PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berkurangnya mobilitas fisik ini menyebabkan lansia membatasi aktivitasnya sehingga berdampak pada berkurangnya mobilitas di kemudian hari (Indraswari, 2018). Berkurangnya mobilitas fisik pada osteoartritis mempunyai dampak yang sangat besar karena pada saat seseorang melakukan aktivitas, kontraksi otot selalu dirangsang oleh saraf, sehingga kekuatan dan pengendalian otot terkontrol.
Rumusan Masalah
Peran perawat pada pasien osteoartritis adalah mampu memberikan keperawatan teoritis (pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi), tinjauan kasus dan diskusi kasus. Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti tertarik untuk melaksanakan proposal penelitian yang berjudul “Keperawatan pada Ny.
Tujuan
Manfaat Studi Kasus
Hasil dari studi kasus ini dapat menjadi masukan data bagi pelayanan di rumah sakit agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik pada klien penderita osteoartritis. Sebagai tambahan pengetahuan bagi profesi keperawatan dan memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai asuhan keperawatan pada pasien osteoarthritis.
Metode Penulisan
- Metode
- Tehnik Pengumpulan Data
- Sumber Data
- Studi Kepustakaan
Hasil penelitian ini dapat memberikan referensi bagi peneliti selanjutnya, yang akan melakukan studi kasus mengenai asuhan keperawatan pada klien osteoarthritis. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari keluarga atau teman dekat klien, rekam medis perawat, hasil penelitian, dan tim pelayanan kesehatan lainnya.
Sistematika Penulisan
Dan untuk pelaksanaan hari ketiga yaitu evaluasi pengetahuan klien dan keluarga tentang nyeri dan faktor pendukungnya dengan respon klien dalam menjawab berbagai pertanyaan dengan benar, evaluasi kenyamanan klien saat diberikan bantal di bawah lutut klien untuk mendapatkan posisi nyaman dengan respon klien tampak nyaman dengan posisi yang dianjurkan evaluasi Hasil terapi non farmakologi berupa kompres hangat untuk mengurangi nyeri dengan respon klien dan keluarga dapat menunjukkan terapi non farmakologi dengan baik. Pada pelaksanaan diagnosis ketiga, defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi, diperlukan waktu pelaksanaan selama 2 hari yaitu pada hari pertama pelaksanaan melihat kesiapan klien dalam menerima informasi dengan respon klien dan keluarga yang tampak. antusias, menilai tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya dengan cara mengajukan pertanyaan sesuai respon klien dan keluarga memberikan jawaban pertanyaan, memberikan materi dan media pendidikan kesehatan, membuat jadwal pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan dengan respon klien dan keluarga. menyetujui jadwal yang dibuat, yang menawarkan peluang.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Osteoarthritis
- Definisi
- Etiologi
- Anatomi
- Klasifikasi
- Manifestasi Klinis
- Patofisiologi
- Pathway
- Komplikasi
- Pemeriksaan Penunjang
- Penatalaksanaan
Berdasarkan jaringan penyusunnya dan sifat fisiknya, jaringan tulang dibedakan menjadi tulang rawan dan tulang sejati. a) tulang rawan. Tulang rawan artikular yang "usang" dipecah dan digantikan oleh kondrosit, yang tidak hanya mensintesis matriks tulang rawan.
Konsep Lansia
- Definisi Lansia
- Batasan Umur Lanjut Usia
- Klaifikasi Lansia
- Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
- Kebutuhan Dasar Lansia
Pada saat pelaksanaan diagnosa pertama gangguan mobilitas fisik terkait kekakuan sendi, pelaksanaan berlangsung selama tiga hari yaitu pada hari pertama pelaksanaan, membangun hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga, menjelaskan kontrak waktu dan tujuan diskusi. dengan reaksi klien dan keluarga, memperhatikan dan menyetujui kontrak, membantu klien menemukan keluhan nyeri dan keluhan fisik lainnya dengan reaksi klien mengeluh lututnya sakit, mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan serta memberikan informasi tentang pemulihan dengan respon klien, menceritakan apa saja aktivitas sehari-hari, menilai pengetahuan pasien dan keluarganya tentang gangguan mobilitas fisik, mendengarkan respon klien dan menjawab pertanyaan yang diajukan, membantu menambah aktivitas dengan alat dan benda disekitar respon klien. Implementasi diagnosa keperawatan nyeri kronik kedua berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal kronik memerlukan pelaksanaan selama tiga hari yaitu pada hari pertama pelaksanaan menanyakan nyeri yang dirasakan klien meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi dan kualitas. nyeri dengan respon klien dalam menjawab pertanyaan yang diajukan, melihat respon nonverbal klien terhadap nyeri dimana respon klien berupa respon meringis, mengidentifikasi hal-hal yang memperparah dan meredakan nyeri dengan respon klien terhadap pertanyaan yang diajukan, menilai tingkat nyeri pengetahuan klien dan keluarga tentang nyeri dengan respon klien menjawab pertanyaan yang diajukan, memberikan terapi non farmakologi untuk mengurangi nyeri dengan respon Klien memperhatikan penjelasan yang diberikan, berbicara tentang nyeri dan. Dan untuk pelaksanaan hari kedua yaitu menjelaskan tentang osteoartritis sambil klien mendengarkan dan menjawab pertanyaan yang diberikan, menjelaskan penyebab terjadinya osteoartritis sambil klien mendengarkan dan menjawab pertanyaan yang diberikan, menjelaskan tanda-tanda osteoartritis sambil klien mendengarkan. dan menjawab pertanyaan yang diberikan, menjelaskan diet osteoartritis dengan respon klien mendengarkan dan menjawab pertanyaan yang diajukan, memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya dengan respon klien mendengarkan dan menjawab pertanyaan yang diberikan, mengevaluasi pengetahuan pasien dan keluarganya tentang respon klien dalam mendengarkan dan menjawab pertanyaan yang diajukan.
Konsep Gangguan Mobilitas Fisik
- Definisi
- Tanda dan Gejala
- Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas
- Penyebab Gangguan Mobilitas Fisik
- Kondisi Klinis Terkait Gangguan Mobilitas Fisik
- Komplikasi
- Penatalaksaan
Konsep Asuhan keperawatan
- Pengkajian
- Diagnosa Keperawatan
- Intervensi
- Implementasi
- Evaluasi
Intervensi keperawatan pada lansia merupakan penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang berguna untuk mencegah, mengurangi atau mengurangi permasalahan pada lansia (Kholifah, 2016). Intervensi keperawatan menurut Kelompok Kerja SIKI & SLKI DPP PPNI (2017), adalah segala bentuk terapi yang dilakukan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan pengkajian klinis. Tindakan keperawatan meliputi tindakan keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan kesehatan/keperawatan, dan tindakan medis yang dilakukan perawat (Saifudin, 2018).
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya pada saat perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditentukan serta menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan, dan pelaksanaan.
Kerangka Masalah
Melalui rencana asuhan keperawatan meliputi: Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya, mengidentifikasi pengetahuan klien dan keluarga mengenai gangguan mobilitas fisik, mengidentifikasi toleransi fisik terhadap ambulasi, memantau kondisi umum selama ambulasi, memfasilitasi aktivitas ambulans dengan alat bantu (misal: intervensi yang telah dirumuskan sesuai dengan tim Pokja SLKI dan SIKI DPP PPNI (2017), diagnosis defisit pengetahuan yang ketiga berkaitan dengan kurangnya paparan informasi yaitu setelah diberikan pengobatan 2x24 jam diharapkan pengetahuan meningkat, dengan kriteria hasil : Perilaku klien sesuai dengan anjuran, kemampuan klien dan keluarga dalam menjelaskan pengetahuan tentang osteoarthritis meningkat, dan perilaku klien sesuai dengan pengetahuan yang diajarkan. Melalui rencana asuhan keperawatan meliputi: Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan memperoleh informasi, mengidentifikasi klien dan keluarga pengetahuan tentang osteoartritis, pemberian materi dan media pendidikan kesehatan, perencanaan pendidikan kesehatan yang disepakati, pemberian kesempatan bertanya, penjelasan pengertian osteoartritis, penjelasan penyebab osteoartritis, penjelasan tanda-tanda osteoartritis dan penjelasan pola makan penderita osteoartritis.
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
Sumber air minum: mata air matang berkualitas baik g. pembuangan sampah: tempat pembuangan sampah terletak di belakang rumah. masyarakat setempat menyebutnya jublangan. H. sumber pencemaran: tidak ada. Ictus cordis teraba Pada palpasi abdomen tidak teraba pembesaran hati dan tidak ada nyeri tekan. Saya puas dengan cara keluarga saya mendiskusikan berbagai hal dengan saya dan mengungkapkan masalah dengan saya.
Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan cinta dan menanggapi emosi saya seperti kemarahan, kesedihan atau cinta.
Analisa Data
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Terapi Relaksasi Defisit Pengetahuan. berhubungan dengan kurangnya paparan informasi yang dibuktikan dengan kurangnya pengetahuan klien secara detail mengenai osteoartritis.
Implementasi
Dalam pelaksanaan pelaksanaan keperawatan tidak ditemukan hambatan karena pasien dan keluarga bersikap kooperatif dengan perawat, sehingga rencana tindakan dapat terlaksana. Pada akhir pengkajian keperawatan diagnosis pertama gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi, disimpulkan bahwa masalah keperawatan pasien teratasi karena sesuai dengan tujuan yang ditetapkan perawat yaitu peningkatan pergerakan ekstremitas, pertumbuhan. kekuatan otot dan peningkatan rentang gerak (ROM). Hal ini sesuai dengan isi buku pembahasan menurut Pokja DPP PPNI SLKI (2017), bahwa tujuan diagnosis nyeri kronik berkaitan dengan kondisi muskuloskeletal kronik yaitu meningkatkan kemampuan beraktivitas, mengurangi keluhan nyeri dan tingkat nyeri berkurang dari 5 menjadi 3.
Dalam diagnosa keperawatan, kesenjangan pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi yang memerlukan dua hari pelaksanaan.
Evaluasi
PEMBAHASAN
Pengkajian
S mengalami gangguan mobilitas fisik karena tanda-tanda yang didapat antara lain kekuatan otot dengan nilai 4 yaitu adanya mobilitas sendi, otot dapat menahan pengaruh gravitasi dengan tahanan yang sedikit, namun tidak dapat menahan tahanan. Gangguan mobilitas fisik merupakan keterbatasan gerak tubuh satu atau lebih anggota tubuh secara mandiri (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Kekurangan S mengakibatkan penurunan massa otot, perubahan koordinasi, kekakuan sendi, dan penurunan kekuatan otot.
Tidak terdapat gap antara tinjauan literatur dengan studi kasus, yaitu pada tinjauan literatur pasien osteoarthritis mengalami kekakuan sendi, nyeri, keterbatasan gerak dan berkurangnya kekuatan otot.
Diagnosa Keperawatan
Sedangkan data obyektif yang mendukung hal tersebut adalah: nyeri skala lima, wajah meringis, rentang gerak tidak terbatas pada bagian atas, rentang gerak terbatas pada bagian bawah. Data tersebut didukung oleh data subjektif: Ny. S. mengatakan bahwa dia tidak memahami penyakitnya dan makanan apa saja yang harus dihindari. Sementara itu, terdapat data obyektif yang mendukung hal tersebut: kondisi klien terlihat lemah dan sering terlihat meringis, serta klien menanyakan makanan apa yang harus dihindari.
Pada diagnosa keperawatan terdapat gap antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus, pada tinjauan kasus terdapat diagnosa yang tidak terdapat pada tinjauan pustaka yaitu kecemasan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi.
Intervensi
Intervensi dirancang sesuai dengan Pokja SLKI dan SIKI DPP PPNI (2017) pada diagnosis awal gangguan mobilitas fisik terkait kekakuan sendi yaitu setelah dilakukan pengobatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan mobilitas fisik berkurang, dengan hasil yang diharapkan. Kriteria : Mobilitas ekstremitas bawah klien meningkat, kekuatan otot klien meningkat dari 4 menjadi 5, rentang gerak (ROM) klien meningkat, dan klien dapat menggunakan alat bantu dengan baik. Intervensi yang dirancang sesuai dengan pendapat Pokja SLKI dan SIKI DPP PPNI (2017) pada diagnosa keperawatan nyeri kronik yang kedua berkaitan dengan penyakit muskuloskeletal kronik yaitu setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri tersebut hilang. menurun, dimana kriteria hasil : Meningkatkan kemampuan klien dalam menyelesaikan aktivitas menurun, keluhan nyeri pasien berkurang, ekspresi meringis atau meringis berubah menjadi tidak meringis, dan skala nyeri klien menurun dari 5 menjadi 3. Sepanjang rencana asuhan keperawatan meliputi: Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi respon nyeri non verbal, identifikasi yang memperparah dan.
Sedangkan pada case review intervensi diagnosis 3 menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan pola makan pada pasien osteoarthritis.
Implementasi
Evaluasi
Setelah mengamati dan melaksanakan asuhan keperawatan pada lansia penderita osteoartritis yang mempunyai kendala mobilitas fisik di desa Pasirian Lumajang, maka penulis dapat menarik kesimpulan dan saran yang dapat berguna dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan pada pasien osteoartritis. Dari hasil uraian asuhan keperawatan pada lansia dengan osteoartritis, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut. Pelayanan kesehatan keluarga bagi lanjut usia dengan kurang aktivitas fisik di wilayah kerja Puskesmas Nanggolo Padang.
Asuhan keperawatan lansia pada pasien osteoarthritis dengan masalah keperawatan mobilitas fisik di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya.
PENUTUP
Simpulan
Saran
Asuhan keperawatan pada keluarga lanjut usia dengan gangguan pemenuhan kebutuhan mobilitas fisik pada lansia gout arthritis di Desa Sangatmider Kecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung. Hubungan Faktor Penyebab Osteoartritis dan Nyeri Pada Lansia Penderita Osteoartritis di Wilayah Kerja Puskesmas Malalak Kecamatan Malalak Kabupaten Agam. Makanan yang tidak boleh diberikan : Ikan sarden/tenggiri, isi perut, kerang, paru-paru, hati, limpa, otak, daging sapi, daging sapi, kaldu, bebek, angsa, unggas.
Makanan yang dapat diberikan : Kacang kering maksimal 25 gr/hari, tahu, tempe, oncom maksimal 90 gr/hari.