ETIKA PROFESI HUKUM
POLI S
I
KELOMPOK 4
1. Dimas Nur Febriansyah 2017301165
2. Fina Safangatun Safaroh 2017301169 3. Rafli Bagas Syahputra 2017301170
4. Berliyani Umu Hamidah 2017301180 5. Musrifah Fathul Dinilah 2017301182 6. Fitria Nada 2017301184
7. Khumaerotun Nisa 2017301187 8. Nimas Ayu Nurani 2017301192
9. Ginasti Firdha Maryam 214110301018
10. Fitria Dea Novita 214110301063
PEMBAHASA
0 N
1
PENGERTIAN POLISI 0 2
PERAN, TUGAS DAN KEWAJIBAN POLISI
0 3
PENGERTIAN KODE ETIK
0 4 0 6
KEPOLISIAN DALAM KODE ETIK
0 5
PENERAPAN KODE ETIK KEPOLISIAN
PELANGGARAN KODE ETIK OLEH ANGGOTA
POLISI/POLRI DAN
PENYELESAIANNYA
A. Pengertian Polisi
■Menurut pasal 5 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2002 :
“Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat Negara
yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.”
B. Peran, Tugas, dan Kewajiban Polisi
Sebagaimana diatur dalam ketentuan UU No.2 Tahun 2002 tentang Polri secara gambling dirumuskan bahwa tugas pokok Polri adalah Penegak hukum, pelindung, pengayom dan pembimbing masyarakat terutama dalam rangka kepatuhan dan ketaatan pada hukum yang berlaku.
Dalam UU tersebut, ada dua hal yang mendasar tugas utama Polri sebagaimana termuat dalam Tribata Maupun Catur Prasetya Polri. Sebagaimana diatur dalam UU No. 2 Tahun 2002, khususnya pasal 13 ditegaskan bahwa Polri bertugas :
1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat 2. Menegakkan hukum
3. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
C. Pengertian Kode Etik
●Organisasi Kepolisian, sebagaimana organisasi pada umumnya, memiliki “Etika” yang menunjukan perlunya bertingkah laku sesuai dengan peraturan-peraturan dan harapan yang memerlukan “kedisiplinan” dalam melaksanakan tugasnya sesuai misi yang diembannya selalu mempunyai aturan intern dalam rangka meningkatkan kinerja, profesionalisme, budaya organisasi serta untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan pelaksanaan tugas sesuai tujuan, peranan,fungsi, wewenang dan tanggung jawab dimana mereka bertugas dan semua itu demi untuk masyarkat. Persoalan-persoalan etika adalah persoalan-persoalan kehidupan manusia.
Tidak bertingkah laku semata-mata menurut naluri atau dorongan hati, tetapi bertujuan dan bercita-cita dalam satu komunitas. Etika berasal dari bahasa latin disebut ethos atau ethikos.
Adapun dalam Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesai No.7 Tahun 2022 Tentang kode etik profesi dan komisi kode etik kepolisian negara Republik Indonesia bahwa Pejabat Polri wajib memedomani KEPP dengan menaati setiap kewajiban dalam:
1. Etika Kenegaraan;
2. Etika Kelembagaan;
3. Etika Kemasyarakatan;
4. Etika Kepribadian.
D. Kepolisian Dalam Kode Etik
Adapun ruang lingkup pengaturan Peraturan Kepolisian ini, meliputi:
1.KEPP;
2.Pemeriksaan Pendahuluan;
3.KKEP;
4.KKEP Banding;
5.KKEP PK;
6.penyerahan salinan putusan, pelaksanaan putusan dan pengawasan;
7.Rehabilitasi Personel;
8.pengurangan masa hukuman; dan
9.hak dan kewajiban Terduga Pelanggar dan Pendamping; serta pengenaan
sanksi etika dan administratif.
Tujuan dibuatnya kode etik POLRI yaitu sebagai upaya untuk meletakkan etika
kepolisian secara proposional dalam kaitannya dengan masyarakat. Sekaligus juga bagi polisi berusaha memberikan bekal keyakinan bahwa internalisasi Etika kepolisian yang benar, baik dan kokoh, merupakan sarana untuk :
1) Mewujudkan kepercayaan diri dan kebanggan sebagai seorang polisi, yang kemudian dapat menjadi kebanggaan bagi masyarakat.
2) Mencapai sukses penugasan.
3) Membina kebersamaan, kemitraan sebagai dasar membentuk partisipasi Masyarakat.
4) Mewujudkan polisi yang professional,efektif, efesien dan modern,yang bersih dan berwibawa, dihargai dan dicintai masyarakat
E.Penerapan Kode Etik Kepolisian
Kode Etik Profesi Polri (disingkat KEPP) adalah norma-norma atau aturan-aturan yang merupakan kesatuan landasan etik atau filosofis yang berkaitan dengan perilaku maupun ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, patut, atau tidak patut dilakukan oleh Anggota Polri dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan tanggung jawab jabatan. (Pasal 1 angka 5, Perkap Nomor 14 Tahun 2011, Tentang Kode Etik Profesi Polri)
Kode etik profesi berisi nilai-nilai etis yang ditetapkan sebagai pedoman moral dan pedoman kerja bagi angota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang seharusnya di implementasikan bagi pemegang profesi Kepolisian di dalam bertindak dan berperilaku atau berbuat dan berkehidupan di dalam menjalankan profesinya di wilayah NKRI.
Penegakkan kode etik profesi Polri adalah serangkaian tindakan pejabat Polri yang diberi kewenangan menurut peraturan ini, untuk melakukan pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan di sidang Komisi kode etik profesi Polri, pemeriksaan sidang komisi banding kode etik Polri terhadap anggota Polri yang diduga melakukan pelanggaran kode etik profesi Polri dan rehabilitasi anggota Polri yang dinyatakan sebagai pelanggar atau tidak terbukti sebagai pelanggar.
Peraturan disiplin Polri mengandung suatu cita-cita dan keinginan yang
tinggi dan luhur, yakni bagaimana menjaga dan mempertahankan pencitraan profesi Polri yang mengandung nilai mulia. Bagaimana setiap angota Polri menjaga harkat dan martabatnya sebagai insan yang terpilih untuk
menerima kepercayaan masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban dalam interaksi sosialnya, menerima kepercayaan menegakkan hukum
apabila terjadi konflik hukum dalam masyarakat,sehinga pada tataran akhir Polri mampu memberikan perlindungan dan pengayoman kepada
masyarakat yang memberi kepercayaan
F. Pelanggaran Kode Etik Oleh Anggota Polisi/POLRI dan Penyelesaiannya
Menurut Undang-undang No 2 tahun 2002 tentang Kode Etika Profesi, Pasal 13 ayat (1) menyatakan: “Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia karena melanggar sumpah/ janji anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, sumpah/ janji jabatan, dan/atau Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.” Selanjutnya dalam Pasal 1 Undang-undang No. 2 Tahun 2002 berbunyi:
kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Bentuk-bentuk Pelanggaran Kode Etik Polri
a. Meninggalkan tugas secara tidak sah selama dari (tiga puluh) hari berturut-turut. Setiap pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi dikenakan sanksi moral yang disampaikan dalam bentuk putusan Sidang Kode Etik Polri secara tertulis kepada terperiksa ( Pasal 11 ayat 3 dan Pasal 12 ayat 1 Kode Etik Profesi Polri).
b. Melakukan perbuatan dan berperilaku yang dapat merugikan dinas Polri. Apabila tingkat pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi Polri termasuk dalam kualifikasi pelanggaran berat dan dilakukan berulangkali, maka kepada terperiksa dapat dijatuhi sanksi dinyatakan tidak layak untuk mengemban profesi/fungsi kepolisian.
Sanksi administrasi (a) dan (b) adalah mutasi kepada anggota yang terbukti melanggar Kode Etik Profesi Polri, baik mutasi jabatan, yaitu dipindah ke jabatan berbeda (bisa penurunan jabatan), atau mutasi wilayah/tempat, yaitu dipindah ke tempat/daerah lain (bisa ke daerah terpencil). Sedangkan sanksi administrasi (c) dan (d) adalah tindakan pemberhentian terhadap anggota Polri yang terbukti melanggar Kode Etik Profesi Polri, baik berupa pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian tidak dengan hormat.
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa menghindarkan diri dari perbuatan tercela yang dapat merusak kehormatan profesi dan organisasinya, dengan tidak melakukan tindakan- tindakan berupa :
1. Bertutur kata kasar dan bernada marah;
2. Menyalahi dan atau menyimpang dari prosedur tugas;
3. Bersikap mencari-cari kesalahan masyarakat;
4. Mempersulit masyarakat yang membutuhkan bantuan atau pertolongan;
5. Menyebarkan berita yang dapat meresahkan masyarakat;
6. Melakukan perbuatan yang dirasakan merendahkan martabat perempuan;
7. Merendahkan harkat dan martabat manusia.
Berdasar kepada peraturan yang berlaku, maka segala pelanggaran yang dilakukan oleh aparat kepolisian, sewajarnya dikenakan sanksi, sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Kapolri Nomor Polisi Kep/32/VII/2003, tanggal 1 Juli 2003.
Peraturan disiplin bagi Anggota Polri diatur dalam peraturan pemerintah Nomor 3 Tahun 2003, yang diterbitkan pada tanggal 1 Januari 2003 ( Lembaran Negara Tahun 2003 No. 2). Pembentukan peraturan disiplin bagi anggota Polri untuk memenuhi amanat Pasal 27 UU No.2 Tahun 2002, dengan maksud untuk membina persatuan dan kesatuan serta meningkatkan semangat kerja dan moral bagi anggota Polri. Sebagai sebuah Organisasi, Polri mutlak mempunyai aturan intern dalam rangka meningkatkan kinerja, profesionalisme, budaya organisasi maupun kebersamaan, kehormatan dan kredibilitas organisasi. Peraturan disiplin juga dimaksudkan untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan pelaksanaan tugas sesuai tujuan, peranan, fungsi, wewenang dan tanggung jawab Polri. Sebagai sebuah organisasi yang kuat Polri harus mempunyai aturan tata tertib perilaku bekerja, bertindak dan bergaul di antara anggotanya, serta dalam bergaul dengan masyarakat dilingkungan sekitarnya.
Pelaksanaan disiplin bagi anggota Polri berbeda dengan loyalitas, karena pelaksanaan peraturan disiplin didasarkan pada kesadaran dari pada rasa takut, dan didasarkan pada komitmen dari pada loyalitas. Dalam peraturan disiplin juga dimuat tentang sanksi yang dijatukan kepada anggota polri jika melanggar larangan atau peraturan. Peraturan disiplin tersebut untuk memembina anggota polri dalam suasana kerja yang penuh dengan konflik, keteragan dan ketidakpastian, serta membina karkter dan kultur baru polri sesuai tuntutan reformasi sebagai polisi sipil.
Dalam peraturan disiplin polri diataur tata cara pemeriksaan, tata cara penjatuan hukuman disiplin serta tata cara pengajuan keberatan apabilah anggota polri yang dijatuhi hukuman disiplin itu merasa keberatan atas hukuman yang dijatuhi kepadanya. Tujuan penjatuan hukuman disiplin adalah untuk memperbaiki dan mendidik anggota polri yang melakukan pelanggaran disiplin agar berubah menjadi baik.
TERI MA
KAS IH