Tesis ini menjelaskan tentang proses berkembangnya permukiman kumuh, upaya penanggulangannya, dan dampak yang ditimbulkan oleh permukiman kumuh tersebut terhadap kehidupan masyarakat di desa nelayan Tambak Lorok, Semarang. Penduduk Tambak Lorok merupakan produsen perikanan di Semarang yang tinggal di daerah kumuh pesisir.
Latar Belakang dan Permasalahan
Pada tahun 1989, pembangunan gudang di Tambak Lorok terus berlanjut hingga dampaknya dirasakan dan disadari oleh masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, skripsi ini mengkaji permukiman kumuh di Tambak Lorok ditinjau dari berbagai permasalahannya.
Ruang Lingkup
Perkembangan masyarakat pesisir di Tambak Lorok dalam mengatasi permasalahan permukiman kumuh menarik untuk ditulis karena terjadi fluktuasi kondisi lingkungan selama periode tahun 1970 hingga 1993 baik yang disebabkan oleh faktor alam maupun faktor manusia. Ada cerita menarik mengenai upaya masyarakat Tambak Lorok dan pemerintah dalam menanggulangi permasalahan kumuh ini.
Tujuan Penelitian
Menurut Hughes, sejarah lingkungan menjelaskan isu-isu lingkungan hidup saat ini dan bagaimana akar permasalahan tersebut terjadi di masa lalu. Melalui sejarah lingkungan, aspek-aspek seperti pertanyaan tentang bagaimana masa lalu mempengaruhi isu-isu lingkungan dan masyarakat manusia saat ini, dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan dan perkembangan fenomena alam dipelajari.
Tinjauan Pustaka
Tesis ini mengkaji kebudayaan sebagai bagian dari aktivitas sosial masyarakat Tambak Lorok di Semarang. Bedanya dengan skripsi ini, perpustakaan ini terdiri dari beberapa artikel sehingga menyajikan pembahasan yang tidak lengkap dan detail.
Kerangka Pemikiran
32Augi Sekatia, “Studi Permukiman Kumuh Tambak Lorok Semarang dan Nelayan, Studi Kasus Partisipasi Masyarakat”, Jurnal Jurusan Arsitektur Modul Vol. Watson berpendapat bahwa permukiman kumuh adalah permukiman yang mempunyai status tidak layak untuk dihuni manusia.
Metode Penelitian
Sumber primer lisan diperoleh melalui wawancara langsung dengan beberapa masyarakat yang tinggal di Tambak Lorok sejak lahir. Tahapan ini dilakukan untuk membentuk susunan fakta secara kronologis dan menggambarkan hubungan kausalitas (sebab akibat) secara utuh mengenai permasalahan permukiman kumuh di Tambak Lorok.
Sistematika Penulisan
Bab ini diakhiri dengan gambaran umum kegiatan masyarakat dan kaitannya dengan kawasan kumuh Tambak Lorok. Bab III, berisi penjelasan mengenai permasalahan pokok penelitian tesis yaitu perkembangan kawasan kumuh di Tambak Lorok.
Asal-usul Perkampungan Nelayan Tambak Lorok
Kawasan Tambak Lorok merupakan salah satu tempat pemukiman yang ada di kota semarang, oleh karena itu Tambak Lorok disebut dengan desa. Begitulah kondisi masyarakat di Tambak Lorok dan sekitarnya sebelum berdirinya pemukiman Tambak Lorok. 52.
Kondisi Geografis dan Lingkungan Tambak Lorok
Saat itu, sungai di sebelah timur Tambak Lorok belum sebesar sungai saat ini. Untuk mendapatkan gambaran kawasan Tambak Lorok agar lebih mudah dipahami, menggunakan peta merupakan salah satu cara yang tepat. Berdasarkan peta tahun 1970an di atas dapat dijelaskan bahwa Desa Tambak Lorok terletak dalam wilayah administratif Desa Rejomulyo, Kecamatan Semarang Utara.
Lahan kosong di Tambak Lorok pada tahun 1970-an masih sangat luas dan jarak rumah warga satu dengan rumah warga lainnya masih beberapa meter. Potensi tambak ikan dan udang di Tambak Lorok masih sangat besar dan menguntungkan masyarakat saat itu. Selain usaha di bidang perikanan, ada faktor lain yang menjadi daya tarik pendatang baru ke Tambak Lorok.
Tahun 1970-an merupakan tahun penting bagi Tambak Lorok, karena pada tahun ini Tambak Lorok tidak lagi hanya dihuni oleh para nelayan, namun juga oleh para pekerja di ladang lainnya. Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 1970 di sekitar Tambak Lorok sudah terdapat beberapa pabrik yang memproduksi berbagai macam kebutuhan masyarakat.
Pertumbuhan Penduduk Tambak Lorok
Lokasi desa Tambak Lorok sangat menguntungkan bagi perekonomian masyarakat yang bermatapencaharian sebagai produsen hasil perikanan, baik ikan hasil tangkapan maupun ikan olahan. Letaknya yang strategis dan dekat dengan mata pencaharian menjadi daya tarik yang kuat bagi banyak masyarakat untuk datang dan tinggal di Tambak Lorok, sehingga pertumbuhan penduduk di Tambak Lorok pada tahun berikutnya mengalami perkembangan pesat dan segera menjadi sebuah desa. Jumlah penduduk yang berprofesi sebagai nelayan dapat diketahui berdasarkan data statistik jumlah nelayan di Tambak Lorok.
Peningkatan tersebut disebabkan adanya program modernisasi perikanan yang menerapkan Tambak Lorok sebagai unit desa nelayan. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, Tambak Lorok dan berbagai permukiman lainnya memerlukan penataan ruang permukiman, namun kondisi Tambak Lorok pada tahun 1970an tidak memungkinkan penataan tersebut dapat terwujud. Permasalahan permukiman yang tidak tertata dan kumuh merupakan salah satu permasalahan penting yang belum tersentuh di wilayah pinggiran seperti Tambak Lorok.
Jumlah RK di Desa Tambak Lorok pada tahun itu juga bertambah menjadi dua RK. Berdasarkan data penduduk di Kelurahan tahun 1991-1995 seperti terlihat di atas, Desa Tambak Lorok masih mencakup 4 RW terakhir yaitu RW XIII, XIV, XV dan XVI.
Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Tambak Lorok
Masyarakat pesisir seperti di Tambak Lorok merupakan sumber daya manusia yang sangat dekat dengan laut. Salah satu dampak penurunan tanah di Tambak Lorok menyebabkan lantai bangunan sering retak (Koleksi Peneliti, 2018).
Penurunan Kualitas Kesehatan Hidup Masyarakat
Penderitaan yang dialami masyarakat Tambak Lorok menjadi pembelajaran bagi generasi penerus. Pada tahun 1970, beberapa aktivitas negatif masyarakat Tambak Lorok yang diuraikan pada bab sebelumnya berlangsung selama beberapa tahun hingga menumpuk dan melahirkan permukiman kumuh di Tambak Lorok dan sekitarnya. Salah satu akibat dari pengaruh kawasan kumuh terhadap kesehatan masyarakat di Tambak Lorok adalah mewabahnya penyakit malaria.
Kawasan pesisir pantai Semarang, khususnya kawasan kumuh di Tambak Lorok dan sekitarnya merupakan tempat penyebaran penyakit malaria paling cepat. Seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, penyakit malaria merupakan penyakit yang menyerang Tambak Lorok. Kenyamanan juga terganggu dengan bau busuk yang menyebar di sekitar TPI dan dermaga di Tambak Lorok.
Pada tahun 1984, masyarakat Tambak Lorok dan sekitarnya kembali dites wabah kolera. Kita bisa melihat dampak permukiman kumuh tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat di Tambak Lorok saja, namun juga merembes ke wilayah sekitarnya.
Kekumuhan Menyebabkan Beban Ekonomi Bertambah
Pada tahun 1971, terjadi wabah kolera yang menjangkiti beberapa warga di Semarang yang biasanya tinggal di daerah sekitar pantai, seperti di Tambak Lorok. Kebiasaan tersebut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kesehatan warga di Tambak Lorok terkena penyakit seperti kolera. Pada tahun 1975, terkait permasalahan perekonomian nelayan seperti di Tambak Lorok yang begitu memprihatinkan, pemerintah melakukan beberapa upaya untuk melindungi kehidupan nelayan.
Seperti yang terjadi di Tambak Lorok pada tahun 1975 ke atas, pendapatan nelayan yang menggunakan perahu motor tempel dalam sekali operasi selama dua hari berkisar antara Rp. Uraian permasalahan rumah tangga nelayan pekerja di Tambak Lorok Semarang dapat dilihat pada contoh di bawah ini. Pada tahun 1987, banjir rob melanda kompleks perumahan elit di sebelah barat Tambak Lorok, yakni Tanah Mas.
Pada tahun 1990-an dan setelahnya, tambak di ujung Tambak Lorok hampir terendam seluruhnya. Warga Tambak Lorok yang berpenghasilan lebih dari cukup masih bisa bertahan hidup dengan meninggikan pondasi dan atap rumahnya satu per satu.
Upaya Masyarakat dan Pemerintah Menghadapi Kekumuhan di Tambak Lorok
Upaya Masyarakat Menanggulangi Kekumuhan di Tambak Lorok
Satu-satunya cara menyelamatkan rumah mereka adalah dengan membangun tanggul di sepanjang Pantai Tambak Lorok. Melihat kenyataan tersebut, jelas bahwa untuk mewujudkan kondisi lingkungan yang sehat di Desa Tambak Lorok, jelas diperlukan peningkatan penyediaan sarana sanitasi yang memadai. Masyarakat di Tambak Lorok sebenarnya juga memiliki keterampilan budaya yang baik, seperti semangat gotong royong yang masih banyak dilakukan di daerah asalnya masing-masing.
Semangat itu tidak muncul kembali ketika mereka tinggal di Tambak Lorok, mungkin karena tidak ada yang mengajak dan mengarahkan mereka secara maksimal. Rob yang menjadi salah satu penyebab khusus kekumuhan di Tambak Lorok cukup sulit diatasi. Kemudahan arus informasi ke depan diharapkan dapat mendukung Tambak Lorok menjadi permukiman yang lebih baik.
Kemajuan di Tambak Lorok ini, meski tidak besar, namun cukup meringankan beban hidup warga di sana. Kontribusi Pemerintah Dalam Mengatasi Permukiman Kumuh di Tambak Lorok Upaya Pemerintah Memperbaiki Kondisi Permukiman.
Kontribusi Pemerintah Menanggulangi Kekumuhan di Tambak Lorok Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk memerbaiki keadaan permukiman
Selain kegiatan persuasif, peran Pemkot Semarang juga hadir di Tambak Lorok saat banjir. Pada awal tahun 1970, banjir melanda beberapa tempat di Semarang, termasuk Tambak Lorok. Keadaan Tambak Lorok pada tahun itu tidak ada saluran air dari rumah warga hingga ke sungai.
Hal ini terjadi tidak hanya di sekitar Tambak Lorok, tapi juga di daerah lain seperti Jepara. Permukiman kumuh di Tambak Lorok berkembang sebagai dampak jangka panjang dari urbanisasi yang tidak terkendali. Banjir rob menyebabkan rumah-rumah di Tambak Lorok berjamur, pudar, dan tampak kotor.
Kondisi kumuh di Tambak Lorok seringkali menimbulkan gangguan kesehatan terutama pada kulit, pernafasan dan pencernaan. Peningkatan sumber daya manusia melalui penyuluhan, pelatihan dan pendirian pusat pendidikan anak di Tambak Lorok.
Buku, Monografi, Artikel, Laporan Penelitian, dan Internet
Fikadiana, “Pemukiman Nelayan Tambak Lorok Semarang”, Skripsi Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip, 2001 (http://eprints.undip.ac.id/21600/, diunduh 4 Juli 2018). 55-56, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro (www.ejournal2.undip.ac.id/index.php/jkt, diunduh 19 Juli 2017). Natalia, Mita dan Muhammad Mukti Alie, “Studi Kemiskinan Pesisir di Kota Semarang (Studi Kasus: Perkampungan Nelayan Tambak Lorok)”, Jurnal Teknik PWK, Volume 3 Nomor 1 Tahun 2014), (http://ejournal-s1.undip.ac .id/index.php/pwk, diunduh 29 Oktober 2017).
Editorial harian Suara Merdeka, "Semarang Setara" telah diumumkan (http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/printed Semarang-Setara-Declared, diunduh pada 19 Desember 2016). Sarah, Dwi, dkk., “Perhitungan Penurunan Tanah Lintas Bandarharjo-Poncol Kota Semarang Berdasarkan Pemodelan 2 Dimensi”, Prosiding Presentasi Hasil Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI 2012. http://jrisetgeotam. com/index.php/proceedings/ article/ download/680/ pdf, diunduh 7 Oktober 2018). Sumarno, “Slogan Anehnya Slogan” (http://www.kompasiana.com/ sumarno/ . anehnya-slogan-kota., diunduh 26 Oktober 2016).
Sutomo, Yudi og Taufan Yudha, "Sea Alms Ritual in Semarang", (https://liputan6.com/news/read134196/ritual-sedekah-laut-di-semarang, downloadet den 24. juli 2018). Widodo, Sahid Teguh, "Construction of Javanese Names Case Study of Modern Names in Surakarta" (https://journal.ugm.ac.id/index.php/jurnal-humaniora/article/view/1815, downloadet den 16. september 2017 ).
Surat Kabar
Foto dan Gambar