• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STIFIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STIFIN"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

DI SMP SEKOLAH ISLAM IBNU HAJAR BOGOR

Skripsi Ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Dinda Agnesia Al Amamu NIM: 14311329

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1440 H/2019 M

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO

َ بِت ُك

َ

َُمُكۡي ل ع

َُلا تِق ۡ ل ٱ

َ

َ ۡي شَ ْ اوُه رۡك تَن أَ ٰٓ سَ ع وَۡۖۡمُك َّلَٞهۡرُكَ وُه و

َۡۖۡمُك َّلَٞ ۡرٞ يَ وُه وَا

َ ۡي شَ ْاوُّبِ ُتَُن أَٰٓ سَ ع و

َ وَ ۡمُك َّلَٞ رَّ وُه وَا ٱ

َُ َّللّ

َ

َ نوُم لۡع تَ لََۡمُتن أ وَُم لۡع ي ٢١٦

َ

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik

bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

(Q.S. Al Baqarah [2]: 216)

(6)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah atas rahmat Allah yang sangat luas serta kasih sayangnya kepada seluruh makhluk semesta alam, yang menjadikan manusia memiliki akal untuk dapat membedakan yang baik dan yang buruk. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Karna semua limpahan kasih dan sayang yang telah Allah berikan sehingga skripsi yang berjudul

“Implementasi Model Pembelajaran STIFIn Learning pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Sekolah Islam Ibnu Hajar Bogor.” Ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al- Qur’an (IIQ) Jakarta.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpah kepada baginda alam, sang penyempurna akhlak manusia dan yang selalu diucapkan sebagai bentuk kerinduan yang tak ada hentinya sebagai role model sempurna yakni Nabi Muhammad Saw, semoga kita semua mendapatkan syafa’atnya di hari akhir kelak Aamiin.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih yang mendapal kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA., Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

2. Ibu Dr. Esi Hairani, M.Pd., Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al- Qur’an (IIQ) Jakarta.

3. Ibu Reksiana, MA.Pd, Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

(7)

vi

penulisan skripsi ini supaya baik dan benar.

5. Kepada seluruh Instruktur Tahfiz Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta khususnya kepada ka Rahmi, Ibu Muthmainnah, Ibu Fatimah, Ibu Halimah dan Ibu Isti’anah yang selalu memotivasi serta sabar dalam membimbing penulis dalam menghafal ayat-ayat Al-Qur’an.

6. Kepada seluruh dosen Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu-ilmu pengetahuan baik umum maupun Agama kepada penulis.

7. Kepada Staf Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah melayani penulis dalam segala kebutuhan kuliah dengan baik dan sabar.

8. Kepada Bapak Kepala Sekolah SMP Sekolah Islam Ibnu Hajar, Yusuf Kusumawardana, TU SMP SIIHA Miss Rully, Manajer Litbang Miss Ratna, wali kelas 9 SMP Miss Ria, Bapak dan Ibu guru di SMP Sekolah Islam Ibnu Hajar Bogor atas kerjasama dan bantuannya terhadap penulis agar dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Kepada orang tua saya, Bapak dan Mamah yang selalu saya sayangi, yang selalu sabar dan tidak pernah berhenti memberikan dukungan serta do’anya kepada anak yang tengah berjuang menyelesaikan studi untuk menjadi harapan terakhir dalam keluarga. Terimakasih atas segala cinta dan kasih sayang yang tulus, memberikan nasehat-nasehat kebaikan, yang selalu menjadi penyemangat dan motivasi terbesar kepada penulis dan menjadi alasan terbesar untuk penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Jazakumullah Khairan Katsiran atas segala yang telah diberikan oleh kedua orang tua kepada penulis.

(8)

vii

Alifa Riani Aqila yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan do’anya Jazakumullah Khairan kakak-kakakku tersayang dan ponakanku tercinta, tanpa kalian penulis tidak akan bisa sampai ke tahap sekarang.

11. Andi Cahyono yang selalu setia menemani penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang selalu memberikan dukungan dan motivasi serta selalu bersedia membersamai didalam setiap langkah yang penulis tempuh, bahkan menopang penulis dikala sedang berada pada titik terendah sekalipun hingga penulis bangkit dan bisa sampai ke tahap ini.

Semoga Allah selalu meridhoi setiap langkah yang kita tempuh.

12. Bastian Zamroni Nur yang sedia menjadi mentor untuk penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, memotivasi, mendorong serta menyetrumkan kata-kata positif dan semangat untuk penulis agar menyelesaikan penulisan skripsi ini tepat sesuai yang diharapkan, tanpa keberadaanya penulis tak akan sampai ke tahap ini. Semoga Allah selalu menjaga kita dimanapun kita berada.

13. Untuk teman-teman seperjuanganku angkatan 2014 dan 2015 terkhusus kelas A 2014, dan sahabat-sahabat Adnine Zahara, Eka Diah Aprilia, Fatimah Damai Harti, dan teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang selalu mendukung dan menghibur penulis. Semoga Allah selalu melindungi kita dimanapun kita berada.

14. Semua teman-teman baik dari Spoon Indonesia Mike kembaranku, Micho R. (Choeymi), Yustian Bagus (Yuku), Aziz Eko Ruwanda (Azka), Davinda Kristian Febriansa, Stella Okky, dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang selalu mendukung, menghibur dan senantiasa menyadarkan penulis agar cepat menyelesaikan penulisan

(9)

viii

15. Serta semua pihak yang telah membantu tanpa bisa penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT memberikan balasan dengan sebaik- baik balasan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih sangat banyak kekurangan, kesalahan, dan masih memerlukan banyak sekali perbaikan dan evaluasi dikarenakan terbatasnya ilmu yang dimiliki oleh penulis. Dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan skripsi ini. Semoga apa yang telah penulis lakukan melalui penelitian ini dapat membawa manfaat dan bernilai pahala di sisi Allah swt. Aamiiin.

Jakarta, 18 Agustus 2019

Penulis

(10)

ix DAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN PENULIS MOTTO

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Tinjauan Pustaka ... 8

H. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II KAJIAN TEORI A. Model Pembelajaran 1. Belajar dan Pembelajaran... 17

2. Model Pembelajaran ... 20

B. Konsep Pembelajaran STIFIn 1. Pengertian STIFIn ... 21

2. Sejarah Singkat STIFIn ... 25

3. Pemetaan Konsep STIFIn ... 26

C. STIFIn Learning ... 28

1. Mesin Kecerdasan Sensing... 29

(11)

x

2. Mesin Kecerdasan Thinking ... 33

3. Mesin Kecerdasan Intuiting ... 36

4. Mesin Kecerdasan Feeling ... 39

5. Mesin Kecerdasan Instinct ... 41

D. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 43

2. Sejarah Pendidikan Agama Islam ... 45

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 52

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 54

5. Materi Pendidikan Agama Islam... 55

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penellitian ... 57

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 58

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 59

1. Pengumpulan Data ... 59

2. Instrumen Penelitian ... 61

D. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ... 71

E. Teknik Analisi Data ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Kondisi Tempat Penelitian 1. Latar Belakang SMP Sekolah Islam Ibnu Hajar ... 73

2. Profil Sekolah Islam Ibnu Hajar... 73

B. Deskripsi Data 1. Perbedaan SMP Sekolah Islam Ibnu Hajar Dengan Lembaga Lain ... 81

2. Latar Belakang Penggunaan Model Pembelajaran STIFIn Learning di Sekolah Islam Ibnu Hajar ... 82

(12)

xi

3. Penerapan Konsep STIFIn di Sekolah Islam Ibnu Hajar (SIIHA) ... 83 4. Kegiatan SMP Sekolah Islam Ibnu Hajar dengan Pendekatan Konsep STIFIn ... 85 5. Hasil Tes STIFIn Pada Siswa dan Siswi Kelas 9 SMP Sekolah Islam Ibnu Hajar Bogor ... 85 6. Model Pembelajaran STIFIn Learning Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Sekolah Islam Ibnu Hajar (SIIHA) ... 87 7. Cara Belajar Anak Didik Kelas 9 SMP Sekolah Islam Ibnu Hajar dalam Model Pembelajaran STIFIn Learning... 93 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 96 B. Saran... 97 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI 1. Konsonan

Arab Latin Arab Latin

أ

A

ط

Th

ب

B

ظ

Zh

ت

T

ع

ث

Ts

غ

Gh

ج

J

ف

F

ح

H

ق

Q

خ

Kh

ك

K

د

D

ل

L

ذ

Dz

م

M

ر

R

ن

N

ز

Z

و

W

س

S

ه

h

ش

Sy

ء

,

ص

Sh

ي

Y

ض

Dh
(14)

xiii 2. Vokal

Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

Fathah A

أ

a~

ي َ

Ai

Kasrah I

ي

i~

و َ

Au

Dhammah U

و

u~

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif-lam (

لا

) qamariyah.

Kata sandang yang diikuti alif-lam (

لا

) qamariyah

ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

ةرقبلا

: al- Baqarah

b. Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (

لا

) syamsiyah.

Kata sandang yang diikuti alif-lam (

لا

) syamsiyah

ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

لجرلا

: ar-Rajul

c. Syaddah (Tasydid)

Syaddah (Tasydid) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang (

َ

), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydid.

Aturan in berlaku secara umum, baik tasydid yang berada di tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:

هّللابِ اّنَمآ

:

Aamanna billaahi d. Ta Marbuthah (

ة

)

TaMarbuthah(

ة

) apabia berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata sifat (na’af), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h”. Contoh: :

ةدئفلأ

al-Af’idah
(15)

xiv

Sedangkan ta marbuthah (

ة

) yang diikuti atau disambungkan (di- washal) dengan kata benda (ism), maka dialihaksarakan menjadi huruf “t”. Contoh:

ةبصناهةلماع

: ‘Amilatun Nashibah

e. Huruf Kapital

Sistem penulisan Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi apabila telah dialihaksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain- lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula pada dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh: ‘Ali Hasan al-‘Ardh, al- ‘Asqallani, al-Farmawi dan seterusnya. Khususnya untuk penulisan kata Al-Qur’an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur’an, Al-Baqarah, Al-Fatihah dan seterusnya.

(16)

xv

(17)

xv Lampiran 1 Surat Bimbingan dan Penelitian Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Contoh RPP Lampiran 4 Rapot STIFIn

Lampiran 5 Hasil Tes STIFIn Kelas 9

(18)

xvi Tabel 3.1 Indikator Kuesioner

Tabel 3.2 Instrumen Wawancara

Tabel 4.1 Struktur Organisai Guru dan Staff SMP Sekolah Islam Ibnu Hajar Tabel 4.2 Hasil Tes STIFIn Siswa Kelas 9

Tabel 4.3 Hasil Ulangan Haria Pendidikan Agama Islam kelas 9 Tabel 4.4 Hasil Angket Model Belajar Sensing

Tabel 4.5 Hasil Angket Model Belajar Thinking Tabel 4.6 Hasil Angket Model Belajar Intuiting Tabel 4.7 Hasil Angket Model Belajar Feeling Tabel 4.8 Hasil Angket Model Belajar Instinct

(19)

xvii Gambar 4.1 Ruang Kelas

Gambar 4.2 Ruang Kepala Sekolah, Ruang Guru dan TU Gambar 4.3 Perpustakaan

Gambar 4.4 Ruang STIFIn Gambar 4.5 Toilet

Gambar 4.6 Lapangan Upacara Gambar 4.7 Proses Wawancara

Gambar 4.8 Kegiatan Belajar di Kelas 9

(20)

Dinda Agnesia Al Amamu NIM: 14311329. Judul Skripsi “Implementasi Model Pembelajaran STIFIn Learning pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Sekolah Islam Ibnu Hajar Bogor.” Fakultas Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Intitut Ilmu Al Qur’an Jakarta, Tahun 2019.

Keberhasilan dalam mengajar tidaklah mudah sebab harus ditinjau dari beberapa faktor diantaranya anak didik, orang tua dan guru sebagai pendidik di sekolah. Salah satu caranya adalah menetapkan model pembelajaran yang tepat untuk proses pembelajaran. Pendidikan Agama Islam adalah salah satu materi yang sangat penting dalam pembelajaran dan sebuah usaha pengembangan kualitas diri manusia dalam segala ranah kehidupan, karena bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi model pembelajaran STIFIn Learning pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Sekolah Islam Ibnu Hajar (SIIHA). Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menghasilkan sebuah data tertulis maupun lisan.

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STIFIn Learning di SMP Sekolah Islam Ibnu Hajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sudah mulai diterapkan berawal dari ice breaking yang biasa disebut dengan STIFIn Alpha Zone kemudian pendekatan dalam pembelajaran khususnya juga menggunakan pendekatan sesuai dengan mesin kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik. Penerapan model pembelajaran tersebut memang belum sepenuhnya tersusun dengan sistematis, namun setiap guru yang memberikan materi sangat terbantu dengan adanya konsep STIFIn tersebut dalam penyampaian materi maupun mencari solusi dari kesulitan belajar peserta didik.

Keyword: STIFIn, Model Pembelajaran STIFIn Learning, Pendidikan Agama Islam

(21)

Dinda Agnesia Al Amamu NIM: 14311329. Thesis Title “Implementation of STIFIn Learning Model of Learning in Islamic Religious Education Subjects in Ibnu Hajar Junior High School Bogor.” Faculty of Tarbiyah, Islamic Education Program, Institute of Qur’anic Studies at Jakarta, Year 2019.

Success in teaching is not easy because it must be reviewed from several factors including students, parents and teachers as educator in schools. One way is to determine the right learning model for the learning process. Islamic Religious Education is one material that is very important in learning and an effort to develop the quality of human self in all aspects of life, because it aims to develop the potential of students to become human beings which believe in and fear God Almighty, have noble, healthy, knowledgeable, competent, creative, independent and be a democratic and responsible citizen. This study aims to determine the implementation of the STIFIn Learning model of learning in Islamic Religious Education subjects at the Ibnu Hajar Islamic School Junior High School (SIIHA). This type of research is qualitative research. This type of research is descriptive in nature, producing written and oral data. Learning by using the STIFIn Learning model of learning in the Junior High School Ibnu Hajar Islamic School on Islamic Religious Education subjects have begun to be implemented starting from ice breaking which is commonly called the STIFIn Alpha Zone then the approach to learning in particular also uses an approach in accordance with the intelligence engine owned by students . The application of the learning model is not completely systematically structured, but every teacher who provides material is greatly helped by the STIFIn concept in delivering the material and finding solutions to students' learning difficulties.

Keyword: STIFIn, STIFIn Learning Model of Learning, Islamic Religious Education

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran secara sadar dan terencana untuk aktif mengoptimalkan potensi yang ada pada diri peserta didik, sehingga terbentuk watak, karakter dan kepribadian sebagai manusia seutuhnya. Pendidikan merupakan sebuah usaha pengembangan kualitas diri manusia dalam segala ranah kehidupan. Pendidikan bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu dan melibatkan berbagai faktor yang saling berkaitan antara satu sama lain, sehingga membentuk susatu sistem yang saling berpengaruh.1

Tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan utama dalam pendidikan akan tercapai apabila terjalin suatu interaksi yang baik antar guru dan siswa sehingga proses pembelajaran juga akan berjalan dengan baik.

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan berbagai

1 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia. 2013), hlm. 13

(23)

media pembelajaran.2 Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga dijelaskan bahwa pembelajaran adalalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan kata lain pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang didalamnya terdapat two way communication atau komunikasi yang baik antara guru dan murid serta hubungan timbal balik diantara keduanya.

Untuk mencapai keberhasilan dalam mengajar tidaklah mudah sebab harus ditinjau dari beberapa faktor diantaranya anak didik, orang tua dan guru sebagai pendidik di sekolah. Guru yang merupakan salah satu bagian di bidang pendidikan harus memiliki peranan yang aktif dalam dunia pendidikan sebagai tenaga pendidik yang profesional. Demikian juga bagi para guru agama yang ingin berhasil menjalankan tugas sebagai pendidik. Salah satu caranya adalah menetapkan model pembelajaran yang tepat untuk proses pembelajaran.

Pendidikan Agama Islam adalah salah satu materi yang sangat penting dalam pembelajaran. Karena seseorang yang dikehendaki kebaikannya oleh Allah swt. adalah orang yang memahami agama dan beberapa bagiannya terdapat di dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, seperti yang dijelaskan Rasulullah pada hadist berikut, dari Mu’awiyah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِنيِِّدلا ِفِ ُهْهِِّقَفُ ي اًْيَْخ ِهِب ُهللَّا ِدِرُي ْنَم

“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR.

Bukhori dan Muslim)

Dalam beberapa kasus banyak sekali peserta didik yang tidak menyadari bakat yang ia miliki. Para ahli Psikologi dan ahli Neurologi

2 Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Press. 2013), hlm. 134

(24)

banyak mengemukakan teori kepribadian dan teori kecerdasan secara terpisah. Diantara teori kepribadian yang dikemukakan para ahli diantaranya adalah Psychoanalisys Theory, Personal Identity Theory, Big Five Learning, Trait Theory dan Carl Jung Theory. Sedangkan teori kecerdasan yang dikemukakan para ahli diantaranya adalah Intelektual Quotient (IQ), Multiple Intelligence, General Intelligence dan beberapa ahli Neurologi mengemukakan teori kecerdasan dengan konsep belahan otak seperti The Whole Braint Concept dan The Truine Brain Theory.

Teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang telah disebutkan di atas berasal dari luar negeri dan memisahkan antara teori kecerdasan dan teori kepribadian. Lain halnya dengan konsep STIFIn yang mengkaji beberapa teori tentang hubungan kecerdasan dan kepribadian dan menemukan bahwa kecerdasan dan kepribadian seseorang berkaitan dan memiliki hubungan yang sangat erat. Konsep STIFIn merupakan salah satu konsep yang mengembangkan tentang mesin kecerdasan. Cara mengidentifikasi mesin kecerdasan dengan STIFIn adalah dengan melakukan STIFIn Test.

STIFIn Test adalah tes yang dilakukan dengan cara men-scan kesepuluh sidik jari (mengambil waktu tidak lebih dari satu menit). Sidik jari yang membawa informasi tentang komposisi susunan saraf tersebut kemudian dianalisa dan dihubungkan dengan belahan otak tertentu yang dominan berperan sebagai sistem operasi dan sekaligus menjadi mesin kecerdasan.3

Allah swt. menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna termasuk di dalamnya potensi dan bakat yang dimiliki oleh setiap

3 Farid Poniman, Penjelasan Hasil Tes STIFIn, (Bekasi: Griya STIFIn, 2013), hlm.

4

(25)

individu. Potensi-potensi tersebut telah Allah berikan sejak kita dilahirkan menjadi sesuatu yang tetap, tidak berubah, sesuatu yang unik, yang sangat pribadi dan menjadi suatu keistimewaan dalam satu aturan yang kokoh.

Di dalam Al Qur’an dijelaskan tentang potensi-potensi tersebut dalam kata makaanat (kemampuan terbaik secara genetik) yang terdapat dalam ayat:

ۡ لُق

ۡ

ِۡم وَقَٰ َي ٱ

ۡ اوُلَم ع

ۡ

ُۡ َ

لۡ ُنوُكَتۡنَمۡ َنوُمَل عَتۡ َف و َسَفۡٞۖ لِم َعَۡ ِِنِّإۡ مُكِتَنَكََمََٰۡ َعَل ۥۡ

ُۡةَبِقَٰ َع ٱ

ۡ ِراۡ ۡدل

ُۡهدنِإ

ۡ ُحِل فُيۡ لَ َ ۥۡ

َۡنوُمِلَٰدظل ٱ

ۡ ١٣٥

“Katakanlah Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.” (Q. S. Al An’am [6]: 135)

Konsep STIFIn memberikan terobosan baru untuk memudahkan peserta didik dalam memahami bakat dan potensi kecerdasan yang ia miliki. Konsep STIFIn yang digagas oleh Farid Poniman lebih banyak bersandar secara ilmiah kepada pendekatan psikologis analitis. Fungsi dasar kepribadian manusia terbagi menjadi empat jenis yaitu fungsi pikiran (Thinking disingkat T), fungsi perasaan (Feeling di singkat F), fungsi Intuisi (Intuiting disingkat I) dan fungsi pengindraan (Sensing disingkat S).4

Konsep STIFIn memiliki berbagai macam turunan, salah satu diantaranya adalah STIFIn Learning. STIFIn Learning menjadi salah satu model pembelajaran mutakhir. Model pembelajaran dalam proses pendidikan sangatlah penting digunakan dalam proses kegiatan belajar dan mengajar agar tercapainya tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. STIFIn Learning adalah model pembelajaran baru, yang baru dikembangkan beberaa tahun

4 Farid Poniman, STIFIn Learning Mengenal Cetak-Biru Hidup Anda, (Bekasi:

Griya STIFIn, 2011), hlm. 13

(26)

terakhir yang merupakan akar turunan dari konsep STIFIn. Model pembelajaran yang pelaksanaan pembelajarannya dengan memakai metode dan strategi yang sesuai dengan potensi genetik yang dimiliki oleh anak didik. Dengan demikian anak didik dapat dengen mudah menyesuaikan cara belajar mereka yang sesuai dengan potensi genetik yang mereka miliki berdsarkan mesin kecerdasan yang telah diperoleh dari hasil STIFIn Test dengan menggunakan tes sidik jari.

Ada beberapa sekolah di Indonesia yang menyelenggarakan STIFIn Test untuk mengetahui mesin kecerdasan peserta didik di sekolah- sekolah tersebut. Adapula beberapa sekolah yang melaksanakan sistem pendidikannya dengan menggunakan konsep STIFIn. Salah satu sekolah yang menyelenggarakan STIFIn Test dan menerapkan konsep STIFIn sebagai salah satu sistem di sekolah tersebuat adalah Sekolah Islam Ibnu Hajar. Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Islam Ibnu Hajar yang terletak di Bogor. Peneliti meneliti di sekolah tersebut karena Sekolah Islam Ibnu Hajar merupakan sekolah STIFIn yang mana segala aspek yang terdapat di sekolah tersebut berkaitan dengan STIFIn. Seperti halnya anak didik baru akan diberlakukan STIFIn Test terlebih dahulu sebelum dimulainya pembelajaran guna mengetahui mesin kecerdsan anak tersebut. Di sekolah tersebut juga menerapkan STIFIn sebagai sistem disekolah. Sekolah yang terletak di Jalan Raya Katulampa RT.01/RW.01 Katulampa, Bogor Timur, Kota Bogor, Jawa Barat 16143.

Berdasarkan pemikiran diatas, maka peneliti akan melaksanakan penelitian lebih lanjut dengan judul sebagai berikut: “Implementasi STIFIn Learning Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Sekolah Islam Ibnu Hajar Bogor.”

(27)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan beberapa masalah diantaranya:

1. Bagaimana hasil STIFIn Test di SMP Sekolah Islam Ibnu Hajar (SIIHA)?

2. Bagaimana cara kerja STIFIn terhadap cara belajar anak didik di SMP Sekolah Islam Ibnu Hajar (SIIHA)?

3. Bagaimana proses STIFIn dalam kegiatan belajar mengajar di SMP Sekolah Islam Ibnu Hajar (SIIHA)?

4. Bagaimana metode belajar anak didik dengan STIFIn Learning?

5. Bagaimana kegiatan pembelajaran Siswa SMP Sekolah Islam Ibnu Hajar (SIIHA) dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam?

6. Bagaimana implementasi model pembelajaran STIFIn Learning dalam mata pelajar Pendidikan Agama Islam di SMP Sekolah Islam Ibnu Hajar?

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu pada implementasi model pembelajaran STIFIn Learning pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Sekolah Islam Ibnu Hajar Bogor.

D. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

Bagaimanakah implementasi model pembelajaran STIFIn Learning dalam mata pelajar Pendidikan Agama Islam di SMP Sekolah Islam Ibnu Hajar (SIIHA)?

(28)

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui implementasi model pembelajaran STIFIn Learning pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Sekolah Islam Ibnu Hajar (SIIHA).

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian yang akan dilaporkan adalah mencakup dua hal, yaitu:

1. Manfaat teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbang hazanah ilmu pengetahuan dalam mengembangkan Pendidikan Agama Islam dalam segala ranah pendidikan khususnya dalam Program Pendidikan (Prodi) Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al Quran Jakarta dan di Indonesia pada umumnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peserta Didik

STIFIn Learning dalam konsep STIFIn diharapkan mampu mengidentifikasi mesin kecerdasan siswa secara genetik, sehingga hal ini akan mempermudah siswa dalam mengoptimalkan potensinya.

Sehingga memudahkan siswa dalam melaksanakan pembelajaran dan dapat dengan mudah menangkap pelajaran serta dapat mencapai prestasi dengan maksimal.

b. Guru

Dengan adanya STIFIn Learning dalam konsep STIFIn guru dapat menambah kualitas proses pembelajaran dengan cara mengembangkan strategi, model, metode, teknik serta taktik dalam pembelajaran yang sesuai dengan tipe mesin kecerdasan peserta didik dan sesuai dengan potensi genetic yang dimiliki peserta didik.

(29)

c. Peneliti

Menambah wawasan bagi peneliti, sebagai bekal peneliti dalam mengajar disaat mendatang.

G. Tinjauan Pustaka

Dalam menelusuri beberapa penelitian terdahulu penulis menemukan beberapa hal yang berkaitan tentang penelitian yang akan dilakukan penulis. Berikut adalah tinjauan pustaka dari penulis.

1. Skripsi oleh Nistiningtyas alumni Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam Tahun 2013 dengan judul “Penggunaan Hasil Test STIFIn Personality Dalam Mencapai Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Tarikh (Studi Kasus Di Kelas VIII SMP Islam Terpadu Al-Amri Probolinggo)”. Penulis dalam skripsi ini meneliti tentang bagaimana penggunaan Test STIFIn Learning untuk mencapai prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Tarikh. Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif dengan observasi dan wawancara kepada beberapa objek penelitian diantaranya kepada siswa dan guru.

Mengemukakan teori yang sudah ada tentang STIFIn dan dikaitkan dengan bagaimana hasil tes tersebut dapat mencapai kesuksesan prestasi siswa dalam mata pelajaran Tarikh.

Hasil STIFIn Learning Test yang telah diketahui siswa kelas VIII SMP IT Al Amri hanya tujuh tipologi yaitu Sensing introvert (Si), Sensisng extrovert (Se), Thinking introvert (Te), Intuiting introvert (Ii), Intuiting extrovert (Ie), Feeling introvert (Fi) dan Insting (In).

Penelitian tersebut menghasilkan sebuah gambaran tentang bagaimana penggunaan Test STIFIn Learning dalam mencapai prestasi

(30)

belajar siswa pada mata pelajaran Tarikh di kelas VIII SMP IT Al Amri Probolinggo, diantaranya:

a. Tipe Sensing introvert (Si) melakukan belajarnya dengan banyak merekam perbendaharaan istilah atau kata- kata baru, mengulang- ulang pelajaran yang telah dipelajari dengan cara yang bervariasi, dan menggunakan alat peraga berupa penampakan visual. Tipe Si harus banyak menghafal terutama adanya tokoh- tokoh, karakter- karakter tokoh, dan peristiwa- peristiwa penting dalam pembelajaraan tarikh.

b. Tipe Sensing extrovert (Se) dengan menghafal bacaan, Pemilik tipe Se mampu merekam sebuah peristiwa secara seksama, dan mereka sanggup mengurutkannya secara detail. Tipe Se juga disarankan menggunakan alat peraga visual dalam proses pembelajarannya.

Dan faktor yang paling utama untuk menguasai pelajarannya khususnya mata pelajaran Tarikh, mereka harus mengulang-ulang dengan mengerjakan soal atau memecahkan masalah.

c. Tipe Thinking extrovert (Te) dalam meningkatkan prestasi belajar tarikh maka mereka memerlukan cara kerja otak yang menalar dan menstrukturkan pelajaran yang telah diberikan. Sehingga pelajaran tarikh yang telah disampaikan menjadi lebih mudah untuk dipahami.

d. Tipe Intuiting introvert (Ii) dalam meningkatkan prestasi belajarnya adalah dengan fokus dalam memahami konsep. Upaya untuk memahami konsep itu tidak mudah oleh karena itu jika mereka dibantu dengan ilustrasi, grafis dan film akan memudahkan baginya untuk memahami konsep dari setiap pelajaran. Alat bantu yang sejatinya dapat menjelaskan secara audio dan dukungan

(31)

visualisasi memudahkan tipe Ii memahami konsep setiap pelajaran Tarikh yang telah disampaikan.

e. Tipe Intuiting extrovert (Ie) ia selalu mencoba mencari tema dibalik bacaannya. Ia akan mampu menemukan konsep yang tersembunyi dari apa yang dipelajarinya melebihi kemampuan jenis kecerdasan lain. Oleh karenanya jika ingin membuat orang tipe Ie belajar dengan baik harus dipermudah baginya untuk merumuskan tema pelajaran Tarikh yang dipelajari.

f. Tipe Feeling introvert (Fi) dalam mencapai prestasi belajar Tarikh adalah dengan menjadi pendengar yang baik meskipun begitu ingin untuk berbicara. Maka ketika ia hadir di dalam kelas cukup ia berkonsentrasi mendengar penjelasan gurunya. Jika perlu direkam dan didengarkan berkali- kali. Hasil rekaman yang didengarkan ulang tersebut menjadikan mendapat gambaran secara keseluruhan.

g. Tipe Instinct (In) dalam mencapai prestasi belajar Tarikh proses belajarnya cenderung deduktif. Maka setiap apa yang mereka pelajari, mereka akan merangkai dulu mencari kesimpulannya baru kemudian diuraikan detailnya.

Persamaan penulis dan peneliti terdahulu adalah dalam hal penggunaan atau pengaruh konsep STIFIn terhadap prestasi belajar anak didik. Namun berbeda dalam objek dan mata pelajaran yang akan diteliti.

2. Skripsi oleh Ade Rahmawati alumni Institut Ilmu Al Qur’an Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam Tahun 2015 dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran PAI (Studi Kasus Siswa Kelas XI TPMI 1 SMK, Negeri 1 Pelompel Serang-Banten)”. Dengan metode kuantitatif menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi,

(32)

kuesioner dan wawancara. Adapun teknik pengolahan data penulis menggunakan korelasi product-moment. Populasi dalam penelitian tersebut menggunakan sampai 10% dari 280 orang, sehingga responden yang diambil adalah 28 orang. Setelah melakukan analisa data menggunakan hitungan manual product moment maka penghasilan r hitung lebih besar dari r table rh > rt pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,539 > 0,374 maupun pada signifikansi 1% yaitu 0,539 > 0,478. Dengan demikian maka pengaruh penerapan model pembelaaran inkuiri terhadap hasil belajar mata pelaaran PAI tergolong sedang atau cukup, sehingga Ha diterima atau Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar pada mata pelaaran PAI sedang atau cukup.

Hal ini dibuktikan melalui penguraian korelasi dengan penyebaran angket antara penggunaan model pembelajaran inkuiri dengan hasil belaar PAI siswa yaitu 0,539 kemudian angka tersebut diinterpretasikan dengan intepretasi sederhana, angka tersebut berada pada kisaran 0,40-0,70 yang sifat hubungannya sedang atau cukup.

Kemudian apabila diinterpretasikan dengan cara berkonsultasi pada table ‘r’ product moment ternyata antara penggunaan model pembelaaran inkuiri dengan hasil belajar PAI siswa terdapat pengaruh positif yang signifikan, karena jika dilihat r lebih besar dari r tabel baik pada taraf signifikansi 1% yaitu 0,478 maupun 5% yaitu 0,374 dan korelasi antara variable X dan variable Y yang besarnya 0,539 merupakan korelasi yag sedang atau cukup. Dengan demikian maka hipotesis alternative (Ha) diterima dan hipotesis nihil (Ho) ditolak.

Persamaan penulis dengan penelitian terdahulu adalah penerapan atau implementasi sebuah model pembelajaran terhadap mata pelajaran

(33)

tertentu. Perbedaannya adalah dalam model pembelajaran yang diteliti, peneliti terdahulu menggunakan model pembelajaran inkuiri sedangkan penulis adalah model pembelajaran STIFIn Learning.

3. Skripsi oleh Luthfiyyah Nabilah Alumni Institut Ilmu Al Qur’an Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam Tahun 2016 dengan judul “Penerapan Metode STIFIn dalam menghafal Al Qur’an (penelitian pada program tahfidz 30 Juz selama 7 bulan di Rumah Qur’an STIFIn Bekasi)”. Dalam skripsi ini meneliti tentang bagaimana penerapan metode STIFIn dalam menghafal Al Qur’an.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kualitatif dengan jenis penelitian lapangan dan pustaka dan termasuk ke dalam penelitian deskriptif analisis. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah bahwa metode STIFIn membuat sebagian besar santri binaan Rumah Qur’an STIFIn lebih mudah dalam menghafal. Yaitu pada angkatan kelima berhasil mencetak penghafal Al Qur’an dalam program 30 Juz selama 7 bulan dari jumlah santri keseluruhan 37 santri dengan presentase kelulusan 73%. Keberhasilan tersebut didapat karena setiap santri memiliki Mesin Kecerdasan STIFIn yang berbeda- beda dan proses penghafalan Al Qur’an di Rumah Tahfidz STIFIn diterapkan dengan menyesuaikan Mesin Kecerdasan yang dimiliki oleh setiap santri.

Persamaan penulis dengan peneliti sebelumnya adalah dalam penggunaan konsep STIFIn namun berbeda dalam objek penilitiannya peneliti terdahulu meneliti tentang metode atau cara menghafal yang diterapkan dengan menggunakan metode STIFIn sedangkan penulis meneliti tentang implementasi model pembelajaran STIFIn Learning pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

(34)

4. Jurnal Penelitian oleh Mansur Chadi Mursid dengan judul “Manajemen Pembelajaran Berbasis Bakat” pada Tahun 2016. Dalam Jurnal ini dijelaskan tentang STIFIn Fingerprint yang merupakan tes yang dilakukan dengan cara men-scan kesepuluh ujung jari untuk mendapat sidik jari yang mana sidik jari tersebut membawa informasi tentang kompisisi susunan syaraf kemudian dianalisa dan dihubungkan dengan belahan otak tertentu yang dominan berperan sebagai sistem operasi sekaligus menjadi mesin kecerdasan seseorang. Dalam konsep STIFIn disebut sebagai sistem operasi otak yang terdiri dari kecerdasan Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling dan Insting. Dalam penelitian dalam jurnal ini peneliti melakukan analisis data dengan jumlah peserta didik 24 orang dengan keterangan 9 orang bermesin kecerdasan Sensing, 10 orang bermesin kecerdasan Intuiting dan 5 orang bermesin kecerdasan Feeling. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah pembagian kelas kelompok bermain menjadi 3 yang disesuaikan dengan kecerdasannya yaitu sensing, intuiting dan feeling. Setiap kelompok memiliki cara belajar yang berbeda, sehingga metode pembelajaran juga berbeda disesuaikan dengan masing-masing kepribadian yang memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri. Dan memerlukan penanganan yang berbeda terhadap karakteristik peserta didik khususnya pendidikan usia dini.

Persamaan antara penulis dengan peneliti sebelumnya adalah dalam penerapan konsep STIFIn dalam pembelajaran. Namun berbeda dalam beberapa hal, peneliti sebelumnya meneliti tentang metode dan cara yang dipakai dalam pembelajaran agar lebih efektif dan efisien dengan menyesuaikan kelas kelompok dengan mesin kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik, sedangkan penulis akan meneliti tentang implementasi model pembelajaran STIFIn Learning pada mata

(35)

pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dalam jurnal penelitian ini belum dicantumkan dimana tempat penelitian dilaksanakan dan tempat pengumpulan data yang di analisis.

5. Jurnal Penelitian oleh Isna Rafianti dan Heni Pujiastuti dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Fakultas Pendidikan Matematika pada Tahun 2017 yang berjudul “Analysis of Students’ Mathematical Power In Terms of STIFIn Test”. Penelitian jurnal tersebut dilaksanakan di SMAN 2 Kota Serang dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis karakteristik daya matematis siswa ditinjau dari Test STIFIn Learning. Subjek penelitian adalah lima orang siswa dari sebelas kelas yang mewakili setiap mesin kecerdasan yang terdapat di dalam konsep STIFIn. Instrument dalam penelitian ini adalah tes daya matematis siswa dan wawancara.

Diantara tes daya matematis yang dilaksanakan oleh peneliti adalah dalam mathematical problem solving, mathematical reasoning, mathematical communication, mathematical connection dan mathematical representation. Setelah melakukan tes daya matematis kepada lima orang siswa tersebut dan mendapat hasil yang dapat disimpulkan bahwa siswa dengan tipe Sensing dan Thinking lebih tinggi daya matematisnya dibandingkan dengan siswa dengan tipe Intuiting dan Feeling dan kemudian yang paling rendah daya matematisnya adalah siswa dengan tipe Instinct.

Persamaan penulis dengan peneliti terdahulu adalah dalam penggunaan konsep STIFIn terhadap kemampuan belajar anak didik.

Sedangkan perbedaannya adalah dalam objek yang diteliti dan juga berbeda dalam metode dan pendekatan yang akan diaplikasikan oleh penulis. Dalam jurnal tersebut tidak disertakan kelas berapa yang menjadi objek penelitian.

(36)

H. Sistematika Penulisan

Teknik penulisan laporan dalam penelitian ini akan merujuk pada buku yang disusun oleh Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo. MA, et al.

Yang diterbitkan oleh LPPI Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, tahun 2017.

Sistematika penulisan adalah penjelasan tentang bagian-bagian yang akan ditulis di dalam penelitian secara sistematis. Bagian ini berisi logika struktur bab yang berisi nama judul bab dan sub bab.5

BAB I Pendahuluan, Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II Kajian teori, Bab ini meliputi: pertama, pembahasan tentang model pembelajaran, yaitu pengertian belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan macam-macam model pembelajaran. Kedua, pembahasan tentang STIFIn Learning yang meliputi pengertian, sejarah singkat dan pemetaan konsep STIFIn Learning.

BAB III Metodologi Penelitian, Bab ini berisi uraian yang menjelaskan secara rinci bagaimana tahapan suatu penelitian dilakukan (metodologi penelitian). Yakni mencakup tentang Tempat dan Waktu Penelitian, Pendekatan Penelitian, Sampel/sumber data (kecil, purposive, berkembang selama proses penelitian), Teknik Penelitian (Observasi, Interview/Wawancara, Angket, Dokumentasi), Analisis Data (Terus menerus sejak awal sampai akhir penelitian, Induktif, Mencari pola, model, tema, dan teori).

5 Huzaemah T. Yanggo, et al, Petunjuk Teknis Penulisan Proposal dan Skripsi, (Tangerang: LPPI IIQ Jakarta, 2017), hlm. 7

(37)

BAB IV Hasil Penelitian, Bab ini menguraikan hasil penelitian secara rinci meliputi Deskriptif Data, Dokumen Pribadi, Catatan Lapangan, Ucapan dan Tindakan Responden, dan lain-lain.

BAB V Penutup, Bab ini menguraikan kesimpulan yang meliputi:

Kesimpulan dan Saran.

(38)

17 BAB II KAJIAN TEORI A. Model Pembelajaran

1. Belajar dan Pembelajaran

Pembelajaran adalah sebuah proses dari belajar dan mengajar yang terjadi antara guru dan murid. Guru memiliki perilaku mengajar sedangkan murid memiliki perilaku belajar. Pembelajaran berasal dari kata belajar. Definisi belajar memiliki makna yang sangat luas yang dipaparkan oleh beberapa ahli diantaranya adalah yang dikutip oleh Muhibin Syah diantaranya yaitu

a. Barlow dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching- Leaching Process Belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif, seperti yang ia ungkapkan bahwa belajar adalah : “…a process of progressive behavior adaptation”.

b. Chaplin dalam Dictionary of Psychology Membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi:

“…acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and experience” (Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat praktik dan pengalaman). Rumusan kedua berbunyi:“process of acquiring responses as a result of special practice” (belajar ialah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya pelatihan khusus).

c. Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory “Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism behavior.” (belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat memengaruhi tingkah

(39)

laku organisme tersebut). Kemudian menurut Wittig dalam Psychology of Learning “any relatively permanent change in an organism’s behavioural repertoire that occurs as a result of experience.” (Belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku organisme sebagai hasil pengalaman).

d. Reber dalam Dictionary of Psychology Membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama belajar adalah The process of acquiring knowledge (proses memperoleh pengetahuan) dan kedua belajar adalah A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice (suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat). Dan menurut Biggs dan Teaching for Learning: The View from Cognitive Psychology Belajar dalam tiga macam rumusan, yaitu: rumusan kuantitatif, rumusan institusional, rumusan kualitatif. Dari beberapa pendapat diatas dapat dipahami bahwa belajar adalah seluruh tahapan perubahan tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dari interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.1

Dalam Al Qur’an juga banyak ayat yang menjelaskan tentang belajar diantaranya adalah

َ و

َ م لۡع يلِ

َٱ

َ نيي ذ لَّ

َ

َْاوُتو ُ أ

َ مۡليعۡل ٱ

َ

َُهذن أ ٱ

َ ق ۡ لۡ

َيهيبَ ْاوُنيمۡؤُي فَ كي بذرَنيم َ ۦَ

َ َ يُِۡۡتُ َ ف

َُ

ل

َ ذنوَإَِۡۗۡمُهُبو ُلُق ۥَ

ٱ

َ ذللّ

َ

َيدا ه ل ٱ

َ نيي لَّ ذ

َٖمييق تُ ۡس مَ ٖطٰ ر يصَٰ لَيإَ ْآوُن ما ء َ ٥٤َ

َ

“Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu

1 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014 ), hlm.

88-90

(40)

mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang- orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” (Q.S. Al Hajj [22]:54)

Dan juga telah dijelaskan dalam AL Qur’an bahwa orang yang menuntut ilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah yang dijelaskan dalam ayat dibawah ini:

ا ه ي أَٰٓ ي

َٱ

َ نيي ذ لَّ

َ يفَِ ْاوُحذس ف تَ ۡمُك لَ لييقَ ا ذيإَْآوُن ما ء َ

َ يسيلٰ ج م ۡ ل ٱ

َ

َ فٱ

َْاوُح سۡف

َ يح سۡف ي َ ٱ

َُ ذللّ

َ لييقَا ذوَإَِۡۖۡمُك ل َ ٱ

َْاوُ ُشُن

ََ ف ٱ

َْاوُ ُشُن

َ

َ فۡر ي

َ يع ٱ

َُ ذللّ

َ

ٱ

َ نيي لَّ ذ

َ

َ وَ ۡمُكنيمَ ْاوُن ما ء ٱ

َ نيي لَّ ذ

َ

َ ْاوُتو ُ أ

َ مۡليعۡل ٱ

َ وَ َٖٖۚ ٰ ج ر د َ ٱ

َُ ذللّ

َا ميب َ

َٞيريِ خَ نو ُل مۡع ت ١١َ

َ

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.

Al Mujadalah [58]:11)

Dengan kata lain belajar adalah sebuah perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan yang merupakan proses mental yang terjadi pada diri seseorang. Perubahan yang merupakan hasil dari belajar bukan hanya dalam ranah intelektual, melainkan dari banyak aspek seperti sikap, sifat, karakter dan tingkah laku.

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka, mauoaun secara tidk langsung yaitu dengan

(41)

menggunakan media pembelajaran aau teknologi I pembelajaran yang tersedia. Didasari dengan perbedaan interaksi tersebut maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai model pembelajaran.

2. Model Pembelajaran

Menurut Joyce dan Weil model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran janga panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran dikelas, atau yang lain.2 Dengan kata lain model pembelajaran adalah sebuah pola yang dapat dipilih seorang guru untuk menyesuaikan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri model pembelajaran, diantaranya:

a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar para ahli tertentu b. Mempunyai misi dan tujuan pendidikan tertentu

c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar dikelas

d. Memiliki dampak yang berupa hasil belajar yang dapat diukur dan hasil belajar yang jagka panjang.3

Dalam penelitian ini akan dijelaskan tentang sebuah model pembelajaran baru sesuai dengan mesin kecerdasan dan potensi genetik yang dimiliki oleh peserta didik. Dalam sebuah konsep yang

2 Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana. 2017), hlm. 244

3 Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, hlm.

244-245

(42)

dapat diterapkan dalam setiap aspek kehidupan yaitu Konsep STIFIn.

Salah satu aspek dalam konsep STIFIn berkaitan dengan dunia pendidikan yang dikenal dengan STIFIn Learning.

B. Konsep Pembelajaran STIFIn 1. Pengertian STIFIn

Setiap individu memiliki perbedaan. Perbedaan yang dimiliki merupakan sebuah rahmat yang diberikan oleh Allah swt. kepada makhluk-Nya. Satu orang tidak selalu sama dengan orang lainnya, ia memiliki perbedaan terutama dalam kepribadian. Kepribadian setiap orang berbeda dan hampir tidak ada yang memiliki kepribadian yang sama persis dengan orang lain. Selain kepribadian, individu juga berbeda dalam kecerdasan. Di masa modern ini sudah banyak teori- teori yang membahas tentang kecerdasan. Kecerdasan memiliki arti intelegensi yaitu kesempurnaan perkembangan akal budi seperti kepandaian dan ketajaman pikiran. Menurut Howard Gardner kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu.4

Teori-teori yang sudah dikemukakan oleh para ahli terdahulu tidak banyak yang menyatukan teori kepribadian dan kecerdasan.

Kemudian konsep STIFIn menyatakan bahwa teori kepribadian dan kecerdasan saling berhubungan satu sama lain. Berikut ini adalah penjelasan tentang konsep STIFIn.

STIFIn merupakan akronim dari lima bagian otak manusia, yaitu Sensing di limbik kiri, Thinking di neokortek kiri, Intuiting di neokortek kanan, Feeling di limbik kanan dan Insting pada otak

4 Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 81

(43)

tengah yang disebut Mesin Kecerdasan (MK).5 Dalam konsep STIFIn untuk mengetahui Mesin Kecerdasan (MK) setiap individu dilakukan tes sidik jari. Tes yang dilakukan dengan cara men-scan kesepuluh sidik jari ini akan membawa informasi tentang komposisi susunan saraf seseorang, kemudian dianalisa dan dihubungan dengan belahan otak tertentu yang dominan berperan sebagai sistem operasi dan juga mesin kecerdasan. Keutamaan sidik jari yang digunakan oleh STIFIn test adalah dapat mencerminkan bakat dan potensi yang genetik, mewajahkan mesin kecerdasan otak yang genetik sehingga membantu seseorang mengenali kemampuan genetiknya yang tidak akan berubah sepanjang hidupnya.6

Perbedaan tes STIFIn dengan tes sidik jari lain dan tes non sidik jari adalah tes sidik jari lain menyimpulkan kecerdasan dominan ditentukan berdasarkan dominasi hardware (perangkat keras) otak, sedangkan STIFIn menyimpulkan jenis kecerdasan berdasarkan sistem operasi otak. Tes lain non sidik jari lebih cenderung mengukur perilaku tampak yang bisa diukur, sehingga ada kemungkinan berubah jika di-retest.

Sidik jari juga dapat menentukan kecerdasan karena otak dan sidik jari disambungkan oleh sistem syaraf yang sama. Otak memiliki sistem syaraf dengan ‘wajah’ yang tampak pada sidik jari. Formula membaca ‘wajah’ syaraf yang ada pada sidik jari ala STIFIn yaitu dalam rangka menjawab pertanyaan sederhana: dimanakah letak belahan otak dan lapisan otak yang dominan? Belahan otak dominan

5 Brili Agung dan Dodi Rustandi, Ini Gue Banget, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2017), hlm. 81

6 Farid Poniman, Penjelasan Hasil Tes STIFIn Mengenali Cetak Biru Hidup Anda, (Bekasi: PT. STIFIn Finger Print. 2012), cet. ke-5, hlm. 61

(44)

menentukan jenis kecerdasan, sedangkan lapisan otak dominan menentukan kepribadian.

Dalam dunia pendidikan tentu saja sudah tidak asing dengan konsep kecerdasan atau yang biasa disebut Multiple Intelegenies yang dikemukakan oleh Howard Gardner. Adapun perbedaan STIFIn dengan Multiple Intelegencies adalah sebagai berikut:

a. STIFIn mengacu kepada kecerdasan tunggal ala Jung, yang berarti meskipun kesemua belahan otak berfungsi tetapi secara mutlak dikendalikan oleh satu belahan otak yang aktif berperan sebagai pemimpin bagi keseluruhan otak. Sedangkan pada MI setiap belahan otak dapat berfungsi secara bersamaan secara proporsional.

b. MI membagi kecerdasan menjadi 9, sedangkan pada STIFIn hanya 5. Pada STIFIn yang 9 itu adalah personaliti genetik (selanjutnya disebut PG).

c. Jika dibandingkan antara 9 PG STIFIn dengan 9 kecerdasan MI, menurut kami timbangan signifiansi ala STIFIn lebih setara.

Berikut perbandingannya:

1) Kecerdasan Interpersonal setara dengan PG tipe Fe (Soc-Q) 2) Kecerdasan Intrapersonal setara dengan PG tipe Fi (EQ) 3) Kecerdasan Logika Matematika setara dengan PG tipe Te

(LQ)

4) Kecerdasan Visual Spasial setara dengan PG tipe Ie (Spa-Q) 5) Kecerdasan Body Kinestetik setara dengan PG tipe Se (PQ) 6) Kecerdasan Verbal Linguistik setara dengan PG tipe Si

(MQ)

7) Kecerdasan Musikal, Kecerdasan Naturalis, dan Kecerdasan 8) Spiritual setara dengan PG tipe In (AQ)

(45)

Berarti 3 kecerdasan pada nomer 7 terlalu besar timbangannya, padahal masih ada 2 Jenis PG yang belum dapat tempat yaitu Ti (TQ) dan Ii (CQ). Atau pendek kata, dimana MI meletakkan kecerdasan kreatif dan kecerdasan teknis? Mungkin jawabannya melebur dalam jenis kecerdasan yang lain. Padahal menurut STIFIn mereka memiliki eksistensi sendiri yang setara dengan jenis kecerdasan yang lain.

d. Berdasarkan pengklasifiasian sebagaimana diuraikan di atas, maka bisa disimpulkan MI cenderung mengukur di hilir, sedangkan STIFIn mampu melihat asal muasal sumber di bagian hulunya.7

Selain multiple intelegencies ada juga MBTI yang merupakan salah satu tes untuk menentukan kepribadian yang dikemukakan oleh Jung. Perbedaan antara STIFIn dan MBTI adalah meski sama-sama Jungian (pengikut Jung), namun tetap memiliki perbedaan. MBTI terbagi dalam 16 jenis personaliti sedangkan STIFIn 9 personaliti.

Perbedaan pertama, ke 16 personaliti MBTI itu diukur berdasar perilaku, sedangkan STIFIn memetakan secara genetik dengan mengetahui dominasi belahan otak dan lapisan otak. Hasilnya STIFIn lebih simpel namun membagi secara distinctive (perbedaan satu dengan lainnya telak), sedangkan MBTI tumpang tindih. Perbedaan kedua, unsur Judging dan Perceiving pada MBTI berdiri sendiri padahal menurut STIFIn mereka melekat pada diagonal produksi dan organisasi sehingga tidak perlu eksis sendiri. Perbedaan ketiga, pada STIFIn fungsi introvert dan extrovert hanya sekedar drive

7 Farid Poniman, Penjelasan Hasil Tes STIFIn Mengenali Cetak Biru Hidup Anda,

hlm. 60

(46)

(pengemudi) kepada fungsi dasar sedangkan pada MBTI mereka berdiri setara dengan fungsi dasar yang lain. Perbedaan keempat, pada MBTI tidak mengakui adanya fungsi dasar Insting (In).8

2. Sejarah Singkat STIFIn

Sejarah perjalanan konsep STIFIn dimulai tahun 1999 ketika Farid Poniman bersama Indrawan Nugroho dan Jamil Azzaini mendirikan lembaga training Kubik Leadership. Lembaga training tersebut dahulu memetakan peserta training sesuai dengan jenis kecerdasannya. Sebagai konsep, STIFIn kala itu dapat dikatakan masih embrio. Perbaikan konsep senantiasa dilakukan seiring dengan berkembangnya penyelenggaraan training Kubik Leadership. Namun kala itu hipotesisnya sudah matang dan kukuh bahwa manusia memiliki kecerdasan genetik.

Pergulatan intelektual dan penyempurnaan terus dilakukan oleh Farid Poniman sebelum terbitnya buku DNA SuksesMulia yang akhirnya berujung pada penemuan kecerdasan kelima yakni Instinc (In). Sekarang STIFIn sudah final dengan 5 mesin kecerdasan dan 9 personal genetik.9 5 mesin kecerdasan tersebut adalah Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling dan Insting. Sedangkan 9 personal genetiknya merupakan mesin kecerdasan ditambahi dengan drive yaitu introvert dan ekstrovert kecuali mesin kecerdasan insting sehingga menjadi Sensing introvert (Si), Sensing extrovert (Se), Thinking introvert(Ti), Thinking extrovert(Te), Intuiting introvert(Ii),

8 Farid Poniman, Penjelasan Hasil Tes STIFIn Mengenali Cetak Biru Hidup Anda,

hlm. 61

9 Farid Poniman, Konsep Palugada (Apa Lu Mau Gua Ada), (Jakarta: STIFIn Institute, 2013), cet ke-2, hlm. 1

(47)

Intuiting extrovert(Ie), Feeling introvert(Fi), Feeling extrovert(Fe) dan Insting (In).

Maksud dari introvert (i kecil) adalah kemudi kecerdasan yang mengarahkan kecerdasan dari dalam keluar sedangkan extrovert (e kecil) adalah kemudi kecerdasan yang mengarahkan kecerdasan dari luar ke dalam. Sesungguhnya i dan e kecil memang berbeda dengan I dan E besar atau introvert dan extrovert dalam ranah psikologi. Introvert (I besar) artinya kepribadian yang cenderung pendiam, mengurung diri dan pemurung sehingga cenderung dianggap sebagai sifat negative oleh psikolog, sedangkan Extrovert (E besar) artinya kepribadian yang ebih terbuka, mingle, outgoing dan lebih percaya diri sehingga oleh psikolog dianggap cenderung sebagai sifat positif. Berbeda halnya dengan i-e kecil keduanya positif. Selain itu i-e kecil adalah genetic dan tidak akan pernah berubah sepanjang hidup, sedangkan I-E adalah kepribadian yang bisa diamatai dari luar berdasarkan perilaku dan bisa berubah-ubah sepanjang hidup seseorang. Introvert dan extrovert dengan i-e kecil dalam STIFIn disebut sebagai drive atau sebuah kemudi.

3. Pemetaan Konsep STIFIn

Konsep STIFIn memiliki perbedaan dengan konsep lain dalam menentukan dominasi otak dan kecerdasan. Konsep lain menggunakan pendekatan mengukur kapasitas perangkat keras otak.

Menurut konsep tersebut jika terdapat belahan otak yang memiliki kapasitas paling besar maka belahan itu dianggap sebagai belahan otak dominan. Sedangkan menurut konsep STIFIn bukan yang memiliki kapasitas yang paling besar yang dominan melainkan yang kerap digunakan, paling aktif berfungsi, paling otomatis digunakan,

(48)

dan menjadi bawah sadar manusia. Konsep STIFIn menyebutnya sebagai sistem operasi otak.10

Cara menegetahui mesin kecerdasan genetik setiap individu dalam konsep STIFIn menggunakan sebuah tes, yaitu finger print test dengan cara men-scan kesepuluh sidik jari. Kaitan sidik jari dengan belahan otak sangat erat sekali. Allah telah meciptakan sidik jari setiap orang berbeda-beda bukan dengan tanpa alasan. Sidik jari berkaitan dengan saraf otak. Seperti yang dijelaskan dalam Al Qur’an yang berbunyi,

ََ

أ

َ ُب سۡ يَ

َُنٰ سني ۡ ٱ لۡ

َُه ما ظيعَ ع مۡ نََّنذل ذ أ َ ۥَ

٣

َ يي و س نَن أََٰٓ عَلَ نييريدٰ قَٰ لَ ب ََ

َُه نا ن ب ۥَ

٤َ

َ

“Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya. Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.”(Q.S. Al Qiyamah [75]:3-4)

Sidik jari yang membawa informasi tenntang komposisi susunan syaraf tersebut kemudian dianalisa dan dihubungkan dengan belahan otak tertentu yang dominan berperan sebagai sistem-operasi dan sekaligus menjadi mesin kecerdasan. Bahkan dari susunan syaraf tersebut masih dapat dipresiksi letak dominasi mesin kecerdasan ada di lapisan otak berwarna putih atau di lapisan otak berwarna abu-abu, sehingga mesin kecerdasan dikemudikan dengan du acara yang berbeda yaitu keudi introvert (i) atau kemudi ekstrovert (e). mesin kecerdasan dengan kemudi I atau e inilah yang disebut sebagai personality genetic.

10 Brili Agung dan Dodi Rustandi, Ini Gue Banget, hlm. 47

(49)

Antara lima ragam kecerdasan dapat dibedakan secara telak (distinctive). Antara dua ragam kemudi kecerdasan sebagai penentu kepribadian juga dapat dibedakan secara telak.Demikian juga perbedaan antara kecerdasan dan kepribadian juga dapat dibedakan secara telak. Bahkan menggambarkan pola hubungan diantara lima kecerdasan dan Sembilan kepribadian dapat distrukturkan secara tepat sehingga mudah dimengerti. Cara kerja dalam kepala ala kecerdasan tunggal dapat digambarkan dengan tepat mengikuti fakta keseharian cara kerja kepala yang berulang dan konsisten.

Ringkasnya konsep STIFIn dapat menggambarkan seseorang.

Penjelasan Hasil Tes STIFIn secara utuh sebagai individu berikut hubungan sosialnya, meski hanya bermodalkan informasi belahan otak dan lapisan otak yang dominan.

C. STIFIn Learning

Gaya belajar yang dipaparkan dalam konsep STIFIn sesuai dengan kelima mesin kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda. STIFIn memaksimalkan bakat alamiah atau cara belajar yang sesuai dengan potensi genetik yang dimiliki peserta didik.11 Dalam memaksimalkan potensi yang dimiliki peserta didik dalam belajar, konsep STIFIn memberikan penjelasan yang sangat rinci tentang beberapa tahapan belajar, gaya belajar serta cara belajar peserta didik yang sesuai dengan potensi yang dimiliki setiap anak.

Tahapan-tahapan yang dijelaskan adalah tahapan untuk mengoptimalkan cara belajar peserta didik. Seperti tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan dan tahapan evaluasi. Tahapan persiapan memiliki 2 faktor diantaranya faktor internal dan faktor eksternal yang sangat

11 Ibay Toyyibah, Cara Belajar Gue Bangeeet, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2017), hlm. 63

(50)

berpengaruh dalam proses belajar peserta didik. Faktor internal yang terdapat dalam diri peserta didik merupakan persiapan diri sendiri yang dilakukan oleh peserta didik seperti kesiapan fisik, pikiran, hasrat, mood, adaptasi dan sebagainya. Tahapan persiapan dari faktor eksternal adalah membangun kondisi peserta didik dengan memperhatikan faktor pendukung dan lingkungan yang dapat mempengaruhinya. Kemudian tahap pelaksanaan adalah proses belajar yang dialami peserta didik. Dalam tahapa pelaksanaan inilah akan terlihat cara belajar mereka dengan dengan pola masing-masing yang disesuaikan dengan mesin kecerdasannya.12

Berikut ini adalah tahapan dari masing-masing mesin kecerdasan dalam belajar serta dorongan yang memotivasi dan ciri-ciri masing- masing mesin kecerdasan dalam belajar dan serta bagaimana cara mereka mengolah informasi:

1. Mesin Kecerdasan Sensing a. Tahapan persiapan

1) Internal: ada gerakan badan, misalnya senam atau peregangan tubuh (stretching), anak-anak tidak mau diam dan selalu ingin bergerak seperti lari, bersepeda atau sekedar bolak-balik dari satu tempat ke tempat lainnya.

2) Eksternal: Fasilitas untuk belajar. Sensing ingin serba cepat dan

Gambar

Tabel 3.1  Indikator Kuesioner
Gambar  4.1  Ruang  Kelas
Gambar 4.5  Toilet
Gambar 4.7  Proses wawancara

Referensi

Dokumen terkait

pendidikan agama Islam (PAI) terhadap kurikulum mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) secara umum sudah sesuai dengan konsep kurikulum sebagai kurikulum

Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di. SMP Negeri 2 Bae Kudus Tahun Pelajaran

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK MENINGKATKAN MINAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VII DI SMP IBNU SINA BLIMBING MALANG SKRIPSI Diajukan Kepada

SAYYIDI ROHMAN : “ Penerapan Media Pembelajaran dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ( PAI ) di Kelas VIII

Analisis deskriptif yang dilakukan berdasarkan gambaran penerapan model problem based learning pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 31 Makassar

Mata pelajaran rumpun Pendidikan Agama Islam dalam penelitian adalah mata pelajaran yang berada dalam rumpunan agama Islam, antara lain: aqidah ahlak, al qur‟an hadits,

Kesimpulan penelitian ini adalah pertama; hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa sebelum penerapan strategi pembelajaran PQ4R di kelas VIII SMP Muhammadiyah 07

PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 DEPOK MUSADE Pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam merupakan pengembangan komponen-komponen kurikulum pendidikan agama Islam