LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI:
PEMBUKTIAN KANDUNGAN GULA, PROTEIN DAN KARBOHODRAT MENGGUNAKAN LARUTAN BENEDICT, LARUTAN BIURET, DAN
LARUTAN LUGOL PADA MAKANAN
Oleh :
Nama : Natanel Terangta Bangun
Kelas : XI.A1
No. Absen : 10
SMA SEDES SAPIENTIAE JAMBU 2025
A. Latar Belakang
Laporan ini merupakan tugas mata pelajaran Biologi yang diberikan kepada siswa kelas 11 SMA Sedes Sapientiae Jambu, terutama kepada jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Dengan diberikannya tugas ini, siswa diminta untuk melakukan praktik berupa pembuktian kandungan zat protein, gula, dan karbohidrat yang terdapat pada makanan.
B. Tujuan
Tujuan dari laporan penelitian ini adalah:
1. Menyelesaikan tugas yang diberikan pada mata pelajaran Biologi.
2. Membuktikan kandungan protein, gula, dan karbohidrat yang terdapat pada makanan dengan menggunakan larutan Lugol, Benedict, dan Biuret.
3. Menjelaskan proses dan hasil penelitian berkaitan dengan praktik pembuktian kandungan protein, gula, dan karbohidrat yang terdapat pada makanan dengan menggunakan larutan Lugol, Benedict, dan Biuret.
C. Landasan Teori
Dalam penelitian ini, digunakan beberapa jenis reagen untuk mengidentifikasi kandungan zat gizi dalam makanan, yaitu cairan Benedict,
larutan Lugol, dan larutan Biuret. Ketiga reagen ini memiliki fungsi dan reaksi spesifik terhadap kandungan tertentu dalam bahan makanan.
1. Cairan Benedict
Cairan Benedict adalah reagen yang digunakan untuk menguji keberadaan gula pereduksi seperti glukosa dan fruktosa dalam makanan.
Reagen ini mengandung tembaga(II) sulfat (CuSO₄), natrium karbonat (Na₂CO₃), dan natrium sitrat (Na₃C₆H₅O₇) (Campbell, 2008). Uji Benedict dilakukan dengan mencampurkan larutan ini ke dalam sampel makanan, kemudian dipanaskan. Perubahan warna yang terjadi menunjukkan kadar gula pereduksi dalam sampel tersebut. Warna biru menunjukkan tidak adanya gula pereduksi, sedangkan perubahan warna menjadi hijau, kuning, oranye, hingga merah bata menunjukkan kadar gula yang semakin tinggi. Dengan demikian, uji Benedict merupakan metode kualitatif yang dapat memberikan indikasi visual tentang kandungan gula dalam makanan. (Slamet, 2015)
Gambar: persentase kadar gula dalam makanan
2. Larutan Lugol
Larutan Lugol adalah reagen yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan amilum (pati) dalam makanan. Reagen ini terdiri dari iodin (I₂) dan kalium iodida (KI) yang dilarutkan dalam air (Miller & Levine, 2010). Ketika larutan Lugol diteteskan ke sampel makanan yang mengandung amilum, akan terjadi perubahan warna menjadi biru kehitaman. Sebaliknya, jika tidak ada amilum, larutan ini tetap berwarna coklat kekuningan. Reaksi ini terjadi karena adanya interaksi antara molekul iodin dan struktur polisakarida dalam amilum, yang membentuk kompleks berwarna khas (Rahayu, 2012).
3. Larutan Biuret
Larutan Biuret digunakan untuk menguji keberadaan protein dalam bahan makanan. Larutan ini mengandung tembaga(II) sulfat (CuSO₄) yang dicampur dengan larutan basa seperti natrium hidroksida (NaOH) atau kalium hidroksida (KOH) (Nelson & Cox, 2005). Saat larutan Biuret bereaksi dengan senyawa protein, terjadi perubahan warna menjadi ungu atau violet. Perubahan warna ini disebabkan oleh interaksi antara ion tembaga dengan ikatan peptida dalam molekul protein. Jika sampel makanan tidak mengandung protein, larutan Biuret tetap berwarna biru (Wijaya, 2018)
Penggunaan ketiga reagen ini dalam penelitian sangat penting untuk mengidentifikasi kandungan karbohidrat, amilum, dan protein dalam makanan secara sederhana namun efektif. Dengan perubahan warna yang
dihasilkan, ketiga reagen ini memungkinkan analisis kualitatif yang mudah diamati dan diinterpretasikan.
D. Alat dan Bahan Alat
1. Tabung Reaksi
2. Penjepit Tabung Reaksi 3. Pembakar Spiritus 4. Cawan Petri 5. Mortar dan Alu
6. Tempat Tabung Reaksi 7. Pipet Tetes
8. Korek Api Bahan:
1. Cairan Lugol, Benedict, dan Biuret 2. Brownies
3. Mie 4. Cimol 5. Wafer 6. Yupie 7. Kripik 8. Sosis 9. Sayur
E. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Tentukan larutan yang akan diuji untuk pembuktian kandungan pada makanan.
Untuk Lugol
1. Siapkan cawan petri
2. Taruh potongan kecil dari tiap-tiap makanan (cimol, mie, brownies, wafer, kripik, sosis, sayur)
3. Siapkan cairan Lugol lalu ambil dengan pipet tetes
4. Teteskan pada potongan kecil makanan yang ada di cawan petri 5. Amati perubahan warna yang terjadi
6. Bila berubah menjadi biru, maka makanan tersebut mengandung karbohidrat (amilum).
Untuk Benedict
1. Siapkan tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, tempat tabung reaksi dan pembakar spiritus
2. Nyalakan pembakar spiritus dengan korek api
3. Taruh potongan kecil dari tiap-tiap makanan (cimol, mie, brownies, kripik, yupie) di tabung reaksi
4. Siapkan cairan Benedict lalu masukan ke dalam tabung rekasi berisi potongan makanan
5. Panaskan hingga mendidih dan mengalami perubahan warna
6. Letakkan di tempat tabung reaksi
7. Amati perubahan warna yang terjadi dan bandingkan dengan kriteria persentase kadar gula pada makanan.
Untuk Biuret
1. Siapkan tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, dan tempat tabung reaksi
2. Taruh potongan kecil dari tiap-tiap makanan (cimol, mie, brownies, kripik, yupie) di tabung reaksi
3. Siapkan cairan Biuret lalu masukan ke dalam tabung rekasi berisi potongan makanan
4. Diamkan hingga mengalami perubahan warna 5. Letakkan di tempat tabung reaksi
6. Amati perubahan warna yang terjadi
F. Hasil
Berdasarkan hasil praktikum uji makanan menggunakan larutan Benedict, Lugol, dan Biuret yang dilakukan pada Sabtu, 1 Maret 2025, diperoleh beberapa temuan penting mengenai kandungan karbohidrat, gula, dan protein dalam berbagai sampel makanan.
1. Uji Lugol (Iodium)
Sampel seperti cimol, mie, kripik, brownies, dan wafer menunjukkan hasil positif dengan perubahan warna menjadi biru
kehitaman, yang menandakan keberadaan amilum atau pati sebagai sumber karbohidrat. Tingkat perubahan warna yang lebih kuat (+++
hingga ++++) menunjukkan konsentrasi amilum yang lebih tinggi.
Sebaliknya, sayur tidak menunjukkan perubahan warna, menandakan tidak adanya amilum dalam sampel tersebut.
2. Uji Benedict
Sampel seperti mie, cimol, dan kripik menunjukkan hasil positif dengan perubahan warna menjadi hijau hingga merah bata, mengindikasikan adanya gula pereduksi dalam jumlah bervariasi.
Sampel Yupie menunjukkan hasil sangat positif dengan perubahan warna yang sangat kuat (++++), menunjukkan kandungan gula yang sangat tinggi. Sayur dan beberapa sampel lainnya tidak menunjukkan perubahan warna, yang berarti mereka tidak mengandung gula pereduksi.
3. Uji Biuret
Sampel brownies dan kripik menunjukkan hasil positif dengan perubahan warna menjadi ungu, yang menandakan keberadaan protein dalam jumlah sedang. Sebagian besar sampel lainnya seperti Yuple, mie, dan cimol tidak menunjukkan perubahan warna, yang berarti mereka tidak mengandung protein.
G. Kesimpulan
Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa:
1. Sampel dengan kandungan karbohidrat tinggi ditunjukkan oleh perubahan warna pada uji Lugol.
2. Kandungan gula terdeteksi dengan jelas melalui uji Benedict, di mana beberapa sampel seperti Yuple memiliki kadar gula yang sangat tinggi.
3. Kandungan protein hanya ditemukan pada beberapa sampel tertentu, seperti brownies dan kripik, melalui uji Biuret.
Praktikum ini berhasil mengidentifikasi kandungan gizi pada berbagai jenis makanan dengan menggunakan metode uji kimia yang sesuai, sehingga memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai komposisi nutrisi dalam makanan sehari-hari.
H. Daftar Pustaka
Campbell, N. A. (2008). Biology. San Francisco: Pearson Benjamin Cummings.
Miller, K. R., & Levine, J. (2010). Biology. Boston: Prentice Hall.
Nelson, D. L., & Cox, M. M. (2005). Lehninger Principles of Biochemistry.
New York: W. H. Freeman.
Rahayu, S. (2012). Uji Kualitatif Kandungan Amilum dalam Makanan.
Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 8(2), 123-130.
Slamet, S. (2015). Uji Gula Reduksi dengan Larutan Benedict. Jurnal Kimia Terapan, 7(1), 45-52.
Wijaya, B. (2018). Uji Protein dengan Reagen Biuret. Buletin Biokimia, 10(3), 200-210.