1
Afrizal1, Salman Assahary2, Ariesta2
1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat
2Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]
ABSTRACT
This research is based on the existence of the phenomenon about the use of hijab which is no longer a religious affair but has become a phenomenon experienced by the whole society. The purpose of this study is to describe: 1). The social phenomenon of wearing the veil as an aspect of sociological review, 2 student social motivation in wearing the hijab. This research was conducted with qualitative approach that is descriptive.
Informant of research is student of STKIP PGRI Sumatera Barat. Instruments used in this study is the interview .. Data processing techniques through data reduction, data presentation and drawing conclusions. Based on the results obtained are: 1) The social phenomenon of the use of headscarves among female students that the use of veil is one way to show the identity of a Muslim, the hijab is not only the outer garment, but also the clothing Muslim, the person who veiled his heart should be good and his actions must truly reflect the Islamic behavior and protect themselves from a negative thing. In addition, the use of hijab only in certain situations, as a condition to obey the rules on campus, 2).
Student motivation in the use of hijab is the encouragement from within and outside of self.
From within the self that is as a way of carrying out religious commands to cover aurat to avoid sin, in addition to the motivation of students to look elegant, beautiful and not behind the style or fashion. From the outside of the self is the factor of encouragement of parents.
Furthermore, the rules of the campus also encourage female students to wear the hijab.
Kayword: Phenomenon, Hijab, Students
PENDAHULUAN
Keberadaan jilbab belum lagi dianggap sebagai hal yang umum untuk diperbicangkan, saat itu, karena hanya menjadi kajian agama. Dalam ajaran agama islam, jibab merupakan representasi dari kemuliaan akhlak dan keikhlasan, yang dapat terwujud melalui cara berpakaian seorang wanita muslim.
Menurut Ramayulis (2007) keimanan seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal,
sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan tersebut adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama, perasaan terhadap agama sebagai unsur efektif dan prilaku terhadap agama sebagai unsur konotatif. Jadi sikap keagamaan merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama,
perasaan agama serta tindakan dari diri seseorang.
Fenomena yang menarik dari pengguna jilbab di Indonesia berawal dari keberadaan mahasiswa di beberapa perguruan tinggi ataupun siswa dari beberapa sekolah menegah umum, sejak tahun 80-an mulai banyak yang menggunakan jilbab ataupun muncul beragam diskusi tentang popularitas jilbab yang dibahas dari berbagai aspek. Jika di lingkungan kampus yang memiliki ciri keislaman yang kuat, jilbab dapat menjadi bagian dari regulasi institusi dan dapat memberikan sanksi tertentu bila tidak menggunakannya. Dalam konteks ini penggunaan jilbab dapat di pengaruhi oleh aspek kewajiban dan kepatuhan dari pengguna tanpa menyadari hakekat yang sesungguhnya (Budiastuti, 2012:1-3).
Namun sejalan dengan perubahan sosial yang ada maka keberadaan (pengguna) jilbab awal tahun 2000 di Indonesia menjadi hal yang umum bukan menjadi milik kelompok sosial tertentu.
Bahkan saat ini, jilbab sering menjadi pembahasan, bukan hanya yang terkait dengan ajaran agama ataupun eksistensi sebuah budaya (kultur masyarakat Arab), tetapi juga terkait dengan persoalan gaya hidup, khususnya di kalangan wanita perkotaan, mulai dari kalangan wanita pekerja, ibu rumah tangga hingga kalangan mahasiswi. Oleh karena itu jika keberadaan
dan penggunaan jilbab tahun 80-an dahulu senantiasa diidentikan dengan aspek religiusitas, namun saat ini jika berbicara tentang jilbab juga berkaitan dengan eksistensi sosial maupun individu dalam komunitasnya, serta bukan hanya memiliki pemaknaan yang bersifat konfesional, tetapi juga telah mengarah pemaknaan yang global, sejalan dengan perubahan sistem kemasyarakatannya.
Saat ini pandangan orang tentang jilbab terbagi dalam dua kelompok.
Kelompok pertama adalah kelompok mayoritas perempuan Islam yang senantiasa mengikuti perkembangan mode tanpa mempedulikan ketentuan-ketentuan syariat yang wajib dalam hal menutup aurat atau “kadang-kadang” menggunakan jilbab.
Kelompok kedua adalah kelompok perempuan muslimah yang mengenakan busana (jilbab) secara kaku tanpa mempedulikan pentingnya mode busana, karena kelompok ini menganggap berbusana itu adalah tuntutan syariat yang wajib di lakukan (Omar, 2000).
Jilbab bukan lagi menjadi urusan religious dari sebagian kelompok sosial tertentu, tetapi sudah menjadi fenomena yang dialami seluruh masyarakat seperti kalangan artis, publik figur dan lainnya serta mahasiswi yang senang menggunakan jilbab.
Terkait dengan hal di atas, pengunaan jilbab bagi mahasiswi STKIP PGRI
Sumatera Barat merupakan sesuatu hal yang menyenangkan dan trendy, bahkan ada mahasiswi non muslim dari kabupaten Mentawai, yang senang mengunakan jilbab karena dipengaruhi oleh lingkungan yang mayoritas mahasiwi mengunakan jilbab, sekalipun peraturan akdemik perguruan tinggi STKIP PGRI Sumatera Barat yang tidak mewajibkan mahasiswinya memakai jilbab namum kebanyakan mahasiswi menyenanginya karena sudah trendy masing-masing memiliki model dan gaya tertentu suatu trend yang mengikuti perubahan dan perkembangan zaman dalam memakai jilbab.
Fenomena sosial di atas tersebut itulah yang menarik bagi peneliti untuk mengetahui fenomena sosial yang mengakibatkan munculnya berbagai perspektif trendy dalam memakai jilbab, disamping itu fenomena jilbab besar yang cenderung polos dan menutupi aurat secara full dan kurang trendy dalam mengunakan jilbab juga ada dikalangan mahasiswi STKIP PGRI Sumatera Barat, yang tergabung dalam komunitas mahasiswi Lembaga Dakwah Kampus (LDK)
Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan banyak terdapat dua tipologi mahasiswi STKIP PGRI Sumatera Barat dalam mengunakan jilbab pertama cenderung trendy seperti umumnya kebanyakan dari mayoritas mahasiswi mengunakannya kemudian yang kedua
adalah full menutup aurat seperti mukena (pakaian shalat) yang didominasi oleh komunitas pengurus Lembaga Dakwah Kampus (LDK) STKIP PGRI Sumatera Barat.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini mencoba mengungkapkan tentang “Fenomena Sosial Pengunaan Jilbab di Kalangan Mahasiswi STKIP PGRI Sumatera Barat dalam Tinjauan Sosiologis” (study kasus mahasiswi yang mengambil RAI (Responsi Agama Islam) di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) STKIP PGRI Sumatera Barat).
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana fenomena sosial pengunaan jilbab sebagai aspek tinjauan sosiologis mahasiswi yang mengambil RAI di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) STKIP PGRI Sumatera Barat.
2. Untuk mendeskripsikan motivasi sosial mahasiswi dalam memakai jilbab terutama bagi mahasiswi STKIP PGRI Sumatera Barat yang mengambil RAI di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) STKIP PGRI Sumatera Barat dan sejauhmana pengaruh lingkungan sosialnya.
METODE PENELITIAN
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
tipe penelitian deskriptif. Peneliti memilih metode kualitatif untuk memahami dan memperoleh gambaran yang terjadi di lapangan sebagaimana adanya tanpa melakukan perubahan atau intervensi terhadap sasaran penelitian.
Informan penelitian adalah mahasiswi STKIP PGRI Sumatera Barat yang berjumlah delapan orang yaitu (IR, RN. NL, SK, MY, ES, KA, WP). Metode pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Analisis data merupakan suatu proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan, karena penelitian ini adalah bersifat naratif maka analisis yang digunakan adalah gambaran dengan kata-kata. Data yang telah dikumpulkan seterusnya dianalisis, Miles dan Huberman (Sugiono, 2011:337) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif ada 3 tahapan analisis, yaitu:
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian yang telah dilaksanakan berkaitan dengan fenomena sosial penggunaan jilbab di kalangan mahasiswi STKIP PGRI Sumbar dalam tinjauan Sosiologis yaitu sebagai berikut:
1. Fenomena Sosial Pengunaan Jilbab sebagai Aspek Tinjauan Sosiologis Mahasiswi yang Mengambil RAI di LDK STKIP PGRI Sumatera Barat
Fenomena sosial penggunaan jilbab dikalangan mahasiswi merupakan salah satu cara untuk menunjukkan jati diri seorang muslim, jilbab itu bukan hanya pakaian luar, melainkan juga pakaian muslimah, yaitu orang yang berjilbab hatinya harus baik dan tindakannya harus benar-benar mencerminkan perilaku yang islami dan melindungi diri dari suatu hal yang negatif. Selain itu, penggunaan jilbab hanya pada situasi-situasi tertentu, sebagai syarat untuk mentaati aturan yang ada di kampus.
Islam pada dasarnya
menganjurkan umatnya untuk menjaga, memelihara dan menutup auratnya terutama bagi kaum perempuan.
Menggunakan jilbab merupakan salah satu ciri khas dari ajaran agama islam yang digunakan khusus bagi kaum muslimah.
Namun seiring perkembangan zaman yang semakin modern telah terjadi pergeseran makna akan penggunaan jilbab bagi kaum muslimah dalam islam. Hal ini dikarenakan masuknya pengaruh modernisasi dari luar masyarakat, dimana tujuan utama berjilbab bukan lagi untuk menutup aurat, tetapi dijadikan suatu trend fashion baru dikalangan kampus.
Selanjutnya pakaian adalah produk budaya, sekaligus tuntutan agama, dan
moral. Dari sini lahir apa yang dinamakan pakaian tradisional, daerah dan nasional, juga pakaian resmi untuk perayaan tertentu, serta pakaian untuk beribadah. Akan tetapi perlu dicatat bahwa sebagian tuntutan agama lahir dari budaya masyarakat, karena agama sangat mempertimbangkan kondisi masyarakat sehingga menjadikan adatistiadat yang tidak bertentangan dengan nilai-nilainya, sebagai salah satu pertimbangan hukum.
Lebih lanjut berjilbab telah menjadi tradisi, dan mereka yang tidak berjilbab menjadi tidak nyaman berada di tempat-tempat umum. Sehingga sebagian meski tidak memakai jilbab di rumah, tetapi ketika keluar rumah harus memakai jilbab. Singkatnya, berjilbab telah menjadi trend, di mana kalangan yang sangat menggemarinya adalah kalangan anak muda dan remaja.
2. Motivasi Sosial Mahasiswi dalam Memakai Jilbab Terutama bagi Mahasiswi STKIP PGRI Sumatera Barat yang mengambil RAI di LDK STKIP PGRI Sumatera Barat
Motivasi mahasiswi dalam penggunaan jilbab yaitu dorongan dari dalam diri dan luar diri. Dari dalam diri yaitu sebagai cara menjalankan perintah agama untuk menutup aurat agar terhidar dari dosa, selain itu motivasi mahasiswa supaya terlihat anggun,
cantik dan tidak ketinggalan gaya atau fashion. Dari luar diri yaitu faktor dorongan orang tua. Selanjutnya adanya aturan dari kampus juga mendorong mahasiswi untuk memakai jilbab.
Landasan hukum mengenai kewajiban muslimah memakai jilbab telah ditetapkan Allah Q.S. al-Ahzab:
59:
Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu,anak-anak
perempuanmu, dan isteri-isteri orang-orang beriman, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Agama islam jelas mewajibkan bagi kaum wanita untuk menutupi seluruh anggota tubuh kecuali telapak angan dan wajah, alangkah pentingnya bagi kaum wanita untuk menutup aurat dengan cara menjulurkan jilbabnya keseluruh tubuh dengan tujuan supaya aurat tidak kelihatan dan tidak mengumbar kemaksiatan dari kaum lelaki. Dan jilbab yang sesuai dengan krieria yang ditentukan menjadikan para wanita muslimah yang beriman berada dalam kesopanan dan kesucian. Jilbab
akan menjauhkan wanita muslimah dari akibat yang tidak baik, fitnah dan kerusakan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti, mahasiswi menggunakan jilbab dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
a. Zweck Rational (Rasionalitas instrumental), Dari penelitian yang telah dilakukan dalam penelitian ini, mahasiswi menggunakan jilbab mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang dimaksud seperti ingin tampil cantik yaitu mengikuti perkembangan fhasion, jilbab dalam hal ini adalah jilbab yang saat ini banyak dipakai oleh masyarakat secara umum yang memiliki banyak variasi agar terlihat cantik dan tampil gaya serta modis, mahasiswi juga ingin menepati janjinya yaitu mempunyai niat akan berjilbab ketika prilaku atau tindakan yang ia lakukan sudah baik.
b. Wert Rational (Rasionalitas yang berorientasi nilai), Tindakan mahasiswi dalam menggunakan jilbab dengan beranekagam bentuk dan gaya memiliki pengaruh nilai yang ada didalamnya. Nilai tersebut mengarah pada perilaku dan pertimbangan setiap mahasiswi yang akhirnya mengambil suatu keputusan.
Nilai itu sendiri berfungsi sebagai
alasan atau motivasi dalam tindakannya. Diantaranya: 1) Nilai agama. Pada agama Islam, jilbab merupakan salah satu aturan yang wajib dilaksanakan dan dalam hal ini mahasiswi memiliki kepercayaan bahwa memakai jilbab merupakan sebuah kewajiban bagi muslimah. 2) Nilai moral, salah satu alasan dalam tindakan memakai jilbab oleh mahasiswi dikarenakan adanya nilai moral yang berkenaan dengan kebaikan dan kesopanan dalam menggunakan jilbab yang bersumber dari keinginan mahasiswa itu sendiri.
Jilbab merupakan suatu kewajiban bagi muslimah. Namun jilbab memiliki nilai baik dan buruk bagi yang menjalankannya. Jilbab akan menjadi nilai baik apabila yang menggunakannya ada nilai kesopanan dan keindahan dalam penggunaan jilbab tersebut, jilbab juga akan menjadi nilai buruk apabila yang menggunakan jilbab tidak menampakkan kesopanan bagi penggunaannya.
c. Affectual (Tindakan Afektif), Tindakan ini di tandai oleh dominasi perasaan atau emosi atau tanpa perencanaan sadar. Setiap individu dipengaruhi oleh tekanan atau turan- aturan untuk berperasaan yang memaksa mereka untuk bertindak
Sehingga individu tersebut bertindak sesuai dengan aturan-aturan dengan melakukan kerja emosi yang melibatkan energi psikis atau fisik dalam mengelola perasaan mereka agar sesuai dengan aturan-aturan yang ada. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan penenliti dalam menggunakan jilbab mahasiswi terikat aturan kampus.
Aturan tersebut berkaitan erat dengan tindakan yang diambil oleh mahasiswi yang besangkutan. Aturan itu menjadi dorongan mahasiswa mengambil sikap menggunakan jilbab walaupun tidak melalui pertimbangan yang matang, apakah nantinya tindakan tersebut baik atau tidak baginya.
d. Tindakan Tradisional (Tradisional Action), Tradisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebiasaaan mahasiswi memakai jilbab karena dilakukan oleh anggota keluarganya dan dipengaruhi oleh budaya atau tradisi setempat, sehingga menjadi suatu kebiasaan.
Pengaruh tersebut menjadi pendorong bagi mahasiswi dalam tindakannya menggunakan jilbab.
KESIMPULAN
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian, dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
1. Fenomena sosial penggunaan jilbab dikalangan mahasiswi bahwa penggunaan jilbab merupakan salah satu cara untuk menunjukkan jati diri seorang muslim, jilbab itu bukan hanya pakaian luar, melainkan juga pakaian muslimah, yaitu orang yang berjilbab hatinya harus baik dan tindakannya harus benar-benar mencerminkan perilaku yang islami dan melindungi diri dari suatu hal yang negatif. Selain itu, penggunaan jilbab hanya pada situasi- situasi tertentu, sebagai syarat untuk mentaati aturan yang ada di kampus.
2. Motivasi mahasiswi dalam penggunaan jilbab yaitu dorongan dari dalam diri dan luar diri. Dari dalam diri yaitu sebagai cara menjalankan perintah agama untuk menutup aurat agar terhidar dari dosa, selain itu motivasi mahasiswa supaya terlihat anggun, cantik dan tidak ketinggalan gaya atau fashion. Dari luar diri yaitu faktor dorongan orang tua.
Selanjutnya adanya aturan dari kampus juga mendorong mahasiswi untuk memakai jilbab.
DAFTAR PUSTAKA
Budiastuti. (2012). Jilbab Dengan Perspektif Sosiologi (Studi Pemaknaan Jilbab Di Lingkungan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta). Skripsi.
Universitas Indonesia. pdf.
Partic, Li. (2014). Jilbab Bukan Jilboob (101 Cara Berhijab Sempurna) Jakarta.
PT Gramedia Pustaka Utama.
Peter Beilharz. (2003) Teori-Teori Social, pent, Sigit Jatmiko. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman.
2012. Teori sosiologi. Yogyakarta:
Pustaka pelajar.
Sugiono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.