• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kerja Praktek (KP) Windy Oktiza (2222201002) dan Muhammad Iqbal (2122202065)

N/A
N/A
Windy Oktiza

Academic year: 2025

Membagikan "Laporan Kerja Praktek (KP) Windy Oktiza (2222201002) dan Muhammad Iqbal (2122202065)"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PEMASANGAN PLAT LANTAI PADA PROYEK LANJUTAN PEMBANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN BADAN NARKOTIKA

NASIONAL (BNN) PROVINSI RIAU

LAPORAN KERJA PRAKTEK

OLEH:

MUHAMMAD IQBAL NIM: 2122201065 WINDY OKTIZA NIM : 2222201002

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LANCANG KUNING PEKANBARU

DESEMBER 2024

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat Nya,penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktek yang berjudul Metode Pemasangan Plat Lantai Pada Proyek Lanjutan Pembangunan Gedung Perkantoran Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Riau.

Penulis menyadari bahwa terlaksananya kerja praktek dan selesainya laporan ini berkat bantuan dari berbagai pihak baik dari pihak Universitas Lancang Kuning maupun dari pihak PT Bunda. Oleh karna itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Zainuri, S.T., M.T selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning Pekanbaru.

2. Ibu Fitridawati oehardi, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil Universitas Lancang Kuning Pekanbaru.

3. Ibu Muthia Anggraini, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing dalam kerja praktek ini.

4. Bapak Hendri Rahmat, S.T., M.T. selaku Dosen Penguji dalam Seminar Kerja Prakter ini.

5. Bapak Rory, S.T Soesanto sebagai pembimbing lapangan yang dengan penuh perhatian telah memberikan bimbingan dan semangat serta saran selama dalam melakukan kegiatan kerja praktek ini.

Akhir kata, penulis berharap Allah SWT membalas segala kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini berguna untuk para pembaca dan khususnya bagi penulis.

Pekanbaru, Desember 2024

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB 1 . PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Sasaran ... 2

1.3 Deskripsi Pekerjaan ... 2

1.4 Metodologi Kegiatan ... 3

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB 2. TINJAUAN UMUM ... 5

2.1 Data Umum Proyek ... 5

2.2 Lokasi Proyek ... 5

2.3 Unsur Pelaksanaan Kegiatan Proyek ... 6

2.4 Unsur Penting Kontraktor Pelaksana ... 10

2.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ... 13

2.5.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ... 13

2.5.2 Alat Pelindung Diri (APD) ... 15

2.6 Peralatan yang Digunakan Pada Pekerjaan ... 18

BAB 3 . TINJAUAN KHUSUS ... 20

3.1. Defenisi Pelat Lantai ... 20

3.2. Jenis Pelat Lantai ... 20

3.2.1 Pelat Lantai SatuS Arah ... 20

3.2.2 Pelat Lantai Dua Arah ... 21

3.3. Metode Pelaksanaan Pelat Lantai ... 23

3.3.1 Tahapan Persiapan ... 23

3.3.2 Tahap Pelaksanaan ... 26

BAB 4. PENUTUP ... 40

4.1. Kesimpulan ... 40

4.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Lokasi Proyek ... 6

Gambar 2. 2 Gambar Alur Hubungan Unsur Pelaksana Proyek ... 7

Gambar 2. 3 Struktur Organisasi PT. Bunda... 13

Gambar 2. 4 Struktur Organisasi K3 ... 15

Gambar 2. 5 Helm Safety ... 16

Gambar 2. 6 Sarung Tangan... 16

Gambar 2. 7 Sepatu Safety ... 17

Gambar 2. 8 Rompi ... 17

Gambar 2. 9 Truk Mixer ... 18

Gambar 2. 10 Concrete Pump ... 18

Gambar 2. 11 Vibrator Concrete ... 19

Gambar 2. 12 Bull Float... 19

Gambar 3. 1 Plat Lantai Satu Arah ... 21

Gambar 3. 2 Potongan Melintang Plat Satu Arah ... 21

Gambar 3. 3 Denah Pelat Lantai 2 Arah ... 22

Gambar 3. 4 Potongan Melintang Pelat 2 Arah ... 23

Gambar 3. 5 Bending Schedule ... 24

Gambar 3. 6 Pabrikasi ... 24

Gambar 3. 7 Pabrikasi ... 25

Gambar 3. 8 Transportasi Besi ... 25

Gambar 3. 9 Transportasi ke Lantai 2 ... 26

Gambar 3. 10 Scafolding ... 27

Gambar 3. 11 Bodeman ... 27

Gambar 3. 12 Suri-suri ... 28

Gambar 3. 13 Skor Siku ... 29

Gambar 3. 14 Pabrikasi Bekisting ... 30

Gambar 3. 15 Panel Bekisting ... 30

Gambar 3. 16 Horry Beam ... 31

(5)

Gambar 3. 17 Multiplek... 32

Gambar 3. 18 Pabrikasi Pembesian ... 33

Gambar 3. 19 Tulangan Plat Lantai ... 34

Gambar 3. 20 Tulangan Atas ... 34

Gambar 3. 21 Cakar Ayam ... 35

Gambar 3. 22 Tahu Beton ... 35

Gambar 3. 23 Aplikasi Tahu Beton... 36

Gambar 3. 24 Cleaning Area ... 36

Gambar 3. 25 Ready Mix ... 37

Gambar 3. 26 Pengujian Slump ... 38

Gambar 3. 27 Proses Pengecoran ... 38

Gambar 3. 28 Curing Beton ... 39

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Kerja Praktek ...

Lampiran 2 Surat Izin Kerja Praktek Dari Perusahaan ...

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Kerja Praktek ...

Lampiran 4 Daftar Kehadiran Kerja Praktek ...

Lampiran 5 Lembar Asistensi Kerja Praktek ...

Lampiran 6 Berita Acara Seminar Kerja Praktek ...

Lampiran 7 Dokumen Kerja Praktek ...

(7)

BAB 1 . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerja Praktek merupakan salah satu tahap integral dalam kurikulum akademik yang bertujuan untuk memberikan kesempatan langsung kepada mahasiswa untuk mengaplikasikan teori dan pengetahuan mereka dalam bidang profesional dan juga merupakan salah satu mata kuliah wajib dalam program studi teknik sipil Universitas Lancang Kuning. Dalam laporan ini, penulis mengangkat judul Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pelat Lantai Pada Proyek Lanjutan Pembangunan Gedung Perkantoran Badan Narkotika Nasional (BNN) Povinsi Riau yang dikelola oleh PT Bunda PT Bunda yang berlokasi di JL.

Srikandi Komp. Widya Graha II Blok E No. 7, Tampan,Pekanbaru.

Badan Narkotika Nasional (BNN) merupakan lembaga pemerintah Indonesia yang bertugas mencegah dan memberantas penyalahgunaan serta peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika (Marthinus Hukom, 2024).

Kantor Badan Narkotika Nasional (BNN) di Riau dibangun dengan tujuan strategis untuk menanggulangi permasalahan narkotika secara komprehensif, melalui serangkaian upaya koordinasi penegakan hukum, pencegahan peredaran gelap, rehabilitasi pecandu, dan edukasi masyarakat. Lembaga ini berperan penting dalam mengumpulkan data, menganalisis perkembangan kasus, dan mengimplementasikan program nasional penanggulangan narkoba di tingkat provinsi, dengan fokus utama melindungi masyarakat Riau dari dampak destruktif penyalahgunaan narkotika dan memberdayakan korban untuk kembali menjadi bagian produktif dalam komunitas.

Pembangunan Gedung Perkantoran Badan Narkotika Nasional (BNN) berlokasi di Jl. Labersa Kec. Bukit Raya. Dengan luas bangunan ± 120 m2,bangunan gedung tersebut terdiri dari 2 lantai. Luas pelat lantai yang penulis tinjau adalah 89,88 m2 dengan panjang pelat lantai 12,2 m dan lebar pelat lantai 12,2 m, tebal pelat 12 cm dan untuk penulangan pelat lantai menggunakan besi D10.

Proses pembangunan pelat lantai pada lantai 1 sudah finish,untuk pekerjaan pelat lantai pada lantai 2 belum selesai,oleh karena itu penulis meninjau pekerjaan

(8)

pelat lantai pada lantai 2. Proses pekerjaan pelat lantai pada Pembangunan Gedung BNN yaitu Menggunakan pelat lantai jenis 2 arah. Proses pengecoran dilakukan secara bertahap pekerjaan proyek dilaksanakan berdasarkan dana dari APBD Provinsi Riau.

1.2 Tujuan dan Sasaran

Tujuan proyek pembangunan kantor Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah untuk meningkatkan kapasitas layanan rehabilitasi pecandu narkotika dan memperkuat upaya pencegahan serta pemberantasan penyalahgunaan narkoba.

Fasilitas yang baru diharapkan dapat mempermudah akses masyarakat terhadap layanan rehabilitasi dan mendukung program pemerintah dalam menciptakan lingkungan yang bebas dari narkoba.

Tujuan dari kerja praktek adalah memberikan pengalaman bagi penulis bagaimana proses pembuatan pelat lantai pada pembangunan gedung perkantoran BNN Provinsi Riau, dan meningkakan pemahaman penulis tentang teknik-teknik pembangunan fisik.

Sasaran yang ingin dicapai adalah pemahaman tentang konsep dan prinsip- prinsip dasar pembuatan pelat serta teknik-teknik yang digunakan. Diharapkan, hal ini dapat membuka peluang bagi penulis untuk terlibat dalam proyek-proyek nusantara fisik yang lebih besar di masa depan.

1.3 Deskripsi Pekerjaan

Pada penulisan laporan ini, tidak mencakup seluruh pekerjaan pembangunan yang dilakukan di gedung tersebut, melainkan pekerjaan pelat lantai pada pembangunan gedung perkantoran Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau hingga selesai. Pelaksanaan proyek, saat ini pekerjaan lantai 2.

Pekerjaan pembesian,meliputi langkah-langkah berikut:

1. Menentukan Desain dan Spesifikasi: Menetapkan desain dan spesifikasi tulangan yang diperlukan sesuai kebutuhan struktur.

2. Pengadaan Material: Mengadakan dan menyimpan material baja tulangan dengan benar untuk mencegah kerusakan.

3. Pemotongan dan Pembengkokan: Memotong dan membengkokkan tulangan sesuai panjang dan bentuk yang direncanakan.

4. Pemasangan Tulangan: Memasang tulangan dengan alat bantu untuk

(9)

memastikan posisi yang tepat.

5. Pengecekan: Memeriksa kembali kesesuaian tulangan dengan desain dan spesifikasi sebelum pengecoran dimulai.

Pekerjaan bekisting ,meliputi langkah-langkah berikut:

1. Desain Bekisting: Merancang bekisting sesuai dengan spesifikasi teknis.

2. Pembuatan Rangka: Membuat rangka bekisting dari bahan seperti kayu.

3. Penutupan Celah: Menutup semua celah dan sambungan untuk mencegah kebocoran saat pengecoran.

Pekerjaan pengecoran,meliputi langkah-langkah berikut:

1. Pembersihan Area: Membersihkan area di sekitar lokasi pengecoran untuk memastikan tidak ada kotoran atau material lain yang mengganggu.

2. Penuangan Beton: Menuangkan campuran beton ke dalam cetakan yang telah disiapkan.

3. Pemadatan dan Perataan: Menggunakan alat seperti vibrator untuk memadatkan dan meratakan permukaan beton.

4. Pemeliharaan Kelembapan: Menjaga kelembapan beton agar mencapai kekuatan maksimal selama proses pengeringan.

Pekerjaan perawatan beton,meliputi langkah-langkah berikut:

1. Menjaga Kelembapan: Penting untuk memastikan kelembapan beton tetap terjaga.

2. Penutupan Beton: Menutup permukaan beton untuk melindungi kelembapan dan mencegah penguapan yang terlalu cepat.

3. Pembersihan Area: Pastikan area sekitar beton tetap bersih, jauh dari debu dan kotoran yang dapat mengganggu proses pengeringan.

1.4 Metodologi Kegiatan

Adapun metode yang digunankan dalam Menyusun laporan kerja praktek adalah:

1. Wawancara yaitu tanya jawab dengan para ahli teknisi yang bekerja pada pekerjaan pembangunan gedung perkantoran Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Riau.

2. Tinjauan Pustaka yaitu dengan membaca dan memahami beberapa literatur dan buku yang berhubungan dengan pekerjaan lapangan.

(10)

3. Studi dokumentasi yaitu dengan melakukan studi tentang dokumentasi- dokumentasi pelaksanaan pekerjaan, seperti gambar kerja, dan dokumen linnya yang berkaitan dengan pekerjaan dilapangan.

4. Observasi yaitu pengumpulan data atau informasi langsung dari sumbernya,metode ini memungkinkan peneliti untuk mengamati interaksi secara langsung,mengumpulkan data kualitatif yang mendalam,dan menangkap aspek-aspek yang mungkin tidak terungkap melalui metode penelitian lainnya.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan laporan kerja praktek disusun kedalam empat bab dimana antara satu bab dengan bab lainnya saling berhubungan atau ketergantungan dengan sistmatika:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang kerja praktek, tujuan dan manfaan kerja praktek, rumusan masalah, metode pengumpulan, dan sistematika penulisan.

BAB 2 : TINJAUAN UMUM

Pada bab ini berisi tentang dasar teori metode pelaksanaan pekerjaan pelat lantai pada pembangunan gedung perkantoran BNN Provinsi Riau.

BAB 3 : TINJAUAN KHUSUS

Pada bab ini berisi tentang pembahasan pekerjaan dari tinjauan khusus serta kerja praktek yaitu metode pelaksanaan pekerjaan pelat lantai pada proyek pembangunan gedung perkantoran BNN Provinsi.

BAB 4 : PENUTUP

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran.

(11)

BAB 2. TINJAUAN UMUM

2.1 Data Umum Proyek

Data umum dari Proyek dari Pembangunan Gedung Perkantoran Badan Narkotika Nasional (BNN) antara lain sebagai berikut:

Nama Proyek : Lanjutan Pembangunan Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau.

Lokasi Proyek : Jl. Labersa, Pekanbaru

Pemilik Proyek :Dinas Pekerjaan Umum ,Penataan Ruang ,Perumahan,Kawasan dan Permukiman dan Pertanahan Provinsi Riau.

Nomor Kontrak : 645/PUPRPKPP/CK/kontrak-

lanjutan.pemb.bnn.prov.riau/VII/2024/05/2021 Nilai Kontrak : Rp. 25.038.274.555,-

Sumber Dana : APBD Provinsi Riau

Konsultan Perencana : PT. Inti Mulya Multi Kencana KSO CV Multy Deseko

Kontraktor : PT. Bunda 2.2 Lokasi Proyek

Lokasi proyek pekerjaan pembangunan Gedung Perkantoran Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Riau ini berada di Jalan Labersa, Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru-Riau. Lokasi Proyek dapat dilihat pada gambar 2.1

(12)

Gambar 2. 1 Lokasi Proyek (Sumber: Gambar Kerja, 2024) 2.3 Unsur Pelaksanaan Kegiatan Proyek

Dalam setiap proyek, terdapat elemen-elemen organisasi yang saling berinteraksi dan mendukung satu sama lain. Struktur organisasi proyek terdiri dari pemilik proyek (owner), konsultan perencana, dan kontraktor. Pemilik proyek bertanggung jawab untuk memilih konsultan melalui proses tender, yang akan merancang dan menyusun dokumen perencanaan struktur. Selain itu, konsultan supervisi ditugaskan untuk mengawasi dan memantau pelaksanaan konstruksi.

Kontraktor kemudian melaksanakan proyek sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat. Keterpaduan antara ketiga unsur ini sangat penting untuk mencapai hasil yang optimal dalam pelaksanaan proyek (Wulfram I. Ervianto, 2023).

Struktur organisasi proyek pada dasarnya berasal dari organisasi fungsional dan dapat divisualisasikan dalam bentuk bagan. Bagan ini biasanya disusun dalam format piramida, menciptakan tingkatan-tingkatan yang menunjukkan peran dan tanggung jawab masing-masing anggota dalam organisasi untuk mencapai tujuan proyek secara keseluruhan (Agus B. Siswanto, 2022).

Menurut (S. A. Nissa, 2024) Dalam pelaksanaan suatu proyek, diperlukan organisasi pelaksanaan yang terstruktur untuk mendukung keberhasilan proyek.

Unsur-unsur dalam proyek konstruksi mencakup berbagai posisi dan tanggung

(13)

jawab yang saling terkait, yang bertujuan untuk memastikan kelancaran dan efektivitas pelaksanaan proyek.Unsur-unsur dalam proyek konstruksi antara lain sebagai berikut:

Gambar 2. 2 Gambar Alur Hubungan Unsur Pelaksana Proyek (Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024).

= Garis Hubungan Konstraktual = Garis Hubungan Koordinasi = Garis Hubungan Struktural

Sebuah proyek diperlukan adanya struktur organisasi dalam pelaksanaannya. Proyek Pembangunan Gedung Perkantoran BNN Provinsi Riau ini terdapat tim dari Dinas PUPR Provinsi Riau selaku Owner,PT. Inti Mulya Multi Kencana KSO CV. Multy Deseko selaku Konsultan Perencana, dan PT.

Bunda selaku Kontraktor Pelaksana Proyek Pembangunan Gedung Perkantoran BNN Provinsi Riau. Berikut ini adalah tugas dan dan tanggung jawab dari gambar 2.2 :

2.3.1 Pemilik Proyek (Owner)

Pemilik proyek, atau owner, adalah individu atau lembaga yang memiliki hak atas suatu proyek dan bertanggung jawab untuk membiayai seluruh kegiatan yang terkait dengan proyek tersebut. Pemilik proyek juga berwenang untuk menunjuk badan hukum dalam bidang jasa konstruksi, seperti konsultan perencana dan kontraktor, untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Dalam proses ini, pemilik proyek memastikan bahwa semua pihak yang terlibat dapat bekerja sama

(14)

untuk mencapai tujuan proyek secara efektif (Dimyati, H.A. Hamdan &

Nurjaman, Kadar, 2014).

Tugas dan wewenang Owner adala sebagai berikut:

1. Mengendalikan proyek secara keseluruhan untuk mencapai sasaran baik segi kualitas fisik proyek maupun batas waktu yang telah ditetapkan.

2. Menunjuk kontraktor pemenang tender untuk melaksanakan proyek tersebut.

3. Menyediakan dana yang diperlukan untuk merealisasikan proyek.

4. Menandatangani surat perjanjian pemborongan dan surat perintah kerja.

5. Mengeluarkan semua instruksi dan menyerahkan semua dokumen pembayaran kepada kontraktor.

2.3.2 Konsultan Pengawas

Menurut ( Ernie, A., & Saefullah, M. , 2005) Pengawasan adalah suatu proses pemantauan dan pemeriksaan terhadap kegiatan proyek konstruksi untuk memastikan bahwa tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan rencana. Tindakan ini juga mencakup pelaksanaan koreksi yang diperlukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi selama proses pembangunan. Dengan pengawasan yang baik, proyek dapat berjalan lebih efisien dan efektif, serta meminimalkan risiko masalah di lapangan.

Tugas dan wewenang konsultan pengawas adalah:

1. Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak kerja.

2. Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat oleh pemilik proyek.

3. Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik proyek maupun kontraktor dalam proyek pelaksanaan pekerjaan.

4. Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang diajukan kontraktor sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan proyek.

5. Memperingatkan atau menegur pihak peleksana pekerjaan jika terjadi penyimpangan terhadap kontrak kerja.

2.3.3 Konsultan Perencana

(15)

Konsultan perencana adalah badan hukum atau individu yang ditugaskan oleh pemilik proyek untuk merencanakan dan mendesain bangunan sesuai dengan keinginan pemilik. Selain itu, konsultan perencana juga memberikan saran dan pertimbangan mengenai semua aspek yang berkaitan dengan perkembangan proyek tersebut (Siti Salamah, 2023).

Tugas dan wewenang konsultan perencana:

1. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana, rencana kerja, syarat-syarat, dan hitungan struktur, rencana anggaran biaya.

2. Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pemilik proyek, konsultan supervisi, dan kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.

3. Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.

4. Menyiapkan dokumen untuk proses lelang.

5. Membantu dalam pelelangan proyek seperti memberikan penjelasan dalam rapat pemberian pekerjaan,membuat berita acara penjelasan.

2.3.4 Kontraktor

Menurut (Joko Santoso, 2023) Kontraktor pelaksana adalah perusahaan berbadan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pemborongan, baik berupa perorangan maupun badan hukum, dari sektor pemerintah maupun swasta. Mereka ditunjuk oleh pemilik proyek untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam kontrak.

Tugas dan wewenang kontraktor adalah:

1. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan peraturan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak.

2. Membuat gambar kerja (shop drawing) sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan.

3. Membuat dokumen tentang pekerjaan yang telah dilaksanakan dan diserahkan kepada owner.

4. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan kemajuan proyek.

5. Menyediakan alat keselamatan kerja dan keamanan di lokasi proyek

(16)

2.4 Unsur Penting Kontraktor Pelaksana

Unsur- unsur penting kontraktor di sini terbagi ke dalam beberapa, khususnya unsur-unsur penting pelaksana, antara lain sebagai berikut :

2.4.1 Pimpinan Proyek (Project Manager)

Project manager adalah perwakilan kontraktor yang bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan proyek, memastikan bahwa semua kegiatan sesuai dengan manajemen dan perencanaan yang telah. (Joko Santoso, 2022).

Tugas dan wewenang project manager adalah:

1. Memimpin jalannya suatu pekerjaan.

2. Mengevaluasi hasilndaipekerjaan.

3. membandingkan dengan pelaksanaan proyek yang kemudian disusun dalam suatu format laporan pekerjaan dari awal hingga akhir pelaksanaan proyek.

2.4.2 Manager Lapangan (Site Manager)

Menurut (Rizki Ramadhan, 2023) Site manager adalah wakil dari pimpinan proyek atau project manager yang diharapkan dapat memahami dan menguasai rencana kerja proyek secara keseluruhan dan mendetail. Mereka bertanggung jawab untuk mengawasi semua kegiatan di lokasi konstruksi dan memastikan bahwa proyek berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Tugas dan wewenang site manager adalah:

1. Memimpin dan mengoordinasi semua kegiatan bawahannya untuk memastikan pekerjaan sesuai spesifikasi dan berjalan sesuai program kerja dalam waktu dan biaya yang ditentukan.

2. Bertanggung jawab mengelola semua aspek pekerjaan di lapangan.

3. Memastikan kegiatan konstruksi mematuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Menjamin semua pekerjaan memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.

5. Mengelola persediaan material, peralatan, dan tenaga kerja, serta memastikan sumber daya tersedia tepat waktu dan digunakan secara efisien.

(17)

2.4.3 Pelaksana (supervisor)

Pelaksana proyek memiliki wewenang dan tanggung jawab terkait masalah teknis di lapangan serta mengoordinasi pekerjaan yang menjadi bagiannya.

Mereka bertugas memastikan bahwa semua kegiatan konstruksi berjalan sesuai dengan rencana dan spesifikasi yang telah ditetapkan (Jhontraktor, 2023).

Tugas dan wewenang supervisor adalah:

1. Mengawasi dan mengoordinasi pekerjaan para pekerja di lapangan serta mencatat semua prestasi untuk dilaporkan kepada site manager.

2. Memastikan metode pelaksanaan di lapangan agar tidak terjadi kesalahan.

3. Bertanggung jawab kepada site manager atas pelaksanaan pekerjaan di proyek.

2.4.4 Surveyor

Tugas surveyor adalah melakukan pengukuran di lapangan menggunakan alat seperti theodolit atau water pass untuk menentukan as-as bangunan proyek yang akan dikerjakan. Mereka bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua pengukuran akurat dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan (Khairul Iham, 2023).

Tugas dan weweenang surveyor adalah:

1. Melakukan penelitian tentang karakteristik tanah di area proyek, termasuk kekuatan, kandungan air, dan kemampuan tanah untuk mendukung bangunan.

2. Menentukan batas lahan proyek dengan memeriksa dokumen dan melakukan pengukuran lapangan.

3. Mengukur kontur tanah untuk membantu perencanaan dan desain proyek, termasuk drainase dan fondasi.

4. Melakukan pemetaan ulang untuk mencatat lokasi akhir struktur yang dibangun, dikenal sebagai pemetaan “as-built”.

5. Mengelola dan menganalisis data survei menggunakan perangkat lunak untuk menghasilkan peta dan laporan.

(18)

6. Memberikan konsultasi teknis kepada klien atau tim proyek mengenai pemetaan dan pengukuran tanah.

2.4.5 Drafter

Menurut (R. Hartono & S. Aminah, 2023) Drafter adalah seseorang yang bertugas membuat rancangan dan gambar detail untuk berbagai proyek, termasuk mesin, bangunan, dan infrastruktur. Mereka menggunakan alat manual dan perangkat lunak komputer untuk menghasilkan sketsa. Drafter sangat penting dalam perusahaan karena mereka harus merancang hal-hal yang akan diciptakan, sehingga keterampilan dalam berbagai software desain sangat diperlukan.

Tugas dan tanggung jawab seorang drafter adalah :

1. Menyusun shop drawing yang siap untuk dilaksanakan, dengan koordinasi dari pihak pelaksana.

2. Menyiapkan gambar revisi dan detail desain yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pelaksanaan di lapangan.

Adapun struktur organisasi PT. Bunda dapat dilihat pada gambar 2.3.

(19)

Gambar 2. 3 Struktur Organisasi PT. Bunda (Sumber: PT.Bunda,2024)

2.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2.5.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Menurut Suma’mur (Hidayatullah dan Tjahjawati, 2018) keselamatan kerja merupakan suatu keadaan terhindar dari bahaya saat melakukan kerja.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, pesawat pengangkat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Menurut Simanjuntak keselamatan kerja dapat diartikan sebagai kondisi yang bebas dari risiko kecelakaan atau kerusakan atau dengan kata lain risiko yang relatif sangat kecil dibawah tingkat tertentu. Sedangkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (K3 Konstruksi) adalah adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk menjamin dan melindungi keselamatan serta kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dalam konteks pekerjaan Dengan demikian, K3 Konstruksi tidak hanya berfokus pada perlindungan pekerja yang terlibat langsung, tetapi juga mencakup semua individu yang berada di

(20)

sekitar lokasi konstruksi, termasuk pengawas dan masyarakat umum. Tujuan utama dari penerapan K3 dalam bidang konstruksi adalah untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat, serta meminimalkan risiko yang dapat mengakibatkan kecelakaan atau masalah kesehatan di tempat kerja (SNI 03-1732- 2013).

Dalam proses produksi di perusahaan, penggunaan alat dan teknologi dapat meningkatkan risiko kecelakaan kerja, sehingga penerapan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) sangat penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan.

Penerapan program K3 bukan hanya tanggung jawab perusahaan, tetapi juga melibatkan semua pihak yang berhubungan dengan perusahaan untuk melaksanakan program ini secara optimal. Semua pihak yang terkait harus berkomitmen untuk menjalankan program K3 agar kecelakaan kerja dapat diminimalkan dan lingkungan kerja menjadi lebih aman(Ramadhan, et al., 2021).

Tugas dan Tanggung Jawab Ahli K3 terhadap Keselamatan Konstruksi adalah sebagai berikut :

a. Melaksanakan dan mengevaluasi SMKK dalam penerapan Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan (Permen No. 07/2019)

b. Mengkaji dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan konstruksi c. Merencanakan dan menyusun program K3

d. Membuat prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3

e. Menyiapkan rencana sosialisasi, pelatihan, dan simuliasi sebagai tindak lanjut pelaksanaan program keselamatan konstruksi

f. Mengkoordinasikan penerapan Keselamatan Konstruksi.

Komponen yang perlu perhatian diproyek:

a. APD (helm,sepatu safety,sarung tangan,kacamata pengaman,rompy,dll) b. Perlengkapan K3 (Bendera K3, Spanduk, Papan Info K3 , APAR, Rambu,

Obat-obatan k3,Segitiga Pengaman,Lampu Malam Hari).

c. Alat Bantu Kerja (Perancah,tangga,pesawat angkat angkut,alat berat,dll) Berikut Struktur Organisasi K3 PT. Bunda :

(21)

Gambar 2. 4 Struktur Organisasi K3 Sumber: PT. Bunda 2024 2.5.2 Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut (Soeripto, 2008) Alat Pelindung Diri (APD) adalah perangkat yang dirancang untuk melindungi pekerja dari bahaya di tempat kerja, termasuk risiko kesehatan dan keselamatan. APD mencakup semua pakaian dan aksesori yang berfungsi sebagai penghalang terhadap potensi bahaya, sehingga penggunaannya harus diawasi dengan ketat oleh pihak yang berwenang di lokasi kerja. Dalam konteks konstruksi, APD tidak hanya melindungi dari bahaya fisik tetapi juga dari kondisi cuaca yang ekstrem, memastikan bahwa pekerja terlindungi dari berbagai risiko yang dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan mereka. Berdasarkan UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, yang menetapkan bahwa perlindungan terhadap pekerja adalah prioritas utama. Salah satu syarat penting adalah kewajiban pengusaha untuk menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan standar yang berlaku, termasuk Standar Nasional Indonesia (SNI).

APD berfungsi untuk melindungi pekerja dari berbagai risiko di tempat kerja, seperti kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Penggunaan APD wajib dilakukan di area kerja yang berpotensi menimbulkan bahaya, dan pekerja berhak menolak untuk bekerja jika APD yang disediakan tidak memenuhi standar keamanan yang ditetapkan. Selain itu, pengusaha juga harus melakukan manajemen APD yang mencakup identifikasi kebutuhan, pemilihan, pelatihan, dan pemeliharaan APD (Permenaker RI No. 8 tahun 2010).

Adapun alat pelindung diri yang digunakan selama dilingkungan proyek adalah sebagai berikut:

1. Helm Safety

(22)

Helm safety proyek adalah alat adalah alat pelindung diri yang dirancang untuk melindungi kepala pekerja dari cedera akibat benda jatuh, benturan, dan kecelakaan di tempat kerja. Terbuat dari bahan keras seperti plastik atau kevlar, helm ini menyerap dampak dan melindungi dari bahaya seperti percikan bahan kimia. Helm safety juga sering digunakan untuk identifikasi pekerja melalui kode warna yang menunjukkan tanggung jawab atau posisi mereka. Helm safety dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2. 5 Helm Safety

(Sumber: Dokumentasi Lapangan , 2024) 2. Sarung Tangan

Sarung tangan proyek adalah dalah alat pelindung diri (APD) yang dirancang untuk melindungi tangan dari risiko cedera di lingkungan kerja, terutama dalam konstruksi dan manufaktur. Sarung tangan ini mencegah luka akibat benda tajam, suhu ekstrem, dan bahan kimia. Pemilihan jenis sarung tangan harus sesuai dengan potensi bahaya di tempat kerja. Sarung tangan dapat dilihat pada gambar 2.6

Gambar 2. 6 Sarung Tangan (Sumber: Dokumentasi Lapangan , 2024) 3. Sepatu Safety

Sepatu safety proyek adalah Sepatu safety adalah alat pelindung diri (APD) yang melindungi kaki pekerja dari bahaya di lingkungan kerja, terutama di

(23)

konstruksi. Dilengkapi dengan pelindung baja di ujung dan sol tahan tusukan serta anti-slip, sepatu ini mencegah cedera akibat benda jatuh dan tergelincir. Sepatu Safety dapat dilihat pada gambar 2.7.

Gambar 2. 7 Sepatu Safety

(Sumber: Dokumentasi Lapangan , 2024) 4. Rompi

Rompi proyek adalah alat pelindung diri yang digunakan oleh pekerja di lokasi konstruksi untuk meningkatkan keselamatan dan visibilitas. Rompi ini biasanya terbuat dari bahan reflektif dan berwarna cerah, seperti kuning atau oranye, sehingga mudah terlihat dalam berbagai kondisi pencahayaan.

Tujuan utama dari penggunaan rompi proyek adalah untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja dengan memastikan bahwa pekerja dapat terlihat oleh operator alat berat dan kendaraan lain di area kerja yang sibuk. Selain itu, rompi proyek juga sering dilengkapi dengan fitur tambahan seperti kantong untuk menyimpan alat kecil atau dokumen penting, sehingga memudahkan pekerja dalam menjalankan tugas mereka. Penggunaan rompi proyek merupakan bagian dari standar keselamatan kerja yang harus dipatuhi di setiap proyek konstruksi untuk melindungi keselamatan pekerja (Pratama et al., 2021). Rompi proyek dapat dilihat pada gambar 2.8

Gambar 2. 8 Rompi

(Sumber: Dokumentasi Lapangan , 2024)

(24)

2.6 Peralatan yang Digunakan Pada Pekerjaan

Adapun alat yan digunakan pada proses pekerjaan pelat lantai adalah sebagai berikut:

2.6.1 Truk Mixer

Truck mixer adalah kendaraan khusus yang digunakan untuk mengangkut dan mencampur beton ready mix dari batching plant ke lokasi proyek.

Dilengkapi dengan tangki yang berputar, truk ini menjaga agar adukan beton tetap homogen dan tidak mengeras selama perjalanan. Terdapat tiga komponen utama: corong untuk memasukkan dan mengeluarkan beton, tangki mixer, dan talang untuk menyalurkan beton ke tempat pengecoran.

Truk mixer dapat dilihat pada gambar 2.9.

Gambar 2. 9 Truk Mixer

(Sumber: Dokumentasi Lapangan , 2024) 2.6.2 Concrete Pump

Concrete pump adalah alat yang digunakan untuk memompa dan menyalurkan beton cair dari truk mixer ke lokasi pengecoran. Alat ini memungkinkan pemindahan beton dengan efisien, terutama ke area yang sulit dijangkau. Dengan menggunakan concrete pump, proses pengecoran dapat dilakukan lebih cepat dan efektif, bahkan di lokasi tinggi atau sempit.

Concrete pump dapat dilihat pada gambar 2.10.

Gambar 2. 10 Concrete Pump (Sumber: Dokumentasi Lapangan , 2024)

(25)

Vibrator concrete adalah alat yang digunakan untuk memadatkan adukan beton dan menghilangkan udara terperangkap selama pengecoran. Alat ini menghasilkan getaran yang membantu menyebarkan beton secara merata, meningkatkan kekuatan dan kepadatan, serta menghasilkan permukaan yang halus. Terdapat dua jenis vibrator: internal (dimasukkan ke dalam beton) dan eksternal (dipasang di luar cetakan). Vibrator concrete dapat dilihat pada gambar 2.11.

Gambar 2. 11 Vibrator Concrete (Sumber: Dokumentasi Lapangan , 2024) 2.6.4 Bull Float

Bull float adalah alat yang digunakan untuk meratakan dan menghaluskan permukaan beton setelah dituangkan. Dengan pisau datar yang besar, bull float memungkinkan pengguna untuk bekerja pada area luas dengan efisien.

Alat ini biasanya digunakan ketika beton dalam kondisi setengah kering, membantu menciptakan permukaan yang halus dan mengurangi ketidakrataan. Bull float dapat dilihat pada gambar 2.12.

Gambar 2. 12 Bull Float

(Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024) (Sumber: Dokumentasi Lapangan , 2024) 2.6.3 Vibrator concrete

(Sumber: Dokumentasi Lapangan , 2024) 2.6.3 Vibrator concrete

2.6.3 Vibrator concrete

(26)

BAB 3 . TINJAUAN KHUSUS

3.1. Defenisi Pelat Lantai

Menurut (Meiriska, 2016) Pelat lantai adalah suatu konstruksi yang mendukung beban dan berperan sebagai pemisah antara ruang bawah dan atas, serta menyakurkan beban ke kolom-kolom bangunan.pelat lantai merupakan elemen strktural yang memiliki dimensi tertentu,berfungsi untuk mendistribusikan beban mati dan beban hidup ke kolom-kolom yang mendukungnya. Pelat ini memiliki bentuk solid tiga dimensi dengan permukaan yang datar dan tebalnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan panjang dan lebarnya. (R.B. Pratomo dan M. Hudori, 2021).

Menurut (S. Puro, 2022) Pelat lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan. Ketebalan pelat lantai ditentukan oleh:

a. Besaran beban yang akan diterima oleh pelat lantai.

b. Jarak antar balok penumpu pelat lantai.

c. Bahan material kontruksi yang digunakan.

d. Besar lendutan yang diijinkan.

3.2. Jenis Pelat Lantai 3.2.1 Pelat Lantai Satu Arah

Menurut (Heinz Frick, 2007) Pelat dengan tulangan pokok satu arah ini akan dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang satu arah saja. Contoh pelat satu arah adalah pelat kantilever (luifel) dan pelat yang ditumpu oleh 2 tumpuan.Kedudukan tulangan pokok dan tulangan bagi selalu bersilangan tegak lurus, tulangan pokok dipasang dekat dengan tepi luar beton, sedangkan tulangan bagi dipasang di bagian dalamnya dan menempel pada tulangan pokok.Gambar pelat lantai satu arah dapat dilihat pada gambar 3.1 dan gambar potongan melintang pelat satu arah dapat dilihat pada gambar 3.2

(27)

Gambar 3. 1 Plat Lantai Satu Arah (Sumber: Google, 2024)

Gambar 3. 2 Potongan Melintang Plat Satu Arah (Sumber: Autodesk AutoCAD, 2024) 3.2.2 Pelat Lantai Dua Arah

Menurut (Heinz Frick, 2007) Pelat dua arah adalah pelat beton bertulang yang menerima dan mendistribusikan beban dalam dua arah yang berbeda secara seimbang, yaitu antara sumbu x dan sumbu y. Pada konstruksi pelat dua arah, tulangan utama dipasang silang atau tegak lurus antara satu dengan yang lain, sehingga mampu mendistribusikan beban secara merata ke seluruh permukaan. Karakteristik utama pelat dua arah adalah rasio bentang panjang dan bentang pendek kurang dari atau sama dengan 2, yang memungkinkan pelat menahan momen lentur pada kedua arah secara efektif.

Contoh konstruksi pelat dua arah dapat dijumpai pada pelat lantai gedung

(28)

bertingkat dengan tumpuan pada keempat sisinya, seperti pada lantai ruang pertemuan, ruang kantor, dan area publikasi. Pada proyek ini menggunakan tipe pelat 2 arah. Gambar pelat lantai dua arah dapat dilihat dari pada gambar 3.3 dan gambar potongan melintang pelat dua arah dapat dilihat pada gambar 3.4

Gambar 3. 3 Denah Pelat Lantai 2 Arah (Sumber: PT. Bunda, 2024)

(29)

Gambar 3. 4 Potongan Melintang Pelat 2 Arah (Sumber: PT. Bunda, 2024)

3.3. Metode Pelaksanaan Pelat Lantai 3.3.1 Tahapan Persiapan

Adapun tahapan persiapan untuk pekerjaan pelat lantai adalah sebagai berikut:

1. Membuat Bending Schedule

Menurut (Ilham Nugroho., 2019) Bar Bending Schedule (BBS) adalah daftar yang mencakup informasi penting mengenai tulangan baja dalam konstruksi beton bertulang, termasuk tipe, ukuran, jumlah, letak, panjang, dan bentuk pembengkokan dari tulangan tersebut. BBS berfungsi sebagai panduan untuk kontraktor dalam mengontrol pelaksanaan konstruksi dan menghitung kebutuhan material dengan akurat, serta meminimalkan limbah material selama proses pemotongan dan pembengkokan.

Penyusunan BBS biasanya mengikuti gambar kerja atau shop drawing dari konsultan perencana dan dikelompokkan berdasarkan letak lantai dan jenis struktur. Gambar bending schedule dapat dilihat pada Gambar 3.5

(30)

Gambar 3. 5 Bending Schedule (Sumber: PT Bunda, 2024) 2. Memotong/membentuk (pabrikasi)

Pabrikasi merupakan serangkaian proses yang melibatkan berbagai komponen material, seperti pipa, plat, atau baja profil, yang dirakit dan dibentuk secara bertahap sesuai dengan item-item tertentu, sehingga menghasilkan bentuk yang siap dipasang sebagai bagian dari alat produksi atau konstruksi.Gambar pabrikasi dapat dilihat pada Gambar 3.6 dan 3.7

Gambar 3. 6 Pabrikasi

(Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024)

(31)

Gambar 3. 7 Pabrikasi

(Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024) 3. Transport

Transportasi adalah proses pemindahan material, peralatan, dan tenaga kerja ke lokasi proyek untuk mendukung pelaksanaan konstruksi. Proses ini melibatkan berbagai moda transportasi, seperti truk,kapal dan lain- lain yang penting untuk memastikan semua komponen tersedia tepat waktu guna menjaga efisiensi dan kelancaran proyek. Gambar transport dapat dilihat pada Gambar 3.8 dan 3.9

Gambar 3. 8 Transportasi Besi (Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024)

(32)

Gambar 3. 9 Transportasi ke Lantai 2 (Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024) 3.3.2 Tahap Pelaksanaan

Adapun tahapan persiapan untuk pekerjaan pelat lantai adalah sebagai berikut:

1. Pemasangan Perancah

Perancah (scaffolding atau steiger) adalah struktur sementara yang digunakan dalam konstruksi untuk menyangga pekerja, material, dan peralatan saat melakukan pekerjaan di ketinggian (Wikipedia). Perancah berfungsi sebagai platform kerja yang aman dan stabil, memungkinkan akses ke area yang sulit dijangkau dan mendukung berbagai kegiatan konstruksi, seperti pemasangan, perbaikan, dan pemeliharaan bangunan.

Biasanya terbuat dari bahan seperti pipa logam atau kayu, perancah dirancang untuk menahan beban dan memberikan kestabilan selama proyek berlangsung (Robert T. Ratay, 1996). Struktur tersebut berbentuk seperti platform tempat para pekerja melakukan tugas dan pekerjaannya.

a. Scafolding

Perancah, atau scaffolding, adalah struktur sementara yang digunakan dalam konstruksi untuk menyokong pekerja dan material saat melakukan pekerjaan di ketinggian. Menurut Nugroho (2011), perancah berfungsi sebagai platform kerja yang aman, memungkinkan akses ke area yang sulit dijangkau dan mendukung berbagai kegiatan konstruksi, seperti pemasangan dan pemeliharaan.. Pembangunan Gedung Perkantoran Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Riau

(33)

menggunakan Scafolding dengan jenis (MF. 170X2, CB.220, UH- 60(A/B) dan scafolding (MF.150x2 + MF 90 , CB 220/200) Gambar scafolding,dapat dilihat pada gambar 3.10

Gambar 3. 10 Scafolding

(Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024) b. Bodeman

Menurut (Struktur et al., 2021) pemasangan bodeman untuk setting elevasi balok serta dudukan tulangan saat dimulainya perakitan tulangan balok. Pada proyek ini bodeman menggunakan Multiplek 12 mm .Gambar bodeman dapat dilihat dari pada gambar 3.11

Gambar 3. 11 Bodeman

(Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024) c. Suri – Suri

Menurut (Nugroho, 2016) Suri-suri dalam konstruksi adalah komponen dari bekisting yang berfungsi untuk menahan cetakan beton dan mendukung struktur selama proses pengecoran. Suri-suri biasanya terbuat dari kayu balok yang dipasang secara horizontal untuk menumpu bodeman, yang merupakan bagian bawah dari bekisting balok. Ukuran suri-suri umumnya berkisar antara 6/12 cm, dengan

(34)

jarak antar suri-suri sekitar 40-50 cm dan panjangnya antara 1,5 hingga 2 meter. Penggunaan suri-suri sangat penting untuk memastikan kestabilan dan keakuratan bentuk balok beton yang dicetak, serta mempercepat proses pengerjaan konstruksi. Pada proeyek yang penulis tinjau suri-suri untuk bagian balok menggunakan kayu 7 x 15. Gambar suri suri dapat dilihat pada gambar 3.10

Gambar 3. 12 Suri-suri

(Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024) d. Skor siku

Menurut (Maulina, 2008) Skoor adalah penopang pipi balok. Pada proyek ini,digunakan skor siku ukuran 55 cm sebanyak 24 pcs,ukurann 45 cm sebanyak 24 pcs,ukuran 71 cm sebanyak 21 pcs.

Skor siku dipasang dengan jarak 50/50 cm. Fungsinya menyebarkan gaya horisontal yang diterima pipi balok kepada balok suri atau kayu memanjang yang ada dipangkalnya. Skoor biasanya terbuat dari potongan-potongan kayu atau yang lebih mekanis lagi berupa alat fabrikasi yang didesain sebagai penahan pipi balok biasanya terbuat dari besi siku atau pipa hollow segiempat.Gambar scor siku dapat dilihat pada Gambar 3.13

(35)

Gambar 3. 13 Skor Siku

(Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024) 2. Pemasangan Bekisting

Bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan dalam konstruksi untuk menahan beton segar hingga mengeras dan mampu menahan bebannya sendiri. Menurut (Prof. Dr. Ir. Rizal Z.T, 2014) bekisting berfungsi untuk membentuk beton sesuai dengan desain yang diinginkan, seperti dinding, kolom, dan balok. Material yang digunakan untuk bekisting bisa bervariasi, termasuk kayu, baja, atau plastik, dan harus cukup kuat untuk menahan tekanan dari beton cair. Setelah beton mencapai kekuatan yang cukup, bekisting akan dibongkar. Pada proyek ini bekesting menggunakan multiplek dengan ukuran tebal 12 mm.

Penggunaan bekisting sangat penting dalam memastikan bahwa struktur beton yang dihasilkan memiliki dimensi dan permukaan yang akurat sesuai dengan rencana.

a. Menentukan desain atau gambar kerja bekisting yang sesuai dengan spesifikasi.

b. Menentukan atau memilih material c. Pabrikasi bekisting

Pabrikasi bekesting yaitu proses pembentukan dan pemotongan komponen untuk bekisting. Gambar pabrikasi bekesting dapat dilihat pada gambar 3.14

(36)

Gambar 3. 14 Pabrikasi Bekisting (Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024) d. Pemasangan atau erection,meliputi:

a. Panel Bekisting

Panel bekisting adalah suatu sistem cetakan sementara yang digunakan dalam konstruksi bangunan untuk menahan dan membentuk beton segar hingga beton itu cukup kuat untuk mendukung dirinya sendiri. Panel bekisting terbuat dari kayu ukuran 15x7 cm. Fungsi utama dari panel bekisting adalah membentuk beton segar sesuai dengan desain dan dimensi yang diinginkan. Misalnya, untuk kolom, balok, dinding, dan pelat lantai.Gambar panel bekisting dapat dilihat pada Gambar 3.15

Gambar 3. 15 Panel Bekisting (Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024) b. Horry Beam

Horry beam adalah perancah horizontal yang digunakan dalam konstruksi untuk mendukung acuan pelat lantai, di mana tumpuan pembebanannya terletak pada balok. Horry beam terbuat dari kayu.

(37)

Fungsinya adalah untuk memberikan dukungan tambahan dan mendistribusikan beban yang diterima oleh plat lantai secara merata ke balok utama atau kolom. Hal ini memastikan bahwa beban tidak terkonsentrasi di satu titik, yang dapat menyebabkan kerusakan atau kegagalan struktural. Pada proyek ini,digunakan horry beam sebanyak 45 pcs dipasangg dengan jarak 30/40 cm.Gambar horry beam dapat dilihat pada Gambar 3.14

Gambar 3. 16 Horry Beam

(Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024) c. Multiplek

Multiplek adalah bahan konstruksi yang terdiri dari lapisan-lapisan tipis kayu yang direkatkan bersama-sama dengan menggunakan perekat kuat. Tujuan utama penggunaan multiplek adalah untuk menyediakan bahan yang fleksibel dan kuat untuk berbagai aplikasi dalam konstruksi, seperti pembuatan dinding, lantai, dan furnitur.

Multiplek ini digunakan sebagai lapisan dasar lantai sebelum pemasangan penutup lantai akhir seperti keramik, parket, atau karpet. Multiplek menawarkan kekuatan tinggi, ketahanan terhadap kelembaban, serta kemudahan dalam pemrosesan dan pemasangan. Pada proyek ini digunakan multiplek dengan tebal 12 mm sebanyak 41 lembar.Gambar pemasangan multiplek dapat dilihat pada Gambar 3.17

(38)

Gambar 3. 17 Multiplek

(Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024) 3. Pembesian

Menurut (R. B. Parama, 2020) baja digunakan untuk meningkatkan kekuatan tarik beton, yang secara alami lemah terhadap tegangan. Baja tulangan dipasang pada serat-serat beton yang mengalami tegangan tarik untuk memastikan kekuatan dan integritas struktur. Baja tulangan digunakan untuk meningkatkan kekuatan tarik pada beton, yang secara alami memiliki kelemahan dalam menahan tegangan. Baja tulangan dipasang pada elemen seperti fondasi, pelat, dan balok untuk memastikan kekuatan dan integritas struktur. Tahapan-tahapan dalam pembesian adalah sebagai berikut:

a. Pabrikasi

Menurut (Siwu et al., 2024) fabrikasi Sebelum besi dibawa ke tempat yang telah ditentukan, besi dipotong sesuai panjang rencana plat lantai. Pada proyek ini,menggunakan besi polos dengan diameter 10 mm. Besi dipotong sepanjang yang telah direncanakan. Pembentukan sudut kaitan tulangan adalah 180° Gambar pabrikasi pembesian dapat dilihat pada Gambar 3.18

(39)

Gambar 3. 18 Pabrikasi Pembesian (Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024) b. Pemasangan (erection)

Menurut (Siwu et al., 2024) pemasangan tulangan lapis atas terbagi menjadi dua, yaitu bagian selasar atau bagian depan kelas dan bagian dalam ruang kelas. Pada bagian selasar, tulangan dibuat sama seperti lapis bawah. Untuk pemisah antara tulangan,dilakukan pemasangan cakar ayam. Agar tulangan tidak menempel pada dasar bekesting,dilakukan pemasangan tahu beton.

i. Tulangan Bawah

Menurut (Siwu et al., 2024) Tulangan lapis bawah ini dipasang menerus hingga melewati badan balok. Setelah tulangan lapis bawah arah X telah selesai dipasang, dilanjutkan dengan memasang tulangan lapis bawah arah Y. Saat pemasangan lapisan bawah telah selesai, pertemuan antara tulangan arah X dan arah Y diikat dengan menggunakan kawat beton agar supaya tulangan menjadi kokoh dan tidak bergerak.Pada proyek ini penulangan bawah menggunakan besi D10 dengan jarak 22 cm. Gambar tulangan pelat lantai dapat dilihat pada gambar 3.19

(40)

Gambar 3. 19 Tulangan Plat Lantai (Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024) ii. Tulangan Atas

Menurut (Siwu et al., 2024) pemasangan tulangan lapis atas terbagi menjadi dua, yaitu bagian selasar atau bagian depan kelas dan bagian dalam ruang kelas. Pada bagian selasar, tulangan dibuat sama seperti lapis bawah. Di bagian dalam ruang kelas dibuat tulangan tipe kromo atau tulangan yang ditekuk dengan sisi tumpuan ¼ L dan sisi lapangan ½ L arah X maupun arah Y. Pada proyek ini penulangan atas menggunakan besi D10 dengan jarak 22 cm. Gambar tulangan atas dapat dilihat pada gambar 3.20

Gambar 3. 20 Tulangan Atas (Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024) iii. Cakar Ayam

Menurut (Harahap, 2023) tulangan Pemisah (cakar ayam) ini diletakkan di antara susunan struktur logam pelat dasar pertama dan susunan kedua. Penempatan dilakukan guna memastikan rangkaian tidak bergabung dan terkontrol ketebalannya. Kemudian

(41)

Pembersihan dilakukan dengan menggunakan tongkat yang diberi magnet/besi. Pembersihan ini bertujuan agar tidak ada sisa-sisa bendrat, kawat beton ataupun kotoran lainnya yang tertinggal pada bekisting sebelum dilakukan pengecoran .Gambar cakar ayam dapat dilihat pada gambar 3.21

Gambar 3. 21 Cakar Ayam (Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024) iv. Tahu Beton

Menurut (Harahap, 2023) beton decking dipasang dibawah rangkaian tulangan besi plat lapisan pertama agar besi tidak menyatu dan menyentuh bekisting/triplek. Pada Proyek ini menggunakan tahu beton dengan ketebalan 4 cm.Gambar tahu beton dapat dilihat pada gambar 3.22 dan gambar 3.23

Gambar 3. 22 Tahu Beton

(Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024)

(42)

Gambar 3. 23 Aplikasi Tahu Beton (Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024) v. Cleaning

Cleaning sebelum pengecoran adalah proses pembersihan bekisting dan tulangan dari kotoran, sisa material, dan benda asing menggunakan alat berbantuan magnet. Tujuannya adalah menjamin kualitas beton, mencegah cacat permukaan, meningkatkan daya lekat antar beton, dan menjaga integritas struktural konstruksi sesuai standar mutu (SNI 2847:2013).Pada saat cleaning area menggunakan kompresor air. Gambar cleaning area dapat dilihat pada gambar 3.24

Gambar 3. 24 Cleaning Area (Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024) 4. Ready mix

Pada proyek pembangungan gedung perkantoran Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Riau ready mix beton di gunakan dari PT.

Panca Riau Perkasa dengan mutu betok K-300.Gambar Ready Mix Panca Riau Perkasa dapat dilihat pada gambar 3.25

(43)

Gambar 3. 25 Ready Mix

(Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024) 5. Pengujian Slump

Slump didefinisikan sebagai besarnya penurunan ketinggian pada pusat permukaan atas beton yang diukur segera setelah cetakan uji slump diangkat (SNI 03-1972-2008).Slump test adalah pengujian paling seder- hana dan yang paling sering digunakan. Karenanya kelecakan beton segar sering diidentikkan dengan slumpnya. Berkurangnya kelecakan akibat cuaca panas, misalnya, disebut sebagai slump loss. Uji slump berguna untuk mengecek adanya perubahan dari kadar air, bila material dan gradasi agregat adalah seragam. Bila jumlah air adalah konstan maka slump berguna untuk menunjukkan adanya perbedaan pada gra- dasi atau adanya perbandingan berat yang salah. Kelemahan uji slump test adalah tidak dapat mengukur kelecakan campuran beton yang kaku, (Paul Nugraha 2007).

Pengujian slump dilakukan di lokasi proyek,dengan ready mix. Dari hasil pengujian slump di lapangan,di rencanakan slump test 10 ± 2. Dari hasil pengujian slump di lapangan,didapat P1 = 10 cm, P2 =10,8 cm, dan P3 = 12,9 cm,dimana gambar pengujian slump dapat dilihat pada gambar 3.26 Perhitungan slump rata-rata :

P1+P2+P3 = 10 + 11,8 + 12,9 = 34,7 = 11,56 cm 3 3 3

didapat hasil slump di 11,56 cm. Pengujian slump dilakukan di lokasi proyek,dengan ready mix.

(44)

Gambar 3. 26 Pengujian Slump Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024) 6. Pengecoran

Pelat lantai pada proyek pembangunan gedung perkantoran Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Riau menggunakan beton ready mix dari PT. Panca Riau Perkasa dengan mutu K300. Pengecoran dilakukan pada malam hari dibantu dengan alat concrete pump atau pompa beton.

Pada proses pengecoran digunakan vibrator concrete yang berfungsi untuk menghilangkan gelembung udara dan memastikan beton terdistribusi secara merata di sekitar tulangan baja dan bentuk pengecoran. Alat ini bekerja dengan cara menyebabkan getaran pada beton, yang membantu mengurangi kekosongan dan meningkatkan kepadatan beton. Gambar pengecoran dapat dilihat pada gambar 3.27

Gambar 3. 27 Proses Pengecoran (Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024) 7. Perawatan Beton

Menurut (Fernando et al., 2023) Berikut beberapa jenis metode curing yang dapat digunakan:

a. Curing Beton

(45)

Curing beton adalah proses perawatan yang dilakukan setelah pengecoran untuk menjaga kelembapan dan suhu beton, sehingga memastikan reaksi hidrasi semen berlangsung optimal. ). Pada pembangunan gedung perkantoran Badana Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Riau perawatan atau curing beton menggunakan metode Water Curring. Setelah pengecoran beton,lalu Menyirami permukaan beton secara kontinyu, lalu disiram di waktu pagi, siang, dan sore selama 7 hari sehingga beton tetap basah. Gambar perawatan beton dapat dilihat pada Gambar 3.28

Gambar 3. 28 Curing Beton (Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2024)

(46)

BAB 4. PENUTUP 4.1. Kesimpulan

Dari hasil kerja praktek mengenai metode pemasangan pelat lantai pada poyek Pembangunan Gedung perkantoran Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Riau dapat diperoleh

kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Dalam pengerjaan pelat lantai adapaun tahapannya yaitu pemasangan scaffolding,pemasangan bekisting, pekerjaan pembesian, pengecoran (cast in place), perawatan beton, dan pembongkaran bekisting.

2. Pada pekerjaan pelat lantai mutu beton yang digunakan yaitu K300. Untuk tulangan yang digunakan pada pelat lantai yaitu besi polos D10 mm. Dan pada saat pengecoran dilakukan uji slump tes pada beton yang akan digunakan dengan hasil 11 cm

3. Pelaksaaan pekerjaan pelat lantai pada pembangunan gedung perkantoran Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Riau berjalan dengan baik dan sesuai dengan gambar rencana.

4. Selama proses kerja praktek, penulis mengamati bahwa perencanaan yang matang dan pemilihan metode yang tepat sangat berpengaruh terhadap efisiensi waktu dan biaya, serta mutu hasil akhir. Selain itu, koordinasi yang baik antara semua pihak yang terlibat, termasuk kontraktor dan pengawas, menjadi kunci untuk memastikan bahwa setiap tahap pemasangan berjalan sesuai rencana

4.2 Saran

Saran yang dapat diberikan sebagai masukan khususnya kepada pelaksana proyek dan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pelaksanaan proyek yaitu sebagai berikut :

1. Kepada seluruh pihak yang bekerja sebaiknya lebih berhati-hati dengan cara menggunakan APD atau menerapkan K3 sehingga mencegah tejadinya kecelakaan kerja.

2. Perlu ditingkatkan pengawasan, komunikasi dan kerjasama oleh setiap pihak yang berperan dalam pelaksanaan proyek.

(47)

3. Lakukan monitoring kontinu terhadap kinerja pelat lantai setelah instalasi dan evaluasi rutin untuk memastikan bahwa struktur masih aman dan stabil.

4. Lakukan pelatihan rutin bagi pekerja konstruksi untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam menggunakan teknologi dan metode pemasangan terbaru. Hal ini akan membantu dalam mengurangi kesalahan dan meningkatkan produktivitas di lapangan.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Sofia. (2024). Pentingnya Proses Curing dalam Mencegah Keretakan dan

Meningkatkan Kekuatan Beton. Akselerasi: Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, 6(1), 1-8.

S. A. Nissa. (2024). Organisasi Pelaksanaan Proyek dalam Konstruksi: Struktur dan Tanggung Jawab. Jurnal Manajemen Konstruksi, 9(1), 34-40.

Siwu, M. M., Pratasis, P. A. K., & Tjakra, J. (2024). Metode Pelaksanaan Konstruksi Penulangan Plat Lantai Pada Proyek Pembangunan Gedung SMP Negeri 16 Manado. Tekno, 22(87), 115–123

Dharmawansyah, D., Eti Kurniati, & Aziz, A. K. (2023). Penggunaan Metode Bar Bending Schedule Untuk Menganalisis Kebutuhan & Sisa (Waste) Pembesian Balok Pada Proyek Rumah Sakit Islam Aysha. Jurnal TAMBORA, 7(2), 67–71.

Fernando, V., Hunggurami, E., & Sir, T. M. W. (2023). Pengaruh Perawatan Beton(Curing)Menggunakan Water Curing dan Membrane Curing Terhadap Kuat Tekan Beton. Jurnal Teknik Sipil, 12(2), 137–144.

Wulfram I. Ervianto. (2023). Peran Konsultan Supervisi dalam Pelaksanaan Proyek Konstruksi. Jurnal Teknik Konstruksi, 12(1), 89-95.

Agus B. Siswanto. (2022). Struktur Organisasi Proyek dan Peranannya dalam Manajemen Proyek. Jurnal Manajemen Proyek, 15(2), 75-82.

Saragi, T. E., & Zalukhu, N. K. (2022). Analisa Perbandingan Pelaksanaan Struktur Pelat Lantai Metode Konvensional, Boundeck Dan Precast Full Slab Ditinjau Dari Segi Waktu Dan Biaya Pada Proyek Pembangunan Gedung Gbkp Tanah Merah Binjai. Jurnal Teknik Sipil, 1(2), 38–52.

Ramadhan, R., et al. (2021). Penerapan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam Proses Produksi untuk Mencegah Kecelakaan Kerja.

Jurnal Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 6(3), 150-158.

R.B. Pratomo, & M. Hudori. (2021). Karakteristik dan Penggunaan Pelat dalam Konstruksi. Jurnal Teknik Sipil, 10(1), 15-22.

(49)

Tiurma Elita Saragi, R. E. S. (2019). Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek Pembangunan Rumah Susun Lanjutan Provinsi Sumatera Utara I Medan. Jurnal Ilmiah Smart, III(2), 68–80.

Nugraha, H. (2019). Analisis Pelaksanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dalam Upaya Meminimalkan Kecelakaan Kerja Pada Pegawai Pt.

Kereta Api Indonesia (Persero). Coopetition : Jurnal Ilmiah Manajemen, 10(2), 93–102

Surian, A. N., & T, J. S. (2018). Analisis Faktor – Faktor Eksternal Yang Memengaruhi Kinerja Mutu Dalam Pelaksanaan Konstruksi Pada Bangunan Tinggi. JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil, 1(1), 9.

Zebua, A. W. (2018). Desain Pelat Gedung Struktur Beton Bertulang Di Wilayah Gempa Tinggi. SIKLUS: Jurnal Teknik Sipil, 4(2), 91–102.

Dimyati, H.; Hamdan, H.A.; & Nurjaman, Kadar. (2014). Peran Pemilik Proyek dalam Implementasi Sukses Proyek Konstruksi. Jurnal Rekayasa Sipil, 14(2), 101–110.

Standar Nasional Indonesia. (2013). SNI 03-1732-2013: Tata Cara Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam Bidang Konstruksi. Badan Standardisasi Nasional.

Soeripto. (2008). Alat Pelindung Diri (APD) dalam Kegiatan Konstruksi: Fungsi dan Pentingnya Pengawasan. Jurnal Kesehatan dan Keselamatan Kerja, 4(1), 23-30.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. (2010).

Permenaker RI No. 8 Tahun 2010 tentang Alat Pelindung Diri.

Diundangkan pada tanggal 6 Juli 2010.

Frick, H. (2007). Dasar-dasar Arsitektur Ekologis: Konsep Pembangunan Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan. Yogyakarta: Kanisius.

Ernie, A., & Saefullah, M. (2005). Pengawasan dalam Proyek Konstruksi: Proses dan Tanggung Jawab. Jurnal Manajemen Proyek, 3(2), 317-325.

(50)

LAMPIRAN

Pengawasan pemasangan bekisting Pengecekan panel bekisting dan horry

beam ,bodemen dan suri suri

Pengecekan panel bekisting dan horry beam ,bodemen dan suri suri

Pengecekan rencana tebal plat lantai dan realisasi

Pengecekan finishing plat lantai Proses transit material ke atas

Referensi

Dokumen terkait

Bekisting berfungsi untuk membentuk beton balok dan plat lantai ketika pengecoran. Pemasangan bekisting pada pekerjaan balokdan plat lantai

Satuan waktu yang digunakan sebagai timeline dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pekerjaan yang dilakukan. Satuan waktu yang sebaiknya digunakan

PELAKSANAAN PROSES PEKERJAAN PILE CAP, TIE BEAM, PLAT LANTAI (SLAB), KOLOM BASEMENT PADA PROYEK GOODRICH.. MANSION APARTEMENT, DI

Melakukan Setoran Tunai Terhadap Nasabah Bank Syariah Indonesia KCP Duri Hangtuah 1 Sumber: Data Olahan, 2022 3.1.2 Peralatan dan Perlengkapan yang Digunakan 3.1.3 Peralatan

Nama Peserta DOKUEN PENAWARAN TEKNIK Bagian Pekerjaan Yang Akan Disubkontrakkan HASIL EVAKUASI TEKNIS LULUS/GUGUR KETERANGAN METODE PENAWARAN Jawab Waktu Pelaksanaan Peralatan

Spesifikasi pekerjaan yang dilakukan selama kerja Praktek di Kantor Camat Siak Kecil adalah menggandakan surat , Membubuhi surat, Mencetak surat ADD, mengetik surat ADD, register surat

Hasil pekerjaan dapat dilihat dari gambar berikut: Gambar 3.33 Laporan Report Recloser Report Foto Initial fee SLN dan SLS Sumber: PT Mobilkom Telekomindo 3.6 Kendala-kendala dan

Spesifikasi pekerjaan yang dilakukan penulis selama Kerja Praktek KP di Kantor Imigrasi Kelas II Tempat Pemeriksaan Imigrasi TPI Dumai pada Sub Bagian Tata Usaha dan Seksi Tikkim