• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Subuh Al-isra ayat 9 jilid 1

N/A
N/A
Aris Setyawan

Academic year: 2025

Membagikan "Kajian Subuh Al-isra ayat 9 jilid 1"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

AL-QURAN ADALAH MANUAL BOOK HIDUP KITA Dr. Aris Setyawan, M.Pd C.Ps, C.EQL

Minggu lalu kita bahas: surah al-baqoroh 257.

Allah berfirman:

ْآوُرَفَك َنيي ه

لَّٱَو ِۖيروُّلنٱ َ

لَيإ يتَٰ َم ُلُّظلٱ َني م مُهُجيرۡ ُيُ ْاوُنَماَء َنيي هلَّٱ ُّيلَِو ُ هللَّٱ ُمُهُؤٓاَ يلِۡو َ

أ

اَهييف ۡمُه ِۖيراهلنٱ ُبَٰ َح ۡص َ

أ َكيئ ََٰٓلْوُأ ِۗيتََٰمُلُّظلٱ َلَيإ يروُّلنٱ َني م مُهَنوُجيرۡ ُيُ ُتوُغَٰهطلٱ َنوُ يلَِٰ َخ ٢٥٧

ْاوُنَماَء َنيي ه

لَّٱ ُّ يلَِو ُ هللَّٱ

Allah adalah Wali bagi orang-orang yang beriman. Makna wali di sini bukan sekadar pelindung biasa, tapi:

Penolong dalam kesulitan

Pemberi petunjuk dalam kebingungan

Penjaga dari keburukan dunia dan akhirat

Dalam lanjutan ayat tersebut Allah jelaskan bahwa Allah

ِۖيروُّلنٱ َ

لَيإ يتَٰ َم ُلُّظلٱ َني م مُهُجيرۡ ُيُ

dalam arti Allah adalah penolong, pemberi petunjuk dan penjaga manusia dari kebatilan. Allah keluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Secara sederhananya, Allah mengatur kehidupan orang-orang beriman agar mereka tidak tersesat. Bila mereka tergelincir, Allah beri peluang taubat. Bila mereka lalai, Allah ingatkan. Itulah cinta Allah terhadap hamba-Nya yang beriman. Inilah yang terjadi bila kita menjadikan Allah sebagai Waliyun kita, sebagai pembimbing dan pelindung kita. Jangankan urusan besar seperti kematian dan akhirat, bahkan dalam hal-hal kecil pun seperti dalam keresahan hati, keputusan hidup, dan jalan rezeki. Allah pasti akan hadir membimbing dan memudahkan. Allah akan berikan sinyal petunjuk melalui berbagai macam cara. bisa lewat rasa gelisah, lewat teguran orang-orang saleh, bahkan lewat kejadian yang tak kita duga. Semuanya Allah berikan agar kita kembali pada cahaya, tidak terus-menerus larut dalam kegelapan.

(2)

Begitupun sebaliknya, bila kita menjadikan waliyun kita adalah thāgūt yaitu segala sesuatu yang melampaui batas, yang menyaingi posisi Allah dalam hidup kita, maka kegelapan demi kegelapan akan membungkus hati dan hidup kita. Ketika aturan hidup kita bukan lagi Al-Qur’an, ketika yang kita ikuti adalah hawa nafsu, opini publik, atau ideologi yang menolak syariat, maka kita sedang berjalan bukan menuju cahaya, tapi ke dalam jurang kegelapan. Hati menjadi keras, dosa terasa biasa, dan kebenaran menjadi sesuatu yang menyakitkan. Inilah yang Allah sebut dalam Al-Baqarah ayat 257:

َنيي ه لَّٱَو

ِۗيتَٰ َم ُلُّظلٱ َلَيإ يروُّلنٱ َني م مُهَنوُجيرۡ ُيُ ُتوُغَٰهطلٱ ُمُهُؤٓاَيلِۡوَأ ْآوُرَفَك

orang-

orang kafir, wali mereka adalah thagut, yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan. Maka jangan heran jika kita hari ini menyaksikan begitu banyak orang yang merasa hidupnya kosong, hatinya gelisah, pikirannya tidak tenang, walaupun dunia di tangannya. Mereka bingung menentukan arah hidup, bergantung pada ramalan, tren, atau algoritma. Mereka mungkin tampak sukses di luar, tapi sesungguhnya sedang tersesat secara spiritual. Mereka mencari makna di luar wahyu, mencari kebebasan dengan menolak nilai ilahi, dan berusaha membangun kebahagiaan di atas pondasi yang rapuh: popularitas, harta, dan pengakuan manusia. Inilah akibat ketika thāgūt menjadi penentu arah hidup dimana kegelapan demi kegelapan menyelimuti hati dan menutupi fitrah.

Namun, untuk benar-benar merasakan perlindungan dan bimbingan Allah sebagai wali, kita harus menempuh jalan yang Dia tetapkan—yaitu jalan Al-Qur’an.

Maka kita harus yakin dan sadar bahwa:

Al-Qur’an adalah petunjuk hidup yang tidak akan pernah usang, tidak lapuk dimakan zaman, dan tidak terbatas oleh ruang dan teknologi.

Mengapa?

Karena masalah manusia hakikatnya tetap sama, walaupun zaman berubah: manusia tetap butuh arah, ketenangan, kejujuran, dan nilai-nilai moral.

Dan Al-Qur’an menjawab itu semua, dengan bahasa yang abadi dan petunjuk yang fleksibel tapi prinsipil.

Mari kita renungkan bersama firman Allah dalam Surah Al-Isra ayat 9:

(3)

ُقۡلٱ اَذَٰ َه هنيإ َنوُلَمۡعَي َنيي ه

لَّٱ َينينيمۡؤُم ۡ لٱ ُ ي شَّبُيَو ُمَوۡق َ

أ َ يهِ يتِ هليل ييدۡهَي َناَءۡر

اٗيريب َك اٗرۡجَأ ۡمُهَل هنَأ يتَٰ َحيلَٰهصلٱ ٩

ُقۡلٱ اَذَٰ َه هنيإ

ييدۡهَي َناَءۡر

= Sesungguhnya Al-Qur’an adalah pentunjuk

Agar kita benar-benar paham dan menghargainya, mari kita mulai dari sesuatu yang sederhana, tapi dekat dengan keseharian kita.

Bayangkan Kita Baru Membeli HP Mahal

Misalnya kita baru beli HP seharga belasan juta rupiah. Apa yang kita lakukan?

Kita baca buku panduannya.

Kita pelajari fitur-fiturnya: cara mengisi daya yang aman, cara mengaktifkan keamanan, cara merawat baterai.

Kita jaga baik-baik: dikasih casing, screen protector, jangan sampai jatuh atau terciprat air.

Kita bahkan tidak mau sembarang orang memegangnya.

Kenapa? Karena kita menghargai nilai dan fungsinya, dan tidak ingin HP itu rusak sebelum waktunya.

Sekarang...

Bagaimana dengan Diri Kita Sendiri?

Tubuh kita, akal kita, hati kita, jiwa kita itu jauh lebih mahal dan kompleks dari sekadar HP.

HP buatan manusia. Kita ciptaan Allah.

HP bisa diganti. Hidup kita cuma satu kali.

HP rusak masih bisa diperbaiki. Tapi kerusakan hidup dan hati kadang butuh waktu lama untuk dipulihkan atau bahkan tidak bisa lagi dipulihkan atau diperbaiki sehingga yang ada hanyalah

penyesalan.

Maka apakah pantas kita hidup tanpa buku panduan dari Pencipta kita sendiri?

Al-Qur’an Adalah Manual Book-nya Kehidupan

(4)

Dalam ayat ini al-isra ayat 9 Allah menegaskan bahwa:

ُقۡلٱ اَذَٰ َه هنيإ ُمَوۡق َ

أ َ يهِ يتِ هليل ييدۡهَي َناَءۡر

"Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi

petunjuk kepada jalan yang paling lurus…"

Al-Qur’an menjelaskan:

Tujuan hidup

Batasan dalam menggunakan nikmat dunia

Perawatan hati dan akhlak

Petunjuk menghadapi ujian hidup

Cara kembali ketika tersesat (taubat) Renungan Tajam

Kita pelajari buku manual HP agar tidak salah pencet, Tapi banyak dari kita tidak mempelajari Al-Qur’an yang membimbing seluruh hidup kita.

Kita takut HP kita mati total, Tapi kita tidak khawatir kalau hati kita yang mati karena jauh dari Al-Qur’an.

Candaan ringan:

Saat ini Al-Qur’an dijadikan pajangan di rumah – rumah kita. Contoh karena takut rumah kita ada setan kita pajanglah ayat kursi di dinding.

Padahal kalua kita mau lebih ampuh taruh aja Satu Al-Qur’an. Pasti akan lebih ampuh dari pada hanya satu ayat.

Maka saudaraku,

Jika kita ingin hidup kita terjaga, terarah, dan bermanfaat,

Kita harus kembali kepada manual book kehidupan kita: Al-Qur’an.

Karena yang menciptakan kita Allah, dan Allah telah memberikan petunjuk Nya melalui Al-Qur’an. Tinggal kita mau membacanya, memahaminya, dan mengamalkannya atau tidak.

Maka kita coba bangun komitmen kita untuk terus mengaji sebagai bukti menjadi Allah sebagai waliyun kita, dan Al-Qur’an adalah petunjuk hidup kita.

Referensi

Dokumen terkait

Perdamaian Dalam Kajian al-Quran (Studi Analisis terhadap Penafsiran Surat al-Hujurat ayat 9-10). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya konflik yang terjadi dewasa ini,

Asba>b al-Nuzu>l adalah sesuatu yang menjadi sebab turunya satu atau beberapa ayat al- Qur’an yang terkadang menyiratkan suatu peritiwa sebagai respon

Sebagaimana yang terkandung dalam surat al-Hujurat ayat 9-13 yang penulis angkat menjadi tema penelitian ini, “Nilai-Nilai Kemasyarakatan dalam Surat Al-Hujurat Ayat

Hasil penelitian menunjukkah bahwa terdapat nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam al- Qur‟an surat an - Nisā‟ ayat 1 meliputi: pertama, pendidikan akidah yang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prinsip pendidikan Islam dalam al- qur‟an telah surat al -alaq ayat 1-5 adalah sederhana, yakni orang yang memiliki kehidupan sederhana

Menurut hasil analisis yang diperoleh bahwa konsep pendidikan Islam dalam al-Qur‟an surat al-Jumu‟ah ayat 1-5 menurut tafsir al-Maraghi adalah konsep pendidikan Islam

Cara Mendapatkan Ilmu dalam Surat Al-„Alaq Ayat 1-5 Surat Al-‗Alaq merupakan wahyu pertama yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai jawaban atas pertanyaan manusia mengenai

Dalam hal ini akan dipaparkan pada bagian analisis konsep khitbah dalam al-Qur‟an kajian tafsir surat al-Baqarah ayat 235 dan bagaimana relevansinya dengan materi Fiqih di Madrasah