i
KOMPONEN KOMPONEN KURIKULUM
Dosen pengampu: Dra. Hafriani, M.Pd.
Disusun oleh Siti Masta : 220205012 Cinta Nazila Putri : 220205078
Nuril Azmi Rifqoh Munthe : 220205065
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH 1445 H/ 2023 M
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala yang atas rahmat dan karunia-nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya adapun tema dari makalah ini adalah “komponen- komponen kurikulum” Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen kami pada mata kuliah ‘Telaah Kurikulum Matematika’, ibu Dra. Hafriani, M.Pd. yang telah membimbing kami sehingga kami dapat melatih diri dan menambah wawasan, tujuan makalah ini disusun adalah sebagai bagian dari usaha kami untuk memahami dan mendalami topik yang telah menjadi judul makalah kami Dengan makalah ini kami berharap bahwa dapat memberikan kontribusi positif bagi pembaca dan menjadi sumber wawasan yang berharga.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, bimbingan, dan inspirasi kepada kami selama proses penulisan makalah ini. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada keluarga, teman-teman, dan semua pihak yang telah memberikan doa dan semangat agar makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan yang berguna bagi pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, semoga makalah ini dapat menjadi sumbangan kecil bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi banyak pihak.
Banda aceh, 05 Februari 2024 Penulis
iii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...iii
BAB I...1
I. LATAR BELAKANG...1
II. RUMUSAN MASALAH...3
III. TUJUAN...4
BAB II ... 5
PEMBAHASAN... 5
1. PENGERTIAN PENDIDIKAN...5
2. PENGERTIAN KURIKULUM...6
3. TUJUAN KURIKULUM...9
4. ISI/MATERI KURIKULUM...9
5. STRATEGI PEMBELAJARAN...12
6. KOMPONEN EVALUASI...16
7. KETERIKATAN ANTARA KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM...19
BAB III...22
A. KESIMPULAN...22
B. DAFTAR PUSTAKA...23
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah
Proses pendidikan merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan sebagai jawaban atas kewajiban yang di perintahkan kepada manusia. Terlaksananya tugas dan fungsi manusia tersebut sangat ditentukan oleh ilmu pengetahun dan pengalaman yang dia peroleh. Upaya yang dilakukan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan adalah dengan cara bersungguhsungguh membaca, menelaah dan mempraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Supaya tujuan tersebut tercapai, maka sebagai langkah awal dalam kegiatan pendidikan adalah menyiapkan perangkat yang diperlukan dalam proses pendidikan, yang salah satunya adalah kurikulum.
Desain kurikulum yang dirumuskan idealnya mampu merespon berbagai tuntutan dan kebutuhan baik peserta didik maupun masyarakat sebagai pengguna kurikulum.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi saat ini, tentu banyak hal yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam segala aspek kehidupan. Tuntutan kebutuhan manusia baik menyangkut material maupun spiritual merupakan suatu keniscayaan yang harus terpenuhi. Menurut perspektif pendidikan dengan beragamnya kebutuhan yang diperlukan oleh manusia, menuntut adanya perubahan paradigma atau pola pikir dalam manajemen pendidikan.
Salah satu aspek yang mendorong terjadinya suatu perubahan dalam pengeloaan pendidakan adalah pengembangan kurikulum. Kedududkan kurikulum dalam proses pendidikan memiliki perananyang sangat strategis selain untuk mengembangakan peserta didik ke arah perkembangan yang optimal baik jasmani maupun ruhani juga kurikulum sebagai tolak ukur dalam malihat kemajuan pendidikan suatu bangsa.
Perubahan kurikulum semestinya didasarkan atas hasil evaluasi yang dilakukan oleh para akhli dengan melihat kondisi riil yang terjadi, baik saat ini maupun yang akan datang. Kondisi sekarang terkait dengan kebutuhan peserta didik dan pengguna lulusan hampir belum bisa memenuhi target kebutuhan terutama dalam aspek sikap dan keterampilan. Secara kenyataan kondisi pendidikan saat ini terutama dalam hal kualitas
2
belum bisa memberikan kepuasaan terutama dalam kebutuhan moral spiritual dan emosional. Sebagai indikator dari kenyataan di atas, bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari dengan munculnya berbagai pelanggaran moral, baik yang dilakukan oleh para remaja, anakanak, mahasiswa maupun orang tua.
Kenyataan ini membuktikan bahwa pendidikan kita saat ini masih berada pada tataran penguasaan pengetahuan belum berbicara essensial pendidikan secara utuh dan konprehensif, terutama berkaitan dengan masalah moral atau sikap. Secara penguasaan pengetahuan bangsa kita lebih maju dan berkembang, hal ini bisa kita lihat perolehan nilai ujian yang diperoleh oleh peserta didik cukup tinggi bahkan tidak sedikit perlombaan-perlombaan tingkat nasional maupun internasional diraihnya, akan tetapi hal-hal yang terkait dengan mental masih jauh dari harapan cita-cita bangsa ini.1
Berangkat dari pemikiran di atas serta melihat kondisi hasil pendidikan kita saat ini maka, oreintasi pendidikian kita perlu penyempurnaan yang diawali dari penyusunan kurikulum yang lebih mengutamakan kepentingan sumber daya manusia yang memiliki mental yang unggul. Konsep ini telah diprakarsai oleh persiden Joko Widodo dengan konsep pendidikan revolusi mental. Menurutnya konsep ini menuntut untuk dilaksanakan dalam kerangka pembangunan mental bangsa menuju suatu peradaban yang sesuai dengan cita-cita luhur bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat adil dan makmur. Perubahan Kurikulum di Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan.
Proses perubahan kurikulum terjadi atas dasar kebutuhan dan tuntutan baik masyarakat sebagai pengguna lulusan maupun sekolah sebagai institusi yang melahirkan prodak lulusan. Perubahan Kurikulum tidak ada tujuan lain selain untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta rancangan pembelajaran yang ada di sekolah. Oleh karena itu, perubahan kurikulum menjadi suatu keharusan dalam institusi pendidikan dalam upaya mencari jalan keluar dari bebabagai kesulitan menuju pendidikan yang berkualitas, guna melahirkan lulusan yang inovatif, kreatif, kritis serta memiliki karakter kepribadian yang bertanggung jawab.
Berangkat dari kurikulum yang baik inilah diharapkan dapat dikembangkan sehingga mampu menghasilkan masa depan anak bangsa yang cerah yang berimplikasi pada kemajuan bangsa dan negara. Setiap kurikulum yang yang dirancang dan di implementasikan, memiliki beberapa perbedaan sistem. Perbedaan sistem yang terjadi
1Mukri,dalam prakata buku teori dan telaah pengembangan kurikulum,2018
3
bisa merupakan kelebihan maupun kekurangan dari kurikulum itu sendiri. Menurut para akhli pendidikan, kurikulum dapat dilihat dari 4 aspek dimensi, artinya kurikulum itu bukanlah sesuatu yangtunggal, akan tetapi merupakan sesuatu yang beragam, artinya ketika mengartikan kurikulum tersebut bisa dilihat dari berbagai dimensi. Keempat dimensi kurikulum tersebut adalah : (1) kurikulum sebagai suatu ide, (2) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide, (3) kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum,(4) Kurikulurn sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan.
2
Berangkat dari pemikiran di atas, maka kurikulum dapat dilihat dari beberapa aspek atau dimensi, yaitu ; dimensi Ide, dimensi Dokumen, dimensi proses dan hasil. Ke empat aspek inilah kita bisa melakukan perbaikan dalam perubahan kurikulum. Untuk melakukan perubahan kurikulum yang melibatkan ke empat aspek tersebut memerlukan waktu yang cukup lama, oleh karena itu untuk melakukan perubahan bisa dipilih dari ke empat aspek dimensi tersebut sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki oleh pengguna. Biasanya yang harus segera dilakukan perubahan dari ke empat aspek adalah dimensi proses yang melibatkan peserta didik, pendidik, termasuk penyediaan sarana prasarana. Kaitannya dengan telaah kurikulum penulis membatasi pada aspek dokumen yang kajiannya meliputi : aspek tujuan pendidikan, materi pendidikan, metode atau pendekatan yang digunakan dalam pendidikan dan terakhir evaluasi yang dikembangkan dalam proses pembelajaran.
II. Rumusan Masalah 1. Apa itu pendidikan?
2. Apa itu kurikulum menurut para ahli?
3. Apa saja adanya tujuan kurikulum?
4. Apa saja materi kurikulum dan strategi pembelajaran kurikulum?
5. Apa saja yang termasuk dalam komponen evaluasi?
6. Apa keterkaitan antara komponen-komponen kurikulum?
2Hamid Hasan, (1988)
4 III. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pendidikan 2. Untuk mengetahui arti kurikulum menurut para ahli 3. Untuk mengetahui apa saja tujuan kurikulum
4. Untuk mengetahui seperti apa materi pada kurikulum dan gambaran strategi pembelajaran.
5. Untuk mengetahui apa saja komponen evaluasi
6. Untuk mengetahui keterkaitan anatara komponen-komponen pada kurikulum.
5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum dan Pendidikan 1. Pengertian pendidikan
Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses bimbingan terhadap berbagai potensi yang dimiliki oleh manusia sampai terbentuknya kepribadian yang utuh baik secara jasmani maupun rohani sehingga dapat terwujud kehidupan yang harmonis, bahagia, adil dan makmur baik di kehidupan dunia maupun akhirat. Dengan demikian pendidikan itu adalah upaya mempersiapkan generasi penerus (peserta didik) dengan kemampuan dan keahliannya (skill) yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke tengah lingkungan masyarakat, sehingga (manusia) bermanfaat bagi kepentingan dirinya dan orang lain. Pandangan lain dapat dikemukakan bahwa pendidikan itu adalah segenap kegiatan yang dilakukan seseorang atau lembaga untuk menanamkan nilai-nilai budaya pada diri sejumlah peserta didik atau keseluruhan kegiatan proses pewarisan yang mendasarkan segenap program dan kegiatannya atas pandangan dan nilai-nilai yang diambil dari hasil cipta karsa orang dewasa yang ditanamkan pada peserta didik (orang yang belum dewasa) untuk mencapai perkembangan optimal baik aspek jasmani maupun rohani. 3
dapat dipahami bahwasannya pendidikan itu adalah bimbingan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok, lembaga, dalam membentuk karakter manusia bukan hanya untuk mencerdaskan dan mengembangkan pengetahuan tetapi juga untuk membentuk Sebuah karakter yang baik agar nantinya manusia itu dapat menjadi manusia seutuhnya dalam artian dia mampu berkomunikasi dengan baik antara individu atau kelompok, berdiskusi dan berani dalam mengutarakan pendapat atau ide-ide yang membangun, taat pada tuhanya, agama dan normal sehingga terjadi keseimbangan dunia dengan akhirat.
3 Masykur, teori dan telaah Pengembangan kurikulum, (lampung : CV. Anugrah Utama Raharja, 2013), hal.11
6 2. Pengertian Kurikulum
a). Asal Mula Istilah Kurikulum
Dalam pendidikan di Indonesia Kurikulum nasional sudah mengalami berapa kali perubahan terhitung sejak Indonesia merdeka kurikulum pertama adalah rencana pelajaran (1947), mengalami perubahan menjadi rencana pelajaran (1950, 1958 dan 1964 ), setelah itu mulai berganti menjadi kurikulum (1968), kurikulum tersebut diubah lagi menjadi kurikulum (1975, 1984 dan 1994), kurikulum berbasis kompetensi (KBK) 2004, kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006, kurikulum 20134 dan kurikulum merdeka.
Makna kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang berbeda-beda antara sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar bersangkutan, kurikulum dalam bahasa Yunani berasal dari kata curir yang artinya pelari dan curere yang artinya tempat berpacu, curere dalam kamus Websters jika menjadi kata benda berarti lari cepat, pacuan, balapan kereta, berkuda, perjalanan, satu pengalaman tanpa henti, dan lapangan perlombaan. kurikulum artinya Jarak yang harus ditempuh oleh pelari, Oxford dictionary menyebutkan Curriculum is subjects include in a course of Study or to tough in a school college, Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianut, tedapat tujuh padangan mengenai kurikulum, yaitu:
1. Kurikulum sebagai suatu program kegiatan terencana;
2. Kurikulum sebagai hasil belajar yang diharapkan;
3. Kurikulum sebagai reproduksi kultural;
4. Kurikulum sebagai kumpulan tugas dan diskrit;
5. Kurikulum sebagai agenda rekonstruksi sosial;
6. Kurikulum sebagai curere;
4 Ulfah Sari Rezeki dkk, pengembangan kurikulum belajar, (Bandung : Widina Bhakti Persada, 2022), hal.1
7
7. Sudut pandang berbeda antara kurikulum lama dan kurikulum baru5.
b). Pengertian kurikulum menurut para ahli
Menurut j. Galen Saylor dan William M. Alexander
Dalam bukunya yang berjudul Curriculum plaining to better Teaching and Learning mengatakan bahwa kurikulum adalah Iyalah segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah, termasuk kurikulumm. Kurikulum juga meliputi kegiatan ekstrakuler. menurut pendapat ini kurikulum itu bersifat luas meliputi segala usaha sekolah yang berhubungan dengan pengalaman siswa belajar dan terjadi bukan hanya di lingkungan sekolah akan tetapi juga di lingkungan luar sekolah, menurut pendapat ini kurikulum itu bersifat luas meliputi Semua usaha sekolah yang berhubungan dengan pengalaman siswa belajar dan terjadi bukan hanya lingkungan sekolah tetapi juga di luar sekolah dan sifatnya dapat mempengaruhi siswa dalam belajar, maka itu disebut kurikulum.
Menurut pendapat Harold B. Alberty's,
Dalam bukunya yang berjudul reorganizing the high School Curriculum, mengemukakan bahwa kurikulum ialah : kurikulum tidak hanya sebatas pada mata pelajaran tetapi meliputi kegiatan-kegiatan lain di dalam dan di luar kelas, yang berada di bawah tanggung jawab sekolah. pendapat ini memperkuat bahwa ruang lingkup kajian kurikulum itu bersifat luas artinya bukan hanya sebatas pada kumpulan mata pelajaran yang diajarkan di dalam kelas tetapi kegiatan- kegiatan di luar kelas yang dapat dipertanggungjawabkan oleh sekolah maupun guru.
5 Teguh triwiyanto, manajemen kurikulum pembelajaran, (jakarta : PT Bumi Aksara, 2015), hal.
22
8
Menurut pendapat B. Organel Smith, W. O. Stanley, Dan j. Harlan shores
Mereka mengemukakan bahwasanya kurikulum itu adalah sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berpikir dan berbuat sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat. pendapat ini memberikan pemikiran kepada kita bahwa kurikulum itu harus menggambarkan semua pengalaman siswa yang sedang dan akan dilakukan di kemudian hari, sehingga di setiap siswa mempunyai bekal sebagai hasil pengambilan belajar dan dibutuhkan ketika mereka sudah lulus dan hidup di tengah-tengah masyarakat.
Menurut William B. Ragan,
Dalam bukunya yang berjudul modern Elementary Curriculum, menjelaskan bahwa kurikulum adalah seluruh program dan kehidupan dalam sekolah yakni segala pengalaman anak di bawah tanggung jawab sekolah, kurikulum tidak hanya mengikuti batas pelajaran, tetapi mengikuti kehidupan dalam kelas, jadi hubungan sosial antara guru dan murid, metode mengajar cara mengevaluasi termasuk kurikulum.
Menurut Alice Miel
Dalam bukunya yang berjudul Changing The Curriculum mengatakan bahwa asalnya kurikulum dalam pengertian secara luas, yaitu meliput keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan dan sikap orang- orang melayani dan dilayani oleh sekolah, yakni anak didik masyakarat para pendidikan dan personalia termasuk penjaga sekolah6.
Atas dasar beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa kurikulum itu cakupannya sangat luas, kurikulum itu bukan hanya rangkuman materi yang Di susun secara tahap demi tahap yang diperuntukkan untuk dipelajari hingga tuntas
6 Masykur, teori dan telaah Pengembangan kurikulum, (lampung : CV. Anugrah Utama Raharja, 2013), hal.13-15
9
seperti yang orang pahami pada kurikulum sekolah, akan tetapi kurikulum itu adalah sebuah pengalaman siswa yang direncanakan diarahkan, dilaksanakan dan dapat dipertanggung jawabkan oleh pihak sekolah sehingga Mempengaruhi perkembangan kepribadiannya yang dia proleh dari lingkungan sekolah dan lingkungan sosialnya, jadi kurikulum itu bukan hanya mencakup kegiatan disekolah tetapi di luar lingkungan sekolah juga.
Bagian-bagian komponen kurikulum 1. Tujuan Kurikulum
1. Merekonstruksi kurikulum sebelumnya.
2. Menginovasi.
3. Beradaptasi dengan perubahan sosial (sisi positifnya).
4. Mengeksplorasi pengetahuan yang masih tersembunyi tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan.7
2. Isi/ Materi Kurikulum
Menurut Hamalik (2011) isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yang meliputi bahan kajian dan mata pelajaran. Isi kurikulum adalah mata pelajaran pada proses belajar mengajar, seperti pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang diasosiasikan dengan mata pelajaran. Pemilihan isi menekankan pada pendekatan mata pelajaran (pengetahuan) atau pendekatan proses (keterampilan).
Isi kurikulum terdiri atas bahan-bahan pengajaran dan berbagai pengalaman yang diperlukan dalam tercapainya tujuan pendidikan para perancang kurikulum sering mengalami berbagai kesulitan dalam menyusun dan merencanakan isi kurikulum yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Sebabnya, masyarakat senantiasa terus berubah dan berkembang, sehingga banyak bermunculan masalah kehidupan baru yang perlu dipecahkan. Sehingga akan
7
https://www.researchgate.net/publication/309217524_PENGEMBANGAN_KURIKULUM_DASAR_DAN_TUJUANNY A
10
mempengaruhi pada isi kurikulum, maka dari itu isi kurikulum harus selalu dikembangkan (Hamalik, 2011).
Menurut Tim Pengembang MKDK kurikulum dan pembelajaran UPI (2002), memaparkan bahwa materi kurikulum pada hakikatnya adalah isi kurikulum yang dikembangkan dan disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Materi kurikulum berupa bahan pelajaran yang terdiri dari bahan kajian atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses belajar dan pembelajaran.
2. Mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satuan pendidikan.
3. Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun kreativitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan (Sukiyadi, Nurhasanah, & Al Rasjid, 2006).
Suatu kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi, dan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa scara optimal sesuai dengan tuntutatan dan tantangan perkembangan masyarakat. Pengembangan isi kurikulum berupa bahan- bahan pelajaran yang akan dipelajari siswa harus memerlukan dasar pertimbangan yang teliti. Hal yang paling utama adalah sekolah sebagai lembaga yang akan mengantarkan siswa menuju kearah kematangan dalam arti luas. Kematangan ini mencakup berbagai segi, baik kematangan fisik, kematangan kognitif, kematangan mental maupun kematangan sosial.
Kematangan fisik pada umumnya ditandai oleh kematangan dalam segi biologis, hal ini dapat dicapai bila individu telah memasuki usia tetrtentu. Berbeda halnya dengan kematangan kognitif, mental dan sosial. Ketiga jenis kematangan ini tidak dapat dicapai begitu saja tanpa melalui bimbingan yang berati. Karena kematangan kognitif menunjukan kepada kematangan intelektual, pola berpikir
11
dan pengambilan keputusan individu, lalu kematangan mental menunjukan kepada kematangan emosional, dan tercapainya perwujudan pribadi secara integral. Sedangkan kematangan sosial ditandai oleh adanya kemampuan untuk hidup secara mandiri.
Mengantarkan siswa menuju jenjang tersebut yang menjadi tugas sekolah sungguh merupakan tugas yang berat. Untuk mencapai tujuan tersebut individu perlu memperoleh bekal-bekal pengalaman belajar yang berati. Sedangkan kita ketahui, akibat kemajuan dalam berbagai cabang kehidupan, menyebabkan berkembangnya tuntutan-tuntutan hidup. Hal ini dapat membingungkan para perencana atau pengembang kurikulum, dalam menentukan jenis pengalaman belajar apa yang diperkirakan berarti bagi kemandirian siswa setelah menyelesaikan pendidikan.
Apabila lama waktu pendidikan cukup memadai untuk memberikan bekal- bekal pengalaman belajar kepada siswa, masalah yang dihadapi tidak sebesar itu.
Namun kenyataan yang dihadapi menunjukkan betapa banyak tuntutan yang harus dipenuhi oleh lembaga pendidikan, sedangkan waktu yang tesedia tidak memadai.
Oleh karenanya perlu dilakukan seleksi tentang isi kurikulum, sehingga proses pendidikan di sekolah dapat mencapai sasaran. Menurut Ali (2008 : 95), seleksi isi kurikulum perlu dilakukan oleh sebab beberapa alasan yaitu,
(1) Apa yang harus dimasukan sebagai isi kurikulum memerlukan berbagai pertimbangan dan kriteria, sehingga isi kurikulum memadai bagi anak didik sebagai bekal dalam kehidupannya,
(2) Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, sehingga untuk menyampaikan semua bentuk ilmu pengetahuan kepada siswa dalam waktu sekolah yang sangat terbatas, merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Atas dasar itu, pertanyaan yang dapat diajukan dalam menentukan isi kurikulum adalah apa yang menjadi prioritas untuk dijadikan pengalaman belajar siswa disekolah. Tentang hal ini, perlu dikembangkan kriteria yang rasional untuk
12
memilih dan mengembangkan bentuk-bentuk pengalaman belajar yang menjadi isi kurikulum.8
3. Strategi Pembelajaran
Berbagai strategi pembelajaran yang dapat dirancang oleh guru dalam upaya mengembangkan strategi belajar peserta didik. Dalam tulisan ini dikemukakan dua strategi pembelajaran yaitu Strategi Model O’Mallay dan Chamot dan Strategi Model Oxford. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut: a.
Strategi Model O’Malley dan Chamot Strategi pengajaran model O’Malley dan Chamot (1994) berdasarkan teori kognitif dan hasil penyelidikan strategi pembelajaran bahasa kedua.
Model ini disebut CALLA (The Cognitive Academic Language Learning Approach). Melalui program CALLA, strategi pembelajaran yang baru akan diperkenalkan dan strategi yang sudah digunakan oleh peserta didik akan dilanjutkan. Melalui cara ini, peserta didik berpeluang untuk menggunakan strategi pembelajaran dalam situasi yang sebenarnya. Program CALLA mempunyai lima tahapan, antara lain:
a. Tahapan Persiapan Tahap, pertama ini merupakan masa meletakkan dasar yang kuatuntuk mengembangkan pembelajaran berpusatpeserta didik. Beberapa elemen yang perlu diperhatikan dalam tahap ini antaranya adalah mewujudkan suasana ruang kelas yang berpusat peserta didik, mengembangkan efikasi diri dalam menerapkan strategi yang biasa digunakan peserta didik.9 Efikasi diri sungguh pentingbagi peserta didik untuk meningkatkan kepercayaannya bahwa mereka dapat melaksanakan tugas dengan baik. Dengan efikasi ini, peserta didik akan termotivasi secara instrinsik dalam belajar.
8Oemar Hamalik. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
9 Chamot et al. The CALLA handbook: Implementing the Cognitive Academic Language Learning Approach. (New York: Pearson Education,1994), h. 83-84.
13
1. Mereka berusaha dengan gigih, tahan dalam menghadapi tantangan dan merasa puas dengan keberhasilan yang diraih Sebaliknya, peserta didik yang mempunyai tahap efikasi diri yang rendah yaitu mereka lemah, tidak mampu memeroses pembelajaran dengan baik, tidak melakukan sesuatu yang menantang dan tidak energik dalam berusaha. Oleh karena itu, pengembangan efikasi diri pada masa persiapan adalah penting karena penggunaan strategi pembelajaran yang diharapkan akan membawa keberhasilan. Manakala peserta didik mengetahui tanggung jawab mereka dalam pembelajaran dan dapat menilai diri bahwa mereka akan belajar, maka mereka dianggap telah bersedia untuk memulai pembelajaran.
2. Seterusnya, guru membimbing peserta didik untuk membentuk strategi pembelajaran yang biasa mereka lakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung.
Aktivitas ini dapat dilakukan dengan wawancara, diskusi, angket dan jurnal harian peserta didik.
Mengenali strategi peserta didik dalam belajar dapat membantu guru dalam menentukan strategi pembelajaran yang lebih sesuai.
b. Tahapan Pemaparan Penerapan strategi pembelajaran akan menjadi lebih efektifapabila dilakukan secara jelas dan disertai dengan perbandingan- perbandingan yang sesuai. Sebaik-sebaik strategi yang dilakukan guru yaitu menerangkan kepentingannya, metode, memberitahu waktu yang sesuai dan meminta peserta didik mempersoalkan pengalaman sepanjang mereka dalam proses pembelajaran.
14
1. Guru perlu memperjelas dan menunjukkan strategi yang hendak dilakukan peserta didik. Apa yang seharusnya dilakukan peserta didik, guru berkepentingan menjelaskannya.
Guru menjelaskan secara pasti dan berkesan, bukan sekedar menyampaikan begitu saja. Penyampaian informasi yang jelas, sistimatis, dan terukur, merupakan syarat efektifnya suatu informasi. Oleh karena itu, guru harus dapat memastikan apa yang sebenarnya harus dilakukan peserta didik? bagaimana peserta didik mengerjakannya? Dengan siapa peserta didik menyelesaikannya? Di mana peserta didik melakukannya? Dan pertanyaan serupa yang mendukung efektifnya pemaparan.
c. Tahapan Latihan Tingkat paling penting dalam pembelajaran adalah peserta didik berlatih dengan menggunakan strategi belajar yang disenanginya dan membangun pemikiran strategik. Lantaran itu, startegi pembelajaran yang diterapkan guru senantiasa dapat memotivasi peserta didik untuk mengembangkancara pelajar, berpikir, dan menampilkan strategi belajarnya secara maksimal. Kondisi ini dapat dicapai melalui proses latihan secara sistimatis, terukur, dan berkelanjutan. Guru perlu memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan strategi belajar yang lebih mudah dan realistik sesuai dengan lingkungannya.
1. Guru mesti memberi pujian dan menunjukkan pengakuan serius bahwa strategi yang digunakan peserta didik adalah lebih efektif dan berhasil. Di samping itu, guru penting pula memberi motivasi bagi mereka yang belum berhasil dengan menyarankan menggunakan strategi lain yang mungkin dapat membantu mendapatkan hasil kerja yang lebih baik. Namun, guru tidak semestinya menetapkan pola yang harus diterapkan oleh peserta didik. Strategi guru dalam hal ini adalah mempermudah peserta didik dalam menyelesaikan tugas.
15
Justeru guru hendaknya menganalisis pendekatan yang sesuai dengan peserta didik yang fluralistik. 10
d) Tahapan penilaian Pada dasarnya, penilaian tidak hanya ditujukan kepada peserta didik, tetapi juga kepada guru. Guru perlu menilai strategi pembelajaran yang ia terapkan apakah strategi tersebut dapat memudahkan peserta didik dalam belajar ataukah justeru menyusahkan mereka untuk mencapai tujuan. Ada anggapan dari sebagian guru bahwa penilaian adalah tanggung jawab guru semata-mata dan merupakan ekslusif bagi guru bersangkutan. Sekiranya anggapan ini masih menjadi mind set guru, maka anggapan itu harus bergeser kepada penilaian yang mengedepankan penilaian diri peserta didik.
1) Penilaian diri “self assessment” adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi yang dibahas. dapat dilakukan dengan menerapkan daftar pertanyaan atau angket, wawancara, dan jurnal harian.
Otentitas, kemandirian, dan penerapan nilai-nilai moral bahkan dapat terbentuk dengan sendirinya melalui penilaian diri peserta didik. Kegiatan penilaian diri sendiri dapat meningkatkan rasa bertanggung jawab terhadap pembelajaran yang dialami dengan kepercayaan yang sangat tinggi.11
2) Kelima tahap strategi pembelajaran yang dikemukakan oleh O’Malley dan Chamot di atas adalah saling berkaitan satu dengan lainnya. Misalnya, padatahap persiapan, guru dapatmenggali strategi yang sering digunakan peserta didikuntuk tugas tertentu. Kemudian, berpindah ke tahap pemaparan untuk menunjukkan strategi baru yang dapat digunakan pada tugas yang sama.
10Noraza Ahmad Zabidi. Pembelajaran bahasa secara autonomi: Sejauh manakah bahan pengajaran menyediakan pelajar?
Prosiding. Strategi Pengajaran Kepelbagaian Pelajar. Selangor. Fakulti Pendidikan, UKM.2000.h.265
11Abdou Ndoye. Peer/Self Assessment and Student Learning International. Journal of Teaching and Learning in Higher Education, 2017. Vol 29 Number 2 ,h..259
16
Selepas itu, guru dapat saja kembali ke tahap persiapan untuk mendapatkan informasi baru daripeserta didik.12
4. Komponen Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang menentukan sampai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Secara umum evaluasi atau penilaian adalah sebuah proses sistematis pengumpulan informasi, baik berupa angka ataupun deskripsi verbal, analisis, dan interpretasi informasi untuk memberikan keputusan terhadap kualitas hasil kerja. Kedudukan evaluasi dalam pencapaian tujuan suatu program memegang peranan yang sangat penting sebagai umpan balik terthadap pekerjaan yang sudah dilaksanakan. Apakah program tersebut mampu melahirkan suatu perubahan yang lebih baik atau masih memerlukan perbaikan untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan.
Menurut Arikunto (2005), menilai adalah sebuah proses pengambilan keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk, sehingga dapat dikatakan bersifat kualitatif. Arikunto juga menambahkan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai, yang kemudian dipakai sebagai tolak ukur dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian dalam pendidikan, evaluasi merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk memberikan keputusan terhadap kualitas hasil kerja siswa berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya, sehingga diperoleh gambaran kemampuan siswa sesuai dengan kompetensi ataupun tujuan pendidikan yang ditetapkan dalam kurikulum.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum. Hasil-hasil evaluasi dapat digunakan oleh pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pemegang kurikulum dalam memilih dan
12Oxford. Language Learning Strategies: Methods, Findings, and Instructional Implications. The Modern Language Journal. 73 (4). 1989. h. 405.
17
menetapkan kebijaksanaan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan. Dan juga dapat digunakan dalam membantu perkembangan siswa, memilih bahan pelajaran, metode, dan alat-alat bantu pelajaran. Evaluasi kurikulum bisa dilakukan dengan mengaanalisis mulai dari aspek pertama, Ide atau gagasan, kedua aspek materi yang disajikan dalam proses pembelajaran, ke tiga aspek proses yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran yang melibatkan guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan kurikulum, dan ke empat aspek evaluasi baik proses maupun hasil.
Aspek-aspek inilah yang dapat digunakan oleh para praktisi pendidikan dalam memperbaiki kualitas pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Menurut para akhli, ada beberapa model evaluasi kurikulum yang bisa dilakukan dijadikan rujukan dalam melakukan evaluasi. Di bawah ini penulis sajikan model evaluasi kurikulum sebagai berikut :
a. Model Diskrepansi
Model ini dianggap relative sederhana untuk melihatb adanya ketidaksesuaian antara dua hal yang seharusnya, idealnya, harapannya, sama. Adapun objek sasaran model ini ada lima aspek yaitu:
(1) aspek Design yaitu rancangan kegiatan atau program kerja,
(2) aspek Installation artinya program penyediaan perangkat perlengkapan yang dibutuhkan program, agar program bisa dilaksanakan,
(3) aspek Process (proses pelaksanaan program).
(4) aspek Product (hasil program) yang dievaluasi, apakah tujuan atau target program bisa tercapai,
(5) Cost (biaya, pengeluaran) apa yang diharapkan bisa tergapai dari pelakasanaan program tersebut.
b. Model Countenance stake
18
Model countenance adalah model pertama evaluasi kurikulum yang dikembangkan oleh penemunya yag bernama Stake. Countenance artinya keseluruhan, sedangkan pengertian lain adalah sesuatu yang disenangi. Oleh karena itu, Hasan (2008) mengatakan bahwa model countenance stake tidak perlu dianggap sebagai suatu yang mutlak. Stake‟s mempunyai keyakinan bahwa suatu evaluasi haruslah memberikan deskripsi dan pertimbangan sepenuhnya mengenai evaluan. Dalam model ini stake sangat menekankan peran evaluator dalam mengembangkan tujuan kurikulum menjadi tujuan khusus yang terukur. Model Countenance Stake terdiri atas dua matriks yaitu matriks deskripsi dan matriks pertimbangan:
a) Matriks Deskripsi adalah sesuatu yang direncanakan pengembang kurikulum atau program, seperti dalam KTSP, kurikulum tersebut adalah kurikulum yang dikembangkan oleh satuan pendidikan b) Matriks Pertimbangan adalah evaluator melakukan pertimbangan
dari apa yang telah dilakukan dari kategori yang pertama.
c. Model CIPP
Model CIPP berorientasi pada suatu putusan Tujuannya adalah untuk membantu administrator (kepala sekolah dan guru) didalam membuat keputusan. Sementara menurut Stullebeam (1993) dengan pandangam bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan membuktikan, tetapi untuk memperbaiki. Ada beberapa komponen atau dimensi model CIPP yang meliputi: context, input, process dan product.
a) Context Evaluasi (evaluasi konteks)
b) Evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui ke kuatan dan kelemahan yang dimiliki evaluan, dengan demikian evaluator akan dapat memberikan arah perbaikan yang diperlukan.
19
c) Input Evaluasi (evaluasi masukan) evaluasi ini membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternative apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan
d) Process Evaluasi (evaluasi proses) evaluasi ini digunakan untuk menditeksi atau memprediksi rancangan selama tahap implementasi dan untuk mengetahui proses sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan apa yang perlu diperbaiki.
e) Product Evaluasi (evaluasi hasil) dari hasil evaluasi proses diharapkan dapat membantu pimpinan atau guru untuk membuat keputusan selanjutnya.
C. Keterkaitan Antara Komponen-komponen Kurikulum
Kurikulum memainkan peran penting dalam sistem pendidikan. Entah bagaimana itu adalah cetak biru yang menuntun guru dan pelajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Akibatnya, pihak berwenang harus merancangnya
sedemikian rupa sehingga dapat memimpin guru dan pelajar memenuhi hasil pembelajaran yang diinginkan.
Empat komponen kurikulum tersebut adalah : 1. Tujuan Kurikulum,
2. Materi Pelajaran 3. Strategi Pembelajaran 4. Evaluasi Kurikulum
Keempat komponen kurikulum ini sangat penting. Ini saling terkait satu sama lain. Masing-masing memiliki koneksi satu sama lain.. Tujuannya dapat disederhanakan sebagai "apa yang harus dilakukan", materi pelajaran/konten:
materi pelajaran apa yang harus dimasukkan, pengalaman belajar" strategi instruksional, sumber daya, dan kegiatan apa yang akan digunakan, dan
pendekatan evaluasi, sementara evaluasi kurikulum adalah "metode dan instrumen apa yang akan digunakan untuk menilai hasil kurikulum.
Komponen pertama (tujuan)
20
Tujuan kurikulum menguraikan apa yang harus dilakukan. Ini mencoba untuk menangkap tujuan apa yang harus dicapai, visi, filosofi, pernyataan misi dan tujuan. Lebih lanjut, itu dengan jelas mendefinisikan tujuan dan apa kurikulum yang harus ditindak lanjuti dan mencoba apa yang harus didorong.
Komponen kedua (materi)
Dengan cara yang sama, kurikulum memiliki konten. Di sini, itu berisi informasi untuk dipelajari di sekolah. Ini adalah elemen atau media di mana tujuan dicapai.
Perhatian primordial dari pendidikan formal terutama untuk mengirimkan pengetahuan terorganisir dalam bentuk suling ke generasi baru pelajar muda.
Dalam mengatur konten pembelajaran, keseimbangan, artikulasi, urutan, integrasi, dan kontinuitas membentuk konten yang sehat.
Komponen ketiga (strategi)
Untuk komponen ketiga, pengalaman kurikulum, strategi dan metode
instruksional adalah inti dari kurikulum. Strategi dan metode instruksional ini akan menerapkan tujuan dan penggunaan konten untuk menghasilkan hasil. Ini akan mengubah kurikulum tertulis menjadi instruksi. Selain itu, penguasaan adalah fungsi dari arahan guru dan kegiatan siswa dengan pengawasan guru.
Komponen keempat (evaluasi)
Untuk komponen keempat, evaluasi kurikulum adalah elemen dari kurikulum yang efektif. Ini mengidentifikasi kualitas, efektivitas program, proses dan produk kurikulum.
Singkatnya, komponen kurikulum berbeda tetapi saling terkait satu sama lain. Keempat komponen ini harus selalu ada dalam kurikulum. Saya dapat mengatakan bahwa ini adalah bahan penting untuk memiliki kurikulum yang efektif. Misalnya, dalam kurikulum, evaluasi juga penting sehingga seseorang dapat menilai apakah tujuan dan sasaran telah terpenuhi atau jika tidak, ia dapat menggunakan strategi lain yang benar-benar akan berhasil.
Pengalaman kurikulum tidak bisa efektif jika kontennya tidak didefinisikan dengan jelas. Tujuan, sasaran, dan arahan berfungsi sebagai jangkar perjalanan
21
pembelajaran, konten atau materi pelajaran berfungsi sebagai daging dari perjalanan pendidikan, pengalaman kurikulum berfungsi sebagai paparan
langsung terhadap spektrum pembelajaran yang sebenarnya dan akhirnya evaluasi kurikulum berfungsi sebagai barometer seberapa jauh peserta didik telah dipahami dalam perjalanan pendidikan13.
Saya sangat setuju dengan pendapat penulis, karena, tujuan, isi, strategi, dan evaluasi itu harus sejalan semuanya harus menyatu agar mudah di mengerti apa yang di maksud. Seperti misalnya, tujuan itu adalah maps atau arah dari
perjalanan pembelajaran. Isi atau materi sebagai makanan kita untuk mengikuti perjalanan pendidikan. Strategi itu sendiri berfungsi sebagai pertahanan atau solusi kita untuk menghadapi langsung perjalanan pendidikan kedepannya. Dan yang terakhir Evaluasi adalah hasil akhir atau sejauh mana kita sudah memahami materi yang diajarkan dan untuk menilai diri kita sendiri seberapa paham atau bagian mana yang kita kurang dan harus diulang agar mengerti materi tersebut.
13 Alonsabe, Olga. (2011). The 4 Components of Curiculum. Diakses dari http://olga- syscurriculum.blogspot.com/2011/05/4-components-of-curriculum-cayadong.html
22 BAB III KESIMPULAN
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pedoman yang menjadi landasan penyelenggaraan Pendidikan di suatu Lembaga atau system Pendidikan.
Kurikulum menetapkan tujuan, isi, strategi dan evaluasi. Dimana semuanya saling berhubungan satu sama lain.
23
DAFTAR PUSTAKA
Triwiyanto, Teguh. (2015). Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Sinar Grafika Offset.
Rezeki, Ulfah Sari ddk. (2022). Pengembangan Kurikulum Pembelajaran.
Bandung: Widina Bhakti Persada Bandung.
Masykur. (2019). Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum. Bandar Lampung:
Aura.
Alonsabe, Olga. (2011). The 4 Components of Curiculum. Dari http://olga-
syscurriculum.blogspot.com/2011/05/4-components-of-curriculum-cayadong.html (di akses 4 februari 2024)
Syamsul Bahri,. (2014)
https://www.researchgate.net/publication/309217524_PENGEMBANGAN_KURIKULUM_DAS AR_DAN_TUJUANNYA ( di akses 5 Februari)
Oemar Hamalik. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Chamot et al. The CALLA handbook: Implementing the Cognitive Academic Language Learning Approach. (New York: Pearson Education,1994), h. 83-84.
Noraza Ahmad Zabidi. Pembelajaran bahasa secara autonomi: Sejauh manakah bahan pengajaran menyediakan pelajar? Prosiding. Strategi Pengajaran Kepelbagaian Pelajar.
Selangor. Fakulti Pendidikan, UKM.2000.h.265
Abdou Ndoye. Peer/Self Assessment and Student Learning International. Journal of Teaching and Learning in Higher Education, 2017. Vol 29 Number 2 ,h..259
24