LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK LABORATORIUM
ACARA V
TITRASI ASAM BASA
DISUSUN OLEH :
NAYAKA FAJAR ATHAILLAH V1824071
KELAS A KELOMPOK 6
PROGRAM STUDI DIII-TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2024
ACARA V
TITRASI ASAM BASA A. TUJUAN
1. Mengetahui dan mampu menggunakan peralatan titrasi dengan benar.
2. Mampu melakukan titrasi dengan benar.
3. Mencari konsentrasi dari suatu larutan yang belum diketahui dengan menggunakan suatu larutan standar ( sudah diketahui konsentrasinya).
B. TINJAUAN PUSTAKA
Metode penetralan yang paling umum adalah titrasi. Penetralan adalah reaksi antara asam dan basa. Titik krisis titrasi adalah titik ekuivalen, di mana indikator asam dan basa berubah warna saat titer tepat habis bereaksi, dan titik akhir indikator adalah titik di mana indikator asam dan basa berubah warna untuk menentukan titik ekuivalen. Titik akhir indikator dapat diperoleh dengan menyesuaikan titik akhir indikator, yang perubahan warnanya terjadi pada rentan pH (Haryono, 2019).
Metode analisis kimia kuantitatif yang biasa digunakan di laboratorium untuk mengukur konsentrasi reagen adalah titrasi. Analisis analitis adalah metode untuk mengukur volume yang sangat penting dalam titrasi. Titrasi dalam kimia analitik berarti menambahkan volume yang tepat dari larutan yang mengandung zat A dengan konsentrasi yang diketahui ke larutan kedua yang mengandung zat B dengan konsentrasi yang tidak diketahui akan menyebabkan reaksi kuantitatif antara kedua zat tersebut.
Setelah reaksi, beberapa perubahan sifat fisik, seperti warna campuran larutan reaksi, digunakan untuk menunjukkan titik akhir (Suratman, 2014).
Titrasi asam basa adalah reaksi penetralan di mana asam atau basa bertindak sebagai titrant atau titer. Titrant adalah larutan dengan kadar yang belum diketahui, sedangkan titer adalah larutan dengan konsentrasi yang sudah diketahui. Sebaliknya, suatu larutan asam dapat dicari kadarnya dengan menggunakan larutan basa. Sampai keadaan ekuivalen, titrant dari buret ditambahkan secara bertahap ke dalam titer (Simanjuntak, 2018).
Indikator adalah zat yang dimasukkan ke dalam larutan sampel sebagai penanda untuk menunjukkan titik akhir titrasi selama analisis volumetrik. Saat titrasi, indikator dapat mengubah warna larutan untuk menunjukkan titik akhir titrasi ekivalen. Fenolftalein, juga dikenal sebagai indikator PP, adalah indikator yang paling umum digunakan. Pada pH 8,3, indikator ini berubah warna menjadi ungu transparan (Indrajaya dkk., 2021).
Natrium hidroksida, atau dikenal sebagai NaOH, adalah senyawa kimia yang terbuat dari natrium (Na), oksigen (O), dan hidrogen (H).
Senyawa ini merupakan basa kuat yang sering digunakan dalam berbagai aplikasi industri dan laboratorium. Natrium hidroksida biasanya berbentuk padatan kristalin putih yang larut dalam air dengan baik, menghasilkan larutan alkali. Salah satu karakteristik utama dari NaOH adalah kemampuannya untuk melepaskan ion hidroksida (OH-) dalam larutan, yang membuatnya berperan sebagai agen pengasam yang efektif. Aplikasi utama natrium hidroksida termasuk dalam reaksi asam-basa dan pembuatan sabun. Dalam industri kimia, NaOH digunakan untuk membersihkan air, mencerahkan bahan kimia, dan membuat deterjen. Di laboratorium, natrium hidroksida sering digunakan dalam eksperimen titrasi asam-basa untuk mengukur konsentrasi larutan asam. Meskipun NaOH memiliki banyak manfaat, penggunaannya harus hati-hati karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mata. Sebab itu, penting untuk menggunakan natrium hidroksida dengan aman dalam berbagai aplikasi (Ahmadi dan Seyedin, 2019).
NaOH, yang merupakan basa yang kuat, digunakan dalam proses titrasi asambasa untuk menguji tingkat keasaman sampel yang sedang dititrasi. Ketika diuji melawan larutan asam, NaOH akan bereaksi dengan ion hidrogen (H+) yang ada dalam asam, menghasilkan air, yang kemudian membentuk garam air. NaOH digunakan sebagai zat untuk mengukur
tingkat keasaman sampel yang sedang dititrasi
(Taufik, 2018).
Asam klorida merupakan asam kuat yang relatif aman dibandingkan dengan asam kuat lainnya karena mengandung ion klorida yang tidak reaktif dan tidak beracun. Pada konsentrasi menengah, asam klorida cukup stabil untuk mempertahankan konsentrasinya. Larutan HCl pekat umumnya dibuat dengan konsentrasi 38%, sementara konsentrasi di atas 40% dapat diperoleh secara kimiawi, namun cepat menguap. Oleh karena itu, asam ini harus disimpan dan dikelola pada suhu rendah. Konsentrasi HCl yang optimal untuk memperkenalkan produk berada di antara 30% hingga 34%, sehingga asam klorida merupakan reagen pengasaman yang sangat efektif.
Asam klorida pekat dapat melarutkan logam, membentuk logam klorida, dan menghasilkan gas hidrogen, serta dapat bereaksi dengan senyawa basa seperti kalsium karbonat dan tembaga. Sebagai senyawa asam yang kuat dan stabil, asam klorida larut sepenuhnya dalam air, yang menjadikannya pilihan utama dalam analisis kimia untuk menghancurkan sampel analitik (Sari, 2019).
Asam klorida adalah asam kuat yang relatif aman dibandingkan dengan jenis asam kuat lainnya, karena mengandung ion klorida yang tidak reaktif dan tidak beracun. Untuk menjaga konsentrasinya, asam klorida dipertahankan pada tingkat sedang. Asam ini dikonversi menjadi larutan HCl pekat dengan konsentrasi 38%, sementara konsentrasi di atas 40%
dapat dicapai menggunakan senyawa kimia tertentu, tetapi mudah menguap sehingga perlu disimpan pada suhu rendah. Konsentrasi optimal untuk penggunaan produk berada antara 30% hingga 34% HCl, menjadikan asam klorida agen pengasam yang efisien. Asam klorida pekat mampu melarutkan logam, menghasilkan logam klorida dan gas hidrogen, serta bereaksi dengan basa seperti kalsium karbonat dan tembaga. Sebagai asam kuat yang stabil, senyawa ini mudah larut dalam air dan sering digunakan dalam analisis kimia untuk mencerna sampel analitik. Standar deviasi yang dicatat adalah 0,036. Tidak ada perbedaan signifikan dalam rentang pH antara ekstrak metanol buah lakum dan indikator fenolftalein (pp) sebagai pembanding, meskipun standar deviasi yang diperoleh bervariasi. Karena
itu, ekstrak metanol buah lakum masih dianggap cocok untuk digunakan (Suva, 2014).
C. METODOLOGI 1. Alat
a. Buret b. Corong c. Erlenmeyer d. Pipet tetes e. Pipet ukur f. Statif 2. Bahan
a. HCl
b. Indikator PP c. NaOH 0,1 N
3. Cara Kerja
Titrasi asam basa
Penyiapan alat dan bahan
Penuangan larutan NaOH ke dalam Buret lalu catat skala awal
Pengambilan sampel larutan HCl, lalu masukkan ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan 2-3 tetes indikator pp
Penitrasian berbagai sampel larutan HCl yang menggunakan larutan NaOH, hentikan bila terjadi perubahan warna
Pembacaan dan pencatatan skala akhir buret
Perhitungan volume NaOH yang di butuhkan untuk titrasi
Penentuan konsentrasi dari HCl
Pengulangan langkah yang sama untuk berbagai sampel larutan HCl yang sama
Gambar 5.1 Diagram Alir Titrasi Asam Basa D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Titrasi asam-basa adalah metode di laboratorium yang digunakan untuk mengukur konsentrasi larutan asam atau basa menggunakan larutan standar yang konsentrasinya diketahui. Langkah-langkah ini melibatkan menambahkan larutan asam atau basa dengan konsentrasi yang diketahui secara bertahap ke dalam larutan yang akan diuji. Selama proses ini, terjadi reaksi kimia antara zat asam dan zat basa yang bisa diukur menggunakan indikator atau dengan alat seperti pH meter. Titrasi asambasa bertujuan
untuk menemukan titik ekivalen, di mana jumlah mol asam yang ditambahkan sama dengan jumlah mol basa dalam larutan. Ketika reaksi antara asam dan basa selesai, titik ini tercapai, yang menyebabkan pH larutan menjadi netral. Pada saat ini, stoikiometri reaksi telah mencapai keadaan kesetimbangan yang tepat. Dari titrasi ini, kita bisa menghitung konsentrasi larutan asam atau basa yang diuji. Dengan memahami prinsip titrasi asam-basa, peneliti, ahli kimia, dan praktisi laboratorium bisa mengukur dan mengontrol konsentrasi zat kimia dalam berbagai aplikasi, seperti dalam industri farmasi, kimia, dan lingkungan (Sundari, 2016).
Dasar dari metode titrasi asam-basa adalah melibatkan reaksi kimia antara larutan asam dan larutan basa, di mana jumlah mol asam yang ditambahkan sama dengan jumlah mol basa pada titik ekivalen. Titrasi dilakukan dengan cara mengukur volume larutan asam atau basa yang ditambahkan ke larutan yang akan diuji, kemudian hasilnya dicatat menggunakan indikator atau alat pengukur pH seperti pH meter. Proses titrasi mengikuti prinsip dasar stoikiometri, di mana perbandingan mol antara asam dan basa pada titik ekivalen sama dengan koefisien dalam persamaan reaksi kimia yang terlibat. Pada titik ekuivalen, reaksi asam-basa mencapai keseimbangan, dan pH larutan menjadi netral. Indikator dalam titrasi asam-basa berubah warna pada kisaran pH tertentu, membantu mengidentifikasi titik akhir titrasi. Prinsip ini digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan dengan memperhatikan hukum ekivalensi, di mana jumlah ekivalen asam harus sama dengan jumlah ekivalen basa pada titik ekivalen. Dengan memahami prinsip ini, pengguna laboratorium bisa mengukur konsentrasi larutan asam atau basa yang sedang diuji dengan tepat, sehingga metode titrasi dapat digunakan secara luas dalam penelitian dan industri kimia (Aryani dan Widyantara, 2018).
Titik ekuivalen dalam proses titrasi asam-basa terjadi ketika jumlah mol asam yang dimasukkan ke larutan basa setara dengan jumlah mol basa yang ada dalam larutan tersebut. Pada saat ini, reaksi kimia antara asam dan
basa mencapai kesetimbangan stoikiometri, dan larutan mencapai pH netral.
Dalam konteks ini, stoikiometri itu berkaitan dengan jumlah mol reaktan yang terlibat dalam reaksi kimia. Pada permulaan titrasi, larutan asam atau basa ditambahkan secara bertahap ke larutan yang sedang diuji. Ketika jumlah mol asam dan basa mencapai rasio yang tepat, titik ekivalen terbentuk. Titik ekuivalen sering diidentifikasi dengan menggunakan indikator atau alat pengukur pH, seperti pH meter. Indikator akan berubah warna pada titik kesetimbangan stoikiometri. Titik ekivalen penting karena di titik ini, kita dapat menghitung konsentrasi dan jumlah ekuivalen dari asam dan basa untuk menentukan konsentrasi larutan yang sedang diuji.
Mengerti dan menentukan titik ekivalen merupakan kunci dalam proses titrasi asam-basa. Hal ini memungkinkan untuk mengukur konsentrasi zat kimia dengan tingkat akurasi yang tinggi dalam berbagai aplikasi laboratorium serta industri (Pierre, 2019).
Beberapa hal yang bisa memengaruhi hasil akhir titrasi asam-basa adalah kompleksitas sistem reaksi dan pengukuran, serta sifat larutan yang digunakan. Pertama, akurasi dan ketelitian penggunaan alat pengukur seperti buret dan pipet bisa berdampak pada hasil titrasi. Kontaminasi atau ketidakseimbangan pada peralatan dapat menyebabkan kesalahan pengukuran volume larutan, yang pada gilirannya akan memengaruhi konsentrasi yang dihitung. Kedua pemilihan indikator juga merupakan faktor penting. Indikator yang dipilih harus cocok dengan rentangnya pH titrasi dan perubahan warna harus terjadi di sekitar titik ekuivalen.
Kesalahan dalam memilih indikator dapat menyebabkan ketidakpastian dalam menentukan titik akhir titrasi. Stabilitas reagen dan kondisi lingkungan juga berperan penting. Keberlanjutan reagen dan kestabilan larutan standar dapat mempengaruhi konsentrasi sebenarnya dari reagen, yang nantinya dapat memengaruhi hasil akhir titrasi. Empat suhu dapat memengaruhi hasil titrasi asam basa. Semakin panas suhu, semakin cepat reaksi terjadi. Semakin besar volume larutan standar yang ditambahkan
terakhir, semakin besar pula jumlah larutan standar yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekuivalen (Rusiani dan Lazulva, 2017).
Dalam proses titrasi asam basa, HCl dan NaOH bekerja sama. HCl, juga dikenal sebagai asam klorida, lebih sering digunakan sebagai larutan standar daripada asam sulfat karena mudah larut dalam air. Namun, tidak disarankan untuk membuat larutan amonium hidroksida biasa kecuali basa lemah. Ini disebabkan oleh pelepasan gas beracun, 31 gas amonia, selama proses pelarutan. Dalam proses titrasi asam-basa, larutan NaOH digunakan sebagai titran. NaOH adalah basa kuat, dan ketika dititrasi dengan larutan asam, ia bereaksi dengan ion hidrogen (H+) dalam asam, menghasilkan air dan membentuk garam air. NaOH juga berfungsi sebagai agen titrasi, membantu menentukan jumlah asam dalam sampel yang dititrasi (Taufik, 2018).
Penambahan indikator phenolphthalein pada titrasi asam-basa memungkinkan perubahan warna yang menunjukkan titik ekivalen.
Phenolphthalein berfungsi sebagai indikator asam-basa dan berwarna bening dalam lingkungan yang asam sedangkan lingkungan yang basa berwarna merah muda. Selama proses titrasi, ketika larutan asam ditambahkan dengan basa, phenolphthalein akan tetap bening hingga titik ekivalen dicapai. Pada titik ini, jumlah mol asam dan basa sama, dan perubahan warna terjadi secara tiba-tiba. Ini menunjukkan kepada pengguna bahwa reaksi titrasi telah selesai. Ini membantu dalam menentukan volume titran (larutan yang dititrasi) yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen, yang pada gilirannya dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi asam atau basa dalam larutan tersebut (Dias et al., 2023).
Tabel 5.1 Hasil Standarisasi Larutan NaOH Dengan Larutan HCl
Kel
Volume HCl (mL)
Volume NaOH
(mL)
N HCl N
NaOH
Normalitas Larutan Sebelum Sesudah
1,2 10 9,6 0,096 0,1 Bening Ungu
pekat
3,4 10 10,3 0,103 0,1 Bening Ungu
pekat
5,6 10 9,5 0,095 0,1 Bening Ungu
7,8 10 9,6 0,096 0,1 Bening Merah
muda Sumber : Hasil Perhitungan
Berdasarkan Tabel 5.1 hasil standarisasi larutan NaOH dengan larutan HCl. Pada kelompok 1,2 melakukan penitrasian larutan HCL dengan volume 10 ml yang menggunakan larutan NaOH 0,1 N, setelah ditirasi terjadi perubahan warna pada larutan yang awalnya bening menjadi ungu pekat. Perubahan warna terjadi saat NaOH pada volume 9,6 mL. Dengan hasil tersebut dapat ditentukan konsentrasi HCL dengan rumus yang telah tersedia didapat sebesar 0,096 N. Pada kelompok 3,4 melakukan penitrasian larutan HCL dengan volume 10 ml yang menggunakan larutan NaOH 0,1 N, setelah ditirasi terjadi perubahan warna pada larutan yang awalnya bening menjadi ungu pekat. Perubahan warna terjadi saat NaOH pada volume 10,3 ml. Dengan hasil tersebut dapat ditentukan konsentrasi HCL dengan rumus yang telah tersedia didapat sebesar 0,103 N. Pada kelompok 5,6 melakukan penitrasian larutan HCL dengan volume 10 ml yang menggunakan larutan NaOH 0,1 N, setelah ditirasi terjadi perubahan warna pada larutan yang awalnya bening menjadi ungu. Perubahan warna terjadi saat NaOH pada
volume 9,5 ml. Dengan hasil tersebut dapat ditentukan konsentrasi HCL dengan rumus yang telah tersedia didapat sebesar 0,095 N. Pada kelompok 7,8 melakukan penitrasian larutan HCL dengan volume 10 ml yang menggunakan larutan NaOH 0,1 N, setelah ditirasi terjadi perubahan warna pada larutan yang awalnya bening menjadi merah muda. Perubahan warna terjadi saat NaOH pada volume 9,6 ml. Dengan hasil tersebut dapat ditentukan konsentrasi HCL dengan rumus yang telah tersedia didapat sebesar 0,096 N. Hasil pengamatan sudah sesuai dengan teori. Indikator adalah zat kimia yang berubah warna pada rentang pH tertentu. Saat titrasi berlangsung, indikator ditambahkan ke larutan yang diuji dan berubah warna ketika reaksi asam-basa mendekati titik akhir atau titik ekiuvalen.
Perubahan warna saat titrasi, khususnya pada titik akhir titrasi, sangat terkait dengan penggunaan indikator atau perubahan pH dalam sistem reaksi asam basa (Indrajaya dkk., 2021).
Aplikasi titrasi dibidang pangan adalah titrasi kelatometri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif yang dapat digunakan untuk menganalisa kadar kalsium. Metode titrimetri yang dapat digunakan untuk menganalisa kadar kalsium pada minuman yogurt, susu, buah jeruk, saus tomat. Titrasi kelatometri umumnya digunakan untuk menganalisa kesadahan total dan kandungan kalsium pada air dan air limbah. Digunakan juga dalam menentukan persen cuka yang digunakan, penentuan kadar asam dan basa dalam bahan pangan serta pembuatan nata de coco (Taufik, 2018).
E. KESIMPULAN
Berdasarkan dari praktikum Teknik Laboratorium Acara II “Titrasi Asam Basa” dapat diambil kesimpulan, antara lain:
1. Peralatan yang digunakan selama titrasi yaitu botol kaca, buret, erlenmeyer 100 ml, pipet tetes, pipet ukur 10 ml, dan statif.
Kemampuan untuk mengetahui dan menggunakan peralatan titrasi dengan benar sangat penting dalam berbagai kegiatan laboratorium kimia, khususnya dalam analisis kuantitatif. Penting untuk
mengikuti prosedur dengan cermat dan memahami prinsip-prinsip dasar titrasi. Karena kesalahan dalam penggunaan peralatan atau kesalahan dalam prosedur dapat menghasilkan hasil yang tidak akurat.
2. Titrasi dilakukan dengan cara menuangkan larutan NaOH sebagai titran ke dalam buret terlebih dahulu. Kemudian menuangkan larutan HCl ke dalam erlenmyer. Setelah itu larutan HCl ditambahkan suatu indikator asam-basa yaitu indikator PP.
Selanjutnya letakkan larutan HCl dibawah statif dan tepat pada bawah buret, kemudian putar kran buret. Selanjutnya titrasi dilakukan dengan larutan HCl dihomogenisasikan sampai adanya perubahan warna.
3. Mahasiswa mampu mengetahui konsentrasi dari suatu larutan HCl yang belum diketahui dengan menggunakan suatu larutan standar seperti NaOH yang sudah diketahui konsentrasinya yaitu 0,1 N.
Dengan menggunakan rumus V1 x N1 = V2 X N2 yang nantinya didapatkan konsentrasi HCl sejumlah 0,096, 0,013, 0,095 dan 0,096.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, M., & Seyedin, S. H. (2019). Investigation of NaOH Properties, Production and Sale Mark in the world. Journal of Multidisciplinary Engineering Science and Technology (JMEST), 6(10), 2458–9403.
Aryani, T., & Widyantara, A. B. (2018). Analisis Kandungan Boraks Pada Makanan Olahan Yang Dipasarkan Di Sekitar Kampus. Jurnal Riset Kesehatan, 7(2), 106.
Dias, L. G. A., Duarte, L. C., Pinheiro, K. M. P., Moreira, N. S., & Coltro, W. K. T.
(2023). Distance-based paper microfluidics as environmentally friendly platforms for monitoring acid-base titrations. Talanta Open, 7(April), 100216.
Haryono, H. E. (2019). Big Book Kimia Dasar.
Indrajaya, I. N. R., Irfansyah, A. N., & Pirngadi, H. (2021). Titrator Otomatis untuk Mengukur Kadar Kalsium Karbonat (CaCO3) pada Batu Kapur. Jurnal Teknik ITS, 10(2).
Pierre, D. (2019). Acid-Base Titration. Undergraduate Journal of Mathematical Modeling: One + Two, 10(1).
Rusiani, A. F., & Lazulva, L. (2017). Pengembangan Penuntun Praktikum Titrasi Asam Basa Menggunakan Indikator Alami Berbasis Pendekatan Saintifik.
JTK (Jurnal Tadris Kimiya), 2(2), 159–168.
Sari, L. V. (2019). PENGARUH VARIASI KONSENTRASI HCl PADA PEMBUATAN NANOSILIKA BERBASIS BATU APUNG.
Simanjuntak, R. (2018). Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Sabun Mandi Cair Merek “Lx” Dengan Metode Titrasi Asidimetri Rosmidah Simanjuntak Akademi Farmasi Indah. Jurnal Ilmiah Kohesi, 2(4), 66.
Susanti, Mustofa Ahda. Hari, N. S. (2023). Kimia Analisis Ii. In Pustaka Pelajar (Vol. 11, Issue 1).
Sundari, R. (2016). Pemanfaatan dan efisiensi kurkumin kunyit (Curcuma domestica Val) sebagai indikator titrasi asam basa. Teknoin, 22(8).
Suva, M. A. (2014). Opuntia ficus indica ( L .) Fruit Extract as Natural Indicator in Acid-Base Titration. Journal of PharmaSciTech, 3(2), 85–87.
Taufik, M., Seveline, S., & Adriyanti, M. (2018). Evaluasi Penetapan Kadar Kalsium pada Minuman Yogurt secara Titrasi Kelatometri. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 7(1), 27–30.
Taufik, M., Seveline, S., & Saputri, E. R. (2018). Validasi Metode Analisis Kadar Kalsium pada Susu Segar secara Titrasi Kompleksometri. Agritech, 38(2), 187. Sari, L. V. (2019). PENGARUH VARIASI KONSENTRASI HCl PADA PEMBUATAN NANOSILIKA BERBASIS BATU APUNG.
LAMPIRAN GAMBAR
Gambar 5.2 Penuangan Larutan NaOH ke Dalam Buret
Gambar 5.3 Persiapan Alat dan Bahan
Gambar 5.4 Penuangan Sampel
Larutan HCl Gambar 5.5 Hasil Akhir Sampel Setelah di Titrasi
LAMPIRAN PERHITUNGAN a. Kelompok 1,2
Diketahui : Vol HCl = 10 ml Vol. NaoH = 9,6 ml N NaOH = 0,1 N
Ditanya : N HCl = ...?
Jawab : V1xN1 = V2xN2 9,6x0,1 = 10xN2 N2 = 9,6x0,1
10 N2 = 0,096
Sehingga diperoleh N HCl sebesar 0,096 b. Kelompok 3,4
Diketahui : Vol HCl = 10 ml Vol. NaoH = 10,3 ml N NaOH = 0,1 N
Ditanya : N HCl = ...?
Jawab : V1xN1 = V2xN2 9,6x0,1 = 10xN2 N2 = 1o ,3x0,1
10 N2 = 0,103
Sehingga diperoleh N HCl sebesar 0,103 c. Kelompok 5,6
Diketahui : Vol HCl = 10 ml Vol. NaoH = 9,5 ml N NaOH = 0,1 N
Ditanya : N HCl = ...?
Jawab : V1xN1 = V2xN2 9,6x0,1 = 10xN2 N2 = 9,5x0,1
10
N2 = 0,095
Sehingga diperoleh N HCl sebesar 0,095 d. Kelompok 7,8
Diketahui : Vol HCl = 10 ml Vol. NaoH = 9,6 ml N NaOH = 0,1 N
Ditanya : N HCl = ...?
Jawab : V1xN1 = V2xN2 9,6x0,1 = 10xN2 N2 = 9,6x0,1
10 N2 = 0,096
Sehingga diperoleh N HCl sebesar 0,096