bukan untuk menjatuhkan atau menaikkan nilai suatu buku melainkan untuk menjelaskan apaa danya suatu buku yaitu kelebihan atau kekurangannya yang akan menjadi bahan pertimbangan atau ulasan tentang sebuah buku kepada pembaca perihal buku-buku baru dan ulasan kelebihan maupun kekurangan buku tersebut. Yang lebih jelasnya dalam mengkritik buku, kita dapat menguraikan isi pokok pemikiran pengarang dari buku yang bersangkutan diikuti dengan pendapat terhadap isi buku.
Uraian isi pokok buku memuat ruang lingkup permasalahan yang dibahas pengarang, cara pengarang menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan, konsep dan teori yang dikembangkan, serta kesimpulan. Dengan demikian laporan buku atau resensi sangat bermanfaat untuk mengetahui isi buku selain itu, akan tahu mengenai kekurangan dan kelebihan dari isi buku yang telah dibaca. Untuk itu, kami harapkan kepada pembaca agar mengetahui dan memahami mengenai laporan buku atau resensi sehingga dapat menilai isi buku tersebut dengan baik dan bukan hanya sekedar membaca sekilas buku tersebut melainkan dapat memahami apa yang ada dalam buku tersebut secara mendalam.
B. Tujuan Penulisan Critical Book Report (CBR)
Kritik buku (critical book report) ini dibuat sebagai salah satu referensi ilmu yang bermanfaat untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca dalam mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu buku, menjadi bahan pertimbangan, dan juga menyelesaikan salah satu tugas individu mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar pada Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan di Universitas Negeri Medan.
C. Manfaat Penulisan Critical Book Report (CBR)
Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah buku atau hasil karya lainnya secara ringkas.
Mengetahui kelebihan dan kelemahan buku yang diresensi.
Mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan.
Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang sama atau penulis lainnya.
Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran terhadap cara penulisan, isi, dan substansi buku.
D. Identitas Buku
Judul Buku : Ilmu Budaya Dasar
Penulis : Amri P. Sihotang SS., S.H., M.Hum
Penerbit : Semarang University Press
Tebal Buku :106 hlm; 23 cm
Kota Terbit : Semarang
Tahun Terbit : 2008
ISBN : 978-979-3948-78-2
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
2.1 RINGKASAN BUKU BAB I. PENDAHULUAN
Ilmu Sosial Budaya Dasar merupakan salah satu mata kuliah yang termasuk mata kuliah umum yang diajarkan dilingkungan perguruan tinggi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasioanal Pasal 40 Ayat (1) butir c dikemukakan bahwa: "Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh kesempatan mengunakan sarana prasarana dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas". Pasal ini memberi peluang kepada pendidik (dosen) untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya dengan dukungan sarana, prasarana dan fasilitas yang memadai. Pendidik berkewajiban "menciptakan suasana yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis", sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. ISBD sesuai dengan namanya mata kuliah ini merupakan mata kuliah dasar yang mendasari mata kuliah lainnya dalam lingkup ilmu-ilmu sosial dan humaniora.
Mata kuliah ini terdiri dari dua unsur utama yaitu:
1. Unsur manusia sebagai mahkluk budaya (homo humanus) 2. Unsur manusia sebagai mahkluk sosial (zoon politicon)
Dalam meningkatkan mutu dan hasil pendidikan UNESCO mendeklarasikan empat pilar pembelajaran yaitu:
1) Learning to know, yaitu pembelajaran untuk tahu 2) Learning to do. yaitu pembelajaran untuk berbuat
3) Learning to be, yaitupembelajarn untuk membangun jati diri
4) Learning to live together, yaitu pembelajaran untuk hidup Bersama secara harmonis.
BAB II. MANUSIA DAN KEHIDUPAN
Kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta budhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata badaya berasal dari kata culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultur, dalam bahasa Latin, berasal dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani). Pengertian ini kemudian berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam Pengertian budaya atau kebudayaan dikemukakan oleh beberapa ahh diantaranya E. B. Taylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. R. Linton, kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, di mana unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.
Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar. Selo Soemardjan dan Suelaeman Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dan Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.
Dengan demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun non- material. Sebagian besar ahli yang mengartikan kebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks dan lebih moderen.
BAB III. PERADABAN DAN PERUBAHAN SOSIAL
Perwujudan budaya penekanannya pada akal (mind), akan menimbulkan tingkat peradaban yang berbeda, hal ini menurut Sutan Takdir Alisyahana. Dengan penekanan pada mind akan timbul pernyataan bahwa ada peradaban tinggi dan ada peradaban rendah karena diukur dengan tingkat berpikir manusia. Manusia yang mampu berpikir tinggi dikatakan berperadaban tinggi, bukan berkebudayaan tinggi. Kemampuan berpikir tinggi lebih dulu timbul di kalangan orang Barat. Oleh karena itu dikatakan bahwa orang Barat mempunyai peradaban tinggi. Selanjutnya menurut Sutan Takdir perwujudan budaya penekanannya pada ketiga unsur. yaitu akal, nurani, dan kehendak sebagai satu kesatuan yang utuh, akan timbul tingkat kebudayaan yang berbeda, sehingga timbul pernyataan bahwa ada kebudayaan tinggi dan ada kebudayaan rendah karena diukur dengan manfaatnya bagi manusia. Jika kebudayaan dihubungkan dengan peradaban akan timbul pernyataan bahwa walaupun peradaban manusia rendah belum tentu kebudayaannya rendah, misalnya beberapa abad yang lalu manusia Indonesia mampu mendirikan Candi Borobudur tanpa bantuan alat-alat besar yang menggunakan teknologi tinggi. Ini membuktikan bahwa manusia Indonesia sudah berkebudayaan tinggi walaupun tingkat peradaban (tingkat berpikir) masih rendah. Schaliknya orang Barat yang mempunyai peradaban tinggi dengan teknologi canggih, belum tentu kebudayaan tinggi jika dengan peradaban tinggi dan teknologi canggih akan membinasakan umat manusia.
Menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikup, dan pola perilaku di antara kelompok dalam masyarakat. Menurutnya, antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan memiliki satu aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru. atau suatu perbaikan cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.
Perubahan sosial tidak dapat dilepaskan dari perubahan kebudayaan. Hal ini disebabkan kebudayaan merupakan hasil dari adanya masyarakat, sehingga tidak akan ada kebudayaan apabila tidak ada masyarakat yang mendukungnya dan tidak ada satu pun masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan.
Perubahan sosial yaitu perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau dalam hubungan interaksi, yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Sebagai akibat adanya dinamika anggota masyarakat, dan yang telah didukung oleh sebagian besar anggota masyarakat, merupakan tuntutan kehidupan dalam mencari kestabilannya. Ditinjau dari tuntutan stabilitas kehidupan perubahan sosial yang dialami masyarakat adalah hal yang wajar. Kebalikannya masyarakat yang tidak berani melakukan perubahan- perubahan, tidak akan dapat melayani tuntutan dan dinamika anggota-anggota yang selalu berkembang kemauan dan aspirasinya di masyarakat.
BAB IV. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL
Individu berasal dari kata individuum, artinya yang tak terbagi. Dalam bahasa Inggris Individu berasal dari kata in dan divided. Kata in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan divided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala
unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut lagi sebagai individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan atau ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Sekalipun orang itu terlahir secara kembar, mereka tidak ada yang memiliki ciri fisik dan psikis yang persis sama. Setiap anggota fisik manusia tidak ada yang persis sama, meskipun sama-sama terlahir sebagai manusia
kembar.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (berinteraksi) dengan orang lain. Ada kebutuhan sosial (social need) untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk mencari kawan atau teman. Kebutuhan untuk berteman dengan orang lain, sering kali didasari atas kesamaan ciri atau kepentingannya masing- masing. Misalnya, orang kaya cenderung berteman lagi dengan orang kaya. Orang yang berprofesi sebagai artis, cenderung untuk mencari teman sesama artis lagi. Dengan demikian, akan terbentuk kelompok-kelompok social dalam masyarakat yang didasari oleh kesamaan ciri atau kepentingan.
Selama manusia hidup ia tidak akan lepas dari pengaruh masyarakat, di rumah, di sekolah, dan di lingkungan yang lebih besar manusia tidak lepas dari pengaruh orang lain.
Oleh karena itu manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang di dalam hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
2. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
BAB V. MANUSIA, NILAI, MORAL, DAN HUKUM
Hakikat nilai dalam kehidupan manusia berarti memberi pertimbangan untuk menentukan apakah sesuatu itu bermanfaat berguna atau tidak, baik atau buruk, benar atau salah. Manusia selalu menghendaki nilai kemanfaatan/kegunaan daripada kerugian, nilai kebaikan daripada keburukan dan nilai kebenaran daripada kesalahan. Alasannya adalah nilai kerugian, keburukan dan kesalahan itu nol atau kosong, tidak berarti apa-apa, bahkan dapat menjadi sumber kehancuran,kemiskinan, dan kebodohan dalam masyarakat.
Apabila ada manusia yang memilih nilai kerugian, keburukan, atau kesalahan, dia dianggap telah melakukan penyimpangan karena salah arah serta salah jalan, perlu disadarkan dan diselamatkan agar manusia tersebut kembali ke jalan yang benar, baik dan bermanfaat berguna bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat.
Untuk melihat sejauh mana variasi pengertian nilai tersebut, terutama bagaimana hubungan antara setiap pengertian itu dengan pendidikan, Menurut Cheng (1955): Nilai merupakan sesuatu yang potensial, dalam arti terdapatnya hubungan yang harmonis dan kreatif, sehingga berfungsi untuk menyempurnakan manusia, sedangkan kualitas merupakan atribut atau sifat yang seharusnya dimiliki. Sedangkan Munandar Soclaiman mengutip:
Nilai adalah segala sesuatu yang menarik bagi manusia sebagai subyek.(Perry)
Nilai adalah segala sesuatu tentang yang baik dan yang buruk (Pepper)
Nilai adalah perasaan tentang apa yang diinginkan ataupun yang tidak diinginkan atau tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh (Alvin R Bertrand).
Antara hukum dan moral terdapat hubungan yang erat sekali, ada pepatah Roma yang mengatakan "Quid leges sine moribus?" Apa artinya undang-undang kalau tidak disertai moralitas? "Hukum tidak akan berarti tanpa dijiwai moralitas, hukum akan kosong tanpa moralitas" Oleh karena itu kualitas hukum harus selalu diukur dengan norma moral, perundang-undangan yang immoral harus diganti. Di sisi lain, moral juga membutuhkan hukum, schah moral tanpa hukum hanya angan-angan saja, kalau tidak diundangkan atau dilembagakan dalam masyarakat. Dengan demikian hukum bisa meningkatkan dampak sosial dari moralitas. Meskipun tidak semua harus diwujudkan dalam bentuk hukum, karena hal itu mustahil. Hukum hanya membatasi diri dengan mengatur hubungan antar-manusia yang relevan. Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat, namun hukum dan moral tetap berbeda, sebab dalam kenyataannya
"mungkin" ada hukum yang bertentangan dengan moral atau ada undang-undang yang immoral, yang berarti terdapat ketidakcocokan antara hukum dengan moral. Untuk itu dalam konteks ketatanegaraan Indonesia dewasa ini "apalagi dalam konteks pengambilan keputusan hukum membutuhkan moral, sebagaimana moral membutuhkan hukum. Apa artinya hukum jika tidak disertai moralitas. Hukum dapat memiliki kekuatan jika dijiwai oleh moralitas. Kualitas hukum terletak pada bobot moral yang menjiwainya. Tanpa moralitas, hukum tampak kosong dan hampa.
Hubungan antara hukum dan moral sangat berkaitan eral sekali, dimana ada hukum yang berlaku pasti ada nilai moral yang tertanam di dalam hukum itu. Apa artinya jika hukum atau undang-undang kalau tidak disertai dengan moralitas yang ada? Pasti terjadi ketidak seimbangan dalam suatu masyaratak atau kelompok. Begitu juga dengan
"budaya" korupsi yang ada di negara kita ini sepertinya para koruptor tidak mengindahkan nilai-nilai moral yang berlaku. Sehingga mereka seperti melakukan
"budaya" korupsi dengan laluasa tanpa mempertimbangkan efek sosial ekonomi yang terjadi di masyarakat. Yang punya jahatan strategis di pemerintahan tambah kaya raya, sedangkan yang miskin tambah miskin karena terhimpit kebutuhan ekonomi yang kian tidak terjangkau, Dengan demikian hukum yang berlaku tidak akan berarti atau efektif jika tidak dilandasi dengan moralitas yang tinggi, dan penerapan hukum akan seperti tong kosong yang berbunyi nyaring.
BAB VI. MANUSIA DAN BUDAYA KORUPSI DI INDONESIA
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang dilihat dari struktur bahasa dan cara penyampaiannya berbeda tetapi hakekat dan artinya tetap sama. Menurut Kartono memberi pengertian tentang korupsi sebagai tingkah laku laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengambil keuntungan pribadi, dan merugikan kepentingan umum dan Negara.
Pendapat lain tentang korupsi adalah seorang pejabat yang menerima hadiah dari seorang yang bertujuan untuk mempengaruhinya dalam pengambilan suatu keputusan agar keputusan yang diambil menguntungkan si pemberi hadiah. Bentuk orang yang memberikan hadiah beragam diantaranya jasa dan berupa barang.
Jadi korupsi merupakan gejala penyalahgunaan sunber kekuasaan dan wewenang demi keuntungan pribadi dengan kekuatan-kekuatan formal (missa! Institusi-institusi ).
Dan ini terjadi di hampir setiap kelembangaan Negara.
Korupsi di Indonesia adalah masalah kegagalan pemerintah membangun karakter bangsa (character ang nation building). Masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan fenomena korupsi dan cenderung menerimanya sebagai suatu budaya" tetapi budaya" yang merusak nilai-nilai sosial dari dalam bangsa kita sendiri. Secara konstitusional, korupsi di akui sebagai kejahatan yang luar biasa, dan kasus korupsi yang terungkap lebih mengarah ke persoalan oknum, bukan persoalan sistem ataupun kultur. Tidak sulit kita menemukan kultur atau budaya korupsi di Negara kita ini misal di lembaga pemerintahan, salah satu godaan kuat orang melakukan tindakan korupsi adalah koruptor tidak sendirian.
Merebaknya koruptor di Indonesia sejatinya sudah di tingkat "budaya" atau dengan kata lain sudah terbiasa dengan tindakan korupsi dan sudah tidak ada batasan- batasan level dari tingkat rerxlah sampai tingkat yang lebih tinggi. Praktek mulai lemahnya nilai- nilai sosial, kepentingan pribadi menjadi pilihan utama di bidang kepentingan umum.
"Budaya" korupsi di Negara kita ini merupakan masalah mendesak yang harus segera kita benahi dengan cara kita menyegarkan kembali dan memperbaiki nilai- nilai sosial, nilai-nilai moral ke seluruh lapisan masyarakat karena dengan itulah kita bisa sedikit banyak mengurangi "budaya" korupsi di Negara kita ini.
BAB VII. MANUSIA DAN TEKNOLOGI
Teknologi telah mengubah bentuk masyarakat manusia, masyarakat global adalah sebuah kehidupan yang memungkinkan komunitas manusia menghasilkan budaya-budaya bersama, menghasilkan produk-produk industri bersama, menciptakan pasar bersama, dan lain-lain. Perkembangan teknologi informasi juga tidak saja mampu menciptakan masyarakat dunia global, namun secara materi mampu mengembangkan ruang gerak kehidupan baru bagi masyarakat, sehingga tanpa disadari, komunitas manusia telah hidup dalam dua dunia kehidupan, yaitu kehidupan masyarakat nyata dan kehidupan masyarakat maya. Bahwa syarat-syarat interkasi sosial dalam masyarakat nyata harus memiliki sossial contact dan adanya komunikasi.
Masyarakat maya adalah revolusi terhadap sebuah perubahan masyarakat nyata.
Perubahan sosial dalam dalam cyber community memiliki dampak-dampak budaya yang
sangat luas dan tajam, karena selain sifat perubahannya yang mengglobal, perubahan sosial ini berlangsung dengan sangat cepat, sehingga banyak menyebabkan efek ganda terhadap perubahan perilaku pada masyarakat maya dan nyata serta menyebabkan gesekan-gesekan sosial yang tajam di dalam kedua belahan masyarakat tersebut.
Kehidupan cyber community selain merupakan peta analog kehidupan masa depan masyarakat nyata, namun juga merupakan imitasi kehidupan nyata itu sendiri, sehingga dimungkinkan berbagai cybercrime dalam cybercommunity merupakan imitasi terhadap kejahatan yang selama ini kita temukan dimasyarakat. Salah satu karakter umum cybercrime yang dapat dilakukan dari mana saja dan dimana saja dalam cyber community, tanpa harus berada dalam satu Negara atau senegara denagn tempat dimana server itu berada. Ruang maya dapat menafikan semua itu denagn sebanyak mungkin menawarkan sifat utamnya, yaitu efisiensi ruang dan waktu.
BAB VIII. MANUSIA DAN LINGKUNGAN
Lingkungan adalah suatu media di mana makhluk hidup tinggal, mencari penghidupannya, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks dan riil.
Alam semesta yang sudah dikenal manusia dan alam yang belum dikenal manusia serta alam yang sedang dalam proses kejadiannya, semuanya adalah ciptaan Tuhan Yang lebih menarik dengan kecerdasan manusia sebagai makhluk yang ada di alam ini ternyata mengalami evolusi dan juga perkembangan. Evolusi terjadi dalam pengertian perubahan sebagai kelompok manusia, baik dalam kelompok masyarakat tertentu, maupun manusia secara keseluruhan. Sedangkan perkembangan kecerdasan dimaksudkan adalah proses kecerdasan yang terjadi pada setiap manusia secara individual. Ternyata evolusi dan perkembangan kecerdasan
Ini erat kaitannya dengan hubungan manusia terhadap lingkungan, baik hubungannya terhadap lingkungan alam, lingkungan budaya, maupun lingkungan sosial.
Lingkungan yang multidimensional akan menjadi peluang di satu sisi, dan menjadi tantangan di sisi lain. Peluang dan tantangan lingkungan ini membuat manusia terus- menerus belajar dengan harapan mampu meresponsnya ke arah yang lebih bermakna.
Lingkungan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang ada di sekeliling manusia yang berpengaruh pada kehidupan.
Persoalan yang mengancam kelestaraian lingkungan sangat luas dan beragam misalnya pemanasan bumi, penipisan ozon, penjarahan hutan tropis, yang akan mencapai sangat kritis pada puluhan tahun yang akan datang. Persoalan ini secara langsung dipengaruhi oleh populasi manusia-manusia yang terus bertambah.
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Analisa Isi Buku
Buku yang berjudul “Ilmu Budaya Dasar” merupakan buku karangan Bapak Amri P.
Sihotang SS., S.H., M.Hum yang membahas tentang semua yang berhubungan dengan teori, paradigma dan diskursus social budaya. Buku ini diterbitkan oleh Semarang University Press dengan tebal buku 106 halaman.
Dari segi isi atau makna, buku ini sudah sangat bagus, dan dalam buku ini juga disajikan dengan sangat lengkap dimulai dari pengertian-pengertian hingga sampai pada hakikat-hakikat pembahasannya. Selain isi sub bab nya yang lengkap buku ini juga disajikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca. Dengan penyajian yang sederhana itu maka akan meningkatkan minat pembaca terhadap buku ini, sebab mereka tidak akan memukan kata-kata yang sulit untuk diinterpretasikan. Tetapi materi yang dibahas dalam buku ini teralu banyak yaitu terdapat lebih dari 5 sub bab di setiap bab, sehingga pembaca agak sedikit sulit untuk memahami keseluruhan materinya.
Dan buku ini terlalu banyak menggunakan teori-teori sehingga membuat pembaca juga bingung dalam memahaminya secara singkat.
3.2 Kelebihan Buku
Adapun kelebihan dari buku yang digunakan sebagai tugas CBR ini, antara lain:
1. Buku ini mengangkat yang berkaitan langsung dengan kehidupan social Masyarakat Indonesia.
2. Ketelitian penulis pada setiap pembahasan menunjukkan penyajian topik yang terperinci dan jelas.
3. Mengambil ataupun mengutip dari sumber-sumber yang terpercaya sehingga isi buku dapat dipertanggung jawabkan.
4. Aksessibilitas referensi yang digunakan pada buku memudahkan pembaca mencari tahu informasi lebih yang banyak dari pemaparan materi di buku.
3.3 Kekurangan Buku
Adapun kekurangan buku ini, antara lain:
1. Tidak adanya gambar yang menjelaskan atau memberikan visualisasi mengenai topik yang dipaparkan.
2. Banyaknya topik pada sub bab yang di rangkum membuat pembaca kesulitan memahami maksud dari penulis.
BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN
Ilmu budaya dasar merupakan mata kuliah yang membicarakan tentang nilai-nilai, tentang kebudayaan, tentang berbagai macam masalah yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Ilmu Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Tujuan dari ilmu budaya dasar sendiri adalah untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya, baik yang menyangkut orang lain dana lam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya sendiri.
Menurut seorang antropolog E.B Taylor (1871), kebudayaan didefinisikan sebagai kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Ini erat kaitannya dengan hubungan manusia terhadap lingkungan, baik hubungannya terhadap lingkungan alam, lingkungan budaya, maupun lingkungan sosial.
Lingkungan yang multidimensional akan menjadi peluang di satu sisi, dan menjadi tantangan di sisi lain. Peluang dan tantangan lingkungan ini membuat manusia terus- menerus belajar dengan harapan mampu meresponsnya ke arah yang lebih bermakna.
Lingkungan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang ada di sekeliling manusia yang berpengaruh pada kehidupan.
Pengaruh sosial budaya pada berperilaku juga mengindikasikan manusia sebagai makhluk sosial yang dapat berinteraksi sosial dengan baik, menaati hukum yang berlaku.
Dengan pengaruh teknologi.
4.2 SARAN
Penulis sebaiknya bisa saling mengisi kekurangannya. Bisa meningkatkan semangat penulis ketika ingin merevisi kembali buku tersebut. Baik dari segi fisik ataupun isi yang kurang baik dapat diperbaiki dengan melihat kelebihan dan kekurangan dari masing- masing buku. Materi yang kurang jelas pemahamannya didalam buku hendaknya bisa diperluas.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hakam, Kama, Manusia dan Lingkungan Sosial Budaya, makalah, Lokakarya Dosen ISBD, Dikti Depdiknas, Batam.
Achmad, Yusdi, 2006, Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial, makalah, Lokakarya Dosen ISBD, Dikti Depdiknas, Batam
Alisyahbana, Sutan Takdir, Kebudayaan dan Peradaban. Bahan Penataran Pengajar Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Wilayah Barat di Bukit Tinggi.
Apter, David, 1987. Politik Modernisasi Jakarta: PT Gramedia.
Bachtiar, Harsja W, Penggolongan Ilmu Pengetahuan, Bahan Penataran Pengajar Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Wilayah Barat di Bukit Tinggi.
Boediono, dkk., 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi Balithang Depdiknas, Jakarta.
Muhammad, Abdulkadir, Ilmu Sosial Budaya Dasar, Penerbit PT Citra Aditya Bakti.
Mulyanto, H, 2007, Ilmu Lingkungan, Graha Ilmu.
Mustopo, M. Habid, 1983, Ilmu Budaya Dasar Kumpulan Essay Manusia dan Budaya, Surabaya, Penerbit Usaha Nasional
Koentjaraningrat, 1982, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta, Penerbit Gramedia.
Setiadi, Elly M, Dkk, 2007, Ilmu Sosial Budaya Dasar, Jakarta, Kencana Prenada Media.
Sihotang, Amri P, 2008, Ilmu Sosial Budaya Dasar, Semarang, Penerbit Semarang University.
Sihotang, Amri P, 2008, Mengenal Sosiologi, Semarang, Penerbit Semarang University.
Soelaeman, M. Munandar, 1992, Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar, Bandung, Penerbit Eresco.