• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM HASIL HUTAN BUKAN KAYU

N/A
N/A
Konicare

Academic year: 2023

Membagikan " LAPORAN PRAKTIKUM HASIL HUTAN BUKAN KAYU"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM HASIL HUTAN BUKAN KAYU (Distilasi Minyak Atsiri)

Disusun Oleh:

Nama : Muhammad Akmal Halid

NIM : 120420070

KELAS : RH-B

KELOMPOK : 8

PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA 2023

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Minyak atsiri atau bisa disebut sebagai minyak esensial (essential oil), minyak terbang (volatile oil) atau minyak eteris merupakan salah satu komoditas yang banyak diperdagangkan di pasar dunia. Minyak atsiri adalah minyak yang diperoleh dengan penyulingan atau ekstraksi dari bagian tanaman seperti daun, bunga, pohon, biji, putik, akar dan rimpang. Dari sekitar 200 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasar dunia, 40 diantaranya merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang dikembangkan di Indonesia dan diperdagangkan di pasar local dalam negeri, namun bebrapa diantaranya juga menjadi komoditas ekspor [CITATION SKe85 \l 14345 ].

Salah satu minyak atsiri yang diproduksi di Indonesia adalah minyak kayu putih. Tanaman penghasil minyak kayu putih salah satunya adalah pohon kayu putih (Melaleuca cajuputi subsp. Cajuputi) yang merupakan salah satu jenis tanaman asli Indonesia yang umumnya terdapat di daerah Indonesia Bagian Timur. Tanaman ini merupakan produk hasil hutan bukan kayu yang berupa minyak kayu putih. Tumbuhan ini telah dimanfaatkan secara turun-temurun sebagai tanaman obat [CITATION Hon19 \l 14345 ].

1.2. Tujuan

Mahasiswa mampu merancang alat distilasi, memproduksi produk dari hasil distlilasi, menjelaskan serta mengimplementasikan prinsip kerja distilasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Atsiri

Minyak atsiri yang disebut juga dengan essential oil, ethereal oils, atau volatile oils adalah komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal

(3)

dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Setidaknya ada 150 jenis minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan di pasar internasional dan 40 jenis diantaranya dapat diproduksi di Indonesia. Meskipun banyak jenis minyak atsiri yang bisa diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah berkembang dan sedang dikembangkan di Indonesia.

Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap, dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda. Setiap substansi yang dapat menguap memiliki titik didih dan tekanan uap tertentu dan hal ini dipengaruhi oleh suhu [CITATION EGu06 \l 14345 ].

Minyak atsiri didefinisikan sebagai produk hasi penyulingan dengan uap dari bagian-bagian suatu tumbuhan. Minyak atsiri dapat mengandung puluhan atau ratusan bahan campuran yang mudah menguap (volatile) dan bahan campuran yang tidak mudah menguap (non-volatile), yang merupakan penyebab karakteristik aroma dan rasanya. Minyak atsiri dapat dipisahkan dari jaringan tanaman melalui proses distilasi. Pada proses ini jaringan tanaman dipanasi dengan air atau uap air. Minyak atsiri akan menguap dari jaringan bersama uap air yang terbentuk atau bersama uap air yang dilewatkan pada bahan. Campuran uap air dan minyak atsiri dikondensasi pada suatu saluran yang suhunya relating rendah. Hasil kondensasi berupa campuran air dan minyak atsiri yang sangat mudah dipisahkan karena kedua bahan tidak dapat saling dilarutkan.

Sebagian besar minyak atsiri umumnya diperoleh dengan cara penyulingan menggunakan uap atau disebut juga dengan cara hidrodestilasi.

Penyulingan dapat definisikan sebagai pemisahan komponen-komponen suatu campuran dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap dari masing-masing zat tersebut [ CITATION Agu00 \l 14345 ].

2.2 Kayu Putih

Tanaman kayu putih (Melaleuca cajuputi subsp. Cajuputi) merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang terdapat di daerah Indonesia Bagian Timur. Tanaman ini menghasilkan produksi hasil hutan bukan kayu berupa minyak kayu putih yang didapatkan dari proses penyulingan daun melalui prinsip destilasi. Minyak kayu putih umumnya digunakan sebagai bahan baku

(4)

obat-obatan yang sudah sejak lama digunakan oleh masyarakat Indonesia.

Secara alamiah tanaman kayu putih tumbuh pada kondisi suhu 21-35℃, retensi hara 7.0-8.0, C organic 6.0-7.0, salinitas <4, pH tanah 4,3-7,3, curah hujan 800 - <1.200 mm. Tanaman kayu putih juga mampu hidup pada lahan bekas tambang batubara yang umumnya mempunyai kondisi tanah yang asam dan kesuburan tanah yang rendah. Selain itu, Melaleuca cajuputi bisa digunkan sebagai tanaman remediasi tanah yang terkontaminasi logam berat sebagai tanaman Phytoextraction [ CITATION Kod16 \l 14345 ].

Tanaman kayu putih pada umumnya dimanfaatkan daunnya untuk menghasilkan minyak kayu putih yang sebelumnya telah melalui proses penyulingan (destilasi). Keberadaan minyak ini sebenarnya tidak hanya terdapat dalam daun, bagian ranting, kayu dan bahkan kulit batang tanaman kayu putih juga menghasilkan minyak namun dengan produksi yang sangat sedikit. Adanya kandungan minyak kayu putih yang terdapat di bagian daun ini berhubungan dengan adanya kelenjar minyak yang banyak terdapat di bagian daun. Sehingga sebenarnya produksi minyak yang dihasilkan dari tanaman kayu putih sangat bergantung pada jumlah dan ukuran kelenjar minyak yang terdapat dalam daun. Masyarakat pada umumnya menggunakan minyak kayu putih sebagai bahan utama obat-obatan. Minyak kayu putih bisa digunakan secara langsung untuk antiseptik dan anti nyamuk. Minyak kayu putih digunakan untuk mengobati penyakit ringan seperti masuk angin, influenza, gatal karena gigitan serangga, digunakan sebagai pewangi pada sabun, kosmetik, deterjen dan parfum [CITATION WHa16 \l 14345 ].

BAB III METODELOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum dilakukan pada hari Senin 17 April 2023 Pukul 08.00 WIB – Selesai. Bertempat pada Lab. Kimia Hasil Hutan, Lab OZT lantai 2, Institut Teknologi Sumatera.

(5)

3.2. Alat dan Bahan

Alat : Alat distilasi (Labu distilasi, pemanas, thermometer, pendingin/kondensor, konektor/klem, statif, adaptor, penampung, pembakar, kaki tiga dan kasa).

Bahan : Batu es, Kayu Putih (Melaleuca leucadendra).

3.3. Prosedur Kerja

Persiapan sampel, diambil sampel berupa daun kayu putih yang berada di sekitar kawasan Kampus ITERA. Pada praktikum ini sampel tidak diberi perlakuan sebelumnya. Disiapkan set alat distilasi untuk penyulingan.

Masukkan sampel ke dalam labu erlenmeyer. Labu tersebut diisi dengan aquades/air mineral. Dipanaskan labu Erlenmeyer yang telah diisi oleh sampel selama 2-3 jam untuk diperoleh minyak atsiri. Disiapkan juga es batu pada wadah terpisah sebagai kondensor/pendingin. Ditunggu selama 2-3 jam untuk didapatkan minyak atsiri yang diinginkan, lalu dipisahkan minyak atsiri dan air yang terdapat pada labu yang lain menggunakan pipet.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil

Pada praktikum perancangan produk didapatkan hasil berupa minyak atsiri dari daun kayu putih.

Gambar 1 Minyak Atsiri Kayu Putih

(6)

4.2. Pembahasan

Minyak atsiri dari kayu putih pada praktikum ini dihasilkan dari daun kayu putih segar yang distilasi menggunakan alat distilasi. Hasil yang didapatkan sesuai dengan gambar pada hasil menunjukkan warna jernih kuning kehijauan. Sedangkan standar warna yang tertulis dalam SNI 06-3945-2006 adalah jernih hingga kuning kehijauan. Hal tersebut menunjukkan warna minyak atsiri hasil distilasi sudah mendekati Standar Nasional Indonesia, namun masih harus dilakukan uji lab lagi untuk mengetahui kandungan minyak atsiri hasil distilasi. Warna cairan bening dapat menandakan minyak masih dalam keadaan bagus dan masih segar. Bau yang dihasilkan khas kayu putih namun tidak terlalu menyengat, berbeda dengan produk dipasaran[CITATION Irf22 \l 14345 ].

Alat distilasi skala lab menggunakan komponen alat yang tergolong kecil dan sederhana, namun untuk skala industry komponen alat yang digunakan masuk dalam kategori besar dan menggunakan teknologi yang canggih atau tidak sederhana. Tetapi dalam skala industry masih terdapat juga yang menggunakan teknologi sederhana dalam proses distilasinya. Hasil yang didapatkan skala lab pasti lebih kecil dibandingkan dengan skala industry.

Skala industry apabila ingin mendapatkan hasil rendemen yang tinggi, maka harus dilakukannya perlakuan pendahulan terhadap bahan baku sebelum proses distilasi. Faktor lain yang dapat meningkatkan hal tersebut adalah alat-alat yang dipakai pada saat proses distilasi dan metode penyimpanan setelah proses distilasi. Hal-hal tersebut yang dapat mempengaruhi tingkat kualitas dari hasil rendemen daun kayu putih [ CITATION Ban21 \l 14345 ].

(7)

BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum distilasi yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa untuk warna dari minyak atsiri hasil distilasi masih belum baik, karena tidak sesuai dengan SNI. Untuk aroma minyak atsiri dari hasil

(8)

distilasi memiliki aroma khas kayu putih, namun tidak sama seperti yang ada dipasaran. Untuk didapatkan kualitas rendemen yang lebih baik terdapat beberapa faktor yang harus dipenuhi.

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A. (2000). Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika. Bandung: ITB.

Banuwa, I. S., Susilawati, Utomo, T. P., & Sartika, D. (2021). Pendampingan Peningkatan Kinerja Proses Penyulingan Minyak Kayu Putih Di Lampung Tengah. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 195-198.

Guenther, E. (2006). Minyak Atsiri, Jilid I. Jakarta: UI-Press.

(9)

Haroen, W. K. (2016). Diversifikasi serat pulp untuk produk inovatif. Journal of Lignocellulose Technology, 15-25.

Irfan, N., Nurani, L. H., Guntarti, A., Salamah, N., & Edityaningrum, C. A.

(2022). Analisis Profil Minyak Atsiri Daun Kayu Putih (Melaleuca leucadendra L.) dan Produk di Pasaran. Journal of Food and Pharmaceutical Sciences, 754-762.

Ketaren, S. (1985). Pengantar teknologi minyak atsiri. Jakarta: Balai Pustaka.

Kodir, A., Hartono, D. M., & Mansur, I. (2016). Cajuput in Ex- Coal Mining Land to Support Sustainable Development. International Journal of Engineering Research & Technology (IJERT), 357-361.

Maulidah, S. (2010). STRUKTUR PASAR MINYAK KAYU PUTIH (MELALEUCA LEUCADENDRON OIL) (Studi Kasus di Kecamatan Namlea Kabupaten Buru–Maluku). JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN, 9-13.

Muslimin, I., Kurniawan, A., Kusdi, & Islam, S. (2019). Budidaya Tanaman Kayu Putih (Melaleuca cajuputi) Unggul (F1) di KHDTK Kemampo, Sumatera Selatan. 99-121.

Rimbawanto, A., Thi Hai, H. N., Prastyono, Kartikawati, N. K., & Wu, H. (2019).

Genetic improvement for essential oil yield and quality in Melaleuca cajuputi. Industrial Crops and Products, 681-686.

LAMPIRAN

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil praktikum baik secara langsung, simulasi maupun analitis dapat disimpulkan bahwa pada rangkaian Proporsionan Integral (PI) mempunyai sifat yang

soxhlet dikembalikan ke labu didih. Proses dilanjutkan dengan distilasi etanol dari minyak dengan suhu pemanas mantel 200 o C hingga ¾ sirkulasi. Etanol hasil distilasi

Dari hasil yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa beras yang menjadi bahan dari praktikum ini memiliki kualitas yang kurang baik karena tidak sesuai

Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK pada hutan lindung KPHL Kota Sorong dapat dikelompokan menjadi kelompok resin dan damar 7 jenis, kelompok minyak atsiri 6 jenis, kelompok minyak lemak 4

2 1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum pemindahan tanaman hutan dengan metode cabut dan putar ialah memahami tentang cara pemindahan tanaman hutan dan mengetahui apakah

Kesimpulan: Hasil yang diperoleh dari praktikum ini terdapat perubahan warna pada kertas HgCl2 kontrol positif dan sampel 2, sedangkan pada kontrol negatif dan sampel 1 kertas HgCl2

Kesimpulan Berdasarkan hasil praktkum tersebut dapat disimpulkan bahwa indikator yang paling baik untuk menentukan asam basa suatu larutan adalah kunyit karena warna yang dihasilkan

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian formulasi gel hand sanitizer yang mengandung minyak atsiri bunga lili sebagai zat aktif antibakteri dapat disimpulkan bahwa dari kedua formula