• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN BBH

N/A
N/A
20-174-Zahra Zalsabillah

Academic year: 2025

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN BBH"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Adapun hasil yang didapat oleh kelompok 9 Praktikum Pembukaan Wilayah Hutan pada judul “Bangunan-Bangunan Hutan” adalah

No Nama Bangunan Hutan Fungsi

1 Jalan utama Menghubungkan bagian-bagian hutan dengan areal luar hutan.

2 Jalan cabang Menghubungkan bagian di dalam hutan dengan jalan utama.

3 Jalan ranting Menghubungkan bagian di dalam hutan dengan jalan cabang.

4 Jalan sarad Menghubungkan individu pohon dengan jalan ranting/cabang/

utama.

5 Jalan angkutan Penghubung jalan pengangkutan log dari menuju blok/petak tebangan.

6 TPn Tempat untuk menumpuk kayu hasil penyadaran dari petak tebangan.

7 TPK Tempat penimbunan kayu sebelum dipasarkan/ gudang kayu sebelum dipasarkan.

8 Logyard Tempat penampungan log yang berada di darat, log yang ditampung di log yard merupakan log yang tenggelam dan bersifat singker (kayu keras).

9 Jembatan Sebagai sarana penyebrangan untuk angkutan.

10 Gorong-gorong Sebagai saluran pembuangan air/ drainase.

11 Logpond Tempat penampungan log (di air) sementara sebelum log diproduksi menjadi plywood.

12 Basecamp Sebagai pusat kegiatan pemanfaatan hasil hutan.

13 Camp pond Sebagai tempat kegiatan pengawasan log yang berada di pinggir danau.

14 Menara pengawas Sebagai sarana pengawasan dan pengamatan kawasan hutan untuk pemantauan titik api dan kebakaran hutan.

Pembahasan

Berdasarkan hasil Praktikum Pembukaan Wilayah Hutan yang berjudul

“Bangunan-Bangunan Hutan” dapat diketahui bahwa bangunan-bangunan hutan yang umumnya dijumpai di dalam hutan diantaranya: jalan utama, jalan cabang, jalan ranting, jalan sarad, jalan angkutan, TPn, TPK, logyard, gorong-gorong,

(2)

jembatan, logpond, basecamp, camp pond, menara pengawas pencurian kayu, dan menara pengawas kebakaran api. Seluruh bangunan hutan yang ada saling berkaitan satu dengan yang lain membentuk sebuah sistem yang saling terpaut. Hal ini sejalan dengan pernyataan Nyangombe et al. (2017) yang menyatakan bahwa apabila salah satu bangunan hutan mengalami ganguan untuk melaksanakan tugasnya maka akan berdampak pada kurang efisiennya kegiatan pemanenan hasil hutan. Tanpa pembukaan wilayah hutan yang baik pengelolaan hutan yang lestari sulit dapat dicapai, karena prasarana atau infrastruktur pendukung yang tidak memadai berakibat pada terganggunya seluruh kegiatan pemanenan hasil hutan dan pembinaan hutan serta perlindungan hutan.

Diketahui bahwa jaringan jalan hutan merupakan salah satu prasarana infrastruktur dalam kegiatan pembukaan wilayah hutan. Jaringan jalan hutan berfungsi sebagai jalan untuk melayani tumbuhan hutan dan pemungutannya di kemudian hari. Jaringan jalan hutan merupakan kumpulan sekmen-sekmen jalan hutan yang saling terhubung sehingga membentuk suatu jaringan jalan terpadu.

Sekmen-sekmen jalan hutan tersebut dapat berupa jalan lurus, belokan jalan dan prasarana PWH lainnya. Jaringan jalan hutan ini merupakan prasarana yang penting dan harus dibangun dalam mendukung kelancaran Kegiatan pengelolaan hutan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anggriyanto dan Ruslim (2013) bahwa pembangunan jaringan jalan hutan memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan. Kelestarian hutan akan tercapai, bila dalam pengelolaan alam maupun hutan buatan dapat dilakukan usaha yang intensif terhadap kegiatan penataan hutan, pemanenan hasil hutan, pembukaan wilayah hutan dan pembinaan hutan.

Salah satu komponen biaya terbesar dalam pengelolaan hutan alam adalah biaya pembukaan wilayah hutan (PWH) yang meliputi biaya pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan, gorong-gorong dan bangunan-bangunan pendukung lainnya. Menurut Johari et al, (2022) Bangunan-bangunan yang akan dibangun untuk mendukung kelancaran PWH perlu dipertimbangkan dan dipikirkan dimana bangunan itu dibangun. Tentunya harus dibangun di tempat yang strategis agar sesuai dengan fungsinya. Seperti, dalam perencanaan jaringan jalan angkutan, pertimbangan/pemilihan lokasi bangunan lainnya.

(3)

DAFTAR PUSTAKA

Nyangombe G, Ncube F, Kanda A. 2017. Characterisation of inland log yard wastewater and evaluation of dilution requirements for safe surface disposal. International Journal of Applied Environmental Sciences, 12(3):

433-447.

Anggriyanto R dan Ruslim Y. 2013. Pembukaan Wilayah Hutan dan Kerusakan Tegakan akibat Produksi Jenis Merbau (Intsia Spp.) di IUPHHK PT.

Mengapura Mambramo Bangun Papua Barat. Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan, 11(2): 96-109.

Johari H, Sukuryadi, Ibraim, Joni SA, Nurhayati, Alpiana, Arif, Agus H, Dwi W, Diah R, Mustamin, Syafril, Palahuddin. 2022. Potensi Pengelolaan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Hutan Pendidikan dan Pelatihan Universitas Muhammadiyah Mataram. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 6(3):1484-1490.

Referensi

Dokumen terkait

Kajian Penentuan Daur dan Kelestarian Hasil Pada Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Sukabumi dibalvah bimbingan Ir. Hardjanto, MS dan Ir. Achmad Hadjib, MS. Hutan

Konsep kelestarian hasil di atas sejalan dengan konsep pengelolaan hutan yang lestari, yang oleh ITTO (1998) didefinisikan sebagai suatu proses dalam mengelola hutan untuk mencapai

a. Adanya Industri yang Menerima Kayu Rakyat. Produksi kayu dari hutan rakyat di Kabupaten Donggala telah menjadi subsitusi pasokan kayu dari hutan alam yang berasal

5. bancanus) yang hanya tumbuh pada hutan rawa gambut cukup menjadi kendala dalam pengelolaan kelestarian ramin pada hutan alam maupun pembangunan ramin sebagai hutan tanaman..

Hal tersebut terjadi karena pada desa yang pengelolaan hutan rakyatnya campuran manfaat sosial yang dirasakan lebih banyak dibandingkan dengan hutan rakyat monokultur,

Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa terdapat 15 jenis tumbuhan yang tergolong ke dalam 12 famili dapat ditemukan pada ekosistem Hutan Alam maupun ekosistem hutan lainnya

Pembukaan Lahan , Kebijakan Pengelolaan Hutan, Konversi Lahan Hutan dan Pertanian serta Adanya Fragmentasi Lahan Usaha tani 24. Pengelolaan Sumberdaya Lahan Menuju

Pada tingkat pertumbuhan pohon tipe vegetasi hutan alam primer memiliki jumlah jenis tertinggi dengan 38 jenis, kemudian hutan sekunder bekas tebangan dengan jumlah jenis 34