• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data dan sebagian hasil studi mengenai perkampungan nelayan seperti Tambak Lorok selama ini telah menunjukkan bahwa dibandingkan dengan nelayan pemilik, tingkat kehidupan sosial ekonomi nelayan buruh sangat rendah dan bahkan dapat dikatakan sebagai lapisan sosial yang paling miskin di desa- desa pesisir. Kemiskinan ini memengaruhi minat masyarakat yang hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan hidup saja, sehingga kurang memperdulikan kemajuan dalam pendidikan dan kesehatan. Hal itu memengaruhi pola berpikir sebagian besar masyarakat Tambak Lorok, karena jumlah nelayan buruh sangat besar, sehingga pola hidup dan pola berpikir dari para nelayan buruh ini mendominasi di lingkungan sosial masyarakat kawasan tersebut. Lingkungan tempat tinggal pada akhirnya juga mengalami pengaruh dari perilaku dan gaya hidup masyakarat.40

Skripsi yang berjudul “Kekumuhan di Perkampungan Nelayan Tambak Lorok Kota Semarang Tahun 1970-1993” ini, menggunakan sumber-sumber primer maupun sekunder yang diperoleh dari beberapa lembaga kearsipan dan perpustakaan seperti Perpustakaan Universitas Diponegoro, Perpustakaan Ilmu Sejarah dan Kearsipan Universitas Diponegoro, Perpustakaan Universitas Gadjah Mada, Pusat Informasi Kompas-Biro Jawa Tengah, Depo Arsip Suara Merdeka, Kantor Bagian Arsip Kecamatan Semarang Utara, Kantor Bagian Arsip Kelurahan Tanjung Mas Semarang, Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah dan Perpustakaan Badan Pusat Statistika (BPS) Provinsi Jawa Tengah. Pengumpulan sumber primer juga dilakukan melalui sumber lisan dari wawancara dengan beberapa warga asli di Perkampungan Tambak Lorok.

Heuristik yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini, dimulai dengan pencarian informasi di Kantor Pusat Informasi Kompas-Biro Jawa Tengah di Semarang. Penulis memeroleh beberapa koran dari tahun 1980 sampai 1990-an yang berkaitan dengan berita tentang kekumuhan di sepanjang pesisir Jawa Tengah. Penulis juga menemukan beberapa berita mengenai upaya pemerintah dalam menanggulangi permukiman kumuh di Kota Semarang tahun 1980 sampai 1990-an. Karena dirasa belum mendapat sumber penelitian yang cukup mendalam, pencarian dilanjutkan ke Depo Arsip Harian Suara Merdeka. Harian Suara Merdeka adalah salah satu perusahaan surat kabar terbesar yang ada di Kota Semarang sampai saat ini sejak didirikan pada tahun 1950, maka dirasa telah banyak menyimpan sumber sejarah terkait masalah permukiman di Semarang seperti Tambak Lorok dari tahun 1970 sampai 1990-an. Proses pencarian informasi dari koran Suara Merdeka yang telah dibendeli berdasar bulan terbit berita dan dikelompokan berdasar urutan tahun ini cukup membutuhkan kesabaran, karena diharuskan untuk membuka banyak lembaran arsip koran satu persatu, sehingga membutuhkan waktu yang cukup banyak. Begitu pula langkah pencarian sumber primer dan sekunder dilakukan di beberapa tempat seperti Perpustakaan Universitas Diponegoro, Perpustakaan Ilmu Sejarah dan Kearsipan Universitas Diponegoro, Perpustakaan Universitas Gadjah Mada, Kantor Bagian Arsip Kecamatan Semarang Utara, Kantor Bagian Arsip Kelurahan Tanjung Mas

Semarang, Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah dan Perpustakaan Badan Pusat Statistika (BPS) Provinsi Jawa Tengah.

Sumber primer tertulis yang berupa arsip dalam skripsi ini dapat dikatakan sangat langka, karena pemerintah setempat dan masyarakat di Tambak Lorok belum terbiasa mengurus atau pun memelihara arsip-arsip dalam jangka waktu yang bertahun-tahun. Sebagian besar arsip mengenai Tambak Lorok telah hilang atau musnah, baik sengaja dimusnahkan atau pun karena tidak terpelihara.

Sumber primer lisan diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan beberapa orang yang tinggal di Tambak Lorok sejak lahir. Ada pula narasumber yang merupakan pendatang yang menyaksikan beberapa peristiwa di Tambak Lorok, serta sudah tinggal puluhan tahun di sana seperti Kayun dan Weli. Penulis juga bersyukur dapat bertemu dengan seorang nelayan yang merupakan keturunan dari warga generasi pendahulu di Tambak Lorok yaitu Sokeh. Berkat informasi yang disampaikannya, penulis bisa mendapatkan banyak gambaran tentang kondisi Tambak Lorok dahulu kala. Wawancara juga dilakukan dengan seorang pegawai Kelurahan Tanjung Mas bernama Jumani. Berkat informasinya penulis banyak mendapatkan gambaran masalah rob dan kondisi kesehatan lingkungan dan masayarakat secara umum di Tambak Lorok. Selain itu penulis juga mewawancarai beberapa orang lainnya yang berdomisili di Tambak Lorok sehingga dapat diperoleh informasi yang bulat menyeluruh serta dapat diseleksi kebenarannya. Selanjutnya, penulis melakukan klasifikasi sumber ke dalam kategori primer dan sekunder. Hasil klasifikasi wawancara dan sumber tertulis kemudian diseleksi dan dibanding-bandingkan, sehingga diperoleh informasi yang benar.

Sumber sekunder dalam skripsi ini merupakan data pendukung dalam memahami sumber utama yang telah diperoleh. Sumber ini diperoleh melalui studi pustaka terhadap buku-buku karya para sarjana, pascasarjana dan para peneliti yang ahli dan relevan. Penulis juga mencari artikel-artikel dari beberapa penulis yang dimuat oleh majalah dan surat kabar sezaman atau penerbitan yang lain, baik secara offline maupun online dengan mengunjungi beberapa situs online yang dinilai memiliki kredibilitas. Beberapa buku yang menjadi sumber sekunder

dari skripsi ini beberapa di antaranya telah disebutkan pada penjelasan tinjauan pustaka skripsi ini.

Sumber yang terkumpul bila sudah dipandang cukup, kemudian dilakukan kritik terhadap sumber-sumber tersebut untuk memastikan bahwa sumber-sumber yang akan digunakan dapat dipercaya. Pengujian sumber dilakukan melalui kritik ekstern dan intern.43 Kritik ekstern dilakukan untuk menguji otentisitas atau keaslian sumber. Beberapa sumber di Suara Merdeka telah didigitalisasi ke dalam bentuk soft file foto, tetapi hasilnya ada yang tidak sempurna sehingga tulisannya tidak dapat dibaca di beberapa bagian, sehingga perlu melakukan pencarian koran aslinya untuk mengecek langsung kebenaran tulisan dalam foto tersebut. Kritik juga dilakukan bagian bahan kertas atau bahan dari dokumen sumber. Misalnya saja penulis sudah melihat secara langsung bahan kertas dari koran yang diterbitkan pada tahun 1980-an memiliki ciri warna kecokelatan, terasa sudah kaku dan mudah rusak. Sesuai dengan keadaan usianya maka sumber koran tersebut dapat diyakini telah diterbitkan pada tahun 1980-an. Kritik intern dilakukan dengan membandingkan beberapa sumber sejarah yang penulis temukan dengan sumber-sumber lain yang lebih independen. Penulis melakukan koroborasi (membanding-bandingkan) informasi antara beberapa sumber yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, koran, atau artikel online yang telah diperoleh.

Sumber yang dinilai dapat dipercaya memiliki indikator adanya kesamaan informasi yang disampaikan beberapa sumber media cetak dan sumber lainnya.

Pencarian tentang kesesuaian antara informasi dari sumber-sumber yang diperoleh setelah dibanding-bandingkan bertujuan untuk mendapatkan fakta-fakta sejarah yang sahih seperti pembangunan industri di Tambak Lorok memengaruhi kenaikan urbanisasi di kawasan tersebut, urbanisasi dan aktivitas masyarakat Tambak Lorok yang semakin padat dan tidak terkendali memberi dampak pada kekumuhan permukiman tersebut serta hingga tahun 1993 masyarakat Tambak Lorok dan pemerintah Semarang terus berupaya mengurangi permasalahan kekumuhan yang terjadi.

43Tentang kritik ekstern dan intern lihat Gottschalk, Mengerti Sejarah, hlm.

80-117.

Tahap ketiga yaitu melakukan interpretasi, yaitu menghubungkan fakta- fakta yang ditemukan dari proses heuristik dan kritik sumber. Tahap ini dilakukan untuk membetuk susunan fakta-fakta yang kronologis dan menggambarkan hubungan kausalitas (sebab-akibat) peristiwa yang utuh tentang masalah kekumuhan yang ada di Tambak Lorok. Fakta-fakta yang relevan dengan masalah kekumuhan di Tambak Lorok itu akan disintesiskan melalui perkiraan, intrepetasi, dan teorisasi agar dapat dibentuk suatu hubungan antara satu fakta dan fakta lain dalam kerangka hubungan kronologis dan kausalitas. Hasil interpretasi ini dapat digunakan untuk mengeksplanasi peristiwa yang terjadi dengan bulat dan utuh, sehingga mudah untuk dipahami. Interpretasi ini dilakukan menggunakan konsep- konsep dan teori-teori sebagai alat bantu untuk menjelaskan antarfakta, yaitu hubungan kekumuhan di Pesisir Semarang dengan aktivitas masyarakat di Tambak Lorok serta proses alamiah seperti abrasi dan rob di sekitar Tambak Lorok.

Tahap metode yang terakhir ialah penulisan sejarah atau historiografi.

Penulisan dilakukan dengan memaparkan hasil interpretasi yang diperoleh menjadi sebuah kisah sejarah. Kisah sejarah yang dihasilkan disampaikan secara kronologis dan sistematis dalam bentuk tulisan sejarah. Penulisannya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga dapat dipahami oleh pembaca.