Kulit dan barang dari kulit 1 15
Barang dari karet 1 8
Barang logam selain pabrik mesin 10 654 Pabrik dan reparasi mesin selain mesin
listrik
4 51
Plastik 2 16
Kimia 5 353
Lain-lain 8 728
Jumlah 109 9.526
Sumber: Semarang dalam Angka, 1973.
Berdasar tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa pada tahun 1970 di sekitar Tambak Lorok sudah terdapat beberapa pabrik yang memproduksi berbagai macam kebutuhan masyarakat. Hal ini menjadi salah satu faktor penting meningkatnya jumlah penduduk di Tambak Lorok.
Sumber: Semarang dalam Angka 1961, 1971, 1977;
Sensus Penduduk Kota Semarang, 1980; dan Kecamatan Semarang Utara dalam Angka, 1982-1990.
Berdasar tabel di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa, pada tahun 1970-an sampai dengan tahun 1980 di Kelurahan Rejomulyo terjadi peningkatan jumlah penduduk yang cukup signifikan. Sebagaimana yang pernah disinggung sebelumnya hal itu terjadi karena berbagai faktor, utamanya ialah faktor ekonomi.
Lokasi perkampungan Tambak Lorok sangat menguntungkan bagi perekonomian masyarakatnya yang bermata pencaharian sebagai produsen hasil perikanan, baik ikan tangkap maupun ikan olahan. Keuntungannya ada pada segi pemasaran, hasil produksi usaha perikanan yang mereka miliki dapat segera dipasarkan karena lokasi perkampungan ini relatif lebih dekat dengan pusat ekonomi di Kota Semarang yaitu Pasar Johar dan Pasar Ikan Sayangan di Terminal Bubakan. Lokasi yang strategis dan dekat dengan lokasi mata pencaharian ini menjadi daya tarik yang kuat bagi banyak orang untuk datang dan tinggal di Tambak Lorok, sehingga pertumbuhan penduduk di Tambak Lorok pada tahun selanjutnya mengalami perkembangan pesat dan segera menjadi sebuah perkampungan. Salah satu contoh penduduk pendatang di Tambak Lorok ialah Kayun. Ia berasal dari Surakarta dan tinggal di Tambak Lorok sejak tahun 1969. Alasan Kayun menetap di Tambak Lorok ialah karena keahliannya dalam membuat ikan asin. Ia ingin menjalankan usaha ikan asin dengan bahan baku yang bisa diperoleh langsung dari sumbernya yaitu para nelayan. Hal itu juga dilakukan agar bahan baku ikan asin bisa diperoleh dengan harga murah dan keuntungan
1980 20.155
1982 20.631
1983 20.703
1987 21.564
1989 21.647
1990 21.875
yang dihasilkan bisa lebih besar. Hanya dengan keahlian ini lah Kayun bisa bertahan hidup, sebab ia hanyalah seorang lulusan Sekolah Rakyat (SR).66
Penduduk dengan profesi nelayan dapat diketahui jumlahnya berdasar data statistik tentang jumlah nelayan di Tambak Lorok. Jumlah nelayan di Tambak Lorok mengalami pasang surut dari tahun ke tahun. Jumlah nelayan Tambak Lorok pada tahun 1970 sebanyak 230 orang. Empat tahun kemudian jumlah nelayan meningkat menjadi 605. Lonjakan itu karena adanya program modernisasi perikanan yang menerapkan Tambak Lorok sebagai Unit Desa Nelayan. Tambak Lorok kemudian dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana untuk menunjang program tersebut seperti; KUD (Koperasi Unit Desa), TPI (Tempat Pelelangan Ikan), pembangunan permukiman nelayan dan sebagainya. Kondisi yang demikian menyebabkan semakin banyak nelayan dari luar yang pindah ke Tambak Lorok seperti dari Wedung, Bonang, Jepara dan Rembang.67
Semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk, Tambak Lorok dan berbagai permukiman lainnya membutuhkan penataan ruang permukiman, tetapi kondisi Tambak Lorok pada tahun 1970-an, belum memungkinkan dilakukan penataan tersebut. Hal itu disebabkan oleh pembangunan di Indonesia kala itu masih memprioritaskan pembangunan di daerah-daerah pusat pemerintahan yang dianggap lebih utama dan membutuhkan penataan setelah masa kemerdekaan itu.
Masalah permukiman tidak tertata dan kekumuhan ini menjadi salah satu masalah penting yang belum terjangkau sampai daerah pinggiran seperti Tambak Lorok.
Hal itu sering kali menyebabkan di beberapa wilayah pusat perkotaan lebih dahulu mengalami perubahan dan perbaikan tata ruang dibandingkan dengan daerah pinggiran kota. Keadaan pusat kota dan sekitarnya dinilai lebih membutuhkan penataan disebabkan oleh migrasi manusia yang lebih cepat dibandingkan kemampuan kota itu sendiri dalam menampung para pendatang
66Wawancara dengan Kayun, 19 Juli 2018. Ia adalah seorang pengusaha ikan asin di Tambak Lorok.
67Wardhani, “Peranan Perempuan dalam”, hlm. 39.
tersebut. Tentu itu semua terjadi karena adanya daya penarik seperti keinginan meraih rezeki dan upaya bertahan hidup atau memerbaiki keadaan hidup menuju kehidupan yang lebih baik. Sebagaimana pepatah yang mengatakan: “di mana ada gula di situ ada semut”. Masalah ini merupakan bagian dari proses modernisasi yang berlangsung sangat cepat dan apabila tidak diantisipasi dengan cepat bisa menambah persoalan-persoalan perkotaan yang sudah ada sebelumnya dan keadaan kota menjadi semakin kritis.
Sebagaimana pembahasan tentang perkembangan penduduk yang telah disebutkan di atas, untuk memeroleh gambaran perkembangan penduduk di Tambak Lorok, selanjutnya perlu untuk melihat kelanjutan perkembangan penduduk pada beberapa tahun berikutnya. Tahun 1982, jumlah penduduk di perkampungan Tambak Lorok terus meningkat. Jumlah RK di Perkampungan Tambak Lorok pada tahun itu pun turut bertambah menjadi dua RK. Pada tingkat kelurahan di tahun 1982, Kelurahan Rejomulyo memiliki 12 RK dan 89 RT. Dua RK terakhir yaitu RK XI dan XII merupakan perkampungan nelayan Tambak Lorok, dari tahun ke tahun, data statistik Kelurahan Rejomulyo terus menunjukkan peningkatan jumlah Rukun Kampung. Seiring perkembangan dan perubahan penataan di wilayah kampung, istilah Rukun Kampung sendiri juga mengalami perubahan. Lima tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1987, istilah Rukun Kampung dalam data dari Kelurahan Rejomulyo diubah menjadi Rukun Warga (RW). Perubahan dari RK menjadi RW adalah berdasar Permendagri No.7 tahun 1983 tentang Pembentukan RT dan RW.68 Jumlah RW di Rejomulyo meningkat menjadi 16 RW dan 107 RT. Perkampungan Tambak Lorok meliputi 4 RW terakhir yaitu RW XIII, XIV, XV, dan XVI.69
Empat tahun kemudian tepatnya pada tahun 1991, di Rejomulyo masih memiliki jumlah RW yang sama dengan tahun 1987, yaitu sebanyak 16 RW.
68“Sejarah Singkat RW 07 Kelurahan Margahayu Utara” (https://
kimmargahayuutara . wordpress.com/ categori/ rukun –warga -07/, diakses pada 20 Juli 2017).
69Semarang dalam Angka Tahun 1971, 1977, dan 1982 dalam Wardhani,
“Perkembangan Peranan”. hlm. 42.
Namun demikian perkembangan jumlah penduduknya dapat dilihat dengan bertambahnya 1 RT baru, sehingga jumlah RT di Rejomulyo menjadi 108 RT.
Jumlah penduduk di Kelurahan Rejomulyo pada tahun 1991 sebanyak 21.282 jiwa, pada tahun 1992 yaitu 20.833 jiwa. Satu tahun berikutnya, pada tahun 1993 Kelurahan Rejomulyo diubah namanya menjadi Tanjung Mas dan berpenduduk sebanyak 20.138 jiwa. Jumlah penduduk mengalami fluktuasi di sekitar angka- angka tersebut sampai tahun 1995 yang menjadi tahun terjadinya pelonjakan jumlah penduduk yang cukup signifikan. Jumlah penduduk pada tahun 1995 mengalami peningkatan pada akhir tahun sebesar 33 % menjadi 28.l09 penduduk.70 Peningkatan tersebut disebabkan oleh menjelang tahun 1995, di sekitar wilayah Tambak Lorok semakin banyak didirikan pabrik, yang menyebabkan banyak warga berdatangan dari luar Kota Semarang dan menjadi warga baru di Kelurahan Tanjung Mas. Data tertulis mengenai jumlah penduduk di Kelurahan Rejomulyo sangat terbatas, sehingga penulis mengalami kesulitan untuk mengetahui pertumbuhan penduduknya dari tahun ke tahun. Menurut data kependudukan di kelurahan tersebut tahun 1991-1995 seperti yang dapat dilihat di atas, Perkampungan Tambak Lorok masih tetap meliputi 4 RW terakhir yaitu RW XIII, XIV, XV, dan XVI.