• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengenalan Awal

N/A
N/A
Setiadi Ahmad P

Academic year: 2024

Membagikan " Pengenalan Awal"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

AKUTANSI SESUAI PSAK 104 TENTANG AKUNTANSI ISTISHNA

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Muhamad Akbar Rafsanjani(0202221025) Eka Siti Safaat(0201111007)

Akutansi Syariah

Dosen pengampu : Mega Furyantie,SE,.ME

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA CIREBON

TAHUN AJARAN 2024

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin , segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam atas segala berkat,rahmat,taufik dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah “akutansi syariah”

Dalam penusunan makalah ini, penyususn memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, dan setelah saya menyelesaikan tugas. saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penyususn menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan keritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata saya berharap makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca pada umumnya dan penyusun pada khusunya.

Subang, 24 Februari 2024

(3)

DAFRAT ISI

KATA PENGANTAR...ii

DAFRAT ISI...iii

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Malasalah...1

C. Tujuan...1

BAB II...2

PEMBAHASAN...2

A. Pengertian akad Istishna...2

B. Landasan syariah akad istishna...3

C. Rukun dan syarat istishna...3

D. Pengakuan dan pengukuran akad istishna...4

E. penyajian dan pengungkapan akad istishna...6

F. PSAK Syariah 104...6

G. Studi kasus...6

BAB III...9

ANALISIS KASUS...9

BAB IV...11

PENUTUP...11

Kesimpulan...11

Saran...11

Daftar pustaka...11

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

Akuntansi Istishna (PSAK Syariah 104) bertujuan untuk mengatur mengenai pengukuran, pengakuan, penyajian dan pengungkapan dalam transaksi dengan memakai akad istishna. Di lembaga keuangan seperti perbankan syariah, akuntansi syariah ini sudah umum diterapkan, terutama bagi lembaga keuangan yang memiliki produk atau transaksi dengan menggunakan alur seperti akad istishna.

A. Latar Belakang

Akad istishna’ merupakan produk lembaga keuangan syariah, sehingga jual beli ini dapat dilakukan di lembaga keuangan syariah. Semua lembaga keuangan syariah memberlakukan produk ini sebagai jasa untuk nasabah, selain memberikan keuntungan kepada produsen juga memberikan keuntungan kepadakonsumen atau pemesan yang memesan barang. Sehingga lembaga keuangan syariah menjadi pihak intermediasi dalam hal ini.

B. Rumusan Malasalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1) Pembahasan mengenai akuntansi sesuai PSAK 104 tentang akuntansi Istishna.

2) Analisis implement akad istishna pembiayaan rumah (Studi kasus developer property syariah Bogor).

C. Tujuan

Tujuannya agar kita mengetahui apa itu akad istishna dan supaya kita memiliki kemampuan mendesain transaksi dan mempraktikan pengakuan dan penyajian serta pengungkapan transaksi istishna.

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian akad Istishna

Akad istishna adalah salah satu jenis akad dalam ekonomi Syariah yang digunakan untuk mengatur transaksi jual beli objek yang belum ada atau belum terbentuk. Dalam akad istishna, penjual sepakat untuk membuatkan atau memproduksi suatu objek sesuai dengan spesifikasi yang disepakati dengan pemesan. Akad ini memiliki ciri khas, yaitu transaksi jual beli yang melibatkan pembuatan atau produksi barang sesuai dengan pesanan.

Secara Bahasa istishna merupakan bentuk masdar dari kata istishna’a-yastashni’u- istisna’a, yang mempunyai makna meminta orang lain untuk membuatkan sesuatu untuknya.

Pengertian istishna secara istilah dalam fikih muamalah telah dijelaskan oleh beberapa mazhab ulama fikih, antara lain sebagai berikut:

a. Mazhab hanafiyah

Mazhab Hanafiyah memberikan pengertian istishna adalah sebuah akad untuk sesuatu yang tertanggung dengan syarat mengerjakannya., Misalnya bila seseorang berkata kepada orang lain yang memiliki keahlian dalam membuat sesuatu, “ buatkan aku sesuatu denga harga sekian dirham,” dan orang tersebut menerimanya, maka akad istishna telah terjadi dalam mazhab ini (Sarwat, 2018, p. 84.)

b. Mazhab Al-HanabilahKalangan ulama Mazhab Hambali memberikan pengertian istishna adalah jual-beli barang yang tidak atau belum dimilikinya yang tidak termasuk akad salam. Dalam hal ini akad istishna mereka samakan dengan jual beli dengan pembuatan atau dalam istilah mualanya adalah (

ةعنصلااب عيب

).

c. Mazhab al-Malikiyah dan asy-Syafi’iyahKalangan al-malikiyah dan Asy-Syafi’iyah mengaitkan istishna dengan akad salam. Memberikan

(6)

pengertian suatu barang yang diserahkan kepada orang lain dengan cara membuatnya.(Sarwat, 2018, p. 85).

Sedangkan menurut Hukum Ekonomi Syariah, istishna adalah jual beli barang atau jasa dalam bentuk pesanan dengan kriteria dan kondisi tertentu yang disepakati antara pembeli dan penjual. Istishna` (bentuk dasar dari istashna'ayastashni'u ism mashdar. Artinya meminta seseorang untuk membangunkan sesuatu untuknya. Dikatakan: istashna'a fulan baitan, seseorang memberinya rumah Minta dibangunkan (Pranata, 2013, p. 112)

Jadi, secara sederhana, istishna boleh disebut sebagai akad yang terjalin antara pemesan sebagai pihak pertama dengan seorang produsen suatu barang atau yang serupa sebagai pihak kedua, agar pihak kedua membuatkan suatu barang sesuai dengan yang inginkan oleh pihak pertama dengan harga yang disepakati antara keduanya.

B. Landasan syariah akad istishna

Perjanjian Istishna adalah perjanjian yang halal dan hukumnya didasarkan atas petunjuk Al Quran, As Sunnah dan Al Ijmak di kalangan umat Islam.Adapun dalam al-quran termuat dalam surat al-Baqarah ayat 275 yang artinya Allah mengizinkan perdagangan dan melarang riba. (Qs. al-Baqarah: 275)”

Selanjutnya istishna menurut kesepaktan ulama (ijmak) ulama. Dikatakan bahwa sebagian ulama sepakat bahwa umat Islam pada dasarnya mencapai konsensus (ijma`) bahwa akad istishna adalah akad yang sah dan telah dilaksanakan sejak dahulu kala tanpa ada seorangpun yang mengingkarinya.

Setiap ulama dan di setiap mazhab fikih telah menggariskan kaidah fiqhiyah dalam hal fikih muamalah yang selain kegiatan ibadah, yaitu:ةحبلا ءايأشلا يف لأصلا يرحححتلا ىلع ليلدححلا لدححي ىتح Bahwasannya hukum asal dalam segala sesuatu pada dasarnya boleh, hingga ada dalil yang menunjukan akan keharamannya sesuatu tersebut.

C. Rukun dan syarat istishna

(7)

Rukun merupakan salah satu unsur yang harus dan dipastikan ada alam sebuah akad. jika rukun tersebut salah satunya tidak ada di dalam akad, maka secara aturan, dipastikan akad tersebut tidak sah dan harus dilakukan akad baru.

Dalam akad istishna, memiliki tiga rukun yang harus terpenuhi dalam hukum Islam, agar akad tersebut benar-benar terjadi, yaitu antara lain harus adanya kedua belah pihak. Selain itu harusada barang yang diakadkan. Terakhir, harus adanya shigat atau ijab dan kabul dalam akad tersebut.

Adapun syarat-syarat dalam akad istishna’ adalah sebagai berikut:

a. kedua belah pihak

kedua belah pihak dalam akad istishna’ disebut dengan “mustasni’”

sebagai pihak pertama atau pihak pemasan dan disebut shani’ bagi pihak kedua, atau pihak yang dimintakan kepadanya pengadaan barang atau pembuatan barang yang dipesan.

b. Barang yang diakadkan

Dalam akad istishna’ barang yang diakadkan disebut dengan al-mahal sehingga menjadi objek dari akad istishna’. Objek akad adalah barang- barang yang harus diadakan atau dikerjakan, sehingga bisa digunakan manfaatnya oleh pemesan.

c. Shigat atau ijab Kabul

Ijab adalah lafaz dari pihak pemesan yang meminta kepada seseorang untuk membuatkan sesuatu untuknya dengan imbalan tertentu. Kabul adalah jawaban dari pihak yang dipesan untuk menyatakan persetujuannya atas kewajiban dan haknya itu. Ijab qabul adalah akad pertama.

Istishna bisa dibatalkan, dengan cara memenuhi kondisi:

1) Kedua belah pihak sepakat untuk membatalkannya.

2) Kontrak akan batal karena keadaan hukum yang dapat mengganggu kinerja atau kesimpulan kontrak.

D. Pengakuan dan pengukuran akad istishna

Dalam SAK Syariah, akad istishna biasa digunakan oleh lembaga keuangan perbankan syariah, dengan aturan pengakuan dan pengukuranya harus mengikuti standar yang sudah ditetapkan oleh DSAS IAI (Dewan Standar Akuntansi Syariah

(8)

Ikatan Akuntan Indonesia). Pengakuan dan pengukuran tersebut dilakukan oleh penjual maupun pembeli dengan ketentuan dari PSAK 104.

Akuntansi untuk penjual dinilai dari:

a.

penyatuan dan segmentasi akad,

b.

pendapatan istishna dan istishna pararel,

c.

istishna dengan pembayaran tangguh,

d.

biaya perolehan istishna,

e.

biaya perolehan istishna pararel,

f.

penyelesaian awal,

g.

perubahan pesanan dan tagihann tambahan, dan

h.

pengakuan taksiran rugi.

Akuntansi untuk pembeli dinilai dari:

a.

Aset istishna diakui pembeli saat menyelesaikan sebesar jumlah tahap yang ditagih oleh penjual serta sekaligus mengakui utang istishna kepada penjual,

b.

Aset yang diperoleh melalui akad istishna menggunakan pembayaran tangguh lebih dari satu tahun diakui sebanyak biaya perolehan tunai.

Selisih antara harga beli yang disepakati dalam akad istishna tangguh serta biaya perolehan tunai diakui menjadi beban istishna tangguhan,

c.

Beban istishna tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi pelunasan utang istishna,

d.

Pesanan yang terlambat diserahkan kepada pembeli dan menyebabkan kerugian yang disebabkan karena kelalaian penjual, maka kerugian tersebut harus dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek yang sudah diberikan penjual. Jika kerugian tersebut melebihi garansi penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui menjadi piutang jatuh tempo kepada penjual dan Jika dibutuhkan dibentuk penyisihan kerugian piutang,

(9)

e.

Barang yang ditolak oleh pembeli karena barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi di awal dan pembeli tidak menerima kembali uang yang sudah dibayarkan kepada penjual, maka jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai piutang jatuh tempo pada penjual dan apabila diperlukan dibentuk kerugian dan penyisihan piutang,

f.

Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi yang sudah disepakati dalam istishna paralel, maka barang pesanan tersebut diukur dengan memakai nilai yang lebih rendah antara harga pokok istishna serta nilai masuk akal. Selisih yang ada diakui sebagai kerugian periode berjalan.

E. penyajian dan pengungkapan akad istishna

Akad istishna’ dibagi menjadi 2 yakni akad istishna dan akad istishna paralel.

Istishna paralel sendiri merupakan pemesanan yang melibatkan tiga pihak tetapi menggunakan ijab qabul secara terpisah. Dengan kata lain setelah kesepakatan antara pembeli dan penjual telah disepakati, penjual melibatkan pihak lain untuk memenuhi pesanan tersebut dengan akad yang terpisah dengan pembeli.

F. PSAK Syariah 104

Akuntansi Istishna (PSAK Syariah 104) bertujuan untuk mengatur mengenai pengukuran, pengakuan, penyajian dan pengungkapan dalam transaksi dengan memakai akad istishna. Di lembaga keuangan seperti perbankan syariah, akuntansi syariah ini sudah umum diterapkan, terutama bagi lembaga keuangan yang memiliki produk atau transaksi dengan menggunakan alur seperti akad istishna. Akad istishna merupakan salah satu akad yang bisa diimplementasikan pada proses jual beli atu transaksi secara online. PSAK Syariah 104 dapat menjadi acuan pedoman atau acuan bagi pelaku bisnis saat melakukan pencatatan transaksi, pengukuran, pengakuan, penyajian serta pengungkapan saat melakukan transaksi jual beli menggunakan akad istishna.

G. Studi kasus

(10)

Analisis implement akad istishna pembiayaan rumah (Studi kasus developer property syariah Bogor).

Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada penerima dana, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan yang diberikan pasti akan terbayar.

Dengan semakin bertumbuhnya populasi manusia, semakin tinggi pula kebutuhan terhadap rumah maka pemerintah dan pengembang harus mampu memenuhi kebutuhan rakyatnya. Di Indonesia pertumbuhan penduduk saat ini mencapai 1,49% per tahun. Kebutuhan rumah setiap tahunnya mencapai 800.000 sampai satu juta unit. di mana pemerintah dan pengembang hanya mampu memenehui di angka 400.000 unit per tahun. Padahal rata-rata pertumbuhan penduduk Indonesia saat ini mencapai 1,49% per tahun. Apabila kemampuan penyediaan rumah terus di angka yang sama, maka kesenjangan (backlog) perumahan akan terus meningkat (Badan Pusat Statistik dalam Kemenkeu, 2015).

Masalah lain yang muncul adalah sulitnya akses mendapatkan rumah hunian yang layak. dimana nasabah mengajukan pembiayaan lebih terfokus kepada garansi apa yang menunjukan bahwa nasabah mampu mebayar, maka bank meminta jaminan tersebut, Dalam angsuran pembayaran menetapkan jumlah margin tidak flat karena rujukan adalah suku bunga pada saat itu, berbeda dengan bank syariah yang menetapkan asas kesepakatan margin dengan penentuan pada awal akad dan tidak berubah selama periode akad. Dengan kata lain, sistem kredit perumahan rakyat yang ditawarkan oleh perbankan konvensional jelas tidak sesuai dengan syariah karena mengandung unsur riba yang diharamkan.

Seorang muslim harus sadar terhadap keharaman riba dan gagalkan aktivitas riba, salah satunya dengan tidak mengambil bank konvensional untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan rumah. Bank syariah yang dikenal sebagai lembaga

(11)

keuangan non-ribawi dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah telah mencoba menjawab melalui produk pembiayaan rumah hunian atau dikenal dengan KPR syariah (KPRS).

Perbedaan antara KPR konvensional dan KPR Syariah adalah dari sisi akad yang ditawarkan. Jika KPR konvensional menggunakan sistem bunga, maka KPR syariah tidak boleh menggunakan instrumen bunga dalam perhitungan angsuran.

Di dalam transaksi bank syariah tidak dikenal istilah bunga atau interest fee, akan tetapi menggunakan sistem bagi hasil, karena dalam syariah bunga dianggap riba.

Untuk produk KPR syariah, nasabah juga diuntungkan. Ketika nasabah ingin melunasi angsuran sebelum masa kontrak berakhir maka bank syariah tidak akan mengenakan pinalti pada pembiayaan rumah. Karena harga KPR sudah ditetapkan sejak awal (fixed rate). Hal ini berbeda dengan KPR konvensional yang menggunakan sistem bunga yang menyebabkan cicilan terus berubah.

Prinsip inilah yang dijadikan sebagai pijakan atau landasan untuk mengembangkan produkproduk syariah, KPR syariah merupakan salah satu alternatif bagi masyarakat untuk mendapatkan segala kebutuhan yang berkaitan dengan perumahan dengan akad syariah. Dimana dalam kegiatan perbankan, peyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh Lembaga Dewan Syariah Nasional yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang Syariah.

Skema pembiayaan/ kredit rumah di bank syariah pada umumnya, melibatkan tiga pihak, dimana developer sebagai pembuat rumah, nasabah sebagai pihak yang memesan rumah dan bank sebagai perantara. Namun saat ini terdapat pula skema pembiayaan/ kredit rumah syariah tanpa melibatkan bank. Skema ini hanya melibatkan pihak developer dan konsumen saja. Salah satu yang menawarkan skema ini adalah Developer Property Syariah (DPS) dengan perumahan bernama Abbi Garden.

(12)

BAB III

ANALISIS KASUS

Konsep pembiayaan rumah Abbi Garden yang diterapkan mulai dari awal hingga akhir menggunakan akad dan transaksi berdasarkan prinsip syariah. Program ini dibuat karena banyak peminat dari kalangan masyarakat yang memiliki kemampuan finansial untuk mengambil pembiayaan rumah, namun belum ada lembaga/badan keuangan yang memenuhi syarat syariah.

Abbi Garden sudah menjelaskan tentang akad yang digunakan dalam pembiayaan rumah ini yaitu akad istishn . Sistem dan konsep yang digunakan oleh Abbi Garden di dalam mengimplementasikan pembiayaan rumah yaitu berdasarkan prinsip syariah yang harus sesuai dengan ketentuan Al-Quran dan Hadist dalam permasalahan muamalah yang berkaitan dengan ekonomi Islam.

Abbi Garden dalam implementasi pembiayaan rumah, tidak menerapkan suku bunga atau riba, tidak ada denda, tidak ada sita dan tidak menjamin barang yang bukan milik membeli . Selain itu, pembayaran harga pembiayaan yang ditentukan oleh Abbi Garden berlaku tetap dan tidak berubah setelah akad dan pembayaran DP dengan jangka waktu jelas atau sudah memenuhi syarat lunas DP tersebut, meskipun harga rumah dan nilai biaya pembiayaan mengalami peningkatan harga.

hal ini juga sesuai penjelasan bapak Kholis bahwa «Pihak Abbi Garden tidak menerapkan harga sesuai suku bunga atau riba, sehingga harga jualnya tidak berubah sejak dari akad.

jaminan orang berupa orang yang dikenal nasabah yang mampu secara finansial untuk memenuhi kekurangan yang belum dibayarkan oleh nasabah sendiri ketika tidak melakukan apa yang tidak sebagaimana yang dijanjikan, atau melakukan apa yang dijanjikanya tetapi terlambat, dan melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukannya. Sedangkan agunan (jaminan) berupa barang berharga atau surat berharga seperti surat tanah (bukan surat tanah dan rumah yang sedang diangsur pada Abbi Garden) yang di tukar dengan surat berharga lain, jika tidak ada agunan

(13)

maka surat tanah dan bangunan tersebut yang sedang diangsur dititipkan ke notaris sebagai antisipasi ketika nasabah melakukan pembayaran bermasalah atau gagal pembayaran. Dikatakan oleh bapak Kholis bahwa “Ketika rumah sudah jadi maka kami memberikan surat tanah dan rumah dengan catatan surat tersebut ditukar dengan surat berharga lain, jika nasabah tidak memiliki surat berharga maka surat tanah dan rumah tersebut di titipkan ke notaris ” (Kholis, Wawancara, 29 Maret 2018). Adapun nasabah yang sudah tidak bisa lagi melanjutkan pembayaran atau gagal bayar pada pembiayaan rumah di Abbi Garden maka termasuk di dalam kategori nasabah pembiayaan bermasalah.

(14)

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan

Akad istishna adalah salah satu instrumen penting dalam ekonomi Syariah yang digunakan untuk mengatur transaksi jual beli objek yang belum ada atau belum terbentuk. Dalam akad ini, penjual sepakat untuk membuat atau memproduksi barang sesuai dengan pesanan pemesan. Untuk menjalankan akad istishna dengan sah, harus memenuhi rukun dan syarat-syarat yang telah dijelaskan sebelumnya.

Dengan memahami konsep akad istishna, Anda dapat menerapkannya dalam berbagai sektor ekonomi dan memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi Syariah yang berkelanjutan.

Saran

Pelajarilah akad istishna karena dapat membatu kalian gar memiliki kemampuan mendesain transaksi dan mempraktikan pengakuan dan penyajian serta pengungkapan transaksi istishna.

Daftar pustaka

https://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/mabsya/article/view/6969/2917 https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/aktsar/article/view/8562/pdf https://ejournal.an-nadwah.ac.id/index.php/almizan/article/view/307/249 https://ejournal.uas.ac.id/index.php/Al-tsaman/article/view/242

Referensi

Dokumen terkait

Makalah ini membahas tentang tugas matakuliah Pengantar Belajar

Dokumen ini membahas tentang definisi komputer, komponennya, dan cara kerja sistem

Dokumen ini membahas tentang definisi arsitek, arsitektur, apresiasi arsitektur, serta trinitas

Dokumen ini membahas tentang teknologi web, termasuk organisasi internasional yang terlibat dalam penelitian dan

Dokumen ini membahas tentang orientasi seksual, jenis kelamin, dan

Makalah ini membahas tentang akuntansi

Makalah ini membahas teori keputusan dalam konteks

Makalah ini membahas tentang konseling yang diterapkan dalam rumah