MAKALAH
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Dosen Pengampu : Dr. Zuhri, S.Sos.I, M.Pd.I
Makalah Ini Di Buat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Oleh M. Widodo Faris
Asnadi Syamsul Bari
PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA ( UIN )
LUBUK LINGGAU TAHUN AKADEMIK 2023
II
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolonganNya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehinggan penyusun mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam dengan judul “Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi Filsafat Pendidikan Islam”.
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Rektor UIN Al Azhar,dan Dosen Pengampu mata kuliah. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Singkut, 11, Maret 2024
Penyusun
III DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... II DAFTAR ISI ... III
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. LATAR BELAKANG ... 1
B. RUMUSAN MASALAH ... 2
C. TUJUAN ... 2
BAB II ... 3
PEMBAHASAN ... 3
A. ONTOLOGI FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM ... 3
B. EPISTIMOLOGI FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM ... 5
C. AKSIOLOGI FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM ... 8
BAB III PENUTUP ... 11
A. KESIMPULAN ... 11
B. SARAN... 11
DAFTAR PUSTAKA ... 12
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Islam merupakan genealogi termuda dalam gen agama-agama mapan di muka bumi ini. Walaupun pada kenyataannya Islam adalah genealogi termuda bukan berarti Islam adalah agama terakhir yang berbicara tentang pendidikan dan maknanya bagi kehidupan manusia. Dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya Islam merupakan agama terdepan yang menganjurkan manusia untuk menjadi manusia yang berilmu. Di samping itu, untuk lebih jelasnya, bahwa Alquran telah memandang bahwa pendidikan merupakan persoalan pertama dan utama dalam membangun dan memperbaiki kondisi umat manusia di muka bumi ini.1
Filsafat Pendidikan Islam yang memiliki titik tekan berbeda dengan pendidikan pada umumnya kemudian harus melihat dengan cara berbeda pula agar konsepnya kemudian benar-benar dipahami secara utuh oleh semua orang, terutama bagi pendidik dan peserta didik. Jika dalam pendidikan pada umumnya dasar logikanya bertumpu pada rasionalitas dan pragmatisme. Tentu di sini filsafat pendidikan Islam adalah berbeda dengan pendidikan pada umumnya.
Perbedaan itulah yang pada pelaksanaannya juga berbeda. Tentu di sini penanaman sikap yang bersumber dari iman dan takwa adalah hal pertama dan utama.
Untuk lebih jelasnya bahwa konsep ilmu pengetahuan dalam Islam ketika berbicara tentang ontologi, epistemologi, dan aksiologinya tentu sama dengan konsep pendidikan secara umum. Namun di sini akan berbeda ketika Islam sebagai agama menjadi bagian di dalamnya. Ontologi, epistemologi, dan aksiologi dalam filsfat pendidikan Islam sangatlah berbeda dengan ontologi, epistemologi, dan aksiologi dalam kajian lain. Maka untuk itu penyusun akan mencoba mengulas bagaimana sebenarnya ontologi, epistemologi, dan aksiologi dalam filsafat pendidikan Islam sehingga dapat dikatakan berbeda
1 Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi (Pekanbaru: Zanafa Publishing, 2011), vii.
2
dengan pendidikan secara umum dalam kajian tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Ontologi ,Epistimologi Dan Aksiologi Filsafat Pendidikan Islam
2. Bagaimana Hubungan Antara Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi Filsafat Pendidikan Islam
C. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian dan juga hubungan tentang ontology, epistimologi dan aksiologi filsafat Pendidikan islam.
3 BAB II PEMBAHASAN A. Ontologi Filsafat Pendidikan Islam
Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada.2
Dalam konsep filsafat ilmu Islam, segala sesuatu yang ada ini meliputi yang nampak dan yang tidak nampak (metafisis).
Metafisika sebagai cabang filsafat mengenai kenyataan (realitas) berusaha mencari hakikat sesuatu. Karena usahanya mencari hakikat, maka timbullah ilmu-ilmu keagamaan atau ketuhanan, dan yang berhubungan dengan masalah apa.3
Ontologi pendidikan Islam membahas hakikat substansi dan pola organisasi pendidikan Islam. Secara ontologis, Pendidikan Islam adalah hakikat dari kehidupan manusia sebagai makhluk berakal dan berfikir. Jika manusia bukan makluk berfikir, tidak ada pendidikan. Selanjutnya pendidikan sebagai usaha pengembangan diri manusia, dijadikan alat untuk mendidik.4
Kajian ontologi ini tidak dapat dipisahkan dengan Sang Pencipta. Allah telah membekalkan beberapa potensi kepada kita untuk berfikir. Pertanyaan selanjutnya apakah sebenarnya hakekat pendidikan Islam itu? Apakah pendidikan mesti diadakan dan diyakini sebagai sesuatu hal yang penting bagi hidup manusia?
Tiga kata kunci tentang pendidikan Islam yaitu :
1. Ta’lim, kata ini telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan Islam. Mengacu pada pengetahuan, berupa pengenalan dan pemahaman terhadap segenap nama-nama atau benda ciptaan Allah.
Rasyid Ridha, mengartikan ta’lim sebagai proses transmisi berbagai
2 Mohammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epitemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 69.
3 Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam ( Bandung: CV Pustaka Setia,2001), 33.
4 Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 18.
4
Ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.
2. Tarbiyah, kata ini berasal dari kata Rabb, mengandung arti memelihara, membesarkan dan mendidik yang kedalamannya sudah termasuk makna mengajar.5
3. Ta’dib, Syeh Muhammad Naquib al-Attas mengungkapkan istilah yang paling tepat untuk menunjukan pendidikan Islam adalah al-Ta’dib, kata ini berarti pengenalalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan.6
Dari ketiga kata kunci di atas, berbagai pakar telah merumuskan tentang pendidikan Islam, sebagai berikut:
1. D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. 7
2. Yusuf al Qardawi mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya.
3. Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem yang dapat mengarahkan kehidupan peserta didik sesuai dengan ideologi Islam.
Dengan demikian secara ontologis pemahaman terhadap pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan dengan Allah selaku Pencipta manusia. Karena pendidikan Islam ditujukan pada terbentuknya kepribadian Muslim yang dapat memenuhi hakikat penciptaannya, yakni menjadi Pengabdi Allah.
5 Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), 124.
6 Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam , 126.
7 Dikutib oleh Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan (Jakata:Kencana, 2008), 43.
5 B. Epistimologi Filsafat Pendidikan Islam
Epistemologi berasal dari kata episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti ilmu. Jadi epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang pengetahuan dan cara memperolehnya.
Dengan kata lain, epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang menyoroti atau membahas tentang tata cara, teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan.8
Dunia manusia nyaris selalu menjadi dunia pendidikan. Dalam pengertian ini, dunia senantiasa mengakui pendidikan adalah sesuatu hal yang penting. Hal ini didasarkan pada beragam tujuan nilai, termasuk salah satunya yang utama adalah tujuan-tujuan etis: untuk membuat manusia manjadi lebih baik.
Pandangan ini kemudian dilengkapi dengan berbagai penjelasan bahwa pendidikan kemudian mempercayai instrument utama guna mendidik manusia.
Pendidikan mempercayai bahwa dengan membuat manusia menjadi berpengetahuan akan menjadi baik.
Dari pendapat tersebut, terdapat pandangan yang mengatakan bahwa tanpa pengetahuan, dunia manusia tidak akan pernah sungguh-sungguh mampu berdiri menjadi dunia. Sebaliknya ia akan menjadi ruang lengang, tempat ribuan pasang mata hidup dalam situasi yang begitu mati dan tanpa nyala apapun.9
Hanya saja sepanjang itu kita nyaris tidak pernah menelisik lebih jauh dan mencoba kritis, dengan bertanya benarkah pengetahuan dapat membuat manusia menjadi baik? Benarkah pengetahuan dapat membentuk manusia menjadi spesies yang bermoral? Jika memang pengetahuan mampu melakukan keajaiban itu, apa sebenarnya yang dimiliki oleh pengetahuan hingga ia dapat mengubah manusia yang jahat menjadi manusia baru yang baik?
Epistemologi disebut juga sebagai teori pengetahuan, yakni cabang filsafat yang membicarakan tentang cara memperoleh pengetahuan, hakikat pengetahuan dan sumber pengetahuan. Menyimak dari pernyataan tersebut
8 Mohammad Adib, Filsafat Ilmu, 74-75
9 Teguh Wangsa Gandhi HW, Filsafat Pendidikan ( Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2011), 92.
6
maka dalam pendidikan Islam harus mengetahui pendekatan dan metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan. Ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk membangun pengetahuan tentang pendidikan Islam diantaranya sebagai berikut:
1. Pendekatan pengalaman yaitu pemberian pengalaman kegamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan.
2. Pendekatan pembiasaan yaitu suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja yang ada kala tanpa dipikirkan.[10]
3. Pendekatan emosional ialah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk.
4. Pendekatan rasional adalah suatu pendekatan menggunakan rasio (akal) dalam memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah.
5. Pendekatan fungsional adalah usaha memberikan materi agama dengan menekankan kepada segi kemanfaatn pada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan tingkat perkembangannya.
6. Pendekatan ketauladanan adalah memperlihatkan ketauladanan,baik yang berlangsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab ntara personal sekolah, perilaku pendidikan dan perilaku pendidik yang mencerminkan akhlak terpuji, maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah ketauladanan.10
Dengan demikian kita juga harus mengetahui metode yang dapat digunakan untuk membangun pengetahuan tentang pendidikan Islam diantaranya sebagai berikut:
1. Metode Rasional (Manhaj ‘Aqli)
Metode Rasional adalah metode yang dipakai untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria kebenaran yang bisa diterima rasio. Menurut metode ini
10 Ramayulis dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam ( Jakarta: Kalam Mulia, 2009), 210.
7
sesuatu dianggap benar apabila bisa diterima oleh akal, seperti sepuluh lebih banyak dari lima. Tidak ada orang yang mampu menolak kebenaran ini berdasarkan penggunaan akal sehatnya, karena secara rasional sepuluh lebih banyak dari lima.11
2. Metode Intuitif (Manhaj Zawqi)
Metode intuitif merupakan metode yang khas bagi ilmuan yang menjadikan tradisi ilmiah Barat sebagai landasan berfikir mengingat metode tersebut tidak pernah diperlukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Sebaliknya dikalangan Muslim seakan-akan ada kesepakatan untuk menyetujui intuisi sebagai satu metode yang sah dalam mengembangkan pengetahuan, sehingga mereka telah terbiasa menggunakan metode ini dalam menangkap pengembangan pengetahuan. Muhammad Iqbal menyebut intuisi ini dengan peristilahan “cinta” atau kadang-kadang disebut pengalaman kalbu.
3. Metode Dialogis (Manhaj Jadali)
Metode dialogis yang dimaksudkan di sini adalah upaya menggali pengetahaun pendidikan Islam yang dilakukan melalui karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua orang ahli atau lebih berdasarkan argumentasi-argumentasi yang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
4. Metode Komparatif (Manhaj Maqaran)
Metode komparatif adalah metode memperoleh pengetahuan (dalam hal ini pengetahuan pendidikan Islam, baik sesama pendidikan Islam maupun pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya). Metode ini ditempuh untuk mencari keunggulan-keunggulan maupun memadukan pengertian atau pemahaman, supaya didapatkan ketegasan maksud dari permasalahan pendidikan.
5. Metode Kritik (Manhaj Naqdi)
Metode kritik yaitu sebagai usaha untuk menggali pengetahuan tentang
11 Mujamil Qomar, Epistimologi Pendidikan Islam ( Jakarta: Erlangga, 2008), 269.
8
pendidikan Islam degnan cara mengoreksi kelemahan-kelemahan suatu konsep atau aplikasi pendidikan, kemudian menawarkan solusi sebagai altrnatif pemecahannya.
Manusia yang pada mulanya hidup dengan pola apa adanya, karena pengetahuan, kemudian memulai hidupnya dengan cara serta kesadaran- kesadaran baru. Meskipun di era-era awal peran pengetahuan berkisar pada aspek-aspek yang begitu pragmatis, terkait dengan berbagai pengubahan sisi pragsis keberkangsungan hidup semata, lahirnya pengetahuan telah menjadi era baru yang sepenuhnya berbeda dari sebelumnya.
Dalam fashion misalnya, manusi pada mulanya hidup seperti binatang tanpa pakaian apapun, di era ini mulai mengalami gejala fashion, tertarik menggunakan pakaian-pakaian ala kadarnya. Dalam pemikiran manusia yang baru inilah munculah pengetahuan-pengatahun baru, yang dapat bermanfaat bagi perkembangan manusia menjadi lebih baik.
C. Aksiologi Filsafat Pendidikan Islam
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar dan logos yang berarti ilmu.Aksiologi dipahami sebagai teori nilai.
Kemudian Muzayyin Arifin memberikan definisi aksiologi sebagai suatu pemikiran tentang masalah nilai- nilai termasuk nilai tinggi dari Tuhan, misalnya nilai moral, nilai agama, dan nilai keindahan (estetika).12
Menurut Notonegoro, nilai dibedakan menjadi tiga macam, yaitu nilai material, nilai vital, dan nilai kerohanian.
1. Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia.
2. Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
3. Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
12 Muzayyin Arifin. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 8.
9 Nilai kerohanian meliputi:
4. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia;
nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan manusia;
5. Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa) manusia;
6. Nilai religius (agama) yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak yang bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
Didalam ajaran Islam merupakan perangkat sistem nilai yaitu pedoman hidup secara Islami, sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Aksiologi Pendidikan Islam berkaitan dengan nilai-nilai, tujuan, dan target yang akan dicapai dalam pendidikan Islam. Nilai-nilai tersebut harus dimuat dalam kurikulum pendidikan Islam, diantaranya:
• Mengandung petunjuk Akhlak
• Mengandung upaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia dibumi dan kebahagiaan di akherat.
• Mengandung usaha keras untuk meraih kehidupan yang baik.
• Mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan dunia dan akhirat.
Tujuan utama pendidikan Islam adalah untuk mendapatkan Ridha Allah SWT. Dengan pendidikan Islam, diharapkan lahir individu-indidivu yang baik, bermoral, berkualitas, sehingga bermanfaat bagi diri, keluaga, masyarakat, negara dan ummat manusia secara keseluruhan. Meraih kebahagiaan dunia dan akherat.
Beberapa indikator dari tercapainya tujuan pendidikan islam dapat dibagi menjadi tiga tujuan mendasar, yaitu:
1. Tercapainya anak didik yang cerdas. Ciri-cirinya adalah memiliki tingkat kecerdasan intelektualitas yang tinggi sehingga mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh dirinya sendiri maupun membantu menyelesaikan masalah orang lain yang membutuhkannya.
2. Tercapainya anak didik yang memiliki kesabaran dan kesalehan
10
emosional, sehingga tercermin dalam kedewasaan menghadapi masalah di kehidupannya.
3. Tercapainya anak didik yang memiliki kesalehan spiritual, yaitu menjalankan perintah Allah dan Rasulullah SAW. Dengan melaksanakan rukun Islam yang lima dan mengejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya menjalankan shalat lima waktu, menjalankan ibadah puasa, menunaikan zakat, dan menunaikan haji ke Baitullah.
Memberi label “penting “ pada sesuatu hal tentu saja bukan sesuatu hal yang sulit dilakukan, terutama jika pemberian itu dilakukan tanpa pertimbangan etika. Kita bahkan dapat memberi label “ penting” padahal yang paling sepele dan paling remeh atau sebaliknya memberi label pada sesuatu hal yang teremeh sebagai sesuatu hal yang kemudian dianggap penting. Dalam pemberian label ini kualifkasi apapun sesungguhnya tidak boleh dilakukan secara sembarangan atau tanpa didasarkan pada pemahaman-pemahaman menyeluruh dan mendasar pada kualitas-kualitas situasi-situasi yang meliputi sesuatu yang dikualifikasikan tersebut.13
Dalam pengertian ini jika kita menganggap sesuatu hal sebagai sesuatu yang demikian, secara serta merta kita mesti pula telah memahami dengan baik apa, mengapa, dan bagaimananya suatu hal tersebut dapat kita anggap sebagai sesuatu hal yang begitu penting. Hal ini tidak hanya berlaku pada satu hal, tetapi berlaku pada apapun, termasuk salah satunya pada pendidikan.14
13 Teguh Wangsa Gandhi HW, Filsafat Pendidikan, 105.
14 Teguh Wangsa Gandhi HW, Filsafat Pendidikan, 106.
11 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Ontology dalam pendidikan Islam terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada meliputi substansi dan pola organisasi pendidikan Islam.
Epistemologi dalam pendidikan Islam Epistemologi berasal dari kataepisteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti ilmu. Jadi epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang pengetahuan dan cara memperolehnya. Dengan kata lain, epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang menyoroti atau membahas tentang tata cara, teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan dalam pendidikan Islam.
Aksiologi dalam Pendidikan Islam sebagai suatu pemikiran tentang masalah nilai- nilai termasuk nilai tinggi dari Tuhan, misalnya nilai moral, nilai agama, dan nilai keindahan (estetika).
B. Saran
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu kami memohon kritik dan saran dari teman teman dan bapak/ibu dosen untuk menjadikan makalah ini lebih baik.
12
DAFTAR PUSTAKA
Adib, Mohammad. 2011. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epitemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar).
Arifin, Muzayyin. 2010. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Bumi Aksara).
Basri, Hasan.2009. Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia).
Djmarah, Syaiful Bahri & Zain, Azwan. 1997. Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta: PT. Rineka Cipta).
Gandhi, Teguh Wangsa. 2011. Filsafat Pendidikan ( Jogjakarta: Ar- Ruzz Media).
Ihsan, Hamdani dan Ihsan, Fuad. 2001. Filsafat Pendidikan Islam ( Bandung: CV Pustaka Setia).
Jalaluddin. 2012. Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia).
Nata, Abuddin. 2008. Manajemen Pendidikan (Jakata:Kencana).
Qomar , Mujamil. 2008. Epistimologi Pendidikan Islam ( Jakarta:
Erlangga).
Ramayulis. 2001. Metodelogi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia).
Ramayulis & Nizar, Syamsul. 2009. Filsafat Pendidikan Islam ( Jakarta:
Kalam Mulia)